Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH KIMIA TERAPAN

“KANDUNGAN MINYAK ATSIRI PADA GETAH POHON DAN KULIT BUAH”

Disusun Oleh :

1. Arina Hidayati (4311415040)

2. Muhammad Taufiq (4311415047)

3. Rida Farida (4311415048)

4. Siti Khaenda (4311415053)

5. M. Amrul Muhaimin (4311415056)

6. Elsa Oktiana (4311415059)

7. Muara Intan Pertiwi (4311415071)

8. Annisa Lestari (4311415067)

9. Ina Oktafianingsih (4311416006)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang

menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Indonesia

merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat banyak

dan beragam. Keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman hewan, tumbuhan, protista,

dan fungi. Indonesia sendiri memiliki banyak jenis hewan maupun tumbuhan, baik yang

sudah diketahui maupun belum.

Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak

terbang, pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical

Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya

berujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji

maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap, tetapi dapat juga diperoleh dengan

cara lain seperti dengan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik maupun dengan

cara dipres atau dikempa dan secara enzimatik.

Dalam bidang industri, minyak atsiri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum,

antiseptik, obat-obatan, flavoung agent dalam makanan atau minuman serta sebagai

pencampur rokok kretek. Beberapa jenis minyak atsiri digunakan sebagai bahan astiseptik

internal dan eksternal, untuk bahan analgesik, haemolitik atau sebagai antizymatik serta

sebagai sedavita dan stimulans untuk obat sakit perut. Minyak atsiri yang baru diekstraksi

biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan.

Indonesia menghasilkan 40–50 jenis tanaman penghasil minyak atsiri dari 80 jenis

minyak atsiri yang diperdagangkan di dunia dan baru sebagian dari jenis minyak atsiri
tersebut yang memasuki pasar dunia, diantaranya nilam, sereh wangi, gaharu, cengkeh,

melati, kenanga, kayu putih, cendana, dan akar wangi. Meskipun Indonesia merupakan salah

satu pemasok minyak atsiri dunia, tetapi kenyataannya ada sejumlah minyak atsiri yang juga

diimpor. Padahal minyak atsiri yang diimpor tersebut dapat diproduksi oleh Indonesia

sebagai contoh, bergamot, orange, lemon, lime, citrus, geranium, jasmine, lavender,

peppermint, cornmint, dan vetiver. Berdasarkan pemaparan diatas maka makalah ini akan

membahas apa yang dimaksud minyak atsiri pada getah pohon dan kuit buah, struktur

utamanya, dan manfaat.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan minyak atsiri ?

2. Apa saja kandungan minyak atsiri dari getah pohon pinus dan kulit jeruk nipis ?

3. Bagaimana cara pengolahan untuk memperoleh minyak atsiri dari getah pohon pinus

dan kulit jeruk nipis ?

4. Apa saja manfaat dari minyak atsiri dari getah pohon pinus dan kulit jeruk nipis ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui unsur pengertian minyak atsiri.

2. Untuk mengetahui kandungan minyak atsiri dari getah pohon pinus dan kulit jeruk

nipis.

3. Untuk mengetahui cara pengolahan untuk memperoleh minyak atsiri dari getah

pohon pinus dan kulit jeruk nipis.

4. Untuk mengetahui manfaat dari minyak atsiri pada getah pohon pinus dan kulit jeruk

nipis.
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian MINYAK ATSIRI

Minyak yang ada di alam dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : minyak mineral

(mineral oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan, serta minyak atsiri (essential

oil). Minyak atsiri dikenal juga dengan nama eteris atau minyak terbang (volatile oil) yang

dihasilkan oleh tanaman. Minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami

dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman

penghasilnya, umunya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.

Dalam bidang industri, minyak atsiri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum,

antiseptik, obat-obatan, flavoung agent dalam makanan atau minuman serta sebagai

pencampur rokok kretek. Beberapa jenis minyak atsiri digunakan sebagai bahan astiseptik

internal dan eksternal, untuk bahan analgesik, haemolitik atau sebagai antizymatik serta

sebagai sedavita dan stimulans untuk obat sakit perut. Minyak atsiri yang baru diekstraksi

biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan.

Minyak atsiri dapat menguap pada suhu kamar dan penguapannya semakin besar

seiring dengan kenaikan suhu. Umumnya minyak atsiri larut dalam alkohol encer yang

konsentrasinya kurang dari 70%. Daya larut tersebut akan lebih kecil jika minyak atsiri

mengandung fraksi terpene dalam jumlah besar. Sifat minyak atsiri ditentukan oleh

persenyawaan kimia yang terdapat di dalamnya, terutama persenyawaan tak jenuh (terpene),

ester, asam dan aldehida serta beberapa jenis persenyawaan lainnya. lainn

Kandungan minyak atsiri secara umum :


1. unsur-unsur dasar; karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O), ka-dang-kadang juga

terdiri atas nitrogen (N) dan belerang (S).

2. resin dan lilin dalam jumlah kecil yang merupakan komponen tidak dapat menguap.

3. hidrokarbon sebagian besar terdiri atas : monoterpen (2 unit isoprene), sesouiterpen (3

unit isoprene), diterpen (4 unit isoprene), politerpen, parafin, olefin dan hidrokarbon

aromatik. Kom-ponen hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas dari

setiap jenis minyak, sebagai contoh minyak jeruk mengandung 90% limonen.

Oxygeneted Hydrocarbon mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan

oksigen (O). Yang termasuk oxygeneted hydrocarbon adalah persenyawaan alkohol,

aldehida, keton, oksida, ester dan eter. Ikatan karbon dalam oxygeneted hydrocarbon

ada yang jenuh dan ada yang tidak jenuh. tidak jenuh tidak jenuh

II. MINYAK ATSIRI DARI GETAH PINUS

Pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vries) sebagai salah satu tumbuhan yang mampu

menghasilkan minyak atsiri secara alami tumbuh berkelompok pada beberapa daerah, salah

satunya adalah Kalimantan Selatan. Minyak atsiri dari pinus didapat melalui destilat daun

maupun ranting (Budi Sutiya. 2006).

Pinus merupakan jenis tanaman yang tersebar luas hampir di seluruh dunia dan menempati

ratusan juta hektar wilayah hutan. Terdapat kurang lebih 105 jenis pinus yang tersebar secara

alami di berbagai tempat tumbuh yang berbeda-beda di benua Eropa, Amerika, Afrika dan

Asia. Tanaman ini sebagian besar berada di sebelah utara garis khatulistiwa. Getah pinus

(colophony) merupakan cairan yang transparan dan agak pucat, jernih, kental, lengket,

memiliki daya rekat yang cukup tinggi dan apabila diuapkan akan menjadi rapuh. Jenis getah

ini terutama mengandung senyawa-senyawa terpenoid, hidrokarbon dan senyawa netral


Gambar 1. Tanaman Pinus merkusii

Sistematika klasifikasi tanaman pinus adalah sebagai berikut:

 Kingdom : Plantae

 Divisio : Spermatophyta

 Class : Pinopsida

 Ordo : Pinales

 Famili : Pinaceae

 Genus : Pinus
 Spesies : Pinus merkusii Jungh. et deVries

 Nama lokal : Pinus

Pinus merkusii dapat tumbuh di tanah kurang subur, tanah berpasir, dan tanah

berbatu,dengan curah hujan tipe A-C pada ketinggian 200-1.700 m diatas permukaan laut.Di

hutan alam masih banyak ditemukan pohon besar berukuran tinggi 70 m dengan diameter 170

cm (Harahap dan Izudin, 2002).

 Getah Pinus

Getah pinus (colophony) merupakan substansi yang transparan, kental dan memiliki

daya rekat yang cukup tinggi (Mulyaningrum, 2008). Getah yang dihasilkan Pinus merkusii

digolongkan sebagai oleoresin. Oleoresin merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin

yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis daun jarum

tersayat atau pecah (Hillis, 1987). Penamaan oleoresin digunakan untuk membedakan getah

(natural resin) yang muncul pada kulit atau dalam rongga-rongga jaringan kayu dari berbagai

genus anggota Dipterocarpaceae atau Leguminoseae dan Caesalpiniaceae (Mulyaningrum,

2008). Jenis getah tersebut terutama mengandung senyawa-senyawa terpenoid, hidrokarbon

dan senyawa netral.

Tabel 1. komponen kimia dalam getah pinus.

