Anda di halaman 1dari 15

Makalah Ideologi Pancasila

kelas : X MIPA 2
Tema : Masuknya Berbagai Paham dan Ideologi dari Luar
Kelompok :2
Nama :1. Dela Awaliyah Fitri
2. Erlin Septianingsih
3. Hikmah Amaliyah
4. Ita Fitriyah
5. Mamduhatul Magfiroh
6. Serliyani
7. Siti Zahro Aini

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA CILEGON


TAHUN AJARAN 2016-2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak macam ideologi di dunia ini. Hampir masing-masing negara
mempunyai ideologi tersendiri yang sesuai dengan negaranya.Karena
ideologi merupakan dasar atau ide atau cita-cita negaratersebut untuk semakin
berkembang dan maju. Namun, dengansemakinberkembangnya zaman, ideologi
negara tersebut tidak boleh hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam
pada setiap warganya.
Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila. Ideologi pancasila ini dijadikan
sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara
Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan ideologi inilah bangsa Indonesia bisa
mencapai kemerdekaan dan
Bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam maupun sumberdaya
manusianya. Namun, dengan seiring berjalannya waktu, semakin maju zaman, dan
semakin maju teknologi seolah-olah ideologi pancasila hanya sebagai pelengkap
negara agar tampak bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang merdeka dan
mandiri. Banyak tingkah laku baik kalangan pejabat maupun rakyatnya bertindak
tidak sesuai dengan ideologi pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita
sedikit melenceng dari ideologi pancasila. Selain berkembangnya ideologi-ideologi
luar atau selain pancasila tetapi juga bangsi Indonesia kurang mengerti ideologinya
bahkan tidak tahu sama sekali. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini
dengan judul “Pancasila Sebagai Ideologi Nasional” agar kita mengenal ideologi kita
dan bertindak sesuai dengan ideologi kita.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut
1.1 Apa PengertianIdeologi
1.2 Isi Ideologi
1.3 Apa Peranan Pancasila sebagai Ideologi Nasional
1.4 Dimensi-dimensi apa yang terdapat didalam Ideologi
1.5 Perbedaan Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
1.6 Seperti apa Ideologi Bangsa-bangsa didunia
1.7 Reformasi Sosio Moral

3. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian idiologi secara umum,
2. Untuk mengetahui isi dari ideologi
3. Untuk mengetahui, dan memahami Peranan Pancasila sebagai Ideologi
Nasional
4. Mengetahui macam-macam dimensi ideologi
5. Membandingkan Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
6. Memberikan penjelasan mengenai Ideologi Bangsa-bangsa didunia
7. Reformasi Sosio Moral
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan
oleh Destus de Tracypada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang
ide“. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara
memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat
Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi
politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh
anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran
abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah
publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap
pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai
sistem berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi Marxisme).

Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan, pengertian.
Kata kerja Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata “logi” yang
berasal dari bahasa Yunani logos yang artinya pengetahuan. Jadi Ideologi
mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-
ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam
pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan cita-cita.

Dalam perkembangannya terdapat pengertian Ideologi yang dikemukakan


oleh beberapa ahli.Istilah Ideologi pertama kali dikemukakan oleh
 Destus de Tracy seorang Perancis pada tahun 1796. Menurut Tracy ideologi
yaitu ‘science of ideas’, suatu program yang diharapkan dapat membawa
perubahan institusional dalam masyarakat Perancis.
 Marx mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan
berdasarkan kepenti-ngan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang
politik atau sosial ekonomi.
 Gunawan Setiardjo mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide
asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-
cita hidup.
 Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua pengertian Ideologi yaitu Ideologi
secara fungsional dan Ideologi secara struktural. Ideologi secara fungsional
diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang
masyarakat dan negara yang dianggap paling baik.
Ideologi secara fungsional ini digolongkan menjadi dua tipe, yaitu Ideologi
yang doktriner dan Ideologi yang pragmatis.
1) Ideologi yang doktriner bilamana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam
Ideologi itu dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi
secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah. Sebagai contohnya
adalah komunisme.
2) Ideologi yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang terkandung di dalam
Ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun
dirumuskan secara umum hanya prinsip-prinsipnya, dan Ideologi itu
disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem
pendidikan, system ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik.

Pelaksanaan Ideologi yang pragmatis tidak diawasi oleh aparat partai atau
aparat pemerintahmelainkan dengan pengaturan pelembagaan (internalization),
contohnya individualisme atau liberalisme. Ideologi secara struktural diartikan
sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap
kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.

