BAB I
DEFINISI
PENDAHULUAN
Pencegahan dan pengendalian infeksi dirumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit. Salah satu program pencegahan dan
pengendalian infeksi ( PPI) adalah kegiatan surveilans, disamping adanya kegiatan lain seperti
pendidikan dan latihan,kewaspadaan isolasi serta Kegiatan surveilans infeksi difasilitas
pelayanan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang penting dan luas dalam program
pengendalian infeksi dan suatu hal yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan dari
program PPI.
Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas (community acquired
infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (hospital acquired infection) yang
sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Karena sering kali tidak bisa secara pasti
ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosocomial (hospital acquired infection)
diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare Associated Infection” (HAI’s) dengan pengertian
yang lebih luas tidak hanya dirumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang
didapat pada saat melakukan tindakkan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi yang terjadi atau
didapat di rumah sakit selanjutnya disebut Infeksi Rumah Sakit (IRS).
Kegiatan surveilans infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan ini merupakan suatu proses yang
dinamis, komprehensif dalam mengumpulkan, mengidentifikasi, menganalisa data kejadian yang
terjadi dalam suatu populasi yang spesifik dan melaporkannya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Hasil kegiatan surveilans ini dapat digunakan sebagai data dasar laju infeksi di
fasilitas pelayanan kesehatan, untuk menentukan adanya kejadian luar biasa (KLB), dan sebagai
tolak ukur akreditasi rumah sakit.
Setiap rumah sakit dapat merencanakan dan menetapkan jenis surveilans yang akan dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing rumah sakit.
Dengan adanya kegiatan surveilans pada Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit (PPIRS) diharapkan dapat menurunkan laju infeksi.
DEFINISI SURVEILANS
Surveilans Infeksi Rumah Sakit (RS) adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus-
menerus dalam pengumpulan data, identifikasi, analisis dan interprestasi dari data kesehatan
yang penting pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala kepada pihak-
pihak yang memerlukan unutk digunakan dalam perencanaan,penerapan dan evaluasi suatu
tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Healthcare Assosiated infections ‘’(HAIS)” An Infection Occuring in Patient duning the prosess
of care in a hospital or other healthcare facility which was not present or incubating at the
time of adminision. This includes infections acquired in the hospital but appeaning after
discharge,and also occupational infections among staff of the facility.( Center for diseases
Control ,2007)
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare Assosiated infections (HAIS) adalah infeksi yang
terjadi pada pasien selama perawatan di Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain,
yang tidak terjadi infeksi dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk Rumah Sakit. IRS
juga mencakup infeksi yang didapat di Rumah Sakit tetapi bisa juga muncul setelah keluar
Rumah Sakit dan juga infeksi akibat kerja pada fasilitas kesehatan.
Suatu surveilans harus mempunyai tujuan yang jelas dan ditinjau secara berkala untuk
menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang telah berubah.
DEFINISI KASUS
Jenis-jenis IRS sangat banyak, tergantung dari jenis perawatan dan tindakan yang kita lakukan
terhadap pasien (saluran pernafasan, pencernaan, kemih, sistem pembuluh darah, sistem
saraf pusat dan kulit). Diantara jenis-jenis IRS ada 4 jenis yang paling sering terjadi yaitu
Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) infeksi yang berhubungan dengan pemasangan ventilator
atau Ventilator associated infection pneumonia (VAP), infeksi akibat pemasangan kateter urine
atau Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan akibat Tindakan Pembedahan (SSI).
INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP)
Infeksi Aliran Darah Primer merupakan jenis infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroba
melalui peralatan yang kita masukkan langsung ke sistem pembuluh darah atau ditemukannya
organisme dari hasil kultur darah yang semi kuantitatif/kaulitatif disertai tanda klinis jelas serta
tidak dan/atau hubungannya dengan infeksi. Dalam istilah CDC disebut sebagai Blood Stream
Infection (BSI).
Akses langsung ke peredaran darah ini dapat berupa kateter vena maupun arteri yang kita
lakukan terhadap pasien, baik dalam rangka perawatan maupun diagnostik, yang secara umum
disebut katerer intravaskulker (Intravascular Catheter) .