Pinus kesiya
Pinus Pinus Pinus Pinus Pinus
Komponen var.
massoniana latteri yunnanensis elliottii armandi
langbianensis

𝜶-pinene 31,7 37,4 38,8 38,5 15,2 21,8


Kamfen 0,5 0,3 0,4 0,5 0,3 0,3

𝜷-pinene 1,2 0,3 0,4 2,0 12,4 2,3

Myrcene 0,4 0,2 0,5 0,5 0,4 0,6

Dipentene 0,5 0,2 0,5 1,7 3,2 0,8

𝜶-terpineol Tr 0,1 0,1 0,1 Tr 0,1

Longifolene 9,5 - 2,1 - - 1,7

Trans-
1,4 Tr Tr Tr - 0,3
Carryophylene

Farnesene 0,5 0,3 0,1 0,1 - 0,2

8, 15 Asam
0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 1,0
Isopimara

Asam piramat 0,1 0,3 0,2 0,7 0,9 0,4

Asam
4,1 0,1 4,1 2,9 2,8 2,6
communic

Asam sandara
1,3 3,7 1,2 1,4 3,8 1,3
kopimarat

Asam
0,2 10,6 1,2 1,4 11,2 14,0
isopimarat

Asam rosin

(palustrat dan 21.5 24,3 28,5 31,0 26,0 7,7

levopimarat)

Asam
1,7 1,2 2,7 2,6 2,05 0,7
dehydroabietat

Asam abietat 10,9 8,2 8,2 5,5 4,7 20,1


Asam
9,9 2,7 8,5 8,7 11,3 4,2
neoabietat

Asam
- 8,2 - - - -
mercusic

Sumber: Zhaobang (1995)

Menurut Kasmudjo (1982) sineol minyak atsiri yang tinggi adalah berkisar antara 80

– 90 %. Agusta (2000) menyatakan bahwa kadar sineol daun pinus dan getah yang disadap

dari batang pinus adalah 14,2 %. Perbedaan nilai kadar sineol terkadang memang dapat

terjadi bila ada faktor-faktor yang bersifat ekstrim mempengaruhinya, misalnya saja seperti

tempat tumbuh atau daerah yang berbeda dari jenis tanaman yang sama, cara pembudidayaan

tanaman, perlakuan minyak setelah disuling dan faktor lainnya.

Minyak Atsiri Pinus

Minyak terpentin yang diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus famili

Pinaceae yang terbagi dalam 80-90 jenis (spesies) (Gunawan dkk,2004) yang sering disebut

dengan spirits of turpentine berupa cairan yang mudah menguap, berasal dari penyulingan

getah pinus. Minyak terpentin secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu yang

dihasilkan dari getah pinus dan yang dihasilkan dari kayu pohon pinus. Secara umum minyak

terpentin dapat diperoleh dengan 4 cara yaitu:

1. Destilasi getah pinus yang diperoleh dengan menyadap pohon pinus yang masih

hidup (terpentin dari getah).

2. Ekstraksi dari potong-potongan/irisan ujung batang pohon pinus yang tua,

dilanjutkan dengan destilasi (terpentin kayu hasil destilasi uap dan ekstraksi)

3. Destilasi destruksi, yaitu destilasi terhadap potongan kayu pinus yang berumur

tua (terpentin hasil destilasi destruksi)


4. Proses sulfat, yaitu permasalahan bubur kayu pinus yang masih berumur muda

(terpentin kayu hasil proses sulfat) (Sastrohamidjojo,2009).

Berdasarkan data lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPHH) Bogor melalui proses

penyulingan, minyak terpentin Pinus merkusii Jungh.et deVries dapat menghasilkan 70-85%

terpentin komponen utama menghasilkan α-pinen, dan sisanya terdiri dari β-pinen, -karen dan

δ-longifolen (Silitonga, 1976). Terpentin ini berupa cairan tidak berwarna dengan bau khas

dan rasa menggigit, dapat larut dalam alkohol, eter, kloroform dan asam asetat

glasial.Terpentin bersifat opstis aktif dengan pemutaran bidang polarisasi bervariasi,

tergantung dari spesies pohon yang menghasilkanya jika di udara terbuka terpentin cenderung

teroksidasi membentuk komplek resin yang berwarna lebih gelap (Gunawan dkk, 2010).

Produksi minyak terpentin dari getah pinus sampai dengan bulan Desember 2014,

dilaporkan mencapai 17.150 ton dengan luas hutan pinus sekitar 876.992,66 hektar

(Perhutani, 2014).Kandungan utama dari minyak terpentin mentah adalah monoterpen

hidrokarbon seperti (a) α-pinena, (b) β-pinena dan (c) 3-pinena.Komponen penyusun minyak

terpentin ditunjukkan pada Gambar berikut.

Gambar 3. Komponen penyusun minyak terpentin

Minyak terpentin dapat digunakan dalam berbagai macam bidang industri. Kegunaan

minyak terpentin dapat disajikan sebagai berikut:


a. Kegunaan paling penting minyak terpentin, sebagai bahan baku industri kimia dan

farmasi seperti sintesis kamfer, terpineol, dan terpenil asetatat.

b. Minyak terpentin digunakan sebagai minyak dalam industri cat dan pernis.

c. Kegunaan lain, yaitu dalam industri perekat dan pelarut lilin. (Wijayati, 2011)

 Asam Resin

Menurut Silitonga dan Suwardi (1977), getah pinus, sama halnya dengan gondorukem

terdiri dari senyawa asam. Asam-asam yang terdapat dalam getah pinus ataupun produk

olahannya seperti gondorukem disebut juga asam-asam resin. Asam resin ini merupakan

derivat diterpenoid-monokarboksilat dari alkil hidropenanthren yang mempunyai rumus

molekul C20H30O2 (Kirk dan Othmer, 1972). Namun demikian, selain mengandung

sejumlah asam, getah pinus juga mengandung senyawa terpen lainnya.

Komposisi asam resin pada hasil olahan getah pinus seperti pada gondorukem berbeda

berdasarkan letak geografi maupun jenisnya.

Tabel 2. Asam Resin Berdasarkan Letak Geografis

No Jenis asam resin Indonesia Cina Meksiko Portugal Brazil

1. As. Pimarat 0,2 8,3 5,4 8,6 4,0

2. As. sandrakopimarat 7,8 2,3 1,3 1,9 2,0

3. As. Palustrat 18,5 13,1 23,4 21,5 12,3

4. As. Isopimarat 16,0 1,5 12,4 4,5 15,9

5. As. Abietat 28,9 48,4 12,8 26,3 36,1

6. As. Dehidroabietat 3,6 4.5 5,6 5,9 3,1

7 As. Neoabietat 6,0 12,4 10,3 18,1 12,8


8. As. Dihidroabietat 0,0 0,8 0,6 0,0 0,4

9. As. Merkusat 6,5 0,0 0,0 0,0 0,0

Sumber: Moyers et al (1989)

Tabel 3. Komposisi Asam Resin Berdasarkan Daerah Asal Bahan Baku

No. Janis asam resin Jawa barat Jawa timur Sumatera utara

1. As. Pimarat 0,0 0,0 0,0

2. As. Sandrakopimarat 12,2 11,7 11,0

3. As. Palustrat 17,9 17,6 18,8

4. As. Isopimarat 9,7 17,2 12,7

5. As. Dihidroabietat 27,7 15,6 11,6

6. As. Abietat 17,0 24,0 33,8

7. As. Neoabietat 1,3 1,5 2,5

8. As. Merkusat 14,2 12,3 9,7

Sumber: Wiyono et al (2006)

Asam resin secara garis besar dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tipe abietat dan

tipe pimarat. Tipe abietat terdiri dari asam-asam abietat, levopimarat, palustrat, neoabietat,

dehidroabietat. Tipe pimarat terdiri dari asam pimarat dan isopimarat. Asam abietat,

neoabietat dan levopimarat bersifat tidak stabil dan mudah terisomer oleh panas dalam

suasana asam, sedangkan tipe pimarat biasanya akan cenderung lebih stabil (Harris dalam

Silitonga dan Suwardi, 1977).


Asam Resin Tipe Abietat

Asam Resin Tipe Pimarat

Gambar 2. Struktur molekul asam-asam resin dalam rosin (shen zaobang, 1995)

 Manfaat Getah Pinus

Pohon pinus yang biasa kita lihat didaerah pegunungan ternyata menghasilkan getah

yang sangat berguna untuk kita,hasil dari getah pinus itu bisa menghasilkan minyak terpentin

yang mengandung senyawa terpene yaitu salah satu isomer hidrokarbon tak jenuh dari C10
H163 terutama monoterpene alfa-pinene dan beta-pinene, terpentin biasanya digunakan

sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak,bahan campuran vernis yang biasa kita

gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia lainnya.