B. Isi Ideologi Pancasila


Ideologi berupa kumpulan pikiran- pikiran rakyat yang mengandung
pandangan tentang keadaan bangsa, memuat perspektif atau harapan masa
depan bangsa dan memberi arah serta dorongan bagi seluruh kegiatan manusia.
Istilah nasional disini dapat diartikan kumpulan masyarakat yang telah menetap
dalam suatu negara.

Pemikiran yang menarik dikemukakan oleh A.M.W Pranarka, 1997:16


bahwa ideologi dalam tradisi pemikiran yang terjadi di Indonesia (sebagai bagian
dari perjalanan sejarah bangsa) pada hakekatnya juga sebuah pedoman
perjuangan. Karena itu ia juga merupakan suatu keyakinan, sebuah “belief
system”. Karenanya pula di dalamnya terkandung elemen kognitif intelektual, yaitu
cita- cita maupun elemen psikologis yaitu kekuatan untuk membuat dan
menentukan pilihan- pilihan kebijakan yang bersifat psikologis.

Pada prinsipnya terdapat tiga arti utama dari kata ideologi, yaitu
(1) ideologi sebagai kesadaran palsu;
(2) ideologi dalam arti netral; dan
(3) ideologi dalam arti keyakinan yang tidak ilmiah
Ideologi dalam arti yang pertama, yaitu sebagai kesadaran palsu biasanya
dipergunakan oleh kalangan filosof dan ilmuwan sosial. Ideologi adalah teori-teori
yang tidak berorientasi pada kebenaran, melainkan pada kepentingan pihak yang
mempropagandakannya. Ideologi juga dilihat sebagai sarana kelas atau kelompok
sosial tertentu yang berkuasa untuk melegitimasikan kekuasaannya.
Arti kedua adalah ideologi dalam arti netral. Dalam hal ini ideologi adalah
keseluruhan sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikap dasar suatu kelompok sosial atau
kebudayaan tertentu. Arti kedua ini terutama ditemukan dalam negara-negara yang
menganggap penting adanya suatu “ideologi negara”. Disebut dalam arti netral
karena baik buruknya tergantung kepada isi ideologi tersebut.[1]
Arti ketiga, ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiah, biasanya digunakan
dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang positivistik. Segala pemikiran yang tidak
dapat dibuktikan secara logis-matematis atau empiris adalah suatu ideologi. Segala
masalah etis dan moral, asumsi-asumsi normatif, dan pemikiran-pemikiran
metafisis termasuk dalam wilayah ideologi.[2]

Dari tiga arti kata ideologi tersebut, yang dimaksudkan dalam pembahasan ini
adalah ideologi dalam arti netral, yaitu sebagai sistem berpikir dan tata nilai dari
suatu kelompok. Ideologi dalam arti netral tersebut ditemukan wujudnya dalam
ideologi negara atau ideologi bangsa. Hal ini sesuai dengan pembahasan
Pancasila sebagai ideologi negara Republik Indonesia

C. Peranan Pancasila sebagai Ideologi Nasional


Sebagaimana diuraikan di muka, ideologi mengandung nilai-nilai dasar,
norma-norma dan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh masyarakat penganutnya.
Karena itu, ideologi memiliki peranan sebagai dasar, arah, dan tujuan yang ingin
dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

a. Sebagai Dasar
Artinya merupakan pangkal tolak, asas atau fundasi di atas mana semua kegiatan
kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara dibangun dan dasar tersebut
umumnya berasal dari nilai-nilai yang berkembang dan hidup dalam masyarakat itu
sendiri (dimensi realitas). Pancasila sejak awal pembahasannya (sidang BPUPKI
tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 dan sidang gabungan tanggal 22 Juni
1945) memang direncanakan untuk dijadikan Dasar Negara. Tanggal 18 Agustus
1945 sidang PPKI menetapkan secara resmi Pancasila sebagai dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
b. Sebagai Pengarah
Artinya sebagai pengatur dan pengendali kehidupan masyarakat, bangsa dan
Negara berupa norma-norma atau aturan-aturan yang harus dipatuhi agar arah
untuk mencapai cita-cita atau tujuan tidak menyimpang (dimensi normalitas). Disini
Pancasila menjelmakan diri sebagai pengarah, pengendali di dalam setiap gerak
tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran sebagai pengarah ditunjukkannya
pada kedudukan Pancasila sebagai “sumber dari segala sumber hukum” segala
peraturan hukum dan perundang-undangan yang ada di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

c. Sebagai Tujuan
Artinya semua aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada akhirnya mengarah pada suatu tujuan atau cita-cita yang
terkandung dalam ideologi yang dipakai. Pancasila sebagai ideologi nasional akan
memberikan motivasi dan semangat untuk melaksanakan pembangunan bangsa
secara adil dan seimbang untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 (dimensi idealitas).

