Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

REFERAT GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang....................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi...............................................................................................6
2.2. Epidemiologi......................................................................................6
2.3. Etiologi...............................................................................................7
2.4. Gambaran Klinis.................................................................................8
2.5. Diagnosis............................................................................................11
2.6. Diagnosis Banding..............................................................................13
2.7. Penatalaksanaan..................................................................................14
2.8. Prognosis............................................................................................17
BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20

LAPORAN KASUS..................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

Ada berbagai macam gangguan kecemasan, salah satunya adalah Obsessive Compulsive
Disorder (OCD). Gangguan obsesif kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih
dari satu jam per hari) dan dapat menyebabkan penderitaan. 1,2 Prevelensi gangguan obsesif
kompulsi sebesar 2-2.4% populasi. sebagian besar gangguan mulai pada saat remaja atau dewasa
muda (umur 18-24 tahun), tetapi bisa terjadi pada masa kanak.3

Perbandingan kejadian gangguan obsesif kompulsif antara laki-laki dan perempuan sama.
Diantara remaja, laki-laki lebih lazim terkena daripada perempuan. Usia penderita berkisar
antara umur 20 tahun meskipun laki-laki dinilai memiliki usia awitan lebih awal. Orang lajang
lebih banyak terkena OCD daripada yang menikah dan orang kulit hitam lebih sedikit terkena
OCD daripada yang berkulit putih mungkin prevelensi dipengaruhi oleh akses kesehatan.
Penyebab gangguan bersifat multifaktorial, yaitu antara faktor biologik, genetik, faktor
psikososial. 3,4

Gangguan obsesif kompulsif mencakup pola obsesi atau kompulsi yang berulang-ulang,
atau kombinasi keduanya.5 Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls
yang berulang dan intrusif. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan disadari
seperti menghitung, memeriksa dan menghindar. Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk
meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil meredakan
ketegangan.3 Gangguan obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan
ketidakberdayaan, karena obsesi biasanya akan muncul cukup sering sehingga mengganggu
kehidupan sehari-hari atau menimbulkan distress yang signifikan.5

Gejala obsesi yang paling banyak terjadi berkaitan dengan pola gejala kontaminasi,
keraguan patologis, pikiran mengganggu dan simetri.4,6 Kondisi heterogen penderita dapat
bermanifestasi ke dalam berbagai bentuk perilaku, seperti kegiatan yang berulang-ulang, tidak
berarti, dan sulit untuk diatasi. Orang-orang yang mengalami ini menyadari bahwa yang mereka
lakukan merupakan hal yang tidak biasa dan tidak beralasan, tetapi mereka merasa dipaksa untuk
melakukannya agar mengurangi kecemasan atau mencegah pikiran-pikiran buruk. Obsesi dan
kompulsif merupakan sumber penderitaan dan rasa malu bagi penderita, yang dapat membuat
mereka bersembunyi dari kehidupan sosial.2

Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan yang lazim diderita oleh orang yang
minder dan merasa dirinya tidak aman, yang kaku dan mudah merasa bersalah dan yang mudah
merasa terancam. Merupakan salah satu gangguan yang paling sulit ditangani. Walaupun
berbagai intervensi dapat mengakibatkan perbaikan yang signifikan, kecendrungan obsesif
kompulsif biasanya tetap ada hingga satu titik tertentu, walaupun dalam kontrol yang lebih besar
dan dengan penampakan yang lebih sedikit dalam gejala hidup pasien.5

Oleh karena hal tersebut diatas, maka makalah ini bertujuan untuk memberi tambahan
pengetahuan mengenai gangguan obsesif kompulsif mulai dari definisi, epidemiologi, etiologi,
diagnosis, diagnosis banding, gejala klinis, penanganan, dan prognosis.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan obsesif kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang
yang menghabiskan waktu yang menyebabkan distress dan hendaya bermakna. 3 Gangguan
obsesif-kompulsif mencakup pola obsesi atau kompulsi yang berulang-ulang, atau kombinasi
keduanya.5

Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan, atau sensasi yang berulang dan mengganggu.
Sedangkan kompulsi adalah perilaku yang disadari, standar, dan berulang seperti menghitung,
memeriksa, atau menghindar.3 Menurut Durand & Barlow, dalam Intisari Psikiatri Abnormal,
Obsesi adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan-dorongan intrusive dan
kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh individu. Sedangkan
kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang digunakan untuk menekan obsesi
dan membuat individu merasa lega.2,4

