Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Auditing
Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh pihak
manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengan tujuan untuk dapat memberikan pedapat mengenai laporan kewajaran laporan
keuangan tersebut menurut Sukrisno Agoes (1996:1).
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi termasuk dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan menurut Arens
Loebbecke (1996:!).
Secara umum pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses
secara sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen
dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

B . Perkembangan Standar Profesional Akuntan Publik


Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai
pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa
bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Didalam SPAP
terdapat beberapa tipe standar profesional yang terbagi menjadi enam tipe standar
profesional yang dikodifikasikan dalam standar auditing, standar atestasi, standar jasa
akuntansi dan review, standar jasa konsultasi, standar pengendalian mutu, dan aturan
etika kompartemen akuntan publik.
Tahun 1972, pertama kalinya ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan
NormaPemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan
Indonesia. Norma Pemeriksaan Akuntan tersebut mencakup tanggung jawab akuntan
publik, unsur-unsur norma pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi: pengkajian
dan penilaian pengendalian intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta
pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dari berkas pemeriksaan.
Pada Kongres IV Ikatan Akuntan Indonesia tanggal 25-26 Oktober 1982, Komisi Norma
Pemeriksaan Akuntan mengusulkan agar segera dilakukan penyempurnaan atas buku
Norma Pemeriksaan Akuntan yang lama, dan melengkapinya dengan serangkaian
suplemen yang merupakan penjabaran lebih lanjut norma tersebut. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, telah dibentuk Komite Norma Pemeriksaan Akuntan
yang baru untuk periode kepengurusan 1982-1986, yang anggotanya berasal dari
unsur-unsur akuntan pendidik, akuntan publik dan akuntan pemerintah.
Komite ini telah menyelesaikan konsep Norma Pemeriksaan Akuntan yang
disempurnakan pada tanggal 11 Maret 1984. Pada tanggal 19 April 1986, Norma
Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim Pengesahan,
disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan
yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan
keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986.
Tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan
Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen No.1 sampai dengan No.12 dan
interpretasi No.1 sampai dengan Nomor.2. Dalam Kongres ke VII Ikatan Akuntan
Indonesia tahun 1994, disahkan Standar Profesional Akuntan Publik yang secara garis
besar berisi:
1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik.
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan.
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan.
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review.
5. Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia merubah nama Komite

Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama


tahun 1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per
1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional
Akuntan Publik per 1 Januari 2001”.
Standar profesional akuntan publik per 1 januari 2001 terdiri atas lima standar,
yaitu :
1. Pernyataan Standar Auditing ( PSA ) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan
Standar Auditing ( IPSA )
2. Pernyataan Standar Atestasi ( PSAT ) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Atestasi ( IPSAT )
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review ( PSAR ) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review ( IPSAR )
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi ( PSJK ) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Jasa Konsultasi ( IPSJK )
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu ( PSPM ) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu ( IPSM )

C. Standar Auditing
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan public
Indonesia terdiri atas Sepuluh Standar yang dikelompokan menjadi tiga kelompok
besar, yaitu :
a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keungan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun


sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh audito.