Aroma terpentin harum seperti minyak kayu putih, karena keharumannya itu terpentin bisa

digunakan untuk bahan pewangi lantai atau pembunuh kuman yang biasa kita beli, tapi ada

lagi kegunaan lain dari terpentin sebagai bahan baku pembuat parfum, minyak esensial dari

getah pinus ini diekstrak sehingga bisa menghasilkan terpinol yaitu alfa-terpinol merupakan

salah satu dari 3 jenis alkohol isomer beraroma harum.

 Terpineol bisa bermanfaat untuk kesehatan yaitu untuk relaksasi bila digunakan

sebagai bahan campuran minyak pijat.Aromanya yang harum dijadikan minyak pijat

aromaterapi karena saat dioleskan kekulit akan terasa relaksasinya bila digunakan

dengan dosis sesuai aturan. Bisa digunakan juga untuk bahan makanan tapi bukan

dalam bentuk getahnya melainkan dari gum rosin yang telah diesterfikasi dengan

gliserol dibawah atmosfir nitrogen menjadi gum rosin ester, salah satu bahan

tambahan pembuatan permen karet sehingga menjadi kenyal dan lentur. Aman untuk

dikonsumsi karena sudah diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika

Serikat jadi Anda tidak perlu khawatir memakan permen karetnya. Gondorukem

didapat dari hasil pengolahan getah pinus,bersifat rapuh,bening,mempunyai titik leleh

rendah dan bau khas terpentin serta tidak larut dalam air.

 Manfaat gondorukem adalah :

1) Industri Batik : bahan penyampur lilin batik sehingga diperoleh malam. kebutuhan

kira-kira 2.500 ton/thn

2) Industry kertas : bahan pengisi dalam pembuatan kertas.kebutuhan kira-kira 0,5 %

dari produksi kertas atau 2.000 ton/thn


3) Industry sabun : sebagai campuran kira-kira 5-10% dari berat sabun.

4) Pembuatan Vernish,tinta,bahan isolasi listrik,korek api,lem,industry kulit dan lalin-

lain.

5) Di luar negeri manfaat lain gondorukem dan derivatnya digunakan untuk membuat

resin sintetis,plastic,lem,aspal,bahan pliitur,lak sintetis,industry sepatu,galangan

kapal,dll.

Untuk minyak terpentin-nya dapat digukana secara langsung dan muurni melalui upaya

distilalsi ualng serta melalui pengolahan lanjutan,misalnya untuk pelarut organic,pelarut

resin,bahan semir sepatu,logam dan kayu dan bahan kamfer sintetis dll.

 Gondorukem (Resina colophium)

Gondorukem (Resina colophium) adalah hasil olahan destilasi uap getah sadapan batang

pinus (oleoresin) selain minyak terpentin. Gondorukem berbentuk padatan berwarna kuning

kecoklatan, sedangkan minyak terpentin berwujud cairan putih bening. Rosin atau

gondorukem merupakan asam organik alkyl tricyclic tak jenuh yang berasal dari derivat

alam. Komponen senyawa utama dari rosin adalah asam abietat dan asam pimarat yang

memiliki sifat amfipatik yaitu mempunyai gugus karboksil yang bersifat hidrofilik dan

molekul tricyclic yang bersifat hidrofobik (Wiyono, 2009).

Indonesia sebagai produsen gondorukem ke-3 terbesar di dunia dengan volume

produksi mencapai 60.000 ton/tahun, harus dapat memanfaatkan gondorukem sebagai bahan

baku menjadi produk yang mempunyai nilai tambah agar nilai jual ekspor dari produk

gondorukem menjadi lebih meningkat (Fachrodji, 2010). Potensi penggunaan dari senyawa
gondorukem diantaranya banyak dimanfaatkan untuk bahan industri kertas, bahan pelunak

plester, sebagai campuran perona mata (eyeshadow), batik, sabun, vernis, isolasi alat listrik

dan tinta cetak.

 Pengolahan Getah pinus

Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT) Perum

Perhutani, bahan baku industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui

beberapa tahapan :

1) Penerimaan & Pengujian Bahan Baku

2) Pengenceran

3) Pencucian & Penyaringan

4) Pemanasan/pemasakan

5) Pengujian& Pengemasan Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil

distilasi/penyulingan dari getah Pinus.

Gondorukem berupa padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua. Sedangkan

Terpentin berbentuk cair berwarna jernih serta merupakan pelarut yang kuat.

 Proses pengolahan getah menjadi gondorukem pada umumnya meliputi 2 tahapan :

 Pemurnian getah dari kotoran-kotaran

 Pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara distilasi/penguapan.

 Proses pemurnian getah.

o pengenceran getah dengan terpentin

o pengambilan/penyaringan kotoran kasar

o pencucian & pemisahan kotoran halus dengan penyaringan maupun pengendapan.

 Proses pemisahan gondorukem dari terpentinnya.


o dilakukan dengan pemanasan langsung

o dilakukan dengan pemanasan tidak langsung. (menggunakan uap) Dalam

perdagangan, gondorukem dibedakan dalam beberapa mutu/kualitas.

 Faktor utama yang menentukan mutu adalah :

o warna

o titik lunak

o kadar kotoran.

Di Indonesia telah dibuat standardisasi mengenai mutu gondorukem, yang dikelompokan

dalam mutu I, mutu II, mutu III serta lokal. Warna gondorukem disebut dengan X (Rex)

untuk warna yang paling jernih, kemudian WW (Water White) untuk warna yang beningnya

seperti air dan WG (Window Glass) untuk warna yang bening seperti kaca jendela dan N

(Nancy) untuk warna Kuning kecoklat-coklatan, dan M dan seterusnya untuk warna yang

lebih gelap. Softening point, adalah komponen mengenai kekerasannya yang ditunjukkan

dengan derajat Celcius (°C). Kadar kotoran yang ditunjukkan dalam prosen (%) adalah

kotoran-kotoran kasar yang terkandung dalam gondorukem.

 Untuk terpentin hanya ditentukan satu mutu, yakni :

o warna jernih

o kandungan kotoran

o komposisi Alpha pinene & Betha pinene

o Aroma Khas Terpentin.

Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin, dihasilkan dari

hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii. Getah Pinus yang dikumpulkan dan diterima di

PGT berupa :

o cairan kental yang bercampur dengan kristal,


o air,

o serpihan kayu,

o daun pinus,

o kembang pinus,

o dan kotoran-kotoran lain yang sengaja/tak sengaja dicampurkan (tanah, pasir dll).

Oleh karenanya Kualitas Getah ditentukan oleh kadar kotoran dan warnanya. Untuk

memperoleh Gondorukem berkualitas baik diperlukan getah yang baik pula. Karenanya

sangat membantu bila sekiranya getah bisa dipisahkan sesuai dengan kualitasnya. Kalau

tidak, maka diperlukan peralatan yang baik dan canggih untuk mendapatkan kembali getah

yang berkualita baik. Dalam proses pengenceran getah dengan penambahan beberapa liter

terpentin sesuai dengan kondisi getah yang akan diproses. Pengenceran getah ini

dimaksudkan untuk memudahkan pemisahan kotoran dari getah maupun memudahkan

didalam pemindahan dan penyaringannya. Setelah mencapai kondisi pengenceran yang

diinginkan maka larutan getah didiamkan/diendapkan beberapa menit untuk memberikan

kesempatan terjadinya endapan kotoran dan air turun kebawah, setelah itu dilakukan

pembuangan dan penyaringan. Dari hasil akhir proses pada tangki pemurnian dapat diketahui

hasil gondorukem dan terpentin yang baik atau tidak. Pada proses tangki pemurnian ini pula

sangat ditentukan perlakuan yang cermat dan trampil, karena meskipun dari hasil proses

pencucian berhasil sempurna namun tanpa ada dukungan dari proses pemasakan yang baik

maka hasil dari gondorukem pun jadi bermutu rendah, misalnya titik lunak terlalu rendah,

browning/hangus, atau berkristal. Untuk itu didalam menangani tangki pemasakan ini

diperlukan ketelitian dan kecermatan operator didalam melakukan pemasakan maupun

mengenal peralatan yang ditangani (karakter alat).

 Pada proses pemasakan yang perlu diperhatikan antara lain :

- Pemanasan harus bertahap


- Tekanan vakum

- Tekanan uap dari uap penekan (Open steam) tidak terlalu besar (golakan tidak

terlalu besar)

- Suhu pemanasan

- Suhu peludangan (canning)

Manfaat gondorukem sebagai pendarih kertas

Gondorukem digunakan pula sebagai bahan perekat yang berfungsi sebagai tackifier,

pemacu perekatan (adhesion promoter) atau pemacu kekentalan (viscosity promoters) untuk

memperbaiki sifat-sifat produk akhir (Coppen dkk., 1995). Dalam industri kertas,

gondorukem atau rosin digunakan sebagai bahan pendarihan (sizing agent) untuk

memperbaiki sifat kertas.

