Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan obstetri merupakan salah satu penyebab terbesar kematian
maternal dan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang tinggi. Hal
ini masih menjadi masalah kesehatan di negara maju terlebih di negara
berkembang.1 Perdarahan obstetri di Indonesia masih menduduki peringkat
pertama sebagai penyebab kematian maternal.2
Pendarahan obstetri secara umum dibagi menjadi perdarahan antepartum dan
postpartum.3 Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
minggu ke 28 masa kehamilan.1 Plasenta previa merupakan penyebab utama
perdarahan antepartum yang seringkali memerlukan bedah sesar darurat. Selain
itu banyak ibu dan janin jatuh pada keadaan yang mengancam jiwa.4
Kelainan implantasi plasenta dapat berupa plasenta yang implantasi di bagian
bawah uterus atau gangguan kedalaman implantasi plasenta. Implantasi di bagian
bawah uterus meliputi berbagai macam jenis plasenta previa ditambah plasenta
letak rendah.5
Plasenta previa didefinisikan sebagai plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.1,6 Angka kejadiannya berkisar 4-5 per 1000 kehamilan.7 Meningkatnya
insiden bedah sesar dan bertambahnya usia ibu serta pembuahan in
vitro,mengakibatkan angka kejadian plasenta previa terus meningkat.8,2

1
Perdarahan pada plasenta previa yang masif meningkatkan morbiditas dan
mortalitas baik pada ibu mapun janin. Hal ini karena perdarahan terjadi bukan
hanya pada masa kehamilan saja namun juga terjadi saat intrapartum dan
postpartum.9
Penelitian yang dilakukan oleh Ristyanto di RSUP Dr.Kariadi pada tahun
2000 menunjukkan angka kejadian plasenta previa yaitu 75 dari 2367 persalianan
atau sekitar 3,16%.10 Penelitian lain yang dilakukan di India menunjukkan
terdapat 88 kasus (1.3%) plasenta previa dari 6824 persalinan. Insiden tertinggi
terjadi pada ibu hamil usia tua dan multigravida. Faktor risiko yang berpengaruh
meliputi riwayat operasi sesar, kuretase, riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumya dan kehamilan ganda. Mortalitas perinatal mencapai 24,2 % sedangkan
mortalitas maternal 2,2%. Morbiditas maternal meliputi anemia 100%, transfusi
darah 65%, persalinan dengan operasi sesar 63,6%, perdarahan post partum 15%,
gagal ginjal akut 4,5%, dan histerektomi 2,2%. Morbiditas perinatal meliputi lahir
prematur 74,7% dan BBLR 71,4%.11 Komplikasi lain yang dapat timbul pada ibu
yaitu sepsis dan perdarahan trisemester III. Sedangkan pada bayi dapat
menyebabkan skor APGAR < 7, IUGR, Respiratory Distress Syndrome,
Anemia,dan Perdarahan Intraventikular. 8,12

1.2. Tujuan
Laporan kasus ini dibuat untuk membahas definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi,
talaksana, dan prognosis kasus plasenta previa.

1.3. Manfaat
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan danmemperjelas tentang definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis,diagnosis, diagnosis banding, komplikasi,
talaksana, dan prognosis dari plasenta previa agarkemudian dapat diterapkan dan
dilaksanakan pada praktiknya di lapangan ketika menghadapipasien sebagai
seorang dokter.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Insidensi


Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sedemikia rupa sehingga berdekatan atau menutupi ostium uteri internum
secara partial maupun total.1,6 Angka kejadian plasenta previa beriksar 4-5 per
1000 kehamilan.6 Angka kejadiannya berkisar 2,8 per 1000 persalinan pada
kehamilan tunggal dan 3,9 per 1000 persalinan pada kehamilan kembar.1,8
Penelitian yang dilakukan oleh Ristyanto di RSUP Dr Kariadi pada tahun 2000
menunjukkan angka kejadian plasenta previa 75 dalam 2367 persalianan atau
sekitar 3,16%.10

2.2. Klasifikasi
Terdapat beberapa kemungkinan implantasi plasenta pada plasenta previa13:
1. Plasenta previa totalis atau komplit
Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
3. Plasenta previa marginalis
Plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dimana tepi plasenta
berjarak < 2 cm dari ostium uteri internum.
Apabila tepi plasenta berjarak > 2 cm dari ostium uteri internum maka dianggap
plasenta letak normal.
Klasifikasi lain dari plasenta previa adalah sebagai berikut6:
1. Tipe I : tepi plasenta melewati batas sampai segmen bawah rahim dan
berimplantasi <5 cm dari ostium uteri internum.