Contohnya adalah pemasangan vena sentral (CVC : Central Venous Catheter), vena
perifer (infus),
Kriteria IADP
Kriteria 1 IADP
Ditemukan pathogen pada kultur darah pesien, dan
Mikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dengan infeksi di bagian lain dari tubuh
pasien
Kriteria 2 IADP
Pasien menunjukan minimal satu gejala klinis: demam (suhu >38), menggigil atau hipotensi,
dan
Tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan laboratorium yang tidak berhubungan
dengan infeksi dibagian lain dari tubuh pasien, dan
Hasil kultur ysng berasal dari > 2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang berada
didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid(Corynebscterium
spp), bacillus spp. (bukan B antha racis), propionibacterium spp., staphylococcus coagulase
negative termasuk S. epidermis, Streptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.
Kriteria 3 IADP
Pasien anak usia 1 tahun menujukkan minimal satu gejala seperti berikut: demam ( suh rekta
I > 38), hipotermi ( duh rektal < 37), apnoe atau bradikardia, dan
Tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan positif laboratorium yang tidak berhubungan
dengan infeksi di bagian lain dari tubuh pasien, dan
Hasil kultur yang berasal dari 2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang berbeda
didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnyadifteroid (corynebacterium
spp), Bacillus spp (bukan B anthracis), propionibacterium spp, staphylococcus coagu/ase
negative termasuk S epidermis, streptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.
CSEP hanya dapat dipakai untuk melaporkan IADP pada neonatus dan bayi. Tidak dipakai untuk
pasien dewasa dan anak .
Kriteria CSEP
Pasien berumur <1 tahun menunjukan minimal 1 tanda atau gejala klinis tanpa ditemukan
penyebab lain : demam(suhu rectal > 38 hipotermi (suhu rektal < 37) apnoe atau bradikardi
Tidak dilakukan kultur darah atau kultur darah negative
Tidak ditemukan infeksi ditempat lain
Klinisi melakukan terapi sebagai kasus sepsis
PETUNJUK PELAPORAN IADP
Phlebitis purulent dikonfirmasikan dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter, tetapi bila hasil kultur negative atau tidak ada kultur darah, maka bukan sebagai
IADP.
Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi lain
dari bagian tubuh.
PNEUMONIA
Ada 2 jenis pneumonia yang berhubungan dengan IRS, yaitu pneumonia yang didapatkan akibat
perawatan yang lama atau sering disebut sebagai Hospital Asquired Pneumonia (HAP) dan
Pneumonia yang terjadi akibat pemakaian ventilasi mekanik atau sering disebut sebagai
Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
DEFINISI HAP
HAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat
dirumah sakit > 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita infeksi saluran
nafas bawah . HAP dapat diakibatkan tirah baring yang lama ( koma / tidak
sadar, trakeostomi, refluk gaster, endotracheal tube (ETT).
DEFINISI VAP
VAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
saluran nafas.
Bukti klinis pneumonia adalah bila ditemukan minimal 1 dari tanda dan gejala berikut :
POPULASI BERESIKO VAP adalah semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik
sehingga terjadinya terutama terfokus pada area spesifik yaitu ICU, NICU / PICU,
ICCU.Sehingga yang digunakan sebagai numenator dalam menghitung laju infeksi adalah
jumlah kasus VAP perperiode tertentu ( 1 bulan,6 bulan,1 tahun) sedangkan
denominatornya adalah jumlah hari pemasangan alat ventilasi mekanik periode tertentu.
POPULASI BERESIKO HAP adalah pasien tirah baring lama yang dirawat di rumah sakit
sehingga dapat digunakan sebagai numenator adalah jumlak kasus HAP per periode tertentu
( 1 bulan ,6 bulan ,1 tahun ) sedangkan denominatornya adalah jumlah hari rawat pasien tirah
baring per periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1 tahun).
INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )
Infeksi saluran kemih (ISK) dalam istilah disebut sebagai saluran kemih murni ( urethra dan
permukaan kandung kemih ) atau libatkan bagian yang lebih dalam dari organ-organ pendukung
saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitoneal atau
rongga perinefrik). Untuk itu dalam menentukan jenis ISK perlu pengelompokan sebai berikut :
Infeksi Saluran Kemih Simptomatis
Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis
Infeksi Saluran Kemih lainnya
TANDA-TANDA ISK :
Demam ( > 38 )
Urgensi
Frekuensi
Nyeri supra pubik
TANDA –TANDA ISK ANAK< 1 TAHUN ;
Demam > 38 rektal
Hipotermi < 37 rektal
Apnoe
Bradikardi
Letargia
Muntah-muntah
BAB II
RUANG LINGKUP SURVEILANS
METODE SURVEILANS
Metode-metode surveilans IRS dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu :
5. Tujuan Surveilans
Mendapatkan Data Dasar IRS
Pada dasarnya data surveilans IRS digunakan untuk mengukur laju angka dasar ( basaline rate)
dari infeksi rumah sakit. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar resiko yang dihadapai
oleh setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Sebagian besar (90-95%) dari IRS adalah
endemic dan ini diluar dari KLB yang telah dikenal .Oleh karena itu kegiatan surveilans IRS
ditujukan untuk menurunkan laju angka endemick tersebut.
Meskipun data surveilans dapat digunakan untuk menentukan laju angka endemic,namun
pengumpulan data saja tidak akan mempengaruhi resiko infeksi jika tidak disertai dengan upaya
pencegahan dan pengedalian infeksi yang memadai.Bila demikian maka kegiatan
surveilans akan sia-sia belaka ,bahkan selain mahal juga sangat tidak mmemuaskan semua
pihak.
Menurunkan laju infeksi ditemukan factor resiko IRS yang akan diintervensi sehingga dapat
menurunkan laju angka IRS. Untuk mencapai tujuan surveilans harus berdasarkan cara
penggunaan data,sumber daya manusia dan dana yang tersedia.
Identifikasi Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Rumah Sakit
Bila laju angka dasar telah diketahui,maka kita dapat segera mengenali bila terjadi suatu
penyimpanan dari laju angka dasar tersebut.yang mencerminkan suatu peningkatan kasus atau
kejadian luar biasa (outbeak) dari IRS.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologi pada daerah dalam kurun waktu tertentu dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus terjadinya wabah.
KLB RS adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian infeksi rumah sakit yang menyimpang
dari angka dasar endemic yang bermakna dalam kurun waktu tertentu .
Deteksi dini merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadi peningkatan kasus infeksi
RS dengan cara melakukan pemantauan secara terus-menerus dan sistematis (surveilans)
terhadap factor resiko terjadinya infeksi RS.
Untuk mengenali adanya penyimpangan laju angka infeksi sehingga dapat menetapkan kejadian
tersebut merupakan suatu KLB sangat dapat diperlukan ketrampilan khusus dari para petugas
kesehatan yang bertanggung jawab untuk itu.
Petugas diharapkan mampu memahami kapan suatu keadaan /kondisi dinyatakan sebagai
kejadian luar biasa .Suatu KLB dinyatakan apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :
Timbulnya suatu penyakit yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukan kenaika dua kali atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1 (satu) tahun menunjukan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada
tahun sebelumnya.
Angka kematia n kasus suatu penyakit (case fatality rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukan kenaikan 50% (lima puluh persen)atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Angka proporsi penyakit (proporsional rate) penderita baru suatu penyakit pada satu periode
menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
Tanpa adanya ketrampilan tersebut maka pengumpulan data yang dilakukan tidak ada gunanya
sama sekali dan KLB akan lewat demikian saja.
IDENTIFIKASI KASUS
Apabila ditemukan kasus IRS, maka ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan disini :
Surveilans aktif adalah kegiatan yangsecara khusus dilakukan untk mencari kasus IRS oleh
orang-orang yang terlatih dan hamper selalu dari komite/Tim PPI tersebut mencari data dari
sumber untuk mengumpulkan informasi dan memutuskan apakah terjadi IRS atau tidak.