Menurut teori kognitif-perilaku, yang membedakan orang yang mengalami gangguan


obsesif kompulsif dengan yang tidak adalah dalam hal kemampuan untuk menghentikan pikiran-
pikiran yang negatif dan mengganggu. Orang yang tidak mempunyai gangguan obsesif
kompulsif mampu menghentikan pikiran-pikiran yang negatif dan mengganggu tersebut dengan
mengabaikan atau menghilangkan, dan membiarkannya berlalu dengan waktu.7

2.2 Epidemiologi

Jumlah penderita gangguan obsesif kompulasif di suatu populasi atau masyarakat


tidaklah besar. Dibanding gangguan kecemasan lain misalnya fobia sosial, fobia spesifik, dan
gangguan kecemasan menyeluruh, prevalensinya relatif lebih kecil, yaitu 2% sampai 3%.8

Sebagian besar gangguan mulai pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18-24 tahun),
tetapi bisa terjadi pada masa kanak. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan sama.
Penyebab gangguan bersifat multifaktorial, yaitu antara faktor biologik, genetik, faktor
psikososial.3

2.3 Etiologi
a. Faktor Biologis

beberapa percobaan klinis mencoba menyokok hipotesis bahwa adanya


disregulasi serotonin terlibat dalam pembentukan obsesi dan kompulsi pada gangguan ini
dan ada juga yang melibatkan adanya disfungsi noradrenergik pada OCD.

Beberapa pakar berpendapat bahwa ada hubungan positif antara infeksi


streptokokus dan gangguan obsesif kompulsif. Infeksi Streptokokus β-hemolitikus grup A
dapat menyebabkan demam rematik, dan sekitar 10-30% pasien juga mengalami
syndenham’s chorea dan gangguan obsesif kompulsif genetik juga diduga berpengaruh
untuk terjadinya gangguan obsesif kompulsif dimana ditemukan perbedaan yang
bermakna antara kembar monozigot dan dizigot.1,4

b. Faktor perilaku

Menurut teori, obsesi adalah stimulus yang terkondisi. Sebuah stimulus yang
relatif netral diasosiasikan dengan rasa takut atau cemas melalui proses pengkondisian
responden yaitu dengan dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa yang menimbulkan rasa
cemas atau tidak nyaman. Kompulsi terjadi dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang
menyadari bahwa perbuatan tertentu dapat mengurangi kecemasan akibat obsesif, orang
tersebut mengembangkan suatu strategi penghindaran aktif dalam bentuk kompulsi atau
ritual untuk mengendalikan kecemasan tersebut. Secara perlahan, karena efeknya dalam
mengurangi kecemasan, strategi penghindaran ini menjadi suatu pola tetap dalam
kompulsi.4

c. Faktor Psikososial

Faktor psikososial sendiri dikaitkan dengan factor kepribadian dan psikodinamik.


OCD berbeda dengan kepsibadian obsesif kompulsif. Sebagian besar seseorang yang
menderita OCD tidak memiliki gejala kompulsif premorbid dan ciri kepribadian sepeti itu
tidak cukup untuk menimbulkan OCD. Hanya sekitar 15 – 35 % pasien OCD memiliki
obsessional premorbid.4

Riset mengesankan bahwa OCD dapat dicetuskan oleh sejumlah stresor


lingkungan, khususnya yang melibatkan kehamilan, kelahiran anak, atau perawatan anak
oleh orang tua. Pengertian akan stresor tersebut dapat membantu klinisi dalam rencana
terapi keseluruhan yang mengurangi peristiwa yang membuat stres itu sendiri atau
maknanya bagi pasien.4

Stresor keluarga yakni berkaitan dengan pola asuh orang tua yang perfeksionis
dan otoriter diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan kecemasan, obsesif
kompulsif. Dan depresi sampai keinginan untuk bunuh diri.9

2.4 Gambaran Klinis

Pada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai gambaran tertentu seperti:

 Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara menetap dan paksa ke
dalam kesadaran seseorang.

 Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi sentral dan
seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan atau
impuls awal.

 Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami sebagai suatu
yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk
psikologis.

 Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi tersebut, orang
biasanya menyadarinya sebagai abstrak dan tidak masuk akal.

 Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu dorongan
yang kuat untuk menahannya.

Gejala klinis pasien gangguan obsesif kompulsif kadang tumpang tindih dan mungkin
berubah sewaktu-waktu tetapi OCD sendiri mempunyai empat pola gejala yang paling sering
ditemui, yaitu:

1. Kontaminasi

Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh pembersihan atau kompulsi menghindar
dari suatu objek yang dirasa terkontaminasi. Pasien mungkin mengelupas kulit tangan
dan mencuci secara berlebihan tangannya. Pasien dengan obsesi kontaminasi biasanya
yakin bahwa kontaminasi disebarkan dari objek ke objek atau dari orang ke orang
bahkan dari kontak kecil. Objek yang ditakuti biasanya sulit untuk dihindari, misalnya
feces, urine, debu, atau kuman.