Rosin adalah bahan pendarih kertas alami yang bekerja pada kondisi pH asam. Selain

itu, terdapat senyawa AKD (Alkil Keton Dimer) dan ASA (Alkenil Susksinat Anhidrida)

yang merupakan bahan pendarih sintetik bekerja pada pH basa. Bahan pendarih (sizing

agent) pada kertas berfungsi untuk memberikan daya tahan lembaran kertas terhadap sebaran

dan penetrasi dari air (Boer dan Ella, 2001).

Pendarihan dengan menggunakan bahan darih rosin merupakan proses pendarihan

konvensional yang masih banyak digunakan hingga sekarang. Hal ini disebabkan sistem

pendarihan konvensional memiliki keistimewaan tersendiri, diantaranya adalah karena bahan

darih rosin dapat diperoleh dengan mudah dan relatif murah, serta prosesnya sederhana

dengan hasil pendarihan yang cukup baik (Casey, 1981). Efektivitas pendarihan rosin sangat

tergantung pada jumlah bahan darih rosin yang teretensi dalam lembaran kertas. Mekanisme

retensi bahan darih rosin terjadi melalui ikatan antar muatan.


Proses pendarihan dengan menggunakan bahan rosin masih digunakan pada

pembuatan kertas jenis asam. Namun, pendarihan dengan menggunakan rosin memiliki

beberapa kelemahan diantaranya menurunkan permanensi lembaran, efluen yang dihasilkan

banyak mengandung polutan, sifat fisik dari lembaran yang rendah dan menimbulkan sifat

korosif pada mesin. Oleh karena itu, diperlukan suatu modifikasi dari rosin agar dapat

bekerja pada pH netral ataupun basa. Salah satu metodenya yaitu menggunakan bahan

pengendap (fixing agent) seperti polialumunium klorida (PAC) atau alumunium sulfat

(alum) serta memodifikasi bentuk sediaan dari rosin itu sendiri menjadi rosin terfortifikasi

atau rosin emulsi bermuatan (Wiyono dkk., 2008).

Dengan melihat potensi dari kegunaan gondorukem yang luas dan dapat digunakan

sebagai bahan tambahan (aditif) untuk memperbaiki sifat kertas telah dilakukan penelitian

pengolahan bahan baku gondorukem menjadi darih rosin emulsi untuk memberikan nilai

tambah dari bahan baku gondorukem.

III. MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK

Dalam kehidupan sehari-hari, buah jeruk umumnya hanya dimanfaatkan bagian

daging buah untuk kepentingan konsumsi. Kulit buah jeruk biasanya hanya dibuang sebagai

sampah, tetapi saat ini dapat diolah suatu bahan yang menghasilkan produk bernilai tinggi,

produk ini digunakan untuk keperluan kesehatan dan bahan pengharum. Jenis minyak atsiri

jeruk dibedakan berdasarkan varietasnya. Semua kulit jeruk sebenarnya dapat diambil atau

diekstrak minyak atsirinya. Kulit jeruk yang tersedia cukup banyak adalah kulit jeruk manis,

jeruk besar, jeruk siam, jeruk siam madu, jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk keprok.
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) termasuk jenis tumbuhan perdu yang banyak

memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar 0,5-3,5 meter. Tumbuhan ini pohonya

tegak. Tumbuhan yang berasal dari Asia Tenggara, tumbuhan jeruk nipis sudah tersebar

luas di daerah tropis hingga ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. (Kartika, 2015).

Gambar 3. Tanaman Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

Klasifikasi tanaman jeruk nipis

 Kingdom : Plantae

 Divisi : Magnoliophyta

 Kelas : Magnoliopsida

 Ordo : Sapindales

 Keluarga : Rutaceae

 Genus : Citrus

 Spesies : Citrus aurantifolia

 Nama Binomial : Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle (Apraj et al., 2011)

Selama ini, penggunaan jeruk nipis hanya sebatas pada air perasannya saja. Sedangkan

kulit jeruk nipis biasanya dibuang begitu saja karena dianggap memiliki citarasa pahit.
Padahal, kulit jeruk jenis ini memiliki khasiat yang tak kalah besar dibandingkan airnya yang

masam menyegarkan. Kulit jeruk nipis mengandung essensial oil atau minyak atsiri yang

dapat di gunakan dalam pembuatan suatu produk yang bermnafaat bagi kehidupan. Kulit

jeruk nipis memiliki permukaan luar berwarna hijau permukaan bagian dalam putih

kekuningan, bau khas, rasa kelat, pahit, dan sedikit asam (Kemenkes RI, 2011)

Deskripsi simplisia kulit buah jeruk nipis

Irisan tipis kulit buah dengan tepi tidak rata, permukaan luar berwarna hijau

kecoklatan, permukaan bagian dalam putih kekuningan, bau khas, rasa kelat, pahit, dan

sedikit asam (Kemenkes RI, 2011). Gambar buah jeruk nipis dan simplisia kulit buah jeruk

nipis ditampilkan pada gambar di bawah.

Gambar 4. Buah jeruk nipis (a) (Apraj et al., 2011); Simplisia kulit buah jeruk nipis (b)

(Kemenkes RI, 2011)

 Kandungan kimia

Kulit buah jeruk nipis mengandung banyak senyawa golongan minyak atsiri dan

golongan flavonoid. Senyawa golongan minyak atsiri yang paling dominan adalah golongan

monoterpen hidrokarbon yaitu: limonen, α-pinen, β-pinen, γ- terpinen, β-mirsen dan beberapa

golongan seskuiterpen seperti β-bisabolen (Tundis et al., 2012). Sedangkan senyawa


golongan flavonoid yang terdapat dalam kulit buah jeruk nipis adalah kuersetin, mirisitin,

rutin, tangerin, naringin, dan hesperidin (Okwu, 2008).

 Komponen senyawa kimiawi dalam minyak atsiri secara umum dapat dibagi dalam

tiga golongan yaitu:

a. Hydrocarbon : Senyawa yang termasuk dalam golongan ini terbentuk dari unsur

hidrogen(H) dan karbon(C)

b. Oxygenated Hydrocarbon : Senyawa yang termasuk dalam golongan ini terbentuk

dari unsur hidrogen(H), karbon(C), dan oksigen(O)

c. Komponen-komponen lainnya : Senyawa lainnya seperti asam, lacones ,senyawa

belerang dan nitrogen

Jenis minyak atsiri jeruk dibedakan berdasarkan varietasnya karena kulit jeruk yang

tersedia cukup banyak yaitu kulit jeruk manis, jeruk besar, jeruk siam, jeruk siam madu, jeruk

purut, jeruk nipis, dan jeruk keprok. Semua kulit jeruk dapat diambil atau diekstrak minyak

atsirinya (Mizu, 2008). Kulit jeruk mengandung minyak atsiri yang terdiri dari berbagai

golongan senyawa seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol. Kulit jeruk

memiliki kandungan senyawa yang berbeda-beda, bergantung varietas, sehingga aromanya

pun berbeda. Namun, senyawa yang dominan adalah limonene (C10H16). Kandungan

limonene bervariasi untuk tiap varietas jeruk, berkisar antara 70-92% (Mizu, 2008). Rincian

komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonene 94%, myrcene 2%, linalol

0,5%, oktanal 0,5%, dekanal 0,4%, sitronelal 0,1%, neral 0,1%, geranial 0,1%, valensen

0,05%, β-sinensial 0,02%, dan α-sinensial 0,01% (Tarwiyah, 2001).

 Struktur utama dari kulit jeruk nipis

Senyawa utama dari kulit jeruk nipis

adalah golongan flavonoid.


Flavonoid yang terdapat dalam kulit buah jeruk nipis adalah kuersetin, mirisitin, rutin,

tangerin, naringin, dan hesperidin (Okwu, 2008)

Flavonoid adalah zat metabolit sekunder pada jeruk nipis yang memiliki konsentrasi

paling tinggi pada bagian kulitnya.Flavonoid merupakan salah satu zat metabolit sekunder

yang terdapat pada jeruk dan kulit jeruk yang berperan sebagai antioksidan, penghambat

enzim tirosinase dan juga bekerja pada bagian akhir dari jalur oksidatif melanogenesis. Selain

itu, beberapa jenis flavonoid seperti hesperidin, naringin, neohesperidin dan nobeletin telah

terbukti in vitro dapat menghambat enzim tirosinase.

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau,

kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae)

adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida, isoflavon C- dan O-glikosida,

flavanon C- dan O-glikosida, khalkon dengan C- dan O-glikosida, dan dihidrokhalkon,

proantosianidin dan antosianin, auron O-glikosida, dan dihidroflavonol O-glikosida.

Golongan flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, dan khalkon juga sering ditemukan dalam

bentuk aglikonnya Menurut Markham (1988), flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis

yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6

Kerangka flavonoid

Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:

1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana


2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana

3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata

flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan.

Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari

cincin A dan atom karbon yang terikat pada B dari cincin 1,3-diarilpropanan dihubungkan

oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru .

Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-

oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan. Flavonoid

sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai piran yang

menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzene.

Sistem penomoran uuntuk turunan flavonoid diberikan dibawah ini


Penggolonggan dari senyawa flavanoid

 Teknik Pengolahan Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis

Adanya kandungan minyak atsiri dalam kulit jeruk memungkinkan untuk

meningkatkan nilai ekonomis limbah kulit jeruk. Proses yang dilakukan untuk memperoleh

minyak kulit jeruk terdiri dari 2 tahap yaitu perlakuan pendahuluan dan pemisahan minyak

kulit jeruk, adapun tahapannya sebagai berikut:


1) Perlakuan pendahuluan dilakukan dengan pengecilan ukuran (size reduction), dan

pengeringan kulit jeruk. Untuk proses pengeringan sebaiknya dilakukan pada suhu

rendah dengan menggunakan udara kering sebagai medium pengering supaya komposisi,

dan aroma minyak kulit jeruk tidak berubah karena teroksidasi oleh udara.

2) Proses pemisahan minyak kulit jeruk dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu distilasi,

pengepresan, dan leaching.

a) Distilasi

Ada 3 tipe metode distilasi yaitu water distillation, water and steam distillation, dan

direct steam distillation.

i. Water distillation

Pada metode water distillation bahan secara langsung dikontakkan dengan air

mendidih.

ii. Water and steam distillation

Pada metode water and steam distillation bahan diletakkan diatas grid dan di

bawah grid terdapat air yang dipanaskan, sehingga menghasilkan saturated steam

yang akan berkontak dengan bahan tersebut.

iii. Direct steam distillation

Pada metode direct steam distillation, bahan diletakkan di atas grid dan kemudian

dari bawah grid langsung dialirkan saturated steam atau superheated steam.

Metode water distillation digunakan karena minyak atsiri umumnya akan

terdekomposisi pada suhu tinggi. Penambahan air atau uap air dapat menurunkan

titik didih, sehingga minyak atrisi menguap pada suhu lebih rendah daripada titik

didihnya pada tekanan atmosfer. Metode ini seringkali digunakan untuk

memisahkan komponen dengan titik didih tinggi dar isejumlah pengotor yang non

volatile.
b) Pengepresan

Pengambilan minyak atsiri secara mekanis dilakukan dengan metode pengepresan. Biasanya

dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah, dan kulit dari tanaman jeruk. Cara ini hanya

dilakukan apabila kandungan minyak atsiri dalam bahan cukup banyak yaitu berkisar 30-

70%, sehingga dapat dilihat tetes-tetes minyaknya dengan mata telanjang atau dapat ditekan

dengan tangan. Dua metode umum dalam pengepresan mekanis, yaitu:

1) Hydraulic pressing (pengepresan hidrolik),di mana bahan dipres dengan tekanan

sekitar 2.000 lb/inch2 tanpa menggunakan media pemanas, sehingga metode ini

sering juga disebut cold pressing.

2) Expeller pressing (pengepresan berulir), dimana untuk mengambil minyak atau lemak

perlu dilakukan proses pemanasan atau tempering terlebih dahulu pada suhu sekitar

115,50 C dan tekanan 15.000-20.000 lb/inch2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengepresan antara lain:

 Tekanan yang digunakan

Semakin besar tekanan yang digunakan, maka jumlah minyak atsiri yang dihasilkanakan

semakin banyak sampai minyak atsiriyang ada di dalam kulit jeruk habis.

 Ukuran partikel

Untuk kulit jeruk yang ukurannya relatif besar harus dikecilkan agar mudah dibentuk

menjadi flake yang memiliki luas permukaanyang lebih besar, sehingga dapa t mudah dipres

dan akan meningkatkan yield minyak.

 Moisture content
Moisture content pada bahan berpengaruh terhadap yield minyak hasil pengepresan.Semakin

besar moisture content, maka yield minyak yang dihasilkan akan lebih rendah, namun

dibutuhkan tekanan pengepresan yang lebih kecil.

 Suhu dan waktu pemanasan

Suhu dan waktu pemanasan mempengaruhi yield, karena dengan pemanasan ini dapat

memecah sel tumbuhan dan dapat juga mengkoagulasi protein yang ada dalam

kulit,sehingga viskositas minyak turun dan mempercepat aliran minyak ke luar. Padasuhu

yang tinggi dan lama mungkin memberi efek negatif pada kualitas minyak hasil

pengepresan.

 Leaching

Leaching merupakan ekstraksi dari solut yang terdapat dalam padatan dengan menggunakan

pelarut organik. Mekanisme yang terjadi pada proses leaching adalah sebagai berikut:

perpindahan pelarut ke permukaan padatan kemudian pelarut mendifusi ke dalam padatan,

sehingga solut yang terdapat didalamnya akan larut ke dalam pelarut, kemudian solut yang

terlarut dalam pelarut tersebut akan mendifusi ke luar menuju ke permukaan padatan, dan

akhirnya solut akan berpindah ke badan larutan.

Ada empat faktor yang mempengaruhi laju ektraksi, yaitu:

a. Ukuran partikel

Makin kecil ukuran partikel akan menyebabkan luas permukaan dari partikel per

satuan berat jeruk menjadi besar, sehingga menyebabkan pelarut yang berdifusi

semakin banyak.

b. Pelarut
Cairan yang dipilih sebagai pelarut harus mampu melarutkan solut dengan baik dan

viskositasnya rendah, sehingga dapat mensirkulasi dengan baik.

c. Suhu

Biasanya kelarutan dari bahan yang diekstraksi akan bertambah dengan meningkatnya

suhu, sehingga laju ektraksinya juga bertambah. Selain itu,koefisien difusivitas juga

akan semakin meningkat dengan naiknya suhu sehingga dapat mempercepat laju

ekstraksi.

d. Agitasi

Pengadukan larutan juga penting karena akan meningkatkan difusi Eddy dan

meningkatkan kecepatan perpindahan bahan dari permukaan padatan ke badan

larutan. Selain itu pengadukan juga mencegah terjadinya pengendapan.

Pelarut yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

 Bersifat selektif yaitu keefektifan pelarut dalam melarutkan zat yang dikehendaki

dengan cepat dan baik.

 Mempunyai titik didih rendah, agar pelarutdapat diuapkan pada suhu yang tidak

terlalutinggi. Akan tetapi titik didih pelarut jugatidak boleh terlalu rendah, karena hal

ini mengakibatkan hilangnya sebagian pelarut akibat penguapan.

 Tidak larut dalam air.

 Bersifat inert, sehingga tidak bereaksidengan komponen minyak.

 Harga relatif murah.

Cara distilasi uap

Ekstraksi minyak atsiri dari kulit jeruk dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti

pengepresan dingin, menggunakan bahan pelarut, maupun dengan distilasi. Cara yang

sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan metode distilasi uap/air. Cara penyulingan
minyak atsiri, pertama-tama adalah memasukkan bahan baku dari tanaman yang mengandung

minyak ke dalam ketel pendidih atau ke dalam ketel penyulingan dan dialiri uap. Air yang

panas dan uap, tentu akan mempengaruhi bahan tersebut sehingga di dalam ketel terdapat dua

cairan, yaitu air panas dan minyak atsiri. Kedua cairan tersebut didihkan perlahan-lahan

hingga terbentuk campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak. Campuran uap ini

akan mengalir melalui pipa-pipa pendingin dan terjadilah proses pengembunan sehingga uap

tadi kembali mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut dialirkan ke alat pemisah yang

akan memisahkan minyak atsiri dari air berdasarkan berat jenisnya.

Prinsip dasar metode distilasi adalah uap dari air digunakan untuk mengangkat minyak atsiri

dari dalam jaringan kulit jeruk dan kemudian didinginkan dengan air mengalir. Hasil yang

diperoleh adalah campuran air dan minyak yang karena perbedaan berat jenis akan terpisah

dimana lapisan minyak ada di atas sedangkan lapisan air ada di bawah. Lapisan minyak

kemudian diambil menggunakan pipet dan dimasukkan dalam botol berwarna gelap.

Penyimpanan sebaiknya dilakukan di dalam lemari es (kulkas) karena memiliki suhu rendah

dan terhindar dari paparan sinar matahari.

Minyak atsiri jeruk terdiri atas banyak senyawa yang sifatnya mudah menguap. Tiap varietas

jeruk memiliki variasi komposisi kandungan senyawa yang berbeda sehingga menyebabkan

perbedaan aroma yang ditimbulkan. Walaupun demikian, minyak atsiri jeruk umumnya

mengandung senyawa dominan yang dikenal dengan nama limonen. Kandungan senyawa

limonen bervariasi antar varietas jeruk, yaitu antara 70-92%. Berdasarkan hasil uji preferensi

terhadap aroma minyak atsiri jeruk, diperoleh data minyak atsiri asal jeruk manis, purut,

lemon, nipis, jari budha/kuku harimau, dan jeruk siem madu yang paling disukai konsumen.

Aroma yang kurang disukai adalah minyak atsiri asal jeruk besar dan siem.
Gambar 5. sistem distilasi skala industri menengah

 Manfaat minyak atsiri pada kulit jeruk nipis

Kegunaan minyak kulit jeruk nipis cukup banyak, yaitu secara umum sebagai

flavouring atau fragrance agent pada berbagai industri. Industri kosmetik menggunakan

minyak kulit jeruk sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, shampo, lotion, pembersih

wajah, dan minyak wangi. Industri makanan menggunakannya sebagai essence atau

penambah citra rasa. Di industri farmasi, minyak kulit jeruk digunakan sebagai pembersih

atau sterilisasi peralatan medis, perawatan kanker antioksidan, dan obat jerawat. Industri lain

menggunakannya sebagai bahan pembuatan sabun cuci tangan, pewangi pel, pengharum

ruangan, penutup bau tidak sedap dari obat pembasmi serangga, dan berbagai barang

kebutuhan rumah tangga lainnya. Selain sebagai pemberi aroma, minyak ini memiliki

keunggulan tersendiri, yaitu sebagai pelarut (solvent) yang ramah lingkungan karena bersifat

biodegradable yang diproduksi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui sebagai

pengganti berbagai pelarut yang berbahaya seperti benzena, CFC, freon, dan xilene.

Jeruk nipis telah banyak dimanfaatkan sebagai pengobatan secara turun temurun. Jeruk nipis

memiliki khasiat empiris sebagai obat batuk, obat penurun panas, dan obat pegel linu

(Depkeskesos RI, 2001). Menurut beberapa penelitian, ekstrak kulit buah jeruk nipis

diketahui memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi (Pathan et al., 2012), antispasmodik

(Spadaro et al., 2012), anti osteoporosis (Shalaby et al., 2011), antioksidan, dan

antikolinesterase (Tundis et al., 2012)


Minyak atsiri jeruk dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, dan

mengubah citra rasa makanan menjadi lebih menarik. Selain itu, minyak atsiri jeruk juga

memiliki manfaat kesehatan yang digunakan sebagai aroma terapi. Aroma jeruk dapat

menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan perasaan senang dan tenang, meningkatkan nafsu

makan, dan penyembuhan penyakit. Manfaat bagi kesehatan disebabkan adanya kandungan

senyawa penyusun, antara lain : Limonen, melancarkan peredaran darah, meredakan radang

tenggorok dan batuk serta menghambat sel kanker. Linalool, bersifat sebagai penenang

(sedatif); Linalil asetat, bersifat sebagai penenang (sedatif); Terpineol, bersifat sebagai

sedatif; Sitronela, sebagai penenang dan pengusir nyamuk.

Beberapa minyak atsiri jeruk dan manfaatnya terhadap penyembuhan penyakit antara lain

Jeruk manis: sedatif, anti depresi, tonik, antiseptik. Jeruk purut : sedatif, pengusir nyamuk,

pereda flu, tonik. Grape fruit : penghambat sel kanker karena kandungan limone tinggi

(>90%). Jeruk lemon : antihipertensi, tonik, anti bakteri.

SEBAGAI LARVASIDA Aedes aegypti INSTAR III

Pada umumnya kulit buah jeruk nipis sudah dimanfaatkan dalam bidang kecantikan

dan kesehata. Kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam kulit jeruk dapat digunakan

sebagai obat herbal. Minyak atsiri yang terkandung dalam kulit buah jeruk nipis terdiri dari

beberapa senyawa, yaitu limonen (33,33%), β-pinen (15,85%), sitral (10,54%), neral

(7,94%), 𝛾 − 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑒𝑛 (6,80%), α- farnesen (4,14%), α-bergamoten (3,38%), β-bisabolen

(3,05%), α-terpineol (2,98%), linalol (2,45%), sabinen (1,81%), β-elemen (1,74%), nerol

(1,52%), α-pinen (1,25%), geranil asetat (1,23%), 4- terpinol (1,17%), neril asetat (0,56%)

dan trans-β- osimen (0,26%) (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Limonen atau limonoid merupakan salah satu senyawa minyak atsiri yang berpotensi

sebagai larvasida. Kandungan bahan aktif pada kulit jeruk nipis yang memberikan efek
larvasida, yaitu limonoid yang bekerja menghambat pergantian kulit pada larva. Sebagai

racun perut, limonoid dapat masuk ke dalam tubuh larva nyamuk Aedes aegypti. 50% larva

nyamuk Aedes aegypti adalah 3,419% dalam waktu 1440 menit.

Masuk ke pencernaan melalui rendaman konsentrasi ekstrak yang termakan.

Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus

kemudian beredar bersama darah yang akan mengganggu metabolisme tubuh nyamuk

sehingga akan kekurangan energi untuk aktivitas hidupnya, sehingga mengakibatkan larva

nyamukkejang dan akhirnya mati (Murdani, R. 2014, Devy, Yulianti dan Andrini. 2010).

Uji menggunakan ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)pada dosis 25 µl dan 50 µl

secara berurutan dapat membunuh 10 larva dan 25 larva dalam waktu 24 jam, sedangkan

ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) pada konsentrasi 5% dan 6% secara berurutan

dapat membunuh sebanyak 18 larva dan 25 larva dalam waktu 24 jam.

Penggunaan kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat diaplikasikan di masyarakat

sebagai alternatif dalam pengendalian vektor penyebab demam berdarah dengue (DBD).

Pemakaian kulit buah jeruk nipis sebagai larvasida lebih aman, hal ini disebabkan selain

dapat membunuh larva nyamuk Aedes aegypti, juga ramah lingkungan, tidak menimbulkan

bahaya, serta memiliki keuntungan lain yaitu mudah didapatkan dan dapat mengurangi

jumlah limbah atau sampah organik, karena selama ini kulit buah jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) hanya dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan lebih lanjut (Ekawati et al, 2017).

SEBAGAI INHIBITOR TIROSINASE

Enzim tirosinase merupakan suatu glikoprotein yang terletak pada membran

melanosom, dan dapat juga berdomain didalam melanosom, transmembran, dan di dalam

sitoplasma sel melanosit yang berperan dalam mengkatalisis konversi L- tirosin menjadi L-

DOPA dan oksidasi L- DOPA menjadi dopakuinon dan oksidasi 5,6 Dihidrosiindol menjadi
Indol-6,6 Kuinon selanjutnya membentuk melanin. Enzim tirosinase berperan dalam reaksi

pigmentasi kulit atau perubahan warna kulit menjadi lebih coklat. Senyawa yang dapat

menghambat proses pembentukan melanin yaitu inhibitor tirosinase, mekanisme kerjanya

mereduksi bahan yang dapat menyebabkan oksidasi dopakuinon dan bekerja secara

kompetitif dan non kompetitif dengan subbstrat tirosinase yaitu L-tirosin dan L-DOPA serta

secara spesifik akan berikatan kovalen dengan enzim tirosinase sehingga enzim menjadi tidak

aktif selama reaksi katalik berlangsung. Inhibitor tirosinase banyak digunakan dalam prodak

kosmetik dan farmasi sebagai penghambat produksi melanin berlebih pada lapisan epidermis

dan membuat kulit tampak lebih cerah. Dari Persamaan tersebut diperoleh IC50 kulit jeruk

nipis yaitu 42,11 mg/mL. Nilai IC50 menentukan tinggi rendahnya ekstrak kulit jeruk nipis

sebagai inhibitor tirosinase untuk penghambat pembentukan melanin. Semakin kecil nilai

IC50 maka semakin berpotensi senyawa tersebut sebagai inhibitor tirosinase. Tirosinase

merupakan enzim mono-oksigenase yang berperan sebagai katalisator pada reaksi

hidrosilaksi monofenol menjadi bentuk difenol (monofenolase) dan oksidasi difenol menjadi

kuinon (difenolase). Tirosinase memiliki peranan penting dalam pembentukan melanin

selama proses melanogenesis karena kemampuannya menghidroksilasi L-tirosin (monofenol)

menjadi L-dopa (difenol) dan mengoksidasi L-dopa menjadi dopakuinon (senyawa kuinon).

Dopakuinon yang terbentuk akan bereaksi secara spontan membentuk dopakrom. Peran

tirosinase dalam proses melanogenesis terjadi karena tirosinase memiliki gugus tembaga (Cu)

yang merupakan active site yang dapat berkaitan dengan substrat pada proses pembentukan

melanin.IC50 yang diperoleh sebesar 42,11 mg/ml menunjukan bahwa ekstrak kulit jeruk

berpotensi sebagai inhibisi tirosinase (Hindun et al, 2017).

Ada juga manfaat lain dari minyak atsiri dari kulit jeruk nipis :

1. Meningkatkan Kekebalan Tubuh


Limonene, yang merupakan jenis monocyclic monoterpene yang hadir dalam minyak kulit

jeruk, merupakan substansi yang mampu melawan stres oksidatif. Minyak jeruk (orange oil)

bahkan memiliki kemampuan melawan kanker, karena monoterpene telah terbukti menjadi

agen kemopreventif yang efektif mencegah pertumbuhan tumor.

2. Antibakteri Alami

Minyak atsiri yang terbuat dari citrus fruit menawarkan potensi antimikroba alami yang bisa

digunakan untuk meningkatkan keamanan makanan. Minyak jeruk (orange oil) mampu

mencegah perkembangbiakan bakteri E. coli dalam sebuah studi pada tahun 2009 yang

diterbitkan dalam International Journal of Food and Science Technology. E. coli, jenis bakteri

berbahaya yang hadir dalam makanan yang terkontaminasi, dapat menyebabkan reaksi serius

ketika tertelan, termasuk gagal ginjal dan bahkan kematian. Studi lain pada tahun 2008 yang

diterbitkan dalam Journal of Food Science menemukan minyak jeruk dapat menghambat

penyebaran bakteri salmonella karena mengandung senyawa antimikroba yang kuat, terutama

terpene. Salmonella menyebabkan reaksi gastrointestinal, demam dan efek samping serius

ketika makanan yang terkontaminasi dikonsumsi.

3. Pembersih Dapur

Minyak jeruk (orange oil) memiliki aroma jeruk yang segar dan manis sehingga mampu

mengharumkan dapur. Minyak jeruk juga berguna membersihkan meja, talenan dan peralatan

dapur lain tanpa menggunakan pemutih atau bahan kimia. Tambahkan beberapa tetes pada

botol semprot bersama dengan minyak pembersih lainnya seperti minyak bergamot dan air.

Campur minyak jeruk (orange oil) dengan carrier oil seperti minyak kelapa sebelum

menggunakannya sebagai pembersih dapur. Setelah disemprotkan ke perabot, Anda tidak

perlu menyekanya karena pembersih alami ini tidak berbahaya.


4. Melancarkan Sirkulasi Darah

Minyak jeruk (orange oil) adalah obat alami untuk tekanan darah tinggi dan mampu

meningkatkan aliran darah serta memerangi hipertensi, yang merupakan beberapa faktor

risiko untuk penyakit jantung. Minyak jeruk mungkin juga berguna untuk meningkatkan

libido, mengurangi sakit kepala dan menurunkan gejala terkait PMS. Gunakan minyak jeruk

dengan carrier oil untuk membuat minyak pijat buatan sendiri yang bisa diusap ke daerah

perut untuk meningkatkan aliran darah.

5. Anti-inflamasi

Efek anti-inflamasi kuat dari minyak jeruk efektif mengurangi nyeri, infeksi dan penyakit

paru obstruktif kronik. Diantara beberapa minyak anti-inflamasi populer, termasuk lemon,

pine dan eucalyptus oil, minyak jeruk menunjukkan penurunan terbesar dalam peradangan.

Hal ini ditunjukkan dalam sebuah studi tahun 2009 yang dipublikasikan dalam European

Journal of Medical Research yang menyelidiki potensi antioksidan dari berbagai minyak

esensial.

6. Mengurangi Nyeri

Jika mengalami nyeri otot, nyeri tulang atau nyeri sendi, minyak jeruk (orange oil) dapat

membantu mengurangi respon inflamasi sehingga meringankan pembengkakan pada

jaringan. Minyak jeruk juga mempromosikan suasana hati yang lebih positif, sehingga

berguna meningkatkan toleransi pada rasa sakit dan membantu Anda mendapatkan tidur yang

lebih baik. Gosokkan minyak jeruk yang telah dicampur dengan carrier oil pada otot yang

sakit atau daerah yang bengkak untuk menurunkan peradangan.

7. Meningkatkan Suasana Hati


Mendifusikan minyak jeruk di rumah, menambahkan beberapa tetes pada air mandi, atau

menghirup langsung dari botol dapat mengangkat suasana hati dan merangsang relaksasi.

Minyak jeruk (orange essential oil) memiliki efek langsung pada sistem penciuman otak

sehingga cepat membangkitkan respon emosional. Minyak ini efektif menyeimbangkan

hormon karena membantu mematikan reaksi dari hormon stres seperti kortisol. Penelitian

menunjukkan minyak jeruk bisa meningkatkan “semangat” dan “menenangkan,” sehingga

bisa mencerahkan suasana hati di pagi hari atau menenangkan saraf setelah menjalani hari

yang panjang.

8. Meningkatkan Kecantikan Kulit

Buah jeruk (citrus fruit) dikenal mengandung vitamin C tinggi yang membantu melindungi

dan mempercantik kulit. Itu sebab, minyak jeruk (orange oil) juga sangat bermanfaat

memerangi tanda-tanda penuaan seperti keriput dan bintik-bintik gelap dengan

mempromosikan produksi kolagen.Karena kekuatan antioksidan yang dimilikinya, minyak

jeruk mampu memperlambat laju kerusakan kulit akibat paparan sinar UV, polusi dan

toksisitas.Anda dapat mengoleskan sejumlah kecil minyak jeruk ke wajah setelah dicampur

dengan carrier oil. Namun, pastikan melakukan tes kulit untuk menghindari reaksi negatif

atau timbulnya gejala alergi. Coba gabungkan minyak jeruk dengan minyak lain seperti

frankincense oil dan tea tree oil.

9. Melawan Jerawat

Minyak jeruk efektif melawan bakteri dan peradangan pada kulit yang menyebabkan jerawat

Kombinasikan dengan minyak kelapa dan gunakan bola kapas untuk mengoleskan ke daerah

yang terkena. Kemerahan, nyeri dan pembengkakan akibat jerawat biasanya akan berkurang

tanpa harus menggunakan bahan-bahan kimia. Coba kombinasikan minyak jeruk dengan

minyak kuat lainnya seperti geranium oil atau cinnamon oil.


10. Melancarkan Pencernaan

Sebagai agen anti-inflamasi, relaksan dan memperlancar sirkulasi darah, minyak jeruk

(orange oil) dapat memperbaiki pencernaan sekaligus meredakan kram atau sembelit.

Pijatkan ke daerah perut. Sedikit minyak jeruk yang digunakan secara internal (ditelan) juga

mampu meningkatkan detoksifikasi karena bertindak seperti diuretik ringan yang

meningkatkan produksi urin dan mencegah kembung. Karena membantu merangsang sistem

limfatik, hati, ginjal dan kandung kemih, minyak jeruk juga membantu mengeluarkan racun,

kelebihan natrium dan limbah dari saluran pencernaan.

11. Mouth Wash Alami dan Melindungi Gusi

Minyak jeruk (orange essential oil) mampu melindungi gigi dan gusi dari infeksi karena

memiliki kemampuan melawan pertumbuhan mikroba. Minyak ini juga efektif meringankan

sakit tenggorokan ketika digunakan untuk berkumur bersama air dan garam.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berujud cairan, yang diperoleh

dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara

penyulingan dengan uap, tetapi dapat juga diperoleh dengan cara lain seperti dengan cara

ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik maupun dengan cara dipres atau dikempa dan

secara enzimatik.

