Anda di halaman 1dari 22

PETA

PETA → BENTUK PENYAJIAN GRAFIS DARI SEBAGIAN ATAU


SELURUH PERMUKAAN BUMIPD SUATU BIDANG DATAR
DGN MENGGUNAKAN SUATU SKALA DAN SISTEM
PROYEKSI TERTENTU
FUNGSI PETA:
MEMPERLIHATKAN POSISI/LOKASI RELATIF SUATU
TEMPAT
MEMPERLIHATKAN BENTUK ATAU UKURAN UNSUR DI
PERMUKAAN BUMI
MEMPERLIHATKAN UKURAN → JARAK DAN ARAH
MENGHIMPUN DAN MENYELEKSI DATA PERMUKAAN
BUMI
PERSYARATAN GEOMETRIK PETA:
JARAK ANTAR TITIK DLM PETA HARUS SESUAI DGN
JARAK DI PERMUKAAN BUMI
LUAS SUATU UNSUR DLM PETA HARUS SESUAI DGN
LUAS SEBENARNYA
SUDUT ATAU ARAH SUATU GARIS DALAM PETA HARUS
SESUAI DGN ARAH SEBENARNYA
BENTUK SUATU UNSUR DALAM PETA HARUS SESUAI
DGN BENTUK YG SEBENARNYA
PENGGAMBARAN PETA TOPOGRAFI

 Kontur → sebuah garis pada peta yang


menghubungkan titik yang sama tingginya
 Penggambaran kontur → metode standar untuk
menyajikan relief pada peta topografi/rupabumi
Kontur disajikan dengan selang (interval) vertikal
yang reguler
selang kontur adalah selisih tinggi antara dua
kontur yang berturutan yang besarnya sesuai dengan
skala peta dan keadaan lapangan
Selang/interval kontur dapat dinyatakan
dengan rumus :
5xS
IK 
10.000

Garis kontur mempunyai beberapa sifat, yaitu :


Biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh
yang kontinyu, dan biasanya berwarna cokelat atau
oranye.
Setiap kontur keempat atau kelima (tergantung pada
selangnya) dibuat kontur indeks, dan digambarkan
dengan garis yang lebih tebal.
Angka (ketinggian) kontur diletakkan pada bagian kontur
yang diputus, dan diurutkan sedemikian rupa agar terbaca
searah dengan kemiringan ke arah atas (lebih tinggi).
Garis kontur tidak akan berpotongan satu sama lainnya.
Garis kontur tidak boleh memotong bangunan yang datar,
misalnya gedung.
Garis kontur yang rapat menunjukkan daerah tersebut
curam, sedang yang tidak rapat/renggang menunjukkan
daerah tersebut datar
Salah satu cara untuk membuat garis kontur
→metode interpolasi
Apabila letak X adalah sebesar L satuan dari Ha
(diukur dari Ha) :
Ha - X
L xD
Ha - Hb

Apabila letak X adalah sebesar L satuan dari Hb


(diukur dari Hb) :
X - Hb
L xD
Ha - Hb
SIPAT DATAR MEMANJANG
(DEFFERENTIAL LEVELING)
 Differential leveling adalah proses mendapatkan perbedaan
ketinggian antara dua titik yang letaknya berjauhan atau
perbedaan ketinggiannya cukup besar → tidak dapat
dilakukan dengan hanya satu kali pengukuran
 Untuk itu diperlukan titik-titik bantu (Turning Point = TP)
 Titik-titik bantu → dapat berada pada satu garis lurus dengan
titik-titik yang akan ditentukan seperti TP1 dan TP2
 Titik-titik bantu → melambung di luar garis lurus, seperti TP3
dan TP4
FS
106,47
BS FS BS 4,19
3,72 5,18 3,30 107,36
105,01 BS
TP4 SU5 TP3 SU4
101,29 103,17 3,64
FS SU6
100,02 4,99 107,57
107,28 BS FS
105,62 BS FS 4,50 3,85
BS FS 4,87 4,21
5,62 3,21 SU3
TP2
SU1 TP1 SU2 103,07 BM2
102,41 103,72