3
2. Tipe II : tepi plasenta mencapai pada ostium uteri internum namun tidak
menutupinya
3. Tipe III : plasenta menutupi ostium uteri internum secara asimetris
4. Tipe IV : plasenta berada di tengah dan menutupi ostium uteri internum Tipe I
dan II disebut juga sebagai plasenta previa minor sedangkan tipe III dan IV
disebut plesanta previa mayor.

2.3. Etiologi
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun beberapa
faktor risiko telah ditetapkan sebagai kondisi yang berhubungan dengan terjadinya
plasenta previa.14 Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah
sebagai berikut15:
1. Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun).
2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan
atrofik dan inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan
(sectio caesaria, Kuretase, dll).
4. Chorion leave persisten.
5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
6. Konsepsi dan nidasi terlambat.
7. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.

2.4. Patofisiologi
Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim belum diketahui
secara pasti. Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi desidua yang tidak
memadai yang mungkin diakibatkan oleh proses radang atau atrofi
dapatmenyebabkan plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim. Plasenta
yang terlalu besar dapat tumbuh melebar ke segmen bawah rahim dan menutupi
ostium uteri internum misalnya pada kehamilan ganda, eritroblastosis dan ibu
yang merokok.

4
Pada saat segmen bawah rahim terbentuk sekitar trisemester III atau lebih
awal tampak plasenta akan mengalami pelepasan dan menyebabkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim akan mengalami laserasi. Selain itu,
laserasi plasenta juga disebabkan oleh serviks yang mendatar dan membuka. Hal
ini menyebabkan perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan akan dipermudah
dan diperbanyak oleh segmen bawah rahim dan serviks yang tidak bisa
berkontraksi secara adekuat.
Pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung secara progresif, hal
tersebut menyebabkan terjadi laserasi dan perdarahan berulang pada plasenta
previa. Pada plasenta previa totalis perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan
bila dibandingankan dengan plasenta previa parsialis ataupun plasenta letak
rendah karena pembentukan segmen bawah rahim dimulai dari ostium uteri
internum.
Segmen bawah rahim mempunyai dinding yang tipis sehingga mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili trofoblas yang mengakibatkan terjadinya plasenta
akreta dan inkreta. Selain itu segmen bawah rahim dan serviks mempunyai
elemen otot yang sedikit dan rapuh sehingga dapat menyebabkan perdarahan
postpartum pada plasenta previa.13

2.5. Gambaran Klinik


Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar
melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi
diatas akhir trimester kedua. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan
dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali terjadi tanpa sebab yang
jelas setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat perdarahan berulang biasanya
perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir. Karena letak
plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada palpasi
abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan
letak janin tidak dalam letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak ditemui
nyeri maupun tegang pada perut ibu saat dilakukan palpasi.13

5
2.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan,antara lain:
1. Anamnesis
Gejala pertama yang membawa pasien ke dokter atau rumah sakit ialah
perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III), puncak insidens pada kehamilan 34 minggu. Sifat
perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan
berulang (recurrent). Perdarahan timbul tanpa sebab apapun. Kadang-
kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur pagi hari tanpa disadari
tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan
volume yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan luar Inspeksi
 Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam, banyak atau
sedikit, darahbeku dan sebagainya.
 Jika telah berdarah banyak maka ibu akan kelihatan anemis.
b. Palpasi
 Janin sering belum cukup bulan, sehingga fundus uteri masih
rendah
 Sering dijupai kesalahan letak janin
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya
kepalamasih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas
pintu atas panggul. Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu
bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.
Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi
untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia.
3. Pemeriksaan dengan Alat
a. Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum
b. Pemeriksaan USG

6
 Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai
100 %identifikasi plasenta previa
 Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %
c. MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta,
inkreta,dan plasenta perkreta.