2. Keraguan Patologis

Obsesi ini biasanya diikuti oleh kompulsi pemeriksaan berulang. Pasien memiliki
keraguan obsesif dan merasa selalu merasa bersalah tentang melupakan sesuatu atau
melakukan sesuatu dapat melibatkan sesuatu yang bahaya kekerasan (lupa mematikan
kompor, lupa mengunci pintu).

3. Pemikiran yang Mengganggu

Obsesi tanpa suatu kompulsi ini biasanya meliputi pikiran berulang tentang tindakan
agresif atau seksual yang salah oleh pasien.

4. Simetri

Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan menimbulkan kompulsi kelambanan.


Pasien membutuhkan waktu berjam-jam untuk menghabiskan makanan atau bercukur.4

Pola Gejala Lain :

Obsesi religius dan kompulsi menumpuk sesuatu lazim ditemukan pada pasien
dengan OCD. Trikotilomania (kompulsi menarik-narik rambut) dan menggigit-gigit kuku
dapat merupakan kompulsi yang terkait dengan OCD.4

Status Mental:

Pada pemeriksaan status mental, pasien dengan OCD memiliki gejala depresif
yang signifikan. Sejumlah pasien OCD mempunyai ciri khas yang mengesankan
gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan sebagian lagi tidak. Pasien yang terutama
laki-laki memiliki angka membujang yang lebih tinggi dari rata-rata. Pasien dengan
menikah memiliki angka perpisahan yang lebih besar dari biasa.4

Beberapa contoh gejala yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif


adalah sebagai berikut :

OBSESI KOMPULSI
Perhatian terhadap kebersihan Ritual mandi, mencuci, dan
(kotoran, kuman, kontaminasi) membersihkan badan berlebihan
Ritual mengatur posisi berulang-
Perhatian terhadap ketepatan
ulang
Perhatian terhadap sekresi tubuh Ritual menghindari kontak dengan
(ludah, feces, urin) sekret tubuh, menghindari sentuhan
Ritual keagamaan yang berlebihan
Obsesi religious
(berdoa sepanjang hari)
Obsesi seksual (nafsu terlarang atau Ritual berhubungan seksual yang
tindakan seksual yang agresif) kaku
Ritual berulang (pemeriksaan tanda
Obsesi terhadap kesehatan (sesuatu
vital berulang, diet yang terbatas,
yang buruk akan terjadi dan
mencari informasi tentang
menimbulkan kematian)
kesehatan dan kematian)
Pemeriksaan pintu, kompor,
Obsesi ketakutan (menyakiti diri
gembok, dan rem darurat berulang-
sendiri atau orang lain)
ulang

2.5 Diagnosis

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:

1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif,


atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu
berturut-turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau
mengganggu aktivitas penderita.

2. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

a. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

b. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan
atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas.

d. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan


pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).

3. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.
penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif,
dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-
pikiran obsesif selama episode depresifnya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal
tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara
paralel dengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan
tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan
depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak
adayang menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer.
Pada gangguan menahun maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan
saat gejala yang lain menghilang.

4. Gejala obsesif ”sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette,
atau gangguan mental organk, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.10

F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan

Pedoman Diagnostik:

1. Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (dorongan
perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien)

2. Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu menyebabkan


penderitaan (distress) 10

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif (obsesional ritual)

Pedoman Diagnostik:
1. Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya mencuci
tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap
berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan keteraturan. Hal tersebut
dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau
bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan
tidak efektif untuk menghindari bahaya tersebut.

2. Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam
dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil
keputusan dan kelambanan.10

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif

Pedoman Diagnostik

1. Kebanyakan dari penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran obsesif serta


tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bialmana kedua hal tersebut sama-sama
menonjol, yang umumnya memang demikian.

2. Apabila salah satu memang jelas lebih dominan,sebaiknya dinyatakan dalam


diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda terhadap
pengobatan. Tindakan kompulsif lebih respondif terhadap terapi perilaku.10

F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya

F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT

Sedangkan menurut DSM V, seseorang dikatakan OCD apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :

1. Pikiran, dorongan atau gambaran yang berulang terus menerusyang dialami pada suatu
waktu selama gangguan yang sifatnya mengganggu dan tidak diinginkan, dan bagi
kebanyakan individu menyebabkan kecemasan atau tekanan yang nyata.