Surveilans yang berdasarkan pada temuan laboratorium, semata-mata didasarkan atas hasil
pemeriksaan laboratorium atas sediaan klinik. Oleh karena itu infeksi yang tidak dikultur yaitu
yang didiagnosis secara klinik (berdasarkan gejala dan klinik) saja, seperti sepsis dapat secara
salah diinterpretasikan sebagai IRS (misalnya hasil positif hanya merupakan kolonisasi dan
bukan infeksi)
Sistem surveilans IRS secara nasional memerlukan penemuan kasus berdasrkan pasien yang aktif
dan prospektif
Banyak sumber data diperlukan dalam pelakasanaan surveilans IRS tergantung dari jenis
pelayanan medik yang diberikan oleh suatu rumah sakit. Komite/Tim PPI harus memiliki askes
yang luas sumber data serta perlu mendapatkan kerja sama dari semua bagian/unit di rumah sakit
tersebut, agar dapatkan melaksanakan surveilans dengan baik atau melaksanakan penyelidikan
suatu KLB.
Sering kali diperlukan sumber dari dokter, perawat, pasien maupun keluarga psien, dari farmasi,
catatan medic, catatan perawat. Untuk mengingatkan komite/Tim PPI kepada suatu infeksi baru
dan juga untuk mencari rujukan mengenai cara pencegahan dan pengendaliannya.
Data demografik : nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor catatan medik, tanggal masuk
rumah sakit.
Infeksi : tanggal infeksi muncul, lokasi infeksi, ruang perawatan saat infeksi muncul pertama
kali.
Faktor resiko : alat prosedur, factor lain yang berhubungan dengan IRS.
Data laboratorium : jenis mikroba, antibiogram, serologi, patologi
Data radiology/imaging : X-ray, CT scan, MRI dsb.
Sumber Data Numerator
Untuk laju densitas insiden yang berhubungan dengan alat : datangi area perawatan pasien
untuk mendapatakan hitungan harian dari jumlah pasien yang datang dan jumlah psien yang
terpasang alat yang umumnya berhubungan dengan kejadian IRS (missal : centrtal line,
ventilator atau kateter menetap).
Untuk laju SSI : dapatkan data rinci dari log kamar operasi dan data-data psaien yang
diperlukan.
Numerator
Angka kejadian infeksi dan perlu data untuk dicatat.
Terdapat tiga katagori yang perlu dicatat atas bseorang pasien dengan IRS yaitu data demografi,
infeksinya sendiri dan data laboratorium.
Denominator
Data yang perlu dicatat.
Denominator dari infection rate adalah tabulasi dari data pada kelompok pasien yang memiliki
yang memiliki resiko untuk mendapat infeksi :
Pengumpulan da denominator dan numerator dilakukan oleh IPCN yang dibantu oleh IPCN.
Data denominator dkumpulkan setiap hari, yaitu jumlah pasien jumlah pemakaiaan alat-alat
kesehatan (kateter urine menetap, ventilasi mekanik, kateter vena central, kateter vena
perifer) jumlah kasus operasi.
Data numerator dikumpulkan bila ada kasus baru infeksi seperti infeksi saluran kemih (ISK),
infeksi aliran darah primer (IADP) pneumonia baik yang terpasang dengan ventilator
maupun tidak terpasang dengan ventilator infeksi luka operasi (ILO).
Teknik Perhitungan
Ada 3 macam laju yang dipakai dalam surveilans IRS atau surveilans lainnya, yaitu incidence,
prevanlence dan incidence density.
1. Incidence
Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam satu kelompok populasi
tertentu dalam kurun waktu tertentu pula. Di dalam surveilans IRS maka incindence adalah
jumlah kasus IRS baru dalam kurun waktu tertentu dibagi oleh jumlah pasien dengan resiko
untuk mendapatkanIRs yang sama dalam kurun waktu yang sma pula.
2. Prevalence
Adalah jumlah total kasus baik baru maupun suatu kelompok populasi adalah jumlah total kasus
baik baru maupun lama suatu kelompok populasi dalam satu kurun waktu tertentu (priod
prevenlence) atau dalam satu waktu tertentu (point prevalence).
3. Point prevalence nosocomial rates adalah jumlah kasus IRS yang dapat dibagi dengan
jumlah pasien dalam survey.
4. Rhame menyatakan hubungan antara incidence dan prevalence adalah sebagai berikut.
I = Incidence rates
P = Prevalences Rates
LN = NILAi rata-rata dari lama rawat pasien yang mengalami satu atau lebih IRS.
