Aridayana
Mutmainnah
R. Fausan Numyani P
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.atas limpahan rahmat,
taufik,
dan
hidayah-Nya
sehingga
kami
masih
tertuntun
dalam
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
I. PENDAHULUAN...........................................................................................4
II. PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Skenario
Kata kunci
Pertanyaan5
Learning Objective...
Jawaban pertanyaan 6
Jawaban Learning objective
5
5
6
21
III.PENUTUP
A. Kesimpulan.40
DAFTARPUSTAKA.36
BAB I
PENDAHULUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
tentang diagnosis, penyebab penyebab, dan patofisiologi terjadinya nyeri sendi,
serta dapat membedakan nyeri sendi akibat inflamasi dan nyeri sendi akibat
penyebab mekanik.
Seven Jump
1. Mengklarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario diatas, kemudian
tentukan kata/kalimat kunci skenario diatas.
2. Mengidentifikasi problem dasar skenario diatas dengan membuat beberapa
pertanyaan penting.
3. Melakukan analisis dengan mengklarifikasi semua informasi yang didapat.
4. Melakukan sintesis informasi yang terkumpul.
5. Mahasiswa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh kelompok
mahasiswa atas kasus diatas bila informasi belum cukup. Langkah 1 s/d 5
dilakukan dalam diskusi mandiri dan diskusi pertama bersama tutor.
6. Mahasiswa mencari informasi tambahan informasi tentang kasus diatas diluar
kelompok tatap muka.
7. Mahasiswa melaporkan hasil diskusi dan sintesis informasi-informasi baru
yang ditemukan.
Langkah 7 dilakukan dalam kelompok dengan tutor.
BAB II
PEMABAHASAN
SKENARIO
Seorang wanita berusia 60 tahun yang bertubuh gemuk datang dengan keluhan
nyeri lutut kiri dan kanan yang dirasakan jika berdiri lama. Nyeri semakin
memberat dengan aktifitas fisik. Pasien menyangkal adanya kaku di pagi hari.
Pada pemeriksaan lutut tidak didapatkan deformitas, didapatkan efusi ringan, dan
krepitasi.
A. KATA SULIT
- Deformitas
- Efusi
- krepitasi
B. KALIMAT KUNCI
- Wanita 60 tahun
- Gemuk
- Nyeri lutut kiri dan kanan bila berdiri lama
- Nyeri memberat dengan aktifitas fisik
- Tidak ada kaku dipagi hari
- Tidak ada deformitas
- Ada efusi ringan
- Ada krepitasi
C. PERTANYAAN PENTING
1. Bagaimana stuktur anatomi fisiologi yang terlibat ?
2. Bagaimana patomekanisme terjadinya nyeri ?
3. Apakah ada pengaruh umur dan kegemukan terhadap nyeri ?
4. Kenapa nyeri saat berdiri lama, dan semakin memberat saat melakukan
aktivitas fisik ?
5. Kenapa dapat terjadi efusi ringan dan krepitasi ?apakah ada hubungannya
terhadap nyeri yang dialami ?
6. Kenapa pada scenario pasien menyangkal adanya kaku pada pagi hari ?
7. Sebutkan langkah-langkah diagnosis yang dapat dilakukan berkenaan
dengan scenario diatas !
8. Apakah DD dari scenario ?
9. Apakah pemerikasaan penunjang yang dapat dilakukan sesuai dengan
scenario diatas ?
10. Apakah penatalaksanaan dari diagnosa yang telah anda dapat ?
D. LEARNING OBJECTIVE
1. Bagaimana fisiologi gerakan pada articulation genu, cubiti, dan yang
berada pada tangan dan kaki ?
Referensi :
(Seeley , Stephen , Tate, Anatomy and Physiologi, international edition,
sixth edition, Mc Graw Hill , New York , 2003)
(Spalteholz Werner, Hand Atlas of Human Anatomy, Seventh Edition in
English)
2. patomekanisme terjadinya nyeri pada pasien
Perjalanan nyeri terbagi atas:
1. Proses Transduksi
Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada
ujung saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik
kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima
ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ tubuh (reseptor
meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni). Kerusakan
jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya
menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang
akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan
dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang
akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi
perifer.
2. Proses Transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan
proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke
medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum
diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke
traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa
rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta
berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi.Selain
itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron
dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin.Selanjutnya impuls
disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di cortex cerebri dan
dirasakan sebagai persepsi nyeri.
