Anda di halaman 1dari 9

“ISU GLOBAL PENYAKIT”

Penulis

1. Meutia Nadia Karunia 1625011027


2. Vera Chania Putri 1625011026
3. Windy P. Diwantari 1625011018

P.S : Magister Teknik Sipil

Mata Kuliah : Manajemen Lingkungan

Dosen : Dr. Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc.

Jurusan Magister Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

Bandar Lampung

05 Januari 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Isu global merupakan persoalan lintas budaya dan bangsa yang sedang hangat dibicarakan oleh
masyarakat dunia. Isu ini tidak hanya dihadapi oleh satu negara saja, melainkan dihadapi oleh
berbagai negara di belahan dunia. Salah satu isu global yang menyangkut tentang kemanusian
adalah isu tentang penyakit-penyakit yang sedang mewabah di beberapa negara.

Penyakit yang mewabah sekarang ini makin banyak dan beragam dan cepat sekali menyebar
menembus batas-batas wilayah dan negara. Penyakit yang sebelumnya hanya melanda sebuah
negara atau suatu kawasan dengan cepat menyebar ke negara dan kawasan lain di bumi. Tepat
kiranya jika sekarang ini terdapat istilah globalisasi penyakit.

Selain wabah membahayakan kesehatan masyarakat karena dapat mengakibatkan sakit, cacat,
dan kematian. Wabah juga akan mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan nasional. Penyakit
dapat menurunkan tingkat produktivitas manusia dalam bekerja yang bisa berpengaruh teradap
pendapatan mereka.

Penyakit yang menginfeksi masyarakat global merupakan pembunuh manusia yang paling
banyak, lebih banyak membunuh daripada konflik (Shah, 2008). Lebih dari satu perempat
kematian di dunia disebabkan karena terinfeksi penyakit (Payne, 2009). Penyakit menular yang
dimaksud antara lain HIV/AIDS, malaria, influenza, flu burung, tuberculosis (TBC), demam,
campak, SARS, dan sebagainya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan artikel ini yaitu untuk mengetahui isu global tentang penyakit primer
yang ada di dunia dan dan menegtahui dampak-dampak dari isu tersebut terhadap kehidupan
masyarakat global.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis-jenis penyakit primer di dunia?
2. Bagaimana penyakit-penyakit tersebut bisa menjadi isu global?
3. Apa penanganan yang harus dilakukan terhadap isu global tersebut?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya isu global tersebut?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis penyakit primer di dunia


a. HIV/AIDS
HIV/AIDS adalah salah satu isu global yang paling mengerikan. HIV merupakan singkatan dari
human immunodeficiency virus. HIV merupakan retrovirus (genus Lentivirus) yang menjangkiti
sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 sel limfosit T dan makrofag– komponen-
komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi
virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus yang akan
mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.

Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya
memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien
(Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar
jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena
infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.

AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome dan menggambarkan berbagai
gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah
ditetapkan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi
tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.

Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan penderita, jarum
suntik/transfusi darah, kontak cairan tubuh (serebrospinal, sinovial, amnion, saliva, dan mungkin
keringat), penularan perinatal (dalam kandungan ibu), serta melalui ASI. Hubungan seksual
memberikan kemungkinan tertular sebesar 90%. Penularan perinatal hanya berisiko 30%.
Penyakit ini baru akan menampakkan gejala-gejala AIDS setelah 10-15 tahun pada orang-orang
dengan gaya hidup sehat.

Gejala penyakit HIV timbul sebagai penyakit biasa seperti demam, sakit kepala, keringat pada
malam hari. Kadangkala, penyandang HIV juga kehilangan memori jangka pendek (menjadi
pelupa). Berat badannya pun turun. Gejala lanjutan HIV dapat berupa infeksi oportunistik. Pasien
HIV bisa saja mengalami gangguan percernaan akut karena penyerapan nutrisi yang tidak berjalan
dengan semestinya. Komplikasi lain yang sering terjadi adalah munculnya tumor, TBC, hepatitis,
serta infeksi-infeksi lain yang disebabkan oleh kuman dan jamur.
Sejarah menyebutkan bahwa virus HIV-1 dan HIV-2 ditengarai pertama kali muncul di Amerika
Serikat (1981) pada pria homoseksual. Risiko pada pasangan homoseksual besarnya hampir sama
dengan pasangan heteroseksual. Penularan pada homoseksual terjadi melalui mukosa anal. Namun
demikian, HIV-1 kemungkinan berasal dari spesies persilangan virus pada simpanse di Afrika
Tengah. Penelitian ilmuwan difokuskan pada virus HIV-1 yang cenderung lebih agresif. Di dunia
saat ini, kasus HIV paling sering terjadi di Afrika dan Amerika Tengah.

Pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara:


1. Lintas program pemerintah untuk memutuskan rantai HIV;
2. Makan makanan bergizi;
3. Menjaga kesterilan jarum suntik. Sampah-sampah medis berupa jarum dan sarung tangan
karet sudah seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar;
4. Tidak melakukan hubungan seksual selain dengan istri/suami yang sah, jangan berganti-
ganti pasangan;
5. Penggunaan kondom. Hal ini tidak dapat sepenuhnya menjamin keamanan dan kesehatan;
6. Penyuluhan pada para pekerja seks komersial dan kelompok-kelompok yang berisiko tinggi
seperti para pengguna narkoba, pasangan homoseksual, dan tenaga medis;
7. Pasien HIV tidak boleh menjadi donor darah/organ;
8. Ibu dengan HIV sepatutnya tidak hamil demi menghindarkan keturunan dari penyakit yang
dideritanya;
9. Pentingnya pencatatan dan pelaporan pasien HIV/AIDS dengan baik;
10. Promosi kesehatan sebagai pelajaran sekolah;
11. Peran orangtua sebagai benteng keluarga.

Solusi atas penyakit HIV dapat dilakukan secara preventif (pencegahan) maupun kuratif
(pengobatan).Secara preventif penyakit HIV dapat ditangani dengan melakukan pemerataan
kesejahteraan, penyuluhan dan pemberian informasi pada kelompok berisiko tinggi, serta
meningkatkan kemampuan medis. Sementara secara kuratif penyakit HIV dapat ditangani dengan
mengkombinasikan obat antiroviral. Terapi obat ini harus dilaksanakan pada jam-jam yang sama
dan teratur. Ketidakteraturan terapi obat akan membuat virus menjadi resisten. Antiretroviral
hanya menekan replikasi virus dan bukan membunuhnya. Sebenarnya, penyakit ini masih belum
ditemukan obatnya.

HIV berbeda dengan AIDS. HIV adalah suatu fase antibodi (+), saat masuknya virus. AIDS
adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tersebut. Di sini seseorang yang dianggap
telah sakit/menderita. Pada saat berubah menjadi AIDS, gejala-gejala yang ditimbulkan virus pun
menghilang (asimptomatik). Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang
paling lanjut.
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan
tanda-tanda AIDS dalam waktu 5-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi
tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization)
sebagai berikut:

 Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apa pun dan tidak dikategorikan sebagai
AIDS.
 Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan
bagian atas yang tak kunjung sembuh)
 Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari
satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau
 Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan
(oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-
paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.

Di Indonesia, virus HIV pertama kali dibawa masuk oleh seorang wisatawan Belanda yang
berlibur ke Pulau Bali pada tahun 1987. Berdasarkan data, percepatan penyebaran virus HIV di
Indonesia menempati peringkat ke-3. Memang penderitanya tidak sebanyak di Amerika Serikat
dan negara Barat lainnya, tempat berkembangnya seks bebas. Namun, penularan di Indonesia
ternyata masih cukup tinggi. Budaya Indonesia yang tertutup tampaknya turut berpartisipasi
dalam penyebaran virus. Orang-orang cenderung menutupi kenyataan tentang penyakit HIV atau
juga tidak mengerti. Lagipula, HIV masih sering dianggap tabu. Padahal itu bukan cara
memandang yang benar. https://josephinewidya.wordpress.com/2011/09/08/isu-kesehatan-
global-hivaids/

b. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)


Penyakit ini pertama kali muncul pada November 2002 di Provinsi Guangdong, Tiongkok. SARS
disebabkan oleh virus SARS. Saat munculnya virus SARS, Tiongkok membungkam berita wabah
SARS baik internal maupun internasional, sehingga penyakit ini menyebar sangat cepat,
mencapai negeri tetangga Hong Kong dan Vietnam pada akhir Februari 2003, kemudian ke
negara lain dengan perantaraan wisatawan internasional. Kasus terakhir dari epidemi ini terjadi
pada Juni 2003. Dalam wabah itu, 8.069 kasus muncul yang menewaskan 775 orang.
 Penyebab Penyakit SARS
Penyebab Penyakit SARS adalah virus corona dan paramoxviridae. Kedua virus ini sudah
lama ada tapi gejalanya tidak seganas dan separah seperti saat ini. Coronavirus selama ini
dikenal sebagai virus penyebab demam flu, radang paru-paru dan diare, sedang virus
paramoxyviridae adalah penyebab parainfluenza. Kesimpulan sementara virus penyebab
SARS saat ini adalah virus baru hasil mutasi dari coronavirus.
Virus corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan lalu bersarang di paru-
paru. Dalam tempo sekitarnya dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas
kian sulit. Penularannya juga dapat terjadi melalaui melalui kontak langsung dengan pasien
atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin atau batuk.

 Gejala Penyakit SARS


Awal gejalanya mirip seperti flu, demam, myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, batuk,
radang tenggorokan dan gejala non-spesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami
seluruh pasien adalah demam di atas 38 °C (100.4 °F). Dan selanjutnya napas menjadi sesak.

Gejalanya biasa muncul 2–10 hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga pernah
dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 2–3 hari. Sekitar 10–
20% kasus membutuhkan ventilasi mekanis.