INTN= Interval rata-rat antara waktu masuk rumah sakit dan hari pertama terjadinya IRS pada
pasien yang mengalami satu atau lebih IRS tersebut
Dalam penerapan di rumah sakit maka prevalence rates selalu memberikan over estimate untuk
resiko infeksi karena lama rawat dari pasien yang tidak mendapt IRS biasanya lebih pendek dari
lama raat pasien dengan IRS. Hal ini dapat mudah dilihat dengan menata ulang formula sebagai
berikut :
P = I (LN – INTN)/ LA
Incidence Density
Adalah rata-rata instans dimana infeksi terjadi,relative terhadap besaran polpualsi yang bebas
infeksi.Incidence density diukur dalam satuan jumlah kasus penyakit per satuan orang per satuan
waktu.
Contoh popular dari incidencedensity rates (IDR) yang sering dipakai dirumah sakit adalah
jumlah IRS per 1000 pasien/hari.
Sangat berguna bila laju infeksinya merupakan fungsi linier dari waktu panjang yang dialami
pasien terhadap factor resiko (misalnya semakin lama pasien terpajan,semakin besar resiko
mendapat infeksi)
Contoh incidence density rate (IRD) :
Jumlah kasus ISK /jumlah hari pemasangan kateter urine oleh karena itu IDR dapat mengontrol
lamanya pasien terpajan oleh factor resikonya ( dalam hal ini pemasangan kateter urine) yang
berhubungan secara linier dengan resiko infeksi.
Jenis laju lain yang sering digunakan Atack rate (AR) yaitu suatu bentuk khusus dari
incidence rate.Biasanya dinyatakan dengan persen (%) dimana K = 100 dan digunakan hanya
pada KLB IRS yang mana pajanan terhadap suatu populasi tertentu terjadi dalam waktu
pendek.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan waktu dan menyita hamper separuh
waktu kerja seorang IPCN sehingga dibutuhkan penuh waktu (full time ).Dalam hal ini bantuan
computer akan sangat membantu terutama akan sangat meningkatkan efisien pada saat
analisisnya merupakan alasan mutlak untuk menggunakan fasilitas komputer, meski di rumah
sakit kecil sekalipun lagi pula sistem surveilans tidak hanya berhadapan dengan masalah pada
waktu sekarang saja, tetapi juga harus mengantisipasi tantangan dimasa depan.
Dalam penggunaan komputer tersebut ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
1. Memilih sistem komputer yang akan dipakai, komputer mainframe atau komputer mikro
Komputer mainframe bekerja jauh lebih cepat,memuat data jauh lebih besar dan memiliki
jaringan yang dapat diakses diseluruh area rumah sakit.Semuya data pasien seperti sensus
pasien,hasil laboratorium atau sebagainya,dapat dikirim secara elektronik.Namun harus diingat
bahwa computer mainframe adalah cukup mahal baik pembelian maupun operasionalnya. Tidak
setiap orang dapat menggunakannya dan memerlukan pelatihan yang intersif.
Software untuk program pencegahan dan pengendalian IRS bagi computer mainframe sampai
saat ini masih terbatas mikrokomputer jauh lebih murah dan lebih mudah dioperasikannya olehn
setiap petugas.
2. Mencari software yang sudah tersedia akan memilih yang digunakan. Pemilihan software
harus dilakukan hati-hati dengan mempertimbangkan mahsud dan tujuan dari surveilans yang
akan dilaksanakan dirumah sakit.
EVALUASI,REKOMENDASI DAN DISEMINASI.
Hasil surveilans dapat digunakan untuk melaksanakan program pencegahan dan pengendalian
infeksi dirumah sakit(PPIRS) dalam satu waktu tertentu.
Denominator dari suatu laju (rate) harus menggambarkan populasi at risk dalam
membandingkan laju antar kelompok pasien didalam suatu rumah sakit maka laju tersebut harus
disesuaikan terlebih dahulu terhadap factor resiko yang berpengaruh besar akan terjadinya
infeksi. Kerentaan pasien untuk seperti karakteristik pasien dan pajanan.
Faktor resiko ini secara garis besar dibagi menjadi dua kategori yaitu intrinsik dan ekstrinsik :
1. Faktor Intrinsik adalah factor yang melekat pada pasien seperti yang mendasari dan
ketentuan.Mengidentifikasi factor resiko ini dilakukan dengan mengelompokan pasien
dengan kondisi yang ( distrafiksi)
2. Faktor Ekstrinsik adalah yang lebih berhubungan dengan pelayanan atau perawatan (perilaku
petugas diseluruh rumah sakit). Meskipun hampir semua factor ekstrinsik memberikan resiko
IRS namun yang lebih banyak perannya adalah jenis intervensi medis yang beresiko tinggi
seperti tindakan invansive,tindakan operatif atau pemasangan alat yang invasive .Banyak
alasan yang dapat dikemukakan mengapa pasien yang memiliki penyakit lebih berat
yang meningkatkerentaannya.Alat tersebut merupakan jembatan bagi masuknya kuman
penyakit dari bagian tubuh yang lai dari dari pasien.
Resiko untuk mendapat infeksi luka operasi (ILO),berkaitan dengan beberapa factor.Diantaranya
yang terpenting adalah bagaimana prosedur operasi dilaksanakan,tingkat kontaminasi
mikroorganismeditempat operasi . Lama operasi dan factor instrinsic pasien. Oleh karena itu
factor-faktor tersebut tidak dapat dieliminasi maka angka ILO disesuaikan terhadap factor-faktor
tersebut.
Demikian pula halnya dengan jenis laju yang lain,apabila akan diperbandingkan maka harus
diingat factor-facktor mana yang hanya disesuaikan agar perbandinganya menjadi bermakna.
Rumah sakit dapat menggunakan data surpelan IRS untuk menelaan program pencegahan dan
pengendaliaan IRS dengan membandingkan angka laju IRS dengan populasi pasien yang sama
laju di rumah sakit yang sama misalnya membandingkan laju IRS dari 2 (dua) ICU atau dapat
pula mengunakan laju IRS dengan angka eksternal ( benchmark rates) rumah sakit atau dengan
mengamati perubahan angka menurut waktu di rumah sakit itu sendiri.
Meskipun angka laju infeksi telah mengalami penyesuan dan melalui uji kemaknaan namun inter
prestasi dari angka-angka tersebut harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi kekeliruan
banyak yang mengangap bahwa angka laju infeksi di rumah sakit itu mencerminka keberhasilan
dan kegagalan dari petugas pelayanan atau perawatan pasien atau pasilitas pelayanan kesehatan
dalam upaya pencegahan dan pengendalian IRS.
PERTAMA :Definisi yang dipakai atau tehnik dalam surpelen tidak seragam antar rumah sakit
atau tidak dipakai secara kosisten dari waktu ke waktu meskipun dari sarana yang sama.
Hal ini menimbulkan pariasi dari sensitifitas dan spesifitas penemuan kasusnya.
KEDUA :tidak lengkapnya informasi klinik atau bukti-bukti laboraturium yang tertulis dicatatan
medic pasien member dampak yang serius terhadap validasi dan utilitas dari angka laju IRS yang
dihasilkan
KETIGA: angka tidak disesuaikan terhadap factor resiko intrinsif, faktor resiko ini sangat
penting artinya dalam mendapatkan suatu IRS,namun sering kali lolos dari pengamatan dan
sanggat berpariasi dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain. Sebagai contoh,di rumah
sakit yang memeliki pasien dengan immunocompromised diharapkan memliki karekteristik
pasien seperti itu.
KEEMPAT: jumlah population at risk (misalnya jumla pasien masuk/pulang jumlah hari rawat
atau jumlah oprasi) mungkin tidak cukup besar untuk menghitung angka laju IRS yang
sesunguhnya di rumah sakit tersebut.
Meskipun tidak mungkin untuk mengontrol semua factor tersebut diatas namun harus disadari
pengaruh factor-facktor tersbut terhadap angka laju infeksi serta mempertimbangkan hal tersebut
pada saat membuat interprestasi
PELAPORAN
Laporan sebaiknya sistematik,tepat waktu informative data dapat disajikan dalam berbagai
bentuk,yang penting mudah dianalisa dan diinterprestasi.penyajian harus jelas,sederhana,,dapat
dijelaskan diri sendiri.Bisa dibuat dalam bentuk grafik,pelaporan dengan narasi singkat.