3. Proses Modulasi
Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat
(medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem
analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri
yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupakan proses
ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen (enkefalin,
endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada
kornu posterior medulla spinalis.Dimana kornu posterior sebagai pintu
dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk
Referensi : sjaifullah noer, dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi
ketiga. Jakarta : Interna Publishing
4. Ngwqi
5. Hubungan efusi ringan dan krepitasi terhadap nyeri pada pasien:
Terjadinya efusi ringan pada sendi adalah karena adanya radang, jejas,
atau inflamasi pada sendi tersebut. Sehingga mediator-mediator inflamasi
seperti sitokin (IL-1, TNF-, dan IL-6) akan memicu terjadinya inflamasi
dengan cara penumpukan cairan transudate yang akan terjadi di sendi yang
mengalami inflamasi tersebut. Setelah itu, nantinya inflamasi ini akan
menurunkan ambang batas nyeri yang ada di otak sehingga nantinya
a. Anamnesis
Anamnesis terdiri dari Autoanamnesa dan Alloanamnesa.
1. Autoanamnesa
Merupakan anamnesa yang diambil langsung dari pasien yang
memilikikeluhan.Dicatat tanggal pengambilan anamnesa dari dan
oleh siapa. Ditanyakan persoalan mengapa datang, untuk apa dan
kapan dikeluhkan. Biarkan penderita bercerita tentang keluhan sejak
awal dan apa yang dirasakan sebaga ketidakberesan, bagian apa dari
anggota tubuhnya / lokalisasi perlu dipertegas sebab ada pengertian
berbeda, misalnya sakit di kaki, yang dimaksud kaki oleh orang
awam adalah anggota gearak bawah dan karenanya tanyakan bagian
manayang dimaksud, mungkin saja lututnya.Kemudian tanyakan
gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang serupa sebagai
pembanding.Untuk dapat melakukan anamnesis yang demikian
diperlukan pengetahuan yang luas tentang penyakit.
2. Alloanamnesa
Pada dasarnya sama dengan autoanamnesa, tetapi alloanamnesa
didapat dariorang lain selain penderita. Hal ini penting bila
berhubungan dengan anak kecil /bayi, orang tua yang sudah mulai
demensia (pikun) atau penderita yang tidak sadar / sakit jiwa.
b. Pemeriksaan fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu ;
1. Pemeriksaan Umum (Status Generalisata)
Perlu menyebutkan ;
a. Keadaan umum (KU) ; baik / buruk yang dicatat adalah tanda
tanda vital, yaitu :
Kesakitan
Fistulae
B. Feel (Palpasi)
Pada waktu ingin palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki
agar dimulai dari posisi netral / posisi anatomi.Pada dasarnya ini
merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik
Sifat
benjolan
perlu
dideskripsikan
permukaannya,
memeriksa
feel,
pemeriksaan
diteruskan
dengan
Gerak
pronasi
dan
supinasi
adalah
gerakan
dari
dan
merupakan
gerakan
dari
kaki
yang
danpinggang.Pencatatan
cukup
mobile
adalah
rotasi
mungkin
masih
daerah
mudah
leher
dicatat
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf
8. Diagnosis diferensial berdasarkan keluhan pasien
Berdasarkan beberapa gejala klinis yang dialami penderita, diagnosis
diferensial pasien yang diperoleh adalah:
c. Osteo Arthritis
d. Remathoid Arthritis
e. Arthritis Gout
penunjang,
pemeriksaan
yang
penting
adalah
pencitraan
segmental
sendipanggul
yan
femur
dengan
sering
atau
meleset
tanpa
diagnosisnya
dislokasi
karena
Tomografi
Tomografi
telah
CT(Computerised
berkembang
Tomografy)
lebih
yang
maju
dapat
dengan
adanya
membuat
selain
Myelografy
Arthrografy
Fistulografy
Scintigrafy
menggunakan
radioisotope
untuk
mengetahui
penyebaran(metastasis).
MRI
NMR
(Magnectic
Resonance
Imaging
atau
Nuclear
MagnecticResonance)
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah untuk mengetahui tempat
berapa jauh daripatologi musculo skeletal diakibatkan / mengakibatkan
gangguan saraf, yaitupemeriksaan :
EEG
EMG
MMT
Untuk membedakan kekuatan otot (0 5) dan sensoris / sensible
deficitdengan
terhadap
pemeriksaan
response
neurologist
stimulasi
yang
walaupun
klinis
baik.Biofeedback
secara
kasar
UMN
LMN
Pemeriksaan laboratorium penunjang lainnya adalah :
Referensi
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf
10.
