Anda di halaman 1dari 3

Disahkan Oleh

PANDUAN PRAKTIS KLINIK Direktur


Tentang

HEMOPTISIS _______________
NIP : ………………………

NOMOR DOKUMEN : Tanggal :


REVISI KE : NO. REVISI : Tanggal :
1. Pengertian Hemoptisis atau batuk darah adalah keadaan batuk dengan ekspetorasi
(Definisi) darah dan dahak yang mengandung darah yang berasal dari saluran
nafas di bawah glottis atau pita suara.
Berdasarkan jumlah darah yang dibatukkan :
1.1. Bercak (streaking) : merupakan hal yang sering terjadi,
paling sering pada bronchitis, darah bercampur sputum, volume
darah < 20ml/24jam.
1.2. Hemoptisis : volume darah 200-600 ml/ 24jam. Tidak
spesifik suatu penyakit tertentu, biasanya disebabkan kanker
paru, necrotizing pneumonia, TB atau emboli paru.
1.3. Hemoptisis massif : volume darah > 600 ml / 24jam.
Biasanya disebabkan oleh kanker, kavitas pada TB atau
bronkiektasis.
2. Anamnesis 2.1. Volume dan frekuensi batuk darah untuk menentukan
kegawatan dan mengarahkan penyebab spesifik.
Hemoptisis Hematemesis
Darah yang dibatukkan Darah dimuntahkan
Darah biasanya merah Darah biasanya hitam
pH darah alkalis pH darah asam
darah dapat berbusa darah tidak pernah berbusa
didahului perasaan ingin didahului rasa mual
batuk

2.2. Riwayat penyakit sebelumnya yang dapat


mempengaruhi perdarahan saluran nafas
2.3. Gejala lain yang terkait : seperti demam, batuk
produktif, sesak nafas, nyeri dada, penurunan berat badan.
3. Pemeriksaan Fisik bervariasi tergantung penyebab,, beratnya sakit, kondisi dan ko-
morbiditas dan komplikasi.
3.1. Tanda-tanda ketidakstabilan sirkulasi merupakan tanda
kegawatdaruratan.
3.2. Nasofaring : untuk melihat adanya sumber perdarahn
pada nasofaring dan memasitkan bahwa saluran nafas paten.
3.3. Jantung : evaluasi kemungkinan hipertensi paru akut,
kegagalan ventrikel kiri akut, penyakit katub jantung seperti
mitral stenosis, endocarditis.
3.4. Dinding dada dan rongga dada : evaluasi adakah
- Trauma dinding dada , mungkin ada memar parenkim paru
atau laserasi bronkial
- Ronkhi setempat, berkurangnya suara nafas, dan perkusi
redup/pekak menunjukkan konsolidasi (karena pneumonia,
infark paru, atau ateletaksis pasca obstruksi benda asing
atau kanker paru)
- Pleural friction rub dapat ditemkan pada area di atas infark
paru
- Ronkhi merata (difus), nyaring disertai kardiomegali
menunjukkan kemungkinan edema paru kardiogenik.
4. Pemeriksaan 4.1. Rutin Dikerjakan
Penunjang  Darah tepi lengkap : peningkatan hemoglobin dan
hematocrit meninjukkan adanya kehilangan darah akut.
Leukositosis menunjukkan adanya infeksi, trombositopenia
menunjukkan kemungkinan koagulopati, thrombosis
mengisyaratkan kemungkinan kanker.
 Rontgen toraks : kavitas, massa paru atau infiltrate

4.2. Dikerjakan Atas Indikasi


 Pemeriksaan koagulasi (PT dan aPTT) bila ada
kecurigaan koagulopati atau pasien menerima
warfarin/hepatin.
 Analisa gas darah arteri bila pasien sesak atau
sianosis
 Pemeriksaan sputum dengan pewarnaan BTA, gram
atau KOH dapat mengungkapkan penyebab infeksi,
pemeriksaan sitologik sputum untuk kanker.
 Bronkoskopi
 CT scanning toraks
 Arteriografi bronkial selektif bila bronkoskopi tidak
menunjukkan lokasi perdarahan massif.
 Pengambilan bahan untuk biakan & uji resistensi
mikoorganisme penyebab: aspirasi transtorakal,
bronkoskopi dengan sikat kateter terlindung ganda atau
kateter balon
5. Kriteria Diagonsis Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang

6. Diagnosis Kerja 6.1. Streaking


6.2. Hemoptysis
6.3. Hemoptysis masif

7. Diagnosis Banding 7.1. Selain saluran respirasi bawah : perdarahan saluran


respirasi atas, perdarahan gastrointestinal.
7.2. Sumber trakeobronkial : neoplasma, bronchitis,
bronkiektasis, trauma system respirasi, benda asing.
7.3. Sumber parenkim paru : abses paru, pneumonia,
tuberculosis, mycetoma, sindroma goodpasture’s, idiophatic
pulmonary hemisiderosis, wegener’s granulomatosis,
pneumonitis lupus, trauma paru.
7.4. Sumber vascular paru : arterivenous malformation,
emboli paru, peningkatan tekanan vena pulmonalis, manipulasi
cateter
7.5. Sebab lain : endometrosis paru, koagulasi sitemik atau
pemakaian anti koagulan atau obat trombolitik.
8. Terapi 8.1. Tujuan terapi : menghentikan perdarahan, mencegah
aspirasi atau obstruksi jalan nafas, dukungan terhadap fungsi
vital pasien, terapi penyakit dasar.
8.2. Penataksanaan hemoptisis :
- Nilai reflek batuk
Reflek batuk baik Reflek baruk kurang baik
Posisi duduk/setengah duduk Posisi tidur miring/lateral
Batukkan darah dan kalu decubitus ke arah lesi yang sakit,
perlu dibantu oleh alat sedikit trendeleberg
penghisap Dipasang endotracheal tube
Tidak boleh menahan batuk ukuran 8.0 atau lebih
Endotracheal tube dapat Dipasang intubasi bila ada tanda
dipasang bila perlu sesak nafas
Diet puasa, istirahat total.
IVFD NaCl 0,9% / RL, mempertahankan tekanan darah dengan
darah segar dan plasma ekspander. Apabila dicurigai
koagulopati, maka diberika plasma segar beku.
Antitusif kuat (kodein, morfin) jika batuk sangat berat dengan
perdarahan sedikit untuk mencegah tercetusnya perdarahan
baru. Dosis kodein fosfat 30-6 0 mg iv setiap 4-6 jam selama
24 jam. Jika darah keluar banyak, antitusif tidak diberikan
karena akan mengakibatkan
Terapi bedah (torakotomi darurat) : bila perdarahan tidak
berhenti. Kontra indikasi jika penyebab hemoptysis adalah
kanker paru yang tidak resektabel dan sisa parenkim paru yang
baik tidak memadai, FEV1 <800ml biasanya tidak mentolelir
pneumektomi.
Komplikasi :
o Sufokasi
o Pneumonia aspirasi
o Ateletaksis
o Anemia berat

9. Konseling dan Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai seluk
Edukasi (Hospital beluk penyakit dan pentingnya pencegahan sebagai berikut :
Health Promotion)  Pemberian vaksinasi untuk mencegah penyakit paru seperti
influenza, pertussis, pneumonia, tuberculosis, dll
 Bila timbul infeksi primer pada anak-anak, sebaiknya diberikan
antibiotic yang tepat dan adekuat.
 Berobat secara teratur
10. Prognosis Dubia ad bonam : tergantung derajat berat, kepatuhan pasien, gizi,
status imun dan komorbiditas.
11. Tingkat evidens A/B/C
12. Tingkat I/II/III
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Dr. Spesialis Paru
Dr. Spesialis Penyakit Dalam
14. Kepustakaan 14.1. PERPARI. 2013. Kompendium Tatalaksana Respirologi &
Respirasi Kritis.
14.2. Pulmonary Medicine, Murray 2005

Anda mungkin juga menyukai