kelas : X MIPA 2
Tema : Masuknya Berbagai Paham dan Ideologi dari Luar
Kelompok :2
Nama :1. Dela Awaliyah Fitri
2. Erlin Septianingsih
3. Hikmah Amaliyah
4. Ita Fitriyah
5. Mamduhatul Magfiroh
6. Serliyani
7. Siti Zahro Aini
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut
1.1 Apa PengertianIdeologi
1.2 Isi Ideologi
1.3 Apa Peranan Pancasila sebagai Ideologi Nasional
1.4 Dimensi-dimensi apa yang terdapat didalam Ideologi
1.5 Perbedaan Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
1.6 Seperti apa Ideologi Bangsa-bangsa didunia
1.7 Reformasi Sosio Moral
3. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian idiologi secara umum,
2. Untuk mengetahui isi dari ideologi
3. Untuk mengetahui, dan memahami Peranan Pancasila sebagai Ideologi
Nasional
4. Mengetahui macam-macam dimensi ideologi
5. Membandingkan Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
6. Memberikan penjelasan mengenai Ideologi Bangsa-bangsa didunia
7. Reformasi Sosio Moral
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan
oleh Destus de Tracypada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang
ide“. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara
memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat
Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi
politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh
anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran
abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah
publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap
pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai
sistem berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi Marxisme).
Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan, pengertian.
Kata kerja Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata “logi” yang
berasal dari bahasa Yunani logos yang artinya pengetahuan. Jadi Ideologi
mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-
ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam
pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan cita-cita.
Pelaksanaan Ideologi yang pragmatis tidak diawasi oleh aparat partai atau
aparat pemerintahmelainkan dengan pengaturan pelembagaan (internalization),
contohnya individualisme atau liberalisme. Ideologi secara struktural diartikan
sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap
kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
Pada prinsipnya terdapat tiga arti utama dari kata ideologi, yaitu
(1) ideologi sebagai kesadaran palsu;
(2) ideologi dalam arti netral; dan
(3) ideologi dalam arti keyakinan yang tidak ilmiah
Ideologi dalam arti yang pertama, yaitu sebagai kesadaran palsu biasanya
dipergunakan oleh kalangan filosof dan ilmuwan sosial. Ideologi adalah teori-teori
yang tidak berorientasi pada kebenaran, melainkan pada kepentingan pihak yang
mempropagandakannya. Ideologi juga dilihat sebagai sarana kelas atau kelompok
sosial tertentu yang berkuasa untuk melegitimasikan kekuasaannya.
Arti kedua adalah ideologi dalam arti netral. Dalam hal ini ideologi adalah
keseluruhan sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikap dasar suatu kelompok sosial atau
kebudayaan tertentu. Arti kedua ini terutama ditemukan dalam negara-negara yang
menganggap penting adanya suatu “ideologi negara”. Disebut dalam arti netral
karena baik buruknya tergantung kepada isi ideologi tersebut.[1]
Arti ketiga, ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiah, biasanya digunakan
dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang positivistik. Segala pemikiran yang tidak
dapat dibuktikan secara logis-matematis atau empiris adalah suatu ideologi. Segala
masalah etis dan moral, asumsi-asumsi normatif, dan pemikiran-pemikiran
metafisis termasuk dalam wilayah ideologi.[2]
Dari tiga arti kata ideologi tersebut, yang dimaksudkan dalam pembahasan ini
adalah ideologi dalam arti netral, yaitu sebagai sistem berpikir dan tata nilai dari
suatu kelompok. Ideologi dalam arti netral tersebut ditemukan wujudnya dalam
ideologi negara atau ideologi bangsa. Hal ini sesuai dengan pembahasan
Pancasila sebagai ideologi negara Republik Indonesia
a. Sebagai Dasar
Artinya merupakan pangkal tolak, asas atau fundasi di atas mana semua kegiatan
kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara dibangun dan dasar tersebut
umumnya berasal dari nilai-nilai yang berkembang dan hidup dalam masyarakat itu
sendiri (dimensi realitas). Pancasila sejak awal pembahasannya (sidang BPUPKI
tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 dan sidang gabungan tanggal 22 Juni
1945) memang direncanakan untuk dijadikan Dasar Negara. Tanggal 18 Agustus
1945 sidang PPKI menetapkan secara resmi Pancasila sebagai dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
b. Sebagai Pengarah
Artinya sebagai pengatur dan pengendali kehidupan masyarakat, bangsa dan
Negara berupa norma-norma atau aturan-aturan yang harus dipatuhi agar arah
untuk mencapai cita-cita atau tujuan tidak menyimpang (dimensi normalitas). Disini
Pancasila menjelmakan diri sebagai pengarah, pengendali di dalam setiap gerak
tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran sebagai pengarah ditunjukkannya
pada kedudukan Pancasila sebagai “sumber dari segala sumber hukum” segala
peraturan hukum dan perundang-undangan yang ada di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
c. Sebagai Tujuan
Artinya semua aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada akhirnya mengarah pada suatu tujuan atau cita-cita yang
terkandung dalam ideologi yang dipakai. Pancasila sebagai ideologi nasional akan
memberikan motivasi dan semangat untuk melaksanakan pembangunan bangsa
secara adil dan seimbang untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 (dimensi idealitas).