D. Macam-macam dimensi ideologi


 Dimensi Realitas
Pada dimensi ini, ideologi merupakan pencerminan realitas yang hidup dalam
masyarakat. Nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber dari nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat penganutnya, sehingga mereka tidak asing dan
merasa dipaksakan untuk melaksanakannya, karena nila-nilai dasar itu telah
menjadi milik bersama.
 Dimensi Idealitas
Disini ideologi mengandung cita-cita dalam berbagai bidang kehidupan yang
ingin dicapai oleh masyarakat penganutnya. Cita-cita yang dimaksud hendaknya
berisi harapan-harapan yang mungkin direalisasikan.
 Dimensi Normalitas
Artinya ideologi mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikat masyarakatnya,
berupa norma-norma atau aturan-aturasn yang harus dipatuhi yang sifatnya positif.
 Dimensi Fleksibilitas
Disini ideologi seyogyanya dapat mengikuti spirit perkembangan zaman, sesuai
tuntunan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dimensi ini terutama
terdapat pada ideologi yang bersifat terbuka dan demokratis.
E. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
a) Pengertian Ideologi terbuka
Ideologi terbuka hanya berisi orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya
ke dalam tujuan-tujuan dan norma norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan
dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat.

Operasional cita-cita yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori,
melainkan harus disepakati secara demokratis.
Dengan sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak
dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang.
 Ciri Khas “Ideologi Terbuka”
Ciri khas “Ideologi Terbuka” ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekyaan rohani, moral,
dan budaya masyarakat sendiri.
Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan
konsensus masyarakat. Ideologi terbuka tidak diciptakan, melainkan ditemukan
dalam masyarakat sendiri.Oleh karena itu ideologi terbuka itu adalah milik seluruh
rakyat; masyarakat dapat menemukan dirinya kembali di dalamnya.Ideologi terbuka
itu tidak hanya dapat dibenarkan, melainkan dibutuhkan.Ciri khas formal ideologi
terbuka adalah bahwa isinya tidak langsung operasional.Pancasila sebagai suatu
ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan
terbuka.
Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pansila besifat aktual, dinamis, antisifasif
dan senentiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Keterbukaan ideologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang
terkandung didalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya lebih kongkrit,
sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-
masalah aktual yang senentiasa berkambang seiring dengan aspirasi rakyat,
perkembangan iptek dan zaman.
Di Indonesia, dasar-dasar filosofis yang dimaksudkan itulah yang biasa disebut
sebagai Pancasila yang berarti lima sila atau lima prinsip dasar untuk mencapai atau
mewujudkan empat tujuan bernegara.

Lima prinsip dasar Pancasila itu mencakup sila atau prinsip


1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan; dan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Kelima sila tersebut dipakai sebagai dasar filosofis-ideologis untuk