2.7. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan
antepartum adalah mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak,
untuk itu harus segera diperbaiki keadan umumnya dengan pemberian cairan atau
tranfusi darah.
Selanjutnya dapat dilakukan penanganan lanjutan yang disesuaikan dengan
keadaan umum, usia kehamilan, jumlah perdarahan, maupun jenis plasenta previa.
1. Penanganan pasif atau penanganan ekspektatif
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis
dilakukan secara ketat dan baik.
Kriteria : Umur kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada
tanda-tanda persalinan, keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Penanganan berupa :
 Rawat inap, tirah baring mutlak, berikan antibiotik profilaksis.
 Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin
 Infus D5% dan elektrolit
 Spasmolitik. Tokolitik (bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal
dilanjutkan 4 g setiap 6 jam-Nifedipin 3×20 mg per hari.
Betamethason 24 mg IVdosis tunggal untuk pematangan paru janin),
plasentotrofik, roboransia.
 Pematangan paru pada janin 28-34 minggu
 Persiapan transfusi autologus bila Hb ibu < 11g%

7
 Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut
jantungjanin.
 Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi
jelas, sehinggaperlu dilakukan observasi dan konseling untuk
menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
 Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama,pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila
rumah pasien diluar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih
dari 2 jam).
2. Penanganan aktif
Kriteria: umur kehamilan 37 minggu, BB janin 2500 gram, perdarahan
banyak500 cc atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum
pasien tidak baik, ibu anemis (Hb < 8 gr%).
a. Persalinan spontan pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara
dan anak sudah meninggal atau prematur. Jika pembukaan serviks sudah
agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his lemah,
diberikan oksitosin drips. Bila perdarahan masih terus berlangsung,
dilakukan sectio caesaria. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat
untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan
kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat,
anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan
operasi.
b. Seksio Cesaria
Prinsip utama dalam melakukan seksio cesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Persiapan darah
pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan
lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan
keseimbangan cairan masuk dan keluar.

8
Tujuan seksio sesarea :
 Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksidan menghentikan perdarahan. Tempat implantasi
plasenta previa terdapatbanyak vaskularisasi sehingga serviks uteri
dan segmen bawah rahimmenjadi tipis dan mudah robek. Selain
itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber
perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot
dengan korpus uteri.
 Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks
uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
Indikasi Seksio cesarea :
 Plasenta previa totalis.
 Plasenta previa pada primigravida.
 Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
 Fetal distress
 Plasenta previa lateralis jika :
- Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
- Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
- Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
 Profuse bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan
cepat.15

2.8. Komplikasi
Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum
yang dapat menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya
letak bokong dan letak lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran
prematur. Selama persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau
robekan jalan lahir, prolaps tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan
intrapartum, serta dapat menyebakan melekatnya plasenta sehingga harus
dikeluarkan secara manual atau bahkan dilakukan kuretase.

9
Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin dalan uterus,
kelainan kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.16

2.9. Prognosis
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari
apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan
pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih burik oleh karena
kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui
proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan.
Namun perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi
kematian perinatal.3

10
BAB III
STATUS PASIEN

ANAMNESIS PRIBADI

NAMA Ny. W

UMUR 36 Tahun

PARITAS G3P1A1

NO.RM 00.73.74.16

AGAMA Kristen

PEKERJAAN Ibu Rumah Tangga

ALAMAT Jl. B. Ester No.60 LK IX Medan

TANGGAL MASUK 27-4-2018

ANAMNESIS UMUM

Ny E, 36 tahun, G3P1A1, Batak, Kristen, SMA, Ibu Rumah Tangga menikah


dengan Tn J, 40 tahun, Batak, Kristen, S1, Pegawai Swasta datang ke RSUP Haji
Adam Malik pada tanggal 27 April 2018 pukul 20.00 WIB

Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan.