Penderita penyakit ini, paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya


juga mungkin menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan
meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis.

 Investigasi Penyakit SARS


Kemunculan SARS pada Sinar X di dada (CXR) bermacam-macam bentuknya. Kemunculan
patognomonic SARS tidak kelihatan tetapi biasanya dapat dirasakan dengan munculnya
lubang di beberapa bagian di paru-paru. Hasil CXR awalnya mungkin lebih kelihatan.

Jumlah Sel darah putih dan platelet cenderung rendah. Laporan awal mengindikasikan jumlah
neutrophilia dan lymphopenia yang cenderung relative disebut demikian karena angka total sel
darah putih cenderung rendah. Hasil laboaratorium lainnya seperti naiknya kadar lactate
dehydrogenase, creatinine kinase dan C-Reactive protein.

 Pencegahan SARS
Pencegahan paling utama adalah dengan tidak mengunjungi ke wilayah yang sudah terjangkit
SARS, karena sebagian besar infeksi terjadi di sini. Apabila tidak memungkinkan, sebisa
mungkin hindari berdekatan dengan penderita atau penderita bergejala sama, dan gunakan
selalu masker penutup hidung dan mulut serta sarung tangan. Pemakaian masker dan sarung
tangan ditujukan untuk menghindari penularan melalui cairan dan udara (debu).

Jika Anda baru pulang dari luar negara yang terkena wabah SARS, setidaknya dalam 10 hari
pertama harus waspada terhadap gejala SARS dan segera berobat jika gejala-gejalanya
muncul. Selain itu perkuat daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi, istirahat cukup,
dan berolahraga teratur. Dan tentu saja, jaga kebersihan tubuh, misalnya segera mencuci
tangan setelah berada ditempat umum.
 Pengobatan
Pengobatan SARS hingga kini masih bergantung pada anti-pyretic, supplemen oksigen dan
bantuan ventilasi. Kasus SARS yang mencurigakan harus diisolasi, lebih baiknya di ruangan
tekanan negatif, dengan kostum pengaman lengkap untuk segala kontak apapun dengan
pasien.

Awalnya ada dukungan anekdotal untuk penggunaan steroid dan antiviral drug ribavirin,
namun tidak ada bukti yang mendukung terapi ini. Sekarang banyak juru klinik yang
mencurigai ribavirin tidak baik bagi kesehatan.

Desember 2004, laporan menyebutkan para peneliti Tiongkok telah menemukan sebuah
vaksin SARS yang telah diujicoba pada 36 sukarelawan, 24 diantaranya menghasilkan
antibodi virus SARS.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Isu lingkungan global merupakan permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari
permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi dunia serta
menyeluruh. Pemanasan global atau yang sering di sebut global warming adalah adanya proses
peningkatan suhu rata-rata atmosfer,laut, dan daratan bumi. Pemanasan global atau global
warming menjadi isu global mutakhir terkait lingkungan hidup dimana pencemaran dan pengrusakan
terhadap lingkungan dianggap sebagai faktor penyebab hilangnya sifat kealamiahan bumi akibat
pemanasan global. Selain pemanasan global, hujan asam juga menjadi salah satu masalah global.
Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang
keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer
diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan
secara alami. Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran
BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1%
sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Hujan asam tidak hanya berdampak bagi lingkungan
abiotik tetapi juga berdampak bagi lingkungan biotik yang meliputi manusia, hewan dan tumbuhan.
Masalah lain yang juga mengganggu keberlangsungan hidup makhluk hidup yaitu penipisan lapisan
ozon. CFC dianggap sebagai penyebab utama penipisan lapisan ozon. Menipisnya lapisan ozon
dalam atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan
katarak pada manusia, merusak tanaman pangan tertentu, mempengaruhi plankton yang akan
berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida akibat berkurangnya
tanaman dan plankton.

B. SARAN
Dengan telah banyak beredar nya isu lingkungan global yang meresahkan masyarakat mari kita
mulai cintai lingkungan dari diri kita sendiri. Dengan tidak membuang sampah sembarangan dan
mencoba menanam tumbuhan dan pohon dilingkungan rumah kita karena satu pohon yang kita
tanam dapat membantu mencegah terjadinya global warming yang menjadi hantu yang menggerikan
bagi kehidupan anak cucu kita kelak. Dan mari kita jaga bumi untuk kelangsungan anak cucu kita
dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Koesnadi Hardjosoemantri. Hukum Tata Lingkungan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Mitchel Bruce, Setiawan, Dwita. 2007. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.

Supriadi. 2008. Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

Soerjani, Arief, Dedi. 2006. Lingkungan Hidup Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan Dan Pembangunan
Berkelanjutan, Yayasan Institut Pendidikan Dan Pengembangan Lingkungan (IPPL), Jakarta.

Soemarwoto, Otto. 2008. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan,Djambatan, Jakarta

Koesnadi Hardjosoemantri. 2006. Hukum Tata Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Mitchel Bruce, Setiawan, Dwita. 2007. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai