PENDAHULUAN
1
Perdarahan pada plasenta previa yang masif meningkatkan morbiditas dan
mortalitas baik pada ibu mapun janin. Hal ini karena perdarahan terjadi bukan
hanya pada masa kehamilan saja namun juga terjadi saat intrapartum dan
postpartum.9
Penelitian yang dilakukan oleh Ristyanto di RSUP Dr.Kariadi pada tahun
2000 menunjukkan angka kejadian plasenta previa yaitu 75 dari 2367 persalianan
atau sekitar 3,16%.10 Penelitian lain yang dilakukan di India menunjukkan
terdapat 88 kasus (1.3%) plasenta previa dari 6824 persalinan. Insiden tertinggi
terjadi pada ibu hamil usia tua dan multigravida. Faktor risiko yang berpengaruh
meliputi riwayat operasi sesar, kuretase, riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumya dan kehamilan ganda. Mortalitas perinatal mencapai 24,2 % sedangkan
mortalitas maternal 2,2%. Morbiditas maternal meliputi anemia 100%, transfusi
darah 65%, persalinan dengan operasi sesar 63,6%, perdarahan post partum 15%,
gagal ginjal akut 4,5%, dan histerektomi 2,2%. Morbiditas perinatal meliputi lahir
prematur 74,7% dan BBLR 71,4%.11 Komplikasi lain yang dapat timbul pada ibu
yaitu sepsis dan perdarahan trisemester III. Sedangkan pada bayi dapat
menyebabkan skor APGAR < 7, IUGR, Respiratory Distress Syndrome,
Anemia,dan Perdarahan Intraventikular. 8,12
1.2. Tujuan
Laporan kasus ini dibuat untuk membahas definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi,
talaksana, dan prognosis kasus plasenta previa.
1.3. Manfaat
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan danmemperjelas tentang definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis,diagnosis, diagnosis banding, komplikasi,
talaksana, dan prognosis dari plasenta previa agarkemudian dapat diterapkan dan
dilaksanakan pada praktiknya di lapangan ketika menghadapipasien sebagai
seorang dokter.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Klasifikasi
Terdapat beberapa kemungkinan implantasi plasenta pada plasenta previa13:
1. Plasenta previa totalis atau komplit
Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
3. Plasenta previa marginalis
Plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dimana tepi plasenta
berjarak < 2 cm dari ostium uteri internum.
Apabila tepi plasenta berjarak > 2 cm dari ostium uteri internum maka dianggap
plasenta letak normal.
Klasifikasi lain dari plasenta previa adalah sebagai berikut6:
1. Tipe I : tepi plasenta melewati batas sampai segmen bawah rahim dan
berimplantasi <5 cm dari ostium uteri internum.
3
2. Tipe II : tepi plasenta mencapai pada ostium uteri internum namun tidak
menutupinya
3. Tipe III : plasenta menutupi ostium uteri internum secara asimetris
4. Tipe IV : plasenta berada di tengah dan menutupi ostium uteri internum Tipe I
dan II disebut juga sebagai plasenta previa minor sedangkan tipe III dan IV
disebut plesanta previa mayor.
2.3. Etiologi
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun beberapa
faktor risiko telah ditetapkan sebagai kondisi yang berhubungan dengan terjadinya
plasenta previa.14 Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah
sebagai berikut15:
1. Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun).
2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan
atrofik dan inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan
(sectio caesaria, Kuretase, dll).
4. Chorion leave persisten.
5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
6. Konsepsi dan nidasi terlambat.
7. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
2.4. Patofisiologi
Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim belum diketahui
secara pasti. Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi desidua yang tidak
memadai yang mungkin diakibatkan oleh proses radang atau atrofi
dapatmenyebabkan plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim. Plasenta
yang terlalu besar dapat tumbuh melebar ke segmen bawah rahim dan menutupi
ostium uteri internum misalnya pada kehamilan ganda, eritroblastosis dan ibu
yang merokok.
4
Pada saat segmen bawah rahim terbentuk sekitar trisemester III atau lebih
awal tampak plasenta akan mengalami pelepasan dan menyebabkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim akan mengalami laserasi. Selain itu,
laserasi plasenta juga disebabkan oleh serviks yang mendatar dan membuka. Hal
ini menyebabkan perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan akan dipermudah
dan diperbanyak oleh segmen bawah rahim dan serviks yang tidak bisa
berkontraksi secara adekuat.
Pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung secara progresif, hal
tersebut menyebabkan terjadi laserasi dan perdarahan berulang pada plasenta
previa. Pada plasenta previa totalis perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan
bila dibandingankan dengan plasenta previa parsialis ataupun plasenta letak
rendah karena pembentukan segmen bawah rahim dimulai dari ostium uteri
internum.
Segmen bawah rahim mempunyai dinding yang tipis sehingga mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili trofoblas yang mengakibatkan terjadinya plasenta
akreta dan inkreta. Selain itu segmen bawah rahim dan serviks mempunyai
elemen otot yang sedikit dan rapuh sehingga dapat menyebabkan perdarahan
postpartum pada plasenta previa.13
5
2.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan,antara lain:
1. Anamnesis
Gejala pertama yang membawa pasien ke dokter atau rumah sakit ialah
perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III), puncak insidens pada kehamilan 34 minggu. Sifat
perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan
berulang (recurrent). Perdarahan timbul tanpa sebab apapun. Kadang-
kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur pagi hari tanpa disadari
tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan
volume yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan luar Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam, banyak atau
sedikit, darahbeku dan sebagainya.
Jika telah berdarah banyak maka ibu akan kelihatan anemis.
b. Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, sehingga fundus uteri masih
rendah
Sering dijupai kesalahan letak janin
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya
kepalamasih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas
pintu atas panggul. Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu
bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.
Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi
untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia.
3. Pemeriksaan dengan Alat
a. Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum
b. Pemeriksaan USG
6
Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai
100 %identifikasi plasenta previa
Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %
c. MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta,
inkreta,dan plasenta perkreta.
2.7. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan
antepartum adalah mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak,
untuk itu harus segera diperbaiki keadan umumnya dengan pemberian cairan atau
tranfusi darah.
Selanjutnya dapat dilakukan penanganan lanjutan yang disesuaikan dengan
keadaan umum, usia kehamilan, jumlah perdarahan, maupun jenis plasenta previa.
1. Penanganan pasif atau penanganan ekspektatif
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis
dilakukan secara ketat dan baik.
Kriteria : Umur kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada
tanda-tanda persalinan, keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Penanganan berupa :
Rawat inap, tirah baring mutlak, berikan antibiotik profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin
Infus D5% dan elektrolit
Spasmolitik. Tokolitik (bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal
dilanjutkan 4 g setiap 6 jam-Nifedipin 3×20 mg per hari.
Betamethason 24 mg IVdosis tunggal untuk pematangan paru janin),
plasentotrofik, roboransia.
Pematangan paru pada janin 28-34 minggu
Persiapan transfusi autologus bila Hb ibu < 11g%
7
Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut
jantungjanin.
Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi
jelas, sehinggaperlu dilakukan observasi dan konseling untuk
menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama,pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila
rumah pasien diluar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih
dari 2 jam).
2. Penanganan aktif
Kriteria: umur kehamilan 37 minggu, BB janin 2500 gram, perdarahan
banyak500 cc atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum
pasien tidak baik, ibu anemis (Hb < 8 gr%).
a. Persalinan spontan pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara
dan anak sudah meninggal atau prematur. Jika pembukaan serviks sudah
agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his lemah,
diberikan oksitosin drips. Bila perdarahan masih terus berlangsung,
dilakukan sectio caesaria. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat
untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan
kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat,
anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan
operasi.
b. Seksio Cesaria
Prinsip utama dalam melakukan seksio cesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Persiapan darah
pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan
lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan
keseimbangan cairan masuk dan keluar.