mewujudkan empat tujuan atau cita-cita ideal bernegara, yaitu:
1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. meningkatkan kesejahteraan umum;
3. mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
4. ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
yang abadi, dan keadilan sosial.
b) Pengertian Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang
menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang ditasbihkan
sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima
sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi.Kebenaran suatu ideologi
tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral yang lain.Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat dirubah atau
dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial.Karena itu ideologi ini tidak mentolerir
pandangan dunia atau nilai-nilai lain.
Ciri-ciri Ideologi Tertutup
Suatu ideologi tertutup dapat dikenali dari beberapa ciri khas.Ideologi itu
bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan berupa cita-cita
sebuah kelompok yang mendasari suatu program untuk mengubah dan membaharui
masyarakat.
Ideologi tertutup adalah musuh tradisi.Kalau kelompok itu berhasil untuk merebut
kekuasaan politik, ideologinya itu akan dipaksakan pada masyarakat.Pola dan irama
kehidupan, norma-norma kelakuan an nilai-nilai masyarakat akan diubah, sesuai
dengan ideologi itu.Dengan sendirinya ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan
berlaku dan dipatuhi masyarakat oleh elit tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan
dijalankan dengan cara yang totaliter.
Ideologi tertutup biasanya bersifat totaliter, jadi menyangkut seluruh kehidupan.
Bidang yang segera dikuasai sepenuhnya dan dipergunakan bagi penyebaran
ideologi itu adalah bidang yang mempengaruhi sikap-sikap masyarakat: bidang
informasi dengan media massa dan bidang pendidikan.
Pluralisme pandangan dan kebudayaan dalam masyarakat mau dihapus. Agama-
agama sebagai bentuk kesosialan yang membuat kebal terhadap pengaruh ideologi-
ideologi dibatasi dan kalau dapat dihancurkan.Demi ideologi itu hak-hak asasi
manusia tidak dihormati lagi, sebagaimana dikatakan oleh Rousseau.Demokrasi
yang nyata dan pluralistik tidak akan ditolerir.
Ideologi tertutup tidak mengakui institusi lawan yang merelatifkan tuntutan-
tuntutannya.Kekuasaannya selalu condong ke arah total.Ideologi tertutup tidak
mengakui hak masing-masing orang untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya
sendiri.
Contoh Ideologi Tertutup
Kekerasan yang terjadi IPDN sudah lama terjadi sebelum kasus Cliff Munthu ada
Wahyu Hidayat yang menjadi korban tindak kekerasan di IPDN.

Tindak kekerasan yang IPDN sudah mendarah daging di dalam diri para praja IPDN
ini akibat beberapa doktrin yang disalah artikan oleh praja IPDN seperti:
1. Sentuhlah dengan hati, kalau tidak bisa sentuhlah ulu hatinya.
2. Kalau tidak bisa di luruskan, patahkan.
Doktrin seperti itu dijadikan pedoman bagi para senior dalam mengasuh para
juniornya.Doktrin seperti ini dapat di katagorikan sebagai ideologi tertutup.
Idelogi tertutup adalah ideologi yang ada dalam sekelompok orang yang berasaskan
pada cita-cita bersama, tidak dapat diganggu gugat oleh pihak luar dan para
penganut harus setia dan tunduk pada ideologi tersebut.
Doktrin tersebut menjadi ideologi para senior Praja dalam mengasuh yuniornya.
Doktrin tersebut tidak hanya berpengaruh bagi para praja dalam lingkungan IPDN
tetapi juga mempengaruhi mereka dalam bersosialisasi dalam kehidupan
bermasyakarat.
Akibat doktrin atau ideologi tertutup mereka, membuat peran Ideologi bangsa yaitu
Pancasila, yang diterapkan di manapun tempat di wilayah NKRI menjadi kabur dan
seakan tak berguna bagi kalangan Praja IPDN yang melakukan tindak kekerasan.
Selain itu juga Agama yang merupakan sebuah doktrin bagi Manusia dalam
menjalankan kehidupannya sesuai dengan syariat. Kiranya jelas bahwa klaim
ideologi tertutup harus selalu ditolak.Negara tidak berhak untuk membuat sebuah
ideologi tertutup menjadi dasar kebijaksanaannya.
c) Perbedaan ideologi terbuka dan tertutup
Ideologi Tertutup:
1. Merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan
memperbarui masyarakat
2. Atas nama ideologi dibenarkan pengorbananpengorbanan yang dibebankan
kepada masyarakat
3. Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu melainkan terdiri dari
tuntutantuntutankonkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan
mutlak.
Ideologi Terbuka
1. Bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar melainkan
digali dan diambildari moral, budaya masyarakat itu sendiri.
2. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan hasil
musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut
3. Nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung
operasional

F. Ideologi bangsa-bangsa di dunia


1. Liberalisme
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad
pertengahan feudal, dimana system social ekonomi dikuasai oleh kaum aristokratis
feodal dan menindas hak- hak individu. Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan
pedagang dan industri, melainkan diciptakan oleh golongan intelektual yang
digerakkan oleh keresahan ilmiah (rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencari
pengetahuan yang baru) dan artistic umum pada zaman itu.
Keresahan intelektual tersebut disambut oleh golongan pedagang dan
industri, bahkan hal itu digunakan untuk membenarkan tuntutan politik yang
membatasi kekuasaan bangsawan, gereja, dan gilde- gilde. Mereka tidak bertujuan
semata- mata untuk dapat menjalankan kegiatan ekonomi secara bebas, tetapi juga
mencari keuntungan yang sebesar- besarnya.
Masyarakat terbaik (rezim terbaik) menurut paham liberal adalah yang
memungkinkan individu mengembangkan kemampuan- kemampuan individu
sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik, semua individu harus dapat
mengembangkan pikiran dan bakat- bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu
unutk lebih bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya, dan tidak
menyuruh seseorang melakukan sesuatu untuknya atau seseorang untuk
mengatakan apa yang harus dilakukannya.