Tujuan untuk :
Di beerapa Negara data seperti ini bersifat rahasia, data seperti ini tidak digunakan memberikan
sangsi tetapi hanya di gunakan untuk tujuan perbaikan mutu pelayanan.
Tujuan desiminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan inforamasi tersebut untuk menetafkan
strategi pengendalian IRS. Laporan didesiminasi secara periodic, bulanan, triwulan, tahunan.
Bentuk penyampaian dapat dsecara lisan dalam pertemuan, tertulius, papan bulletin.
Sudah selayaknya komite / tim PPI menyajikan data surveilans dalam bentuk standar yang
menarik yaitu berupa laporan narasi singkat ( rangkuman ), table,grafik kepada Komite / tim PPI.
Analisa yang mendalam dari numerator dapat dilaksanakan untuk memberikan gambaran
epidemiologinya, termasuk kuman pathogen dan factor resikonya.
BAB IV
DOKUMENTASI
Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak bisa dihindari sehingga dibutuhkan data dasar
infeksi untuk menurunkan angka yang ada untuk itu perlunya dilakukan surveilans memerlukan
tenaga khusus yang termasuk tugas dari IPCN, untuk itu diperlukan tenaga IPCN yang purna
waktu yang sesuai standar jumlah yang dibutuhakan di sertai ilmu surveilans.
Jumlah 2. Spesifik ba
1. Pasien masuk tempat tertentu
atau keluar dari
setiap aplikasi 3. Spesifik
Semua surveilans. tempat tertentu
tempat
Semua infeksi dan 2. Persalinan
pasien yang tanggal 4. Laju per 10
normal persalinan norm
memenuhi infeksi
criteria dalam laju per 100
Surveilans masuk dalam bulan yang 3. Operator Caesar operasi Caesar
komprehensi surveilans sama
a. ∑ pasien
b. ∑ hari rawat
Ratio pemakaia
1. Umum
2. Centra line
3. Ventilator
4. Kateter uri
1. Rata-rata tia
100 pasien
beresiko atau 10
Semua bayi hari rawat
dengan
perawatan
tingkat 2. ∑ kasus
111.Semua Semua bakterimia
pasien diikuti jenis IRS Data dikumpulkan nasokomial per
Ruang rawat selama 48 dengan untuk 4 macam 1000 hari insers
bayi dengan jam setelah masa kategori berat bayi ventilator.
resiko tinggi keluar inkubasi (BB) Lahir
Ratio pemakaia
alat:
1. Secara umu
2. Untuk setia
kategori berat la
3. Central
(umbilical) line
4. Ventilator
2. Jenis operasi
11. Trauma
12. Prosedur
ganda
13. Pemeriksaan
endoskopik
14. Tanggal
pulang
Angka rata-rata
untuk setiap 100
hari rawat:
1. Umum
2. Jenis
pelayanan
3. Tempat
infeksi4.
4. Tempat
infeksi menurut
tempat pelayana
DRG SPESIFIC
rate per 100 pas
keluar dari setia
kategori DRG.
Edukasi petugas tentang pemasangan,pemasangan dan perawatan kateter sentral dan pencegahan
IADP.
1. Lakukan diinfeksi area konektor (hubs), konektor tanpa jarum, sisi tempat menyuntik
sebelumpemberian caiaran /accessing
2. Segera mungkin melepaskan kateter yang tidak diperlukan
3. Untuk kateter sentral tanpa saluran (non-tunneled)pada pasien dan gantilah dressing dengan
transfaran dan lakukan disinfeksi area dengan antiseptic berbasis khlorhexidin tiap 5-7
hari,atau bila dressing longgar atau lembab,gantilah kassa verband tiap 2 hari atau jika perlu.
4. Jangan memakai bloodset tetapi pakailah infuset,selang transfuse sel untuk lemak dalam
periode tdak lebih dari 96 jam
5. Lakukan surveilans terhadap adanya IADP
6. Pakailah salep antibiotic pada area pemasangan kateter hemodialise.