2. Individu mencoba menekan dan mengabaikan pikiran, dorongan atau gambaran tersebut
untuk menetralisirnya dengan berbagai pikiran lain atau tindakan (yaitu dengan
melakukan kompulsi).10

2.6 Diagnosis Banding


Beberapa diagnosis banding gangguan obsesif kompulsif:

1. Keadaan Media

Persyaratan diagnostik DSM-IV-TR pada distress pribadi dan gangguan fungsional


membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit berlebihan atau biasa.
Gangguan neurologis utama untuk dipertimbangkan dalam diagnosis banding adalah
gangguan Tourette, gangguan “tik” lainnya, epilepsi lobus temporalis, dan trauma serta
komplikasi pasca ensefalitis.4

2. Gangguan Tourette

Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering terjadi
bahkan setiap hari. Gangguan Tourette dan OCD memiliki hubungan dan gejala
serupa. Sekitar 90% orang dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan
sebanyak 2 pertiga memenuhi kriteria diagnosis OCD4

Pertimbangan psikiatri utama di dalam diagnosis banding OCD adalah skizofrenia,


gangguan kepribadian obsesif kompultif, fobia dan gangguan depresif. OCD biasanya
dapat dibedakan dengan skizofrenia yaitu tidak adanya gejala skizrofrenik lain. Sifat
gejala yang kurang bizar, dan tilikan pasien terhadap gangguannya. Gangguan
kepribadian obsesif kompulsif tidak memiliki derajat hendaya fungsional terkait
dengan OCD. Fobia dibedakan yaitu tidak ada hubungan antara pikiran obsesif dan
kompulsi. Gangguan depresi berat kadang-kadang dapat disertai gejala obsesif tetapi
pasien yang hanya dengan OCD gagal memenuhi kriteria diagnosa depresif berat.4

3. Keadaan psikiatri lain yang terkait dengan OCD adalah hipokondriasis, gangguan
dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan impuls lain seperti kleptomania dan judi
patologis. Pada semua gangguan ini pasien memiliki pikiran berulang atau perilaku
berulang.4

2.7 Penatalaksanaan

Mengingat faktor utama penyebab gangguan obsesif-kompulsif adalah faktor


biologis, maka pengobatan yang disarankan adalah pemberian farmako terapi dan terapi perilaku.
Studi yang terkontrol dengan baik menemukan bahwa farmakoterapi, terapi perilaku, atau
kombinasi keduanya sama efektif dalam mengurangi gejala pasie OCD secara signifikan.4
a. Farmakoterapi

Pendekatan standarnya adalah memulai dengan SSRI atau clomipramine (Anafranil) dan
kemudian berpindah ke strategi farmakologik lain. Obat serotonergic meningkatkan
persentase pasien memberikan respons terhadap terapi kisaran 50-70%.4

1. SSRI

Obat medis yang digunakan dalam pengobatan OCD seperti; Selective serotonin
reuptake inhibitors (SSRI), jenis obat SSRI ini adalah Fluoxetine (Prozac), sertraline
(Zoloft), escitalopram (Lexapro), paroxetine (Paxil), dan citalopram (Celexa).
Sebagian besar pasien diberikan dosis rendah diawal terapi karena SSRI dapat
menyebabkan gangguan tidur, mual dan diare, sakit kepala, dan kegelisahan. Namun
efek samping ini sering bersifat semetara dan umumnya tidak terlalu menyulitkan
dibanding efek samping obat trisklik seperti clomipramine. Dosis tinggi dapat
diberikan untuk memberikan efek yang lebih efektif, seperti fluoxetine 80 mg/hari
bagi pasien dengan toleransi yang cukup baik terhadap efek samping obat.4

2. Clomipramine

Dari semua obat trisiklik dan tetrasiklik, clomipramine adalah obat yang paling
selektif untuk reuptake serotonin versus reuptake noreprineprin, dan dalam hal ini
hanya dilebihi oleh SSRI. Potensi reuptake serotonin oleh clomipramine dilampaui
hanya oleh sertralin dan paroksetin. Clomipramine adalah obat pertama yang disetujui
U.S FDA untuk terapi OCD. Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai
50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap
dua sampai tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tampak efek
samping yang membatasi dosis. Karena Clomipramine adalah suatu obat trisiklik, obat
ini disertai dengan efek samping berupa sedasi, hipotensi, disfungsi seksual dan efek
samping antikolinergik, seperti mulut kering. Clomipramine dinilai baik bagi terapi
OCD terhadap anak-anak dan remaja (usia 0-17 tahun).4