Telaah : Hal ini dialami pasien sejak tanggal 26 April 2018 pukul
14.00 WIB bersifat darah segar dengan volume darah ± 2-
3x ganti doek/hari. Riwayat keluar darah dari kemaluan
pada kehamilan ini sebelumnya bersifat flek berwarna
merah segar dijumpai sebanyak 3 kali sekitar ± 2 minggu
yang lalu. Riwayat keluar darah pada kehamilan
sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat nyeri perut tidak
dijumpai. Riwayat mules-mules mau melahirkan tidak
dijumpai. Riwayat keluar air-air dari kemaluan tidak
dijumpai. Riwayat trauma pada perut yang mendahului
sebelum terjadinya perdarahan disangkal. Riwayat campur
tidak dijumpai. BAK dan BAB dalam batas normal.

11
RPT : Tidak ada

RPO : Tidak ada

RIWAYAT HAID : HPHT : 21 Agustus 2017

TTP : 28 Mei 2018

ANC : SpOG 5x

MENARCHE : usia13 tahun, 6-7 hari, 2-3 kali


ganti doek, siklus 28 hari, nyeri (-)

RIWAYAT PERSALINAN :

1. Perempuan, 2850 gr, aterm, SC a/i plasenta previa, SpOG, 6 tahun,

sehat.

2. Abortus, kuret (+) (2015)

3. Hamil ini

STATUS PRESENS

Sensorium Compos Mentis

Tekanan darah 110/70 mmHg

Pernafasan 20 x/menit

Nadi 80 x/menit

Suhu 36,8ºC

Anemia Tidak ada

Ikterus Tidak ada

Sianosis Tidak ada

Dispnoe Tidak ada

Edema Tidak ada

12
STATUS OBSTETRIK

Inspeksi Abdomen membesar asimetris

Palpasi

Leopold I TFU : 2 jari di atas umbilikus


Punggung janin teraba 2 jari di atas
umbilikus ibu.

Leopold II Terbawah kosong

Leopold III Teraba ekstremitas

Leopold IV 5/5
Gerak Janin (+)

His (-)

DJJ 150 x/i, reguler


VT Tidak dilakukan pemeriksaan

13
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

27 APRIL 2018

Test Result Unit References

Hemoglobin 12,4 g% 12-16

Erythrocyte 3,91 106/mm3 4.0-5.40

Leucocyte 10,360 /ul 4000-11000

Hematocrite 36 % 36.0-42.0

Trombosit 288 103/uL 150-400

Eosinophil 0,7 % 0.0-5.0

Basophil 0,1 % 0.0-1.0

Neutrophil 68,9 % 50-70

Lymphocyte 15,6 % 20.0-40.0

Monocyte 9,7 % 2.0-8.0

Neutrophil absolute 9,85 103/µL 5.0-7.0

Lymphocyte absolute 2,09 103/µL 1.0-4.0

Eosinophil absolute 0,1 103/µL 0.00-0.50

Basophil absolute 0,02 103/µL 0.0-0.10

MCV 93 Fl 80.0-97.0

MCH 31,7 Pg 27.0-33.7

MCHC 34,2 g% 31.5-35.0

Ureum 9 mg/dl 15-40

Creatinin 0,56 mg/dl 0,6-1,1

Natrium 135 mEq/L 135-155

Kalium 3.9 mEq/L 3.6-5.5

14
Klorida 102 mEq/L 96-106

Glukosa ad random 85 Mg/dl <200

HbsAg Non reaktif

Anti HIV Non reaktif

FAAL HEMOSTASIS

PT 12,6 Detik

APTT 28,3 detik

INR 0,87

USG TAS

Janin tunggal, letak lintang, anak hidup

FM (+), FHR (+) 150 x/i, regular

BPD : 8,59 cm

HC : 31,33

AC : 26,27 cm

FL : 6,6 cm

EFW : 2113 gram

Plasenta previa grade II

Plasenta menutupi seluruh OUI

MVP : 5,2 cm

Kesimpulan : IUP (33-34) Minggu + LL + AH + Plasenta previa totalis

DIAGNOSIS SEMENTARA: Plasenta previa totalis + prev. SC 1x + MG +


KDR (33-34) minggu + Letak Lintang + AH

15
TERAPI :

 Bed rest total


 IVFD RL 20 gtt/ i
 Inj. Dexamethasone 6 mg/ 12 jam (48 jam)

RENCANA :

 Rawat ekspektatif untuk pematangan paru


 Observasi perdarahan pervaginam
 Awasi vital sign, DJJ, HIS dan tanda-tanda inpartu

FOLLOW UP

28 April 2018

S Bercak darah dari kemaluan, volume 1 doek per hari

O Sens : CM HR : 80 x/I T : 36,7C


TD : 120/70 mm Hg RR : 20 x/i
Abdomen : membesara simetris
TFU : 2 jari atas umbilicus
P/V : (+)
Gerak : (+)
HIS : (-)
DJJ : 145 x/i
BAK (+) normal
BAB (+) normal

A Plasenta previa totalis + prev. SC 1x + MG + KDR (33-34) minggu + LL + AH


- Bed rest
P
- IVFD RL 20 gtt/ i
- Inj. Dexamethasone 6 mg/ 12 jam

16
29 April 2018

S Bercak darah dari kemaluan, volume <1 doek per hari

O Sens : CM HR : 78 x/I T : 36,5C


TD : 120/70 mm Hg RR : 20 x/i
Abdomen : membesarasimetris
TFU : 2 jariatas umbilicus
P/V : (+)
Gerak : (+)
HIS : (-)
DJJ : 148 x/i
BAK (+) normal
BAB (+) normal

A Plasenta previa totalis + prev. SC 1x + MG + KDR (33-34) minggu + LL + AH


- Bed rest
P
- IVFD RL 20 gtt/ i

30 April 2018

S -

O Sens : CM HR : 78 x/I T : 36,6C


TD : 120/70 mm Hg RR : 20 x/i
Abdomen : membesar asimetris
TFU : 2 jari atas umbilicus
P/V : (+)
Gerak : (+)
HIS : (-)
DJJ : 142 x/i
BAK (+) normal
BAB (+) normal

A Plasenta previa totalis + prev. SC 1x + MG + KDR (33-34) minggu + LL + AH


- Bed rest
P

17
- IVFD RL 20 gtt/ i

1 Mei 2018

S -

O Sens : CM HR : 80 x/I T : 36,5C


TD : 120/80 mm Hg RR : 20 x/i
Abdomen : membesar asimetris
TFU : 2 jari atas umbilicus
P/V : (+)
Gerak : (+)
HIS : (-)
DJJ : 140 x/i
BAK (+) normal
BAB (+) normal

A Plasenta previa totalis + prev. SC 1x + MG + KDR (33-34) minggu + LL + AH


- Vitamin B complex 2x1
P
- Amoxicillin 500 mg tab 3x1

R/ PBJ, control poli 4 Mei 2018

18
BAB IV

DISKUSI KASUS

Teori Kasus
Beberapa faktor predisposisi terjadinya Ny W, 36 tahun ,dengan Riwayat
plasenta previa adalah sebagai berikut15: section caesarea dijumpai 1x pada
8. Multiparitas dan umur lanjut kehamilan pertama dan riwaya t
(> 35 tahun). abortus dengan kuretase dijumpai 1x.
9. Cacat atau jaringan parut pada
endometrium oleh bekas
pembedahan (sectioncaesaria,
Kuretase, dll).

