DEFINISI
menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun
Precaution (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan
tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya dari pasien ke pasien
lainnya.
digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada
(Nursalam, 2007).
meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa
darah dan cairan tubuh tertentu. Penerapan Kewaspadaan umum diharapkan dapat
menurunkan risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari
sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua
(pasien, klien, dan petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak.
Kewaspadaan baku berlaku untuk darah, tubuh/semua cairan tubuh, sekresi dan
ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir, kulit dan membran
mukosa yang tidak utuh. Penerapan ini adalah untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau yang tidak
diketahui (misalnya si pasien, benda yang terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai,
praktik isolasi tertentu seperti sarung tangan tertentu lebih efektif dari pada baju
baru, masih menjadi kendala. Sebagai tambahan, tantangan menyediakan air bersih
dan untuk mencapai standar yang dapat diterima seperti proses penggunaan instrumen
pengendalian infeksi di sarana pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari peran
Kewaspadaan Umum didasarkan pada keyakinan bahwa darah dan cairan tubuh
sangat potensial menularkan penyakit baik yang berasal dari pasien maupun petugas
keyakinan bahwa darah dan cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit, baik
Universal ini juga dapat dianggap sebagai pendukung progran K3 bagi petugas
rawat inap merupakan alat yang sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi.
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
seperti:
a. Cuci Tangan
Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang dapat
dilakukan oleh semua orang untuk mencegah penyebaran kuman. Mencuci tangan
dibawah air hangat yang mengalir. Tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan
organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba pada
Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung
sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.
Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak
dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan. Aspek terpenting dari mencuci
tangan adalah pergesekan yang ditimbulkan dengan menggosok tangan bersamaan
mencuci tangan dengan sabun, dengan air mengalir dan pergesekan yang dilakukan
Menurut Syawir (2011) ada beberapa sarana cuci tangan yaitu sebagai berikut:
Sarana utama untuk cuci tangan adalah ketersediaan air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air mengalir
kimiawi saat cuci tangan akan bersih dan tidak menempel lagi di permukaan
kulit. Air mengalir tersebut dapat berupa kran atau dengan cara mengguyur
dengan gayung. Namun cara mengguyur dengan gayung memiliki risiko cukup
percikan air bekas cucian kembali ke bak penampungan air bersih. Air kran
bukan berarti harus dari PAM, namun dapat diupayakan secara sederhana degan
mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan mudah terhalau oleh air.
cuci tangan. Namun dilain pihak, dengan seringnya menggunakan sabun atau
deterjen maka lapisan lemak akan hilang dan membuat kulit menjadi kering dan
kembali mikroorganisme.
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal yang dipakai pada kulit
memiliki keragaman dalam hal efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa pada kulit
setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik tersebut dan reaksi
yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah mikroorganisme pada kulit secara
b. Taruh sabun di bagian telapak tangan yang telah basah. Buat busa secukupnya
tanpa percikan.
c. Gerakan cuci tangan terdiri dari gosokan kedua telapak tangan, gosokan telapak
tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan sebaliknya, gosok kedua telapak
tangan dengan jari saling mengait, gosok kedua ibu jari dengan cara
10-15 detik.
d. Bilas kembali dengan air sampai bersih.
e. Keringkan tangan dengan handuk atau kertas yang bersih atau tisu atau handuk
g. Pada cuci tangan aseptik/ bedah diikuti larangan menyentuh permukaan yang
tidak steril.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang digunakan untuk melindungi diri
dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari lingkungan
kerja dan berguna dalam usaha untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan cidera
atau cacat, dan terdiri dari berbagai jenis APD di rumah sakit yaitu sarung tangan,
masker, penutup kepala, gaun pelindung dan sepatu pelindung (Syukri, 1982 dalam
Jumata, 2010).