Ciri- ciri ideologi liberal sebagai berikut :


a. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik
b. Angota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk
kebebasan berbicara, kebebasan beragama, dan kebebasan pers.
c. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas.
Keputusan yang dibuat pemerintah hanya sedikit untuk rakyat sehingga
rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri mereka sendiri.
d. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga
penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah.
e. Suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian
terbesar individu berbahagia.

2. Konservatisme
Ketika liberalisme menggoncangkan struktur masyarakat feodal yang
mapan, golongan feodal berusaha mencari ideologi tandingan untuk menghadapi
kekuasaan persuasive liberalisme. Dari sinilah muncul ideologi konservatisme
sebagai reaksi atas paham liberal.
Menurut paham itu, liberalisme merupakan paham yang terlalu
individualistis. Sebaliknya, menurut paham konservatif masyarakat dan kelompok
masyarakat yang lain bukan sekedar penjumlahan unsur- unsurnya, tetapi kelompok
masyarakat yang paling banyak menciptakan kebahagiaan.

Paham konservatif cenderung ditandai dengan ciri seperti berikut :


 Masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata.
 Untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil itu diperlukan suatu
pemerintah yang memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggung jawab.
 Paham ini menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam masyarakat
untuk membantu pihak yang lemah.

3. Sosialisme dan Komunisme


Sosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-
akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad kesembilan
belas dikenal dengan sosialis utopia. Sosialime ini leboh didasarkan pada
pandangan kemanuasiaan dan menganut kesempurnaan watak manusia. Paham
sosialis berkeyakinan perubahan dapat dilakukan dengan cara damai dan
demokratis. Paham sosialis juga lebih luwes dalam hal perjuangan, perbaikan nasib
buruh secara bartahap dan dalam hal kesediaan peran serta dalam pemerintahan
yang belum seluruhnya menganut system sosialis.
Pada pihak lain, paham komunis berkeyakinan perubahan atas system
kapitalisme harus dicapai dengan cara- cara revolusi, dan pemerintahan oleh
dictator proletariat sangat diperlukan pada masa transisi.
4. Fasisme
Fasisme merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala
kemegahan upacara dan symbol- symbol yang mendukungnya untuk mencapai
kebesaran Negara.
Hal ini dapat dicapai apabila terdapat seorang pemimpin kharismatik dengan
symbol kebesaran Negara yang didukung oleh massa rakyat. Dukungan massa
yang fanatic ini tercipta berkat indoktrinasi, slogan- slogan dan symbol- symbol yang
ditanamkan sang pemimpin besar dan aparatnya. Fasisme ini pernah diterapkan di
Jerman (Hitler), Jepang, Italia, dan Spanyol.
Dewasa ini fasisme cenderung muncul sebagai kekuatan reaksioner (right
wing)di negara- negara maju, seperti skin head dan Kluk Kluk Klan di Amerika
Serikat yang berusaha mencapai dan mempertahankan supremasi kulit putih.