3. Obat lain
Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak ahli terapi
menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat digunakan dalam pengobatan
gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamin oksidase (MAOI =
monoamine oxidase inhibitor), khususnya Phenelzine (Nardil). Agen farmakologis lain
untuk pasien yang tidak responsif mencakup buspiron (BuSpar), 5-hidroksitriptamin
(5-HT), triptofan, dan klonazepam (klonopin). 4 Hasil klinis terbaik didapatkan ketika
SSRI/Clomipramine dikombinasikan dengan terapi perilaku.

b. Psikoterapi

Psikoterapi suportif secara pasti memiliki tempat, terutama pada pasien OCD yang
walaupun gejalanya memiliki keparahan yang beragam, mampu berkerja dan melakukan
penyesuaian sosial. Dengan kontak regular dan terus menerus dengan orang yang
professional, tertarik, simpatik, dan memberi semagat, pasien mungkin mampu berfungsi
dengan bantuan ini.4

1. Terapi perilaku dan kognitif

Terapi perilaku dapat dilakukan di lingkungan rawat inap maupun rawat jalan.
Pendekatan perilaku yang penting dalam OCD adalah pajanan dan pencegahan respon.
Desensitasi, penghentian pikiran, pembanjiran dan aversive conditioning juga telah
digunakan padapasien OCD. Didalam terapi perilaku, pasien harus benar-benar
berkomitmen terhadap perbaikan.4

Terapi perilaku dan kognitif telah banyak dilakukan diberbagai masalah gangguan
kepribadian seperti yang telah terbukti efektifitasnya dengan obat-obatan. 11 Teknik
yang umumnya diterapkan untuk mengatasi gangguan obsesif-kompulsif adalah
exposure with response prevention.12

Pasien dihadapkan pada situasi dimana ia memiliki keyakinan bahwa ia harus


melakukan tingkah laku ritual yang biasa dilakukannya namun mereka cegah untuk
tidak melakukan ritual itu. Jika pasien dapat mencegah untuk tidak melakukan ritual
tersebut dan ternyata sesuatu yang mengerikannya tidak terjadi, hal ini dapat
membantu dalam mengubah keyakinan individu akan tingkah laku ritual. Teknik
exposure with response prevention dalam penerapannya biasanya disertai dengan
restrukturisasi kognitif, latihan relaksasi dan modeling.13

c. Terapi lain

Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga, membantu menurunkan


percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan, dan membangun ikatan terapi
dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien. Terapi kelompok berguna sebagai sistem
pendukung bagi beberapa pasien.4

2.8 Prognosis

Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki onset gejala
yang tiba-tiba. Kira-kira 50 sampai 70 persen pasien memiliki onset gejala setelah suatu
peristiwa yang menyebabkan stres, seperti kehamilan, masalah seksual, dan kematian seorang
sanak saudara. Karena banyak pasien tetap merahasiakan gejalanya, mereka seringkali terlambat
5 sampai 10 tahun sebelum pasien datang ke psikiater, walaupun keterlambatan tersebut
kemungkinan dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran akan gangguan tersebut diantara
orang awam dan profesional. Perjalanan penyakit biasanya lama tetapi bervariasi. Beberapa
pasien mengalami penyakit yang berfluktuasi, dan pasien lain mengalami penyakit yang
konstan.4

Kira-kira 20 sampai 30 % pasien dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki


gangguan depresif berat, dan bunuh diri adalah risiko bagi semua pasien dengan gangguan
obsesif kompulsif. Suatu prognosis buruk ditunjukkan dengan menyerah (bukannya menahan)
pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan di
rumah sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang
terlalu dipegang (overvalued)-yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi, dan adanya gangguan
kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh
penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala
yang episodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis.4

BAB III

KESIMPULAN
Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi
oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan
tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari. Prevalensi penderita gangguan ini adalah sekitar 2-3% dari
populasi, dengan jumlah penderita perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Dan 1-3% dari
populasi penderita merupakan anak-anak dan remaja. Penyebab gangguan obsesif kompulsif
antara lain dipengaruhi oleh aspek biologis, psikologis, dan aspek sosial.
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau
kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresi pada
saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka
lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka
prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif diantaranya
adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial,
yaitu faktor kepribadian dan faktor psikodinamika.
Gejala dari Obsesif Kompulsif ditandai dengan pengulangan pikiran dan tindakan
sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu
selanjutnya. Penanganan pasien dengan gangguan obsesif kompulsif dapat berupa
psikofarmakologi, cognitive-behavioral therapies, psikoterapi maupun terapi lainnya. Prognosis
pasien gangguan obsesif kompulsif dapat baik dan buruk. Prognosis buruk bila terjadi pada usia
anak-anak, terdapat depresi berat serta adanya kepercayaan waham. Sedangkan baik bila
kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik.

Anda mungkin juga menyukai