Sarung tangan atau istilahnya handscoon merupakan salah satu kunci dalam
tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua
jenis cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda
Menurut Tietjen, dkk, 2004 sampai sekitar 15 tahun lalu, petugas kesehatan
menggunakan sarung tangan untuk tiga alasan untuk mengurangi risiko petugas
terkena infeksi bakterial dari pasien, mencegah penularan flora kulit petugas kepada
Menurut Tenosis (2001) yang dikutip Tietjen (2004), walaupun sarung tangan
telah berulang kali terbukti sangat efektif mencegah kontaminasi pada tangan petugas
kesehatan, sarung tangan tidak dapat menggantikan perlunya cuci tangan. Sarung
tangan lateks kualitas terbaik pun mungkin mempunyai kerusakan kecil yang tidak
tampak. Selain itu sarung tangan juga dapat robek sehingga tangan dapat
pemeriksaan atau sarung tangan rumah tangga harus dipakai bila akan terjadi kontak
tangan pemeriksa dengan darah atau tubuh lainnya, selaput lendir, atau kulit yang
b.2. Masker
2009).
jarum dan spuit hanya sekali pakai, tidak melepas jarum dari spuit setelah digunakan,
tidak menyumbat, membengkokkan, atau mematahkan jarum sebelum dibuang dan
Menurut Tietjen (2004) apabila jarum dan spuit sekali pakai tidak tersedia dan
perlu memasang kembali penutup jarum, maka gunakan metode penutupan “satu
c.1. Tempatkan penutup jarum pada permukaan rata dan kokoh, kemudian angkat
tangan anda.
c.2. Kemudian dengan satu tangan memegang spuit, gunakan jarum untuk menyekop
tutup tersebut dengan penutup di ujung jarum, putar spuit tegak lurus sehingga
c.3. Akhirnya, dengan sumbat yang sekarang ini menutup ujung jarum sepenuhnya,
peganglah spuit ke arah atas dengan pangkal dekat pusat (dimana jarum itu
bersatu dengan spuit dengan satu tangan, dan gunakan tangan lainnya untuk
d. Sterilisasi Alat
peralatan lainnya yang kotor (terkontaminasi), terutama jika akan dibersihkan dengan
0,5 % atau disinfektan lainnya yang tersedia dengan cepat dapat membunuh HBV dan
Proses yang dipilih untuk pemrosesan akhir bergantung pada apakah instrumen ini
akan bersinggungan dengan selaput lendir yang utuh atau kulit yang terkelupas atau
Kewaspadaan ini dimaksudkan hanya untuk pasien yang diketahui atau sangat
dicurigai telah terinfeksi oleh patogen yang ditularkan lewat kontak langsung
khususnya penyakit Hepatitis B, dan patogen enterik, herpes simplex, infeksi kulit
atau mata. Dalam hal ini jika ada proses infeksi pada pasien tanpa diketahui
a. Hepatitis B
1). Definisi
Hepatitis B adalah jenis yang lain dari hepatitis dan banyak orang yakin
bahwa keadaannya serupa dengan hepatitis A, tetapi sifatnya lebih bertahan lama
yang disebabkan oleh virus yang sering disebut dengan virus hepatitis B (HBV)
(Hadi, 2000).
Hepatitis B merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis
kadang-kadang kerusakan hati yang nyata. Sering terjadi bahwa penderita sama sekali
tidak merasakan dan menyadari bahwa dirinya sedang terinfeksi oleh virus, karena
keluhan yang khas yaitu keluhan seperti flu tidak bahkan bisa tidak muncul gejala
sama sekali. Seseorang bisa terkena infeksi jika ia tidak imun terhadap virus dan
terpapar dengan darah atau cairan tubuh dari penderita HBV (Naga, 2012).
Komponen (HBV) merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel antigen
dalam darah dan HBxAg produk genetik dari gen X pada HBV/DNA. Setiap antigen
inti atau HBV, anti HBc akan bertahan selama fase akut dan dapat menunjukkan virus
dengan jenis Hepatitis lainnya. Namun hepatitis virus yang akut dapat sembuh
dengan sendirinya, namun sebagian besar penderita Hepatitis B akan menjadi kronis.
Semakin besar usia terinfeksi virus hepatitis B maka semakin besar kemungkinan
menjadi kronis. Hepatitis kronis akan meningkatkan risiko terjadinya sirosis dan
hepatoma (kanker hati) di kemudian hari. Akan tetapi hanya sedikit saja yang
terinfeksi Hepatitis B (HBV) akut yang menunjukkan gejala klinis, kurang dari 10%
pada anak-anak dan 30% - 50% pada orang dewasa dengan infeksi virus HBV akut
gangguan abdominal, mual dan muntah, dan sering berkembang menjadi jaundice
(Chin , 2006).
2). Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari penyakit Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang
mirip dengan Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering
ditemukan kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang
disertai dengan muntah, lemah, pusing, sakit perut terutama disekeliling atau disekitar
hati, urine berwarna gelap, kulit dan mata berwarna kuning (jaundice) nyeri sendi dan
disertai dengan demam dan akan sembuh dalam 2 minggu namun dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh para dokter ternyata hanya sedikit penderita penyakit Hepatitis B
semua orang dan semua kelompok umur secara menyusup. Dengan percikan sedikit
darah yang mengandung virus hepatitis B sudah dapat menularkan penyakit. Pada
diasosiasikan dengan tranfusi darah atau produk darah, melalui jarum suntik. Tetapi
setelah ditemukan bentuk dari HBV makin banyak laporan yang ditemukan cara
penularan lainnya. Hal ini disebabkan karena HBV dapat ditemukan dalam setiap
cairan yang dikeluarkan dari tubuh penderita, misalnya melalui : darah, air liur
(saliva), keringat, air susu ibu (ASI), cairan vagina, air mata, feces, urine, termasuk
sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang terkontaminasi virus
Hepatitis B. Selain itu dicurigai penularan melalui nyamuk atau serangga penghisap
darah. Oleh karena itu dikenal cara penularan perkutan dan non perkutan yaitu
sebagai berikut:
a. Penularan Horizontal
terkontaminasi oleh HBV, mereka yang sering mendapat hemodialisa. Selain itu
HBV dapat masuk kedalam tubuh kita melalui luka atau lecet pada kulit dan selaput
lendir misalnya tertusuk jarum (penularan parenteral) atau luka benda tajam,
alat cukur bersama, kebiasaan menyuntik diri sendiri, menggunakan jarum suntikyang
HBV.
Di daerah endemis berat diduga nyamuk, kutu busuk, parasit, dan lain-lain dapat
juga menularkan HBV, walaupun belum ada laporan. Cara penularan tersebut
ialah melalui semen, cairan vagina, yaitu kontak seksual (baik homoseks maupun
ciuman dengan penderita/pengidap, dapat juga dengan jalan tukar pakai sikat gigi,
dan lainnya. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena selaput lendir tubuh yang
menembusnya.
b. Penularan Vertikal
Penularan secara vertikal dapat diartikan sebagai penularan infeksi dari seorang
persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Apabila seorang ibu menderita
HBV akut pada perinatal yaitu pada trisemester ketiga kehamilan, maka bayi yang
Virus Hepatitis B juga dapat terjangkit melalui sentuhan dengan darah atau
cairan tubuh yang tercemar. Hal ini akan menyebabkan 100 kali lebih mudah
terjangkit dari pada HIV. Penyakit ini akan terdeteksi melalui pemeriksaan fungsi
hati. Menurut Chin (2006) bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan
HBV antara lain adalalah darah, air ludah atau saliva , cairan cerebrospinal,
peritoneal, cairan pericardial, cairan amniotik, semen, cairan vagina dan lain-lain.
Penularan infeksi virus hepatitis B juga dapat melalui berbagai cara sepaerti
parenteral yaitu terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum
atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tatto dan non
parenteral yaitu persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus hepatitis B.
pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap
Hepatitis, Sipilis dan HIV namun tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti.
Dari hasil pemeriksaan darah dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan
sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang
syringe. Hepatitis D dapat tertular melalui darah dan cairan beku yang
terkontaminasi, jarum suntik dan hubungan seks. Hepatitis E dapat tertular melalui air
yang terkontaminasi, dari orang ke orang dengan fecal oral (Chin, 2006).
Masa inkubasi biasanya berlangsung selama 45-180 hari, dengan batas rata-
rata 60-90 hari, paling sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa
menentukan HbsAg dalam darah, dan jarang sekali sampai selama 6 – 9 bulan,
perbedaan masa inkubasi tersebut dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain jumlah
Perubahan infeksi akut akan menjadi kronis sesuai dengan umur penderita.
Semakin tua umur, maka semakin besar kemungkinan menjadi kronis dan kemudian
berlanjut menjadi pengkerutan dan pengerasan jaringan hati (sirosis). Bila umur
masih berlanjut maka akan berubah menjadi keganasan hati atau kanker hati
Hepatitis B atau dari 200 orang, 1 orang diantaranya sudah terinfeksi virus
Hepatitis B.
b. Di negara dengan tingkat prevalensi tinggi (HbsAg > 8%), penularan banyak
terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak yang masih berada pada usia muda.
c. Di negara dengan tingkat prevalensi sedang (HbsAg 2%-7%) penularan bisa
d. Di negara dengan tingkat prevalensi rendah (HbsAg < 2%) infeksi sering terjadi
yaitu pemeriksaan HbsAg, HbeAg, anti Hbe dan HBV DNA (Dewi, 2008).
mengetahui apakah adanya reflika virus dalam hepatosit (sel hati). HbeAg berkaitan
erat dengan HBV DNA, yaitu DNA virus hepatitis B. Pada beberapa kasus ada yang
nilai HbeAg-nya negatif namun bukan pertanda mutlak bahwa yang bersangkutan
umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi
baik. Hepatitis akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis kronik
(menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Saat ini ada
beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat
meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini. Perawatannya tersedia
dalam bentuk antiviral seperti Lamivudine, Adefovir dan Modulator (Hadi, 2000).
Hepatitis yang disebabkan oleh alkohol, narkoba, obat-obatan atau racun yang
mengakibatkan gejala yang sama seperti virus Hepatitis, pengobatan yang paling baik
menggangu hati. Selain itu ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu
melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat
anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh
hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan
atau sirkulasi darah yang telah terpapar melalui seks tidak aman dapat meningkatkan
Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif
(Hadi, 2000).
Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
Pencegahan primer yakni dengan cara promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), imunisasi pada bayi, imunisasi pada remaja dan dewasa (catch up
untuk mengetahui efektifitas dan resistensi terhadap obat pilihan (Depkes RI, 2009).
lain dengan diet seimbang dan pada saat tertentu diperlukan rendah protein, banyak
makan sayur dan buah-buahan, menjalankan pola hidup yang teratur, pola hidup di
lingkungan sehat, kurangi minuman beralkohol, jaga kebersihan diri dan lingkungan,
penderita Hepatitis B dan bila terjadi kontak melakukan desinfektan akan bisa
sumber-sumber lainnya oleh tinja. Kebersihan seperti mencuci tangan setelah buang
air besar atau sebelum makan, penggunaan piring dan alat makan sekali pakai, dan
sangat penting dalam mencegah penyebaran (Jawetz, 1995). Orang yang dekat
bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin
Hepatitis B (Twinrix). imunisasi Hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu
dari sebuah agen penyakit yang dikeluarkan dari sumbernya. Agent penyakit dalam
media atau lazim disebut komponen lingkungan, seperti: air, udara, ataupun pangan
dalam waktu yang bersamaan atau berbeda. Kejadian penyakit pada hakikatnya
a. Pengetahuan
1). Definisi
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
2011).
2006).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih lancar dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi
a.1. Awareners (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
bagi dirinya.
a.4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
a.5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, dimana untuk mengukur
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
b. Memahami (comprehension)
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut di atas.
b.1. Umur
epidemiologi.
b.2. Pendidikan
b.3. Pekerjaan
Informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti
bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu
3) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap tidak dapat dilihat tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2007).
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
tindakan.
yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Pelatihan Kerja
b. Tenaga kepelatihan
c. Kurikulum
d. Sumber dana yang tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan
pelatihan
Sesuai standar patogen yang ditularkan melalui darah dari OSHA pelatihan
awal dan tahunan yang berhubungan dengan standar harus tersedia untuk setiap
pekerja yang secara potensial terpapar selama jam-jam kerja, dan biaya tidak
dibebankan pada pekerja (pelatihan tahunan harus dilakukan dalam 12 bulan dari
pelatihan awal). Catatan harus tetap dipertahankan untuk sesi-sesi pelatihan (Schaffer,
dkk, 2000).