G. Reformasi sosial
Ideologi yang bersumber pada filsafat pancasila maka reformasi kita
bersifat sosio-moral.Sebagai suatu ideologi maka terkandung suatu kehendak untuk
bebuat sesuatu. Bagi ideologi pancasila diperlukan adanya sadar kehendak (dalam
arti tidak akan terombang-ambing). Agar tidak teombang ambing maka sadar
kehendak itu perlu sadar tujuan, sadar laku (usaha) dan sadar landasanAgenda
Reformasi Sosio-Moral
Posisi pemerintah tetap amat penting bagi proyek reformasi.Reformasi
plitik harus mendukung stabilitas dinamis yang berarti bahwa civil society harus
diberi ruang untuk bernafas lega melalui pelaksanaan yang konsisten dan
konsekuen akan kebebasan – kebebasan asasi yaitu kenbebasan menyatakan
pendapat, berkumpul dan berserikat.
Berkaitan dengan itu, dapat diamati banyaknya pemimpin politik yang
bersedia melakukan liberalisaasi namun sedikit sekali yang bersedia melakukan dan
mendukung demokratisasi. Kesediaan melakukan liberalisasi dalam artian tersebut
itu karena diduga dan diharap dapat mempertinggi tingkat kesuksesan kekuasaan,
karena itu mengukuhkan legitimasinya, sementara demokratisasai dihalangi karena
secara keliru diduga dan dikuatirkan akan merongrong pemerintahan. Inilah
tantangannya.
 Masalah-Masalah Penting
Berikut ini adalah beberapa persoalan yang diperkirakan akan mewarnai
wacana nasinal tentang sosial dan agenda reformasi yang dikehendaki oleh kelas
menengah Indonesia yang sedang tumbuh. Gejala gejala yang timbul, sebagaimana
telah diisyaratkan tadi, harus dibaca sebagai dampak positif tingkat kecerdasan
mum yang semakin tinggi dan kenaikan kemampuan ekonomi rakyat umum sebagai
hasil pembangunan nasional.
1. Reformasi damai namun prinsipil. Penolakan kepada perubahan radikal dan
revolusioner tidak saja didasarkan pada trauma – trauma masa lalu yang masih
mencekam, tapi juga karena pertimbangan bahwa suatu perubahan yang
radikal merusak aset – aset positif yang telah berhasil dibangun.
2. Konstitusionalisme. Bersangkutan dengan reformasi damai itu ialah faham
menegakkan konstitusi.
3. Terti hukum dan “Predictability”. Benar atau tidak materi permasalahannya,
ramainya isu kolusi dikalangan penegak hukun dinegeri kita menunjukkan
adanya kelemahan dalam tertib hukum.
4. Masalah akhlak atau etika dan moral.banyak tinjauan dari luar yang hendaknya
tidak begitu saja kita tolak secara ksenofobis-xenophic yang mengatakan
bahwa negeri kita adalah negeri yang secara etis dan moral sosial-politik dan
ekonomi termasuk lunak.
5. Pengawasan sosial. Karena masakah etika dan moral termasuk yang dikaitkan
dengan ajaran agama pada analisis terakhir adalah masalah pribadi yang tidak
dicampuri oleh orang luar.
6. Kebebasan –kebebasan asasi.Pertama, yang positif berupa kebebasan
akademik yang relatif cukup baik di negeri kita.kedua yang
negatif, kebebasan menyatakan pendapat secara mum, termasuk kebebasan
pers, yang jauh dari mantap dan penuh percaya diri.
7. Andalan kepada sistem dan struktur, bukan pribadi..salah satu hasil yang
diharapkan dari tegaknya konstitusi, tertib hkum, pengawasan sosial dan
pelaksanaan kebebasan – kebebasab asasi.
8. Keadilan kekuasaan dan ketahanan budaya. “Power tends to corrupt and
absolout power corrupts absolutely” ( kekuasaan cenderung curang, dan
kekuasaan mutlak curang secara mutlak pula.
Reformasi sosio moral yang berdasarkan ideologi pancasila berarti akan
menciptakan:
1. Sistem kelembagaan
2. Sistem tanggap nilai
3. Sistem norma yang ideal (esprit dan ethos).
4. Ini berarti suatu ideologi apapun namanya termasuk ideologi pancasila,
“terbuka” terhadap suatu perubahan yang datangnya dari luar.Walaupun nilai-
nilai dasar yang terkandung didalamnya tidak berubah.Sebagai hasil dari sosio-
moral tecipta suatu peradaban dalam masyarakat berdasarkan pancasila.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan terhadap Pancasila sebagai ideologi nasional diatas,
sehingga kiranya diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang
memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat,
recht dan negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.
2) Pancasila merupakan nilai dan cita bangsa Indonesia yang tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat kita sendiri.
3) Sumber semangat ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat dalam Penjelasan
Umum UUD 1945.
4) Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang
berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern.
5) Perwujudan atau pelaksanaan nilai-nilai instrumental dan nilai-nilai praktis harus
tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan nilai dasarnya.

B. SARAN
Pancasila sebagai suatu ideologi yang memuat pandangan dasar dan cita-
cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, recht dan negara Indonesia, yang
bersumber dari kebudayaan Indonesia yang digali dan diambil dari kekayaan rohani,
moral dan budaya masyarakat kita sendiri. Kita sebagai generasi muda penerus
bangsa sebaiknya tetap menggunakan dan terus mempertahankan Pancasila
sebagai nilai dasar sebagai ciri khas kita sebagai suatu bangsa. Tanpa harus
terpengaruh dengan budaya luar yang terus menerpa bangsa kita ini.

Anda mungkin juga menyukai