Operasional cita-cita yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori,
melainkan harus disepakati secara demokratis.
Dengan sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak
dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang.
Ciri Khas “Ideologi Terbuka”
Ciri khas “Ideologi Terbuka” ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekyaan rohani, moral,
dan budaya masyarakat sendiri.
Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan
konsensus masyarakat. Ideologi terbuka tidak diciptakan, melainkan ditemukan
dalam masyarakat sendiri.Oleh karena itu ideologi terbuka itu adalah milik seluruh
rakyat; masyarakat dapat menemukan dirinya kembali di dalamnya.Ideologi terbuka
itu tidak hanya dapat dibenarkan, melainkan dibutuhkan.Ciri khas formal ideologi
terbuka adalah bahwa isinya tidak langsung operasional.Pancasila sebagai suatu
ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan
terbuka.
Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pansila besifat aktual, dinamis, antisifasif
dan senentiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Keterbukaan ideologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang
terkandung didalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya lebih kongkrit,
sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-
masalah aktual yang senentiasa berkambang seiring dengan aspirasi rakyat,
perkembangan iptek dan zaman.
Di Indonesia, dasar-dasar filosofis yang dimaksudkan itulah yang biasa disebut
sebagai Pancasila yang berarti lima sila atau lima prinsip dasar untuk mencapai atau
mewujudkan empat tujuan bernegara.
Tindak kekerasan yang IPDN sudah mendarah daging di dalam diri para praja IPDN
ini akibat beberapa doktrin yang disalah artikan oleh praja IPDN seperti:
1. Sentuhlah dengan hati, kalau tidak bisa sentuhlah ulu hatinya.
2. Kalau tidak bisa di luruskan, patahkan.
Doktrin seperti itu dijadikan pedoman bagi para senior dalam mengasuh para
juniornya.Doktrin seperti ini dapat di katagorikan sebagai ideologi tertutup.
Idelogi tertutup adalah ideologi yang ada dalam sekelompok orang yang berasaskan
pada cita-cita bersama, tidak dapat diganggu gugat oleh pihak luar dan para
penganut harus setia dan tunduk pada ideologi tersebut.
Doktrin tersebut menjadi ideologi para senior Praja dalam mengasuh yuniornya.
Doktrin tersebut tidak hanya berpengaruh bagi para praja dalam lingkungan IPDN
tetapi juga mempengaruhi mereka dalam bersosialisasi dalam kehidupan
bermasyakarat.
Akibat doktrin atau ideologi tertutup mereka, membuat peran Ideologi bangsa yaitu
Pancasila, yang diterapkan di manapun tempat di wilayah NKRI menjadi kabur dan
seakan tak berguna bagi kalangan Praja IPDN yang melakukan tindak kekerasan.
Selain itu juga Agama yang merupakan sebuah doktrin bagi Manusia dalam
menjalankan kehidupannya sesuai dengan syariat. Kiranya jelas bahwa klaim
ideologi tertutup harus selalu ditolak.Negara tidak berhak untuk membuat sebuah
ideologi tertutup menjadi dasar kebijaksanaannya.
c) Perbedaan ideologi terbuka dan tertutup
Ideologi Tertutup:
1. Merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan
memperbarui masyarakat
2. Atas nama ideologi dibenarkan pengorbananpengorbanan yang dibebankan
kepada masyarakat
3. Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu melainkan terdiri dari
tuntutantuntutankonkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan
mutlak.
Ideologi Terbuka
1. Bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar melainkan
digali dan diambildari moral, budaya masyarakat itu sendiri.
2. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan hasil
musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut
3. Nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung
operasional
2. Konservatisme
Ketika liberalisme menggoncangkan struktur masyarakat feodal yang
mapan, golongan feodal berusaha mencari ideologi tandingan untuk menghadapi
kekuasaan persuasive liberalisme. Dari sinilah muncul ideologi konservatisme
sebagai reaksi atas paham liberal.
Menurut paham itu, liberalisme merupakan paham yang terlalu
individualistis. Sebaliknya, menurut paham konservatif masyarakat dan kelompok
masyarakat yang lain bukan sekedar penjumlahan unsur- unsurnya, tetapi kelompok
masyarakat yang paling banyak menciptakan kebahagiaan.
G. Reformasi sosial
Ideologi yang bersumber pada filsafat pancasila maka reformasi kita
bersifat sosio-moral.Sebagai suatu ideologi maka terkandung suatu kehendak untuk
bebuat sesuatu. Bagi ideologi pancasila diperlukan adanya sadar kehendak (dalam
arti tidak akan terombang-ambing). Agar tidak teombang ambing maka sadar
kehendak itu perlu sadar tujuan, sadar laku (usaha) dan sadar landasanAgenda
Reformasi Sosio-Moral
Posisi pemerintah tetap amat penting bagi proyek reformasi.Reformasi
plitik harus mendukung stabilitas dinamis yang berarti bahwa civil society harus
diberi ruang untuk bernafas lega melalui pelaksanaan yang konsisten dan
konsekuen akan kebebasan – kebebasan asasi yaitu kenbebasan menyatakan
pendapat, berkumpul dan berserikat.