8
Tujuan seksio sesarea :
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksidan menghentikan perdarahan. Tempat implantasi
plasenta previa terdapatbanyak vaskularisasi sehingga serviks uteri
dan segmen bawah rahimmenjadi tipis dan mudah robek. Selain
itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber
perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot
dengan korpus uteri.
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks
uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
Indikasi Seksio cesarea :
Plasenta previa totalis.
Plasenta previa pada primigravida.
Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
Fetal distress
Plasenta previa lateralis jika :
- Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
- Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
- Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
Profuse bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan
cepat.15
2.8. Komplikasi
Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum
yang dapat menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya
letak bokong dan letak lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran
prematur. Selama persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau
robekan jalan lahir, prolaps tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan
intrapartum, serta dapat menyebakan melekatnya plasenta sehingga harus
dikeluarkan secara manual atau bahkan dilakukan kuretase.
9
Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin dalan uterus,
kelainan kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.16
2.9. Prognosis
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari
apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan
pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih burik oleh karena
kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui
proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan.
Namun perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi
kematian perinatal.3
10
BAB III
STATUS PASIEN
ANAMNESIS PRIBADI
NAMA Ny. W
UMUR 36 Tahun
PARITAS G3P1A1
NO.RM 00.73.74.16
AGAMA Kristen
ANAMNESIS UMUM
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak tanggal 26 April 2018 pukul
14.00 WIB bersifat darah segar dengan volume darah ± 2-
3x ganti doek/hari. Riwayat keluar darah dari kemaluan
pada kehamilan ini sebelumnya bersifat flek berwarna
merah segar dijumpai sebanyak 3 kali sekitar ± 2 minggu
yang lalu. Riwayat keluar darah pada kehamilan
sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat nyeri perut tidak
dijumpai. Riwayat mules-mules mau melahirkan tidak
dijumpai. Riwayat keluar air-air dari kemaluan tidak
dijumpai. Riwayat trauma pada perut yang mendahului
sebelum terjadinya perdarahan disangkal. Riwayat campur
tidak dijumpai. BAK dan BAB dalam batas normal.
11
RPT : Tidak ada
ANC : SpOG 5x
RIWAYAT PERSALINAN :
sehat.
3. Hamil ini
STATUS PRESENS
Pernafasan 20 x/menit
Nadi 80 x/menit
Suhu 36,8ºC
12
STATUS OBSTETRIK
Palpasi
Leopold IV 5/5
Gerak Janin (+)
His (-)
13
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
27 APRIL 2018
Hematocrite 36 % 36.0-42.0
MCV 93 Fl 80.0-97.0
14
Klorida 102 mEq/L 96-106
FAAL HEMOSTASIS
PT 12,6 Detik
INR 0,87
USG TAS
BPD : 8,59 cm
HC : 31,33
AC : 26,27 cm
FL : 6,6 cm
MVP : 5,2 cm
15
TERAPI :
RENCANA :
FOLLOW UP
28 April 2018
16
29 April 2018
30 April 2018
S -
17
- IVFD RL 20 gtt/ i
1 Mei 2018
S -
18
BAB IV
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Beberapa faktor predisposisi terjadinya Ny W, 36 tahun ,dengan Riwayat
plasenta previa adalah sebagai berikut15: section caesarea dijumpai 1x pada
8. Multiparitas dan umur lanjut kehamilan pertama dan riwaya t
(> 35 tahun). abortus dengan kuretase dijumpai 1x.
9. Cacat atau jaringan parut pada
endometrium oleh bekas
pembedahan (sectioncaesaria,
Kuretase, dll).
19
untuk mengetahui implantasi
plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak dan
presentasi janin
Infus D 5% dan elektrolit
Spasmolitik. Tokolitik (bila
ada kontraksi: MgSO4 4 g IV
dosis awal dilanjutkan 4 g
setiap 6 jam-Nifedipin 3×20
mg per hari. Betamethason 24
mg IV dosis tunggal untuk
pematangan paru janin),
plasentotrofik, roboransia.
Pematangan paru pada janin
28-34 minggu
Persiapan transfuse
autologous bila Hb ibu <
11g%
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22