BM1
100,00

1 LANGKAH

1 SLAH
PROSEDUR:
alat diletakkan di tengah antara dua titik yang
akan ditentukan
dilakukan dua pembacaan rambu ukur, yaitu
pembacaan ke belakang (BS = Back Sight) dan
pembacaan ke muka (FS = Fore Sight)
Perbedaan hasil pembacaan ke belakang dan ke
muka ini akan menunjukkan perbedaan ketinggian
antara kedua titik dimana rambu ukur tersebut
didirikan
Rangkaian pengukuran dari titik awal (BM1) sampai
titik akhir (BM2) disebut pengukuran dalam satu slah
Rangkaian pengukuran pada satu kali berdiri alat
(satu bidikan ke belakang dan satu bidikan ke muka)
disebut satu langkah
Menentukan kesalahan pengukuran → pengukuran
kembali → untuk pengecekan terhadap hasil
pengukuran, yaitu dengan jalan membandingkan
selisih hasil kedua pengukuran dengan kesalahan
yang masih diperbolehkan

Kesalahan yang diperbolehkan (cm)  2,403 M

M: total jarak yang diukur


STA BS HI FS ELEVASI
BM1 3,03 100,00
SU1 103,03
TP1 2,60 3,86 99,17
SU2 101,77
TP2 4,22 4,53 97,24
SU3 101,46
BM2 6,43 6,16 95,30
SU4 101,73
TP3 3,85 4,44 97,29
SU5 101,14
TP4 5,11 2,96 98,18
SU6 103,29
BM1 3,30 99,99
 BS = 25,24  FS = 25,25
Pengecekan :
  FS -  BS = 25,25 – 25,24 = 0,01
 BM1(awal) – BM1(akhir) = 100,00 – 99,99 = 0,01
PROFIL LEVELING
 Profile leveling → proses penentuan elevasi/ketinggian titik-titik
pada jarak tertentu sepanjang garis
 Garis tersebut dapat berupa as jalan, saluran atau garis lurus
biasa
 Cara ini digunakan untuk mendapatkan bentuk profil lahan
 Pembacaan dilakukan satu kali bacaan ke belakang (BS) dan lebih
dari satu kali pembacaan ke muka (FS)
 Pengecekan :
 FS -  BS = 15,80 – 15,83 = -0,03
BM1(awal) – BM1(akhir) = 100,00 – 100,03 = -0,03
STA BS HI FS ELEVASI
BM1 3,66 103,66 100,00
0+00 5,23 98,43
1+00 3,76 99,90
2+00 3,42 100,24
3+00 2,89 100,77
4+00 2,64 101,02
4+50 2,51 101,15
5+00 2,33 101,33
6+00 4,68 98,98
TP1 1,38 100,92 (4,12) 99,54
7+00 2,91 98,01
8+00 3,82 97,10
9+00 4,45 96,47
9+23 4,57 96,35
9+25 7,00 93,92
BM2 7,58 103,83 (4,67) 96,25
TP2 3,21 104,76 (2,28) 101,55
BM1 (4,73) 100,03
 BS = 15,83  FS = 15,80
SUDUT, SUDUT ARAH DAN AZIMUT

SUDUT DIKELOMPOKKAN MENJADI:


SUDUT HORIZONTAL
SUDUT VERTIKAL

SUDUT HORIZONTAL → DASAR UNTUK


MENENTUKAN SUDUT ARAH DAN AZIMUT
ALAT UKUR → KOMPAS, BUSUR DERAJAT, PITA
UKUR, DLL
JENIS SUDUT HORIZONTAL:
 SUDUT DALAM
 SUDUT KE KANAN/KIRI
 SUDUT BELOKAN
E

A
SUDUT ARAH (BEARING)
SUATU SISTEM PENENTUAN ARAH GARIS DGN
MEMAKAI SEBUAH SUDUT DAN HURUF KUADRAN
U
E
A
30
70

B T
O
55 35

D
C

S
CARA PENULISAN:
SUDUT ARAH GARIS OA → U70T
SUDUT ARAH GARIS OC → S35T
SUDUT ARAH GARIS OD → S55B
SUDUT ARAH GARIS OE → U30B
AZIMUT
SUDUT YG DIUKUR SEARAH JARUM JAM DARI TITIK
(MEREDIAN) ACUAN
U
E
330
A

70

O
235 145

D
C
JENIS MERIDIAN

ASTRONOMI → MERIDIAN UTARA SELATAN KETUB


GEOGRAFIK BUMI

MAGNETIK → MERIDIAN UTARA SELATAN KUTUB


MAGNETIK BUMI

MERIDIAN ANGGAPAN
PERSYARATAN DASAR PENENTUAN SUDUT:
 GARIS AWAL / ACUAN
 ARAH PERPUTARAN
 JARAK SUDUT / HARGA SUDUT

SATUAN PENGUKURAN SUDUT:


 SEKSAGESIMAL → DERAJAT, MENIT, DETIK (USA)
GRADIEN (GRAD) → 360° = 400 GRAD
 RADIAN → 360° = 2π RAD

Anda mungkin juga menyukai