PSA No. 01 ( SA Seksi 161 ) Mengatur hubungan standar auditing dengan standar
pengendalian mutu sebagai berikut :
01. Auditor independen Bertanggung jawab untuk memenuhi standar auditing yang
ditetapkan institute akuntan publik Indonesia dalam penugasan audit
02. Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar memenuhi standar auditing
yang ditetapkan institute akuntan publik Indonesia dalam penugasan audit
03. Standar auditing yang ditetapkan institute akuntan publik Indonesia berkaitan
dengan pelaksanaan penugasan audit secara individual, standar pengendalian mutu
berkaitan dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan public secara keseluruhan
D. Penjelasan Masing Masing Standar Auditing
Standar Umum
a. Standar Umum Pertama
Berbunyi “audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.
Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya
kemampuan seseorang dalam bidang – bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis
dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam
standar auditing ini, jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai
dalam bidang auditing.
b. Standar Umum Kedua
1. Berbunyi “ Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.”
Hal – hal berikut ini dimuat dalam PSA No. 04 ( SA Seksi 220 ):
2. Standar ini harus mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak
mudah dipengaruhi, karna ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum,
dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun.
3. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen
sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan
masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor
ternayata berkurang.
4. Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik profesi akuntan publik.
Agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari
masyarakat.
5. Bapepam-LK juga menetapkan persyaratan independensi bagi auditor yang
melaporkan informasi keuangan yang diserahkan kepada badan tersebut yang
mungkin berbeda dengan yang ditentukan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
6. Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat persepsi independensi dan
aturan yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan
pekerjaannya.
7. Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen, penunjukan auditor di
banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, Rapat Umum Pemegang
Saham ( RUPS) atau Komite Audit.
c. Standar Umum Ketiga
1. Berbunyi “ dalam pelaksanaan Audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.”
Hal – hal berikut dimuat dalam PSA No. 04 ( SA Seksi 230 )
2. Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan
melaksanakan pekerjaanya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara
cermat dan seksama.
3. Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama menyangkut
apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaanya tersebut.
4. Seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki oleh
auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan tersebut dengan
kecermatan dan kesaksamaan yang wajar.
5. Para auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan sedimikian rupa sehingga mereka dapar
mengevaluasi bukti audit yang mereka periksa.
6. Auditor di tuntun untuk melaksanakan skeptisme professional. Sekptisme
professional adalah sikap yang mencangkup pikiran yang selalu mempertanyakan
dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit.
7. Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut auditor
mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti tersebut.
8. Auditor tidak menganggap bahwa manajemen tidak jujur, namun juga tidak
menganggap bahwa kejujuran menajemen tidak dipertanyakan lagi.
9. Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama
memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan.
10. Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang
cukup untuk memberikan basis yang memadai baginya dalam merumuskan suatu
pendapat.
11. Oleh karna karakteristik kecurangan terutama yang melibatkan penyembunyian
dan pemalsuan dokumentasi, audit yang direncanakan dan dilaksanakan
semestinya mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material.
12. Oleh karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep
pemerolehan keyakinan memadai, auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak
merupakan suatu jaminan.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan
akuntan di lapangan ( audit field work ), mulai dari perencanaan audit dan supervisi,
pemahaman dan evaluasi pengendalian intern, pengumpulan bukti – bukti audit melalui
compliance test, substantive test, analytical review, sampai selesainya audit field work.
a. Standar Pekerjaan Lapangan Pertama
Berbunyi “pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik baiknya dan jika
digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya,”
b. Standar Pekerjaan Lapangan Kedua
Berbunyi “ pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merancanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang
dilakukan”.
c. Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga
Berbunyi “ Bukti Audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi , pengamatan, pengajuan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit.”
.
d. Standar Pelaporan
Terdiri atas empat standar merupakan pedoman bagi auditor independen dalam
menyusun laporan auditnya.
a. Standar Pelaporan Pertama
1. Menyatakan “Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.
Menurut PSA No. 08 ( SA Seksi 410 ):
2. Istilah standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam
standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik
akuntansi, tetapi juga metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak
mengharuskan auditor untuk menyatakan tentang fakta, namun standar tersebut
mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan
keuangan telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi tersebut.
3. Istilah “Standar akuntansi yang berlaku umum” adalah suatu istilah teknis
akuntansi yang mencangkup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
membatasi praktik yang berlaku secara umum di wilayah tertentu pada saat tertentu.
Oleh karna itu, untuk laporan keuangan yang akan didistribusikan kepada umum di
Indonesia, harus disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku secara
umum di Indonesia.
b. Standar Pelaporan Kedua
1. Standar pelaporan kedua ( Disebut sebagai standar konsistensi ) Berbunyi “
Laporan auditor harus menunjukan, jika ada, ketidakonsistenan penerapan standar
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya”.
Menurut standar PSA No. 09 ( SA Seksi 420 )
2. Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya
banding laporan keuangan diantara dua periode dipengaruhi secara material oleh
perusahaan standar akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut
dalam laporannya.
3. Penerapan semestinya standar konsistensi menurut auditor independen untuk
memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan.
4. Perubahan dalam standar akuntansi yang mempunyai pengaruh material atas
laporan keuangan memerlukan penjelasan dalam laporan auditor independen
dengan cara menambahkan paragraf penjelasan ( yang disajikan setelah paragraf
pendapat ).
c. Standar Laporan Ketiga
1. Berbunyi “ penunggkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor “
Menurut PSA No. 01 ( SA Seksi 431 )
2. Penyajian laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi mencangkup
dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal – hal material. Hal –
hal tersebut mencangkup bentuk, susunan da nisi laporan keuangan serta catatan
atas laporan keuangan.
3. Apabila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang
seharusnya diungkapkan sesuai dengan standar akuntansi, termasuk catatan atas
laporan keuangan, maka auditor harus memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar karena alas an tersebut dan harus
memberikan informasi yang cukup dalam laporannya.
4. Di dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengunkapan dan dalam
segala aspek lain auditnya, auditor menggunakan informasi yang diterima dari
kliennya atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh kliennya, bahwa auditor akan
merahasiakan informasi tersebut.
d. standar Pelaporan Keempat
Berbunyi “ laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberiakan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan.
Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah salah tafsir tentang
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan
laporan keuangan.
1. Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengizinkan
namanya dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang
berisi laporan tersebut.
2. Akuntan dapat dikaitkan dengan laporan yang diaudit atau yang tidak diaudit.

E. Pengertian Dan Prinsip Kode Etik


Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik
bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,
perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut :
(Mulyadi, 2001: 53)

a. Tanggung Jawab profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan
dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai
jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja
sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur
dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.

b. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada
publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik
dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja,
pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara
tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan
publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi
yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan
tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan
ekonomi masyarakat dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan
paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan
persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua
anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan
yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan
dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
c. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
d. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan
atau dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan
jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan
laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan
bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan
pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam
profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas
pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional
dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi
kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada
publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk
memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan
profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan
konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai
apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk
bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
f. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional
atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan
dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan
luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien
atau pemberi jasa berakhir.

g. Perilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
h. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

F. Kode Etik Akuntan Indonesia


Setiap manusia yang memberikan jasa dari pengetahuan dan keahlian kepada pihak
lain seharusnya memiliki rasa tanggung jawab pada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh
jasanya tersebut.
Akuntan yang pemakaian gelarnya dilindungi oleh UU No 34/1954 adalah profesi
yang berdiri diatas landasan kepercayaan masyarakat. Dengan demikan, dalam
melaksanakan tugasnya akuntan harus mengutamakan masyarakat, pemerintah dan
dunia usaha.
Kode Etik Akuntan Indonesia adalah pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan
Indonesia untuk bertugas secara bertanggungjawab dan objektif. Penjabaran Kode Etik
Akuntan Indonesia terdiri dari 8 (delapan) Bab dan 11 (sebelas) pasal. Kedelapan Bab
tersebut meliputi : 1) Kepribadian, 2) Kecakapan Profesional, 3) Tanggung Jawab, 4)
Ketentuan Khusus, 5) Pelaksanaan Kode Etik, 6) Suplemen dan Penyempurnaan, 7)
Penutup dan 8) Pengesahan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Persamaan dari kode etik adalah sama-sama suatu sistem norma, nilai dan
aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan
apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan
apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus
dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Dan perbedaan dari setiap kode etik suatu profesi setiap etika profesi
mempunyai kode etik masing-masing dan tersendiri yang dibuat oleh badan yang
mengatur etika profesi tersebut. Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan
karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum, tapi pelanggaran
kode etik akan diperiksa oleh majelis kode etik dari setiap profesi tersebut.

B. Saran

Harus ada lembaga yang berbeda-beda dalam menaungi berbagai profesi yang
ada, dimana lembaga tersebut merupakan sekumpulan orang yang memiliki profesi
yang sama dengan tujuan dapat menciptakan tatanan etik dalam pekerjaan. Dan
semua lembaga-lembaga profesi tersebut harus memiliki tujuan yang satu yaitu
mengutamakan profesionalitias dalam bekerja yang dilihat dari kepatuhan menjadikan
kode etik profesi sebagai pedoman. Etika profesi akuntansi diatur oleh suatu badan
atau organisasi yang bertanggung jawab di lingkup akuuntansi seperti Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI),Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sedangkan untuk etika profesi
yang lain diatur oleh organisasi yang berbeda sesuai dengan profesinya masing-
masing.

Anda mungkin juga menyukai