Ciri yang menonjol dari plasenta Ny W, 36 tahun, mengeluhkan keluar


previa adalah perdarahan uterus yang darah dari kemaluan. Hal ini dialami
keluar melalui vagina tanpa disertai sejak ± 1 hari SMRS, volume darah ±
dengan adanya nyeri. Perdarahan 2-3x gantidoek per hari. Pasien
biasanya terjadi diatas akhir trimester sebelumnya pernah mengalami hal
kedua. Perdarahan pertama berlangsung yang sama sebanyak 3 kali selama
tidak banyak dan dapat berhenti sendiri. kehamilan ini awalnya berupa bercak-
bercak darah. Nyeri abdomen tidak
dijumpai
Tatalaksana pada umur kehamilan Tatalaksana :
<37 minggu, perdarahan sedikit, - Bed Rest
belum ada tanda-tanda persalinan, - IVFD RL 20 gtt/i
keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% - Inj Dexamethasone
atau lebih. Penanganan berupa : 6mg/12jam ( 48jam)
 Rawat inap, tirah baring
mutlak, berikan antibiotic
profilaksis.
 Lakukan pemeriksaan USG

19
untuk mengetahui implantasi
plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak dan
presentasi janin
 Infus D 5% dan elektrolit
 Spasmolitik. Tokolitik (bila
ada kontraksi: MgSO4 4 g IV
dosis awal dilanjutkan 4 g
setiap 6 jam-Nifedipin 3×20
mg per hari. Betamethason 24
mg IV dosis tunggal untuk
pematangan paru janin),
plasentotrofik, roboransia.
 Pematangan paru pada janin
28-34 minggu
 Persiapan transfuse
autologous bila Hb ibu <
11g%

20
BAB V
KESIMPULAN

Ny W, 36 tahun, datang ke RSUP HAM dengan keluhan keluar darah


dari kemaluan sejak 1 hari sebelumnya dan di diagnosa dengan Plasenta previa
totalis + prev. SC 1x + MG + KDR (33-34) minggu + LL + AH dan ditatalaksana
dengan bed rest, IVFD RL 20 gtt/i , dan Inj. Dexamethasone 6 mg/ 12 jam (48
jam).

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Maurya A, Arya S. Study of Antepartum Haemorrhage and its Maternal


and Perinatal Outcome. International Journal of Scientific and Research
Publications 2014;4.
2. Tim Penyusun. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013.
3. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. Obstetri William, 23
ed: Penerbit buku kedokteran EGC, 2013.
4. Benirschke K, Burton GJ, Baergen RN. Pathology of The Human
Placenta, 6 ed. Berlin: Springer, 2012.
5. Manuaba, Manuaba C, Manuaba F. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC, 2007.
6. Ngeh N, Bhide A. Antepartum haemorrhage. Current Obstetrics &
Gynaecology 2006:79-83.
7. Walfish M, Neuman A, Wlody D. Maternal haemorrhage. British Journal
of Anaesthesia 2009;103:i47–i56.
8. Rosenberg T, Pariente G, Sergienko R, Wiznitzer A, Sheiner E. Critical
analysis of risk factors and outcome of placenta previa. Archives of
Gynecology and Obstetrics 2011;284:47-51.
9. Hasegawa J, Nakamura M, Hamada S, et al. Prediction of hemorrhage in
placenta previa. Taiwanese Journal of Obstetrics & Gynecology 2012:3-6.
10. Wibowo R, Binarso A. Karakteristik Plasenta Previa di RSUP Dr. Kariadi
Semarang Selama Tahun 2000. Bagian Obstetri dan Ginekologi.
Semarang: Universitas Diponegoro, 2000.
11. Bhatt AD, Meena A, Desai MR. Maternal and Perinatal Outcome in Cases
of Placenta Previa. International Journal of Science and Research
2014;3:299-301.
12. Crane JMG, Hof MCVD, Dodds L, Armson BA, Liston R. Neonatal
Outcomes With Placenta Previa. The American College of Obstetricians
and Gynecologists 1999;93:541-544.
13. Chalik TMA. Perdarahan pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2010:492-521.
14. Tuzonic. Complete Versus Incomplete Placenta Previa and Obstetric
Outcome. International Journal of Gynecology & Obstetrics 2006;93:110-
117.
15. Hanafiah TM. Plasenta Previa. Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2004:1-4.
16. Dutta DC. Text Book of Obstetrics Including Perinatology and
Contraception. Edisi ke-6. India: Central pp, 2012: 243-249.

22

Anda mungkin juga menyukai