Berkaitan dengan itu, dapat diamati banyaknya pemimpin politik yang
bersedia melakukan liberalisaasi namun sedikit sekali yang bersedia melakukan dan
mendukung demokratisasi. Kesediaan melakukan liberalisasi dalam artian tersebut
itu karena diduga dan diharap dapat mempertinggi tingkat kesuksesan kekuasaan,
karena itu mengukuhkan legitimasinya, sementara demokratisasai dihalangi karena
secara keliru diduga dan dikuatirkan akan merongrong pemerintahan. Inilah
tantangannya.
Masalah-Masalah Penting
Berikut ini adalah beberapa persoalan yang diperkirakan akan mewarnai
wacana nasinal tentang sosial dan agenda reformasi yang dikehendaki oleh kelas
menengah Indonesia yang sedang tumbuh. Gejala gejala yang timbul, sebagaimana
telah diisyaratkan tadi, harus dibaca sebagai dampak positif tingkat kecerdasan
mum yang semakin tinggi dan kenaikan kemampuan ekonomi rakyat umum sebagai
hasil pembangunan nasional.
1. Reformasi damai namun prinsipil. Penolakan kepada perubahan radikal dan
revolusioner tidak saja didasarkan pada trauma – trauma masa lalu yang masih
mencekam, tapi juga karena pertimbangan bahwa suatu perubahan yang
radikal merusak aset – aset positif yang telah berhasil dibangun.
2. Konstitusionalisme. Bersangkutan dengan reformasi damai itu ialah faham
menegakkan konstitusi.
3. Terti hukum dan “Predictability”. Benar atau tidak materi permasalahannya,
ramainya isu kolusi dikalangan penegak hukun dinegeri kita menunjukkan
adanya kelemahan dalam tertib hukum.
4. Masalah akhlak atau etika dan moral.banyak tinjauan dari luar yang hendaknya
tidak begitu saja kita tolak secara ksenofobis-xenophic yang mengatakan
bahwa negeri kita adalah negeri yang secara etis dan moral sosial-politik dan
ekonomi termasuk lunak.
5. Pengawasan sosial. Karena masakah etika dan moral termasuk yang dikaitkan
dengan ajaran agama pada analisis terakhir adalah masalah pribadi yang tidak
dicampuri oleh orang luar.
6. Kebebasan –kebebasan asasi.Pertama, yang positif berupa kebebasan
akademik yang relatif cukup baik di negeri kita.kedua yang
negatif, kebebasan menyatakan pendapat secara mum, termasuk kebebasan
pers, yang jauh dari mantap dan penuh percaya diri.
7. Andalan kepada sistem dan struktur, bukan pribadi..salah satu hasil yang
diharapkan dari tegaknya konstitusi, tertib hkum, pengawasan sosial dan
pelaksanaan kebebasan – kebebasab asasi.
8. Keadilan kekuasaan dan ketahanan budaya. “Power tends to corrupt and
absolout power corrupts absolutely” ( kekuasaan cenderung curang, dan
kekuasaan mutlak curang secara mutlak pula.
Reformasi sosio moral yang berdasarkan ideologi pancasila berarti akan
menciptakan:
1. Sistem kelembagaan
2. Sistem tanggap nilai
3. Sistem norma yang ideal (esprit dan ethos).
4. Ini berarti suatu ideologi apapun namanya termasuk ideologi pancasila,
“terbuka” terhadap suatu perubahan yang datangnya dari luar.Walaupun nilai-
nilai dasar yang terkandung didalamnya tidak berubah.Sebagai hasil dari sosio-
moral tecipta suatu peradaban dalam masyarakat berdasarkan pancasila.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan terhadap Pancasila sebagai ideologi nasional diatas,
sehingga kiranya diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang
memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat,
recht dan negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.
2) Pancasila merupakan nilai dan cita bangsa Indonesia yang tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat kita sendiri.
3) Sumber semangat ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat dalam Penjelasan
Umum UUD 1945.
4) Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang
berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern.
5) Perwujudan atau pelaksanaan nilai-nilai instrumental dan nilai-nilai praktis harus
tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan nilai dasarnya.
B. SARAN
Pancasila sebagai suatu ideologi yang memuat pandangan dasar dan cita-
cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, recht dan negara Indonesia, yang
bersumber dari kebudayaan Indonesia yang digali dan diambil dari kekayaan rohani,
moral dan budaya masyarakat kita sendiri. Kita sebagai generasi muda penerus
bangsa sebaiknya tetap menggunakan dan terus mempertahankan Pancasila
sebagai nilai dasar sebagai ciri khas kita sebagai suatu bangsa. Tanpa harus
terpengaruh dengan budaya luar yang terus menerpa bangsa kita ini.