Pohon pinus dapat menghasilkan getah yang sangat berguna,hasil dari getah pinus itu

bisa menghasilkan minyak terpentin yang mengandung senyawa terpene yaitu salah satu

isomer hidrokarbon tak jenuh dari C10H163 terutama monoterpene alfa-pinene dan beta-

pinene, terpentin biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak,bahan

campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa

untuk bahan baku kimia lainnya. Aroma terpentin harum seperti minyak kayu putih, dapat

digunakan untuk bahan pewangi lantai atau pembunuh kuman, sebagai bahan baku pembuat

parfum, minyak esensial dari getah pinus ini diekstrak sehingga bisa menghasilkan terpinol

yaitu alfa-terpinol merupakan salah satu dari 3 jenis alkohol isomer beraroma harum.

Terpineol bisa bermanfaat untuk kesehatan yaitu untuk relaksasi bila digunakan sebagai

bahan campuran minyak pijat.Aromanya yang harum dijadikan minyak pijat aromaterapi

karena saat dioleskan kekulit akan terasa relaksasinya bila digunakan dengan dosis sesuai

aturan.

Minyak atsiri jeruk dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, dan

mengubah citra rasa makanan menjadi lebih menarik. Selain itu, minyak atsiri jeruk juga

memiliki manfaat kesehatan yang digunakan sebagai aroma terapi. Aroma jeruk dapat

menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan perasaan senang dan tenang, meningkatkan nafsu
makan, dan penyembuhan penyakit. Manfaat bagi kesehatan disebabkan adanya kandungan

senyawa penyusun, antara lain : Limonen, melancarkan peredaran darah, meredakan radang

tenggorok dan batuk serta menghambat sel kanker. Linalool, bersifat sebagai penenang

(sedatif); Linalil asetat, bersifat sebagai penenang (sedatif); Terpineol, bersifat sebagai

sedatif; Sitronela, sebagai penenang dan pengusir nyamuk.


DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia.Penerbit ITB. Bandung.

Ahmed, Y. M., E. A. Shalaby, N. T. Shanan. 2011. The Use of Organic and Inorganic

Cultures in Improvig Vegetatif Growth, Yield Characters, and Antioxidant Activity of

Roselle Plants (Hibiscus sabdariffa L.). Afr. J. Biotechnol. 10 : 1988 – 1996

and Poit. peel essential oils.J Food Sci. 2012 Jan;77(1):H40-6. doi: 10.1111/j.1750-

3841.2011.02511.x..

Boer E., Ella, A, B. 2001. Plant Resources of South-East Asia No. 18. Plants Producing

Exudates. Bogor: Prosea

Budi Sutiya. 2006. Rendemen Minyak Atsiri Daun Pinus (Pinus merkusiiJungh et De Vries)

Dari Banjarbaru. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 07 No. 19 : 135 – 143

Casey, J.P. 1981. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology. Vol 3. New York:

Intersciene Publiser.

Coppen, J. J. W., Hone, G. A. 1995. Non Wood Forest Product 2. http://www.fao.org.

Costa, Rosaria., Carlo Bisignano., Angela Filocamo., Elisa Grasso., Francesco Occhiuto.,

Federica Spadaro. Antimicrobial Activity and Chemical Composition of Citrus

aurantifolia (Christm.) Swingle Essential Oil from Italian Organic Crops. Journal of

Essential Oil Research. 2014. 26 (6). 400-408.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan.Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Jilid 2. Jakarta :

DEPKES RI.2001;hal 245-246.


Devy, Yulianti dan Andrini. 2010. Kandungan Flavonoid dan Limonoida pada Berbagai

Pertumbuhan Tanaman Jeruk Kalamondin (Citrus mitis Blanco) dan Purut (Citrus

hystrix Dc.). Balai Penelitian Buah dan Jeruk Subtropika. Batu.

Ekawati, Evy Ratnasari. , Santoso, Setyo Dwi., dan Purwanti, Yeni Retno., 2017,

Pemanfaatan Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) SebagaiI Larvasida Aedes

aegypti Instar III, Jurnal Biota, 3(1):1-5.

Fachrodji, A., 2010, “Model Daya Saing Produk Gondorukem di Pasar Internasional dan

Implikasinya terhadap Pengembangan Industri Gondorukem di Indonesia”, Tesis.

Fakultas kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Gunawan dan Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam. Jilid 1. Penebar Swadya. Jakarta.

Harahap, R. M. S., dan E. Izudin. 2002. Konifer di Sumatera Bagian Utara. Konifera.

Pematang Siantar. No. 1/Thn XVII:66-67

Hillis, W.E. 1987. Heartwood and Trees Exudates. Springler Verlag. Berlin.

Hindun, Siti., Rusdiana, Taofik., Abdasah, Marline., Hindritiani, Reti., 2017, Potensi Limbah

Kulit Jeruk Nipis (Citrus auronfolia) Sebagai Inhibitor Tirosiane, Indo. J. Phar. Scie.

Tech, 4 (2):64-69.

Kartika., Rizki, Fika Awalia., Amanatufahmi, Eva Hardiani., Lestari, Tyas.,dan Sa’diah, Iis.,

2015, Pemanfaatan Limonen Dari Kulit Jeruk Nipis Dalam Pembuatan Lilin Aromatik

Penolak Serangga.

Kasmudjo. 1992. Hasil Minyak Kayu Putih Harus Diambil Secara Bertahap. Duta

Rimba.Yogyakarta.

[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Formularium Obat

Herbal Asli Indonesia. [Online]. Jakarta : Kemenkes RI


Kirk, R. E, dan Othmer, D. F. 1972. Encyclopedia of Chemical Technology. Volume ke-17.

The Interscience Encyclopedia, Inc. New York.

Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawinata, 15, Penerbit ITB, Bandung.

Mizu, I. 2008. Minyak Atsiri Jeruk: Peluang Meningkatkan Nilai Ekonomi Kulit Jeruk. Warta

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 30(6). http://minyakatsiriindonesia.

wordpress.com/minyak-jeruk/artikel/.

Moyers et al. 1989.Compositional Differences and Variation in Gum Gondorukem. Hercules

Incorporated Research Center. Wilmington

Mulyaningrum. 2008. Metil Ester Gondorukem Sebagai Kandidat bahan Bakar Nabati. Tesis.

Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor

Murdani, R. 2014. Keefektivan Daya Bunuh Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti instrar III. Skripsi. FK UNDIP.

Semarang.

Nanik Wijayati, Pranowo, H. D., Jumina, Triyono, 2011, Synthesis of terpineol from a-pinene

Catalyzed TCA/HYZeolite, Indo. J. Chem., 11 (3), 234-237.

Okwu, D.E. 2008, Citrus Fruits: a Rich Source of Phytochemicals and Their Roles in Human

Health, International Journal Chemical Science, 6 (2): 451-471.

Pathan, R. Khan., Papi Reddi Gali., Perveen Pathan., Tananki Gowtham., Soujanya

Pasupuleti. In Vitro Antimicrobial Farmaka Suplemen Volume 15 Nomor 2 22

Activity of Citrus aurantifolia and Its Phytocemical Screening. Asian Pacifik Journal

of Tropical Disease. 2012. S328-S331.

Perum Perhutani. 2014. Laporan Tahunan Perum Perhutani,

http://perumperhutani.com/wpcontent/uploads/2014/08/ARA_Perhutani_2014_LOW.

pdf
Sastrohamidjojo, H. dan Pranowo, H.D, 2009, Sintesis Senyawa Organik, Penerbit Erlangga:

Jakarta

Silitonga, T, dan Suwardi, S. 1977. Penurunan Kualitas Rosin Selama Penyaringan di Jawa

Timur. Laporan: 87:2-10.

Tarwiyah, K. 2001. Minyak Kulit Jeruk. Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera

Barat. Hasbullah. Dewan Ilmu Pengetahuan. Teknologi dan Industri Sumatera Barat.

Tundis R, Loizzo MR, Bonesi M, Menichini F, Mastellone V, Colica C, Menichini

F.2012.Comparative study on the antioxidant capacity and cholinesterase inhibitory

activity of Citrus aurantifolia Swingle, C. aurantium L., and C. bergamia Risso

Wiyono B. 2006. Status Riset Pengolahan Getah Pinus dan Gondorukem. Prosiding Seminar

Prospek Pengolahan Getah Pinus dan Gondorukem. Hotol Comfort, 7-8 Agustus.

Makasar: BSPHH Wilayah XV. 1-18.

Zhaobang, Shen.1995. Production and Standards for Chemical Non-Wood Forest Products in

China. CIFOR Occasional Paper No. 6

Anda mungkin juga menyukai