Penatalaksanaan penyakit
1. Nonfarmakologi
a. Diet : menghilangkan kegemukan penderita oa dapat menyebabkan
sendi penyokong berat badan akan mengurangi kelelahan
b. Terapi fisik dan rehabilitas: latihan oto yang teratur akan membawa
gangguan fungsional, mengurangi ketergantungan terhadap orang
lain dan rasa nyeri yang di rasakan
c. Istirahat: nyeri sendi membuat waktu pergeseran akan berkurang
dengan istirahat
d. Penerangan: penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit
seluk-beluk tentang penyakinta, bagaimana menjaga agar
penyakitnya tidak terasa sakit
2. Farmakologi
a. Analgesic oral non opiate
Pasien pada umumnya sudah mencoba mengobati rasa sakit yang
dia rasakan
b. Analgesic topical
Pada umumnya pasien mencoba terapi ini, sebelum memakai obatobatan peroral.
c. Obat anti inflamasi non steroid(OAINS)
Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh
karena obat golongan ini di samping mempunyai efek analgetik
juga mempunyai anti inflamasi. Oleh karena pasien OA banyak
yang usia lanjut, maka pemberian obat harus berhati-hati
d. Chondroprotective agent
Yang dimaksud chondroprotective agent adalah obat-obatan yang
menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada
pasien OA
Referensi
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf
F. JAWABAN LEARNING OBJEKTIF
1. Bagaimana fisiologi gerak ?
Jawab :
Masuk ke tubulus T
Mekanisme relaksasi
stimulis noxius tersebut akan diubah menjadi potensial aksi. Proses ini
disebut transduksi atau aktifasi reseptor. Selanjutnya potensial aksi
tersebut akan ditransmisikan menuju neuron saraf pusat yang berhubungan
dengan nyeri. Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron
aferen primer ke kornu dorsalis medulla spinalis pada kornu ini neuron
afferent primer bersinaps dengan neuron susunan saraf pusat. Dari sini
neuron tersebut tersebut akan naik keatas medulla spinalis menuju batang
otak dan thalamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara
thalamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respon
persepsi dan afektif yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan
nosiseptik tidak selalu menimbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya
persepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi dari nosisepti. Terdapat modulasi
sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri yang paling diketahui
adalah pada kornu dorsalis medulla spinalis. Proses terakhir adalah
persepsi, dimana pesan nyeri di relay menuju ke otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan.
Kaku pagi
ARTRITIS REUMATOID
Kekauan sendi jari tangan pada pagi hari 30-60 menit.(morning siftness)
Pembengkakan pada salah satu sendi secara terus menerus sekurangkurangnya selama enam minggu.
ARTRITIS GOUT
1.
2.
3.
Stadium Akut
Bersifta monoartikuler, nyeri, bengkak, hangat, merah, sakit saat
bangun. Gejala sistemik: demam menggigil, dan lelah.
Stadium Interkritikal
Asomptomatik bersifat poliartikuler.
Stadium Menahun
Pembentukan tofi ( lokasi cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendo
Achilles, dan jari tangan ).
5.cairan synovial adalah cairan yang dihasilkan oleh membran synovial kedalam
ruang antar tulang. cairan ini berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang
memungkinkan sendi bergerak bebas dalam arah yang tepat.
8. Penatalaksanaan penyakit
3. Nonfarmakologi
e. Diet : menghilangkan kegemukan penderita oa dapat menyebabkan
sendi penyokong berat badan akan mengurangi kelelahan
f. Terapi fisik dan rehabilitas: latihan oto yang teratur akan membawa
gangguan fungsional, mengurangi ketergantungan terhadap orang
lain dan rasa nyeri yang di rasakan
g. Istirahat: nyeri sendi membuat waktu pergeseran akan berkurang
dengan istirahat
h. Penerangan: penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit
seluk-beluk tentang penyakinta, bagaimana menjaga agar
penyakitnya tidak terasa sakit
4. Farmakologi
e. Analgesic oral non opiate
Pasien pada umumnya sudah mencoba mengobati rasa sakit yang
dia rasakan
f. Analgesic topical
Pada umumnya pasien mencoba terapi ini, sebelum memakai obatobatan peroral.
g. Obat anti inflamasi non steroid(OAINS)
Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh
karena obat golongan ini di samping mempunyai efek analgetik
juga mempunyai anti inflamasi. Oleh karena pasien OA banyak
yang usia lanjut, maka pemberian obat harus berhati-hati
h. Chondroprotective agent
Yang dimaksud chondroprotective agent adalah obat-obatan yang
menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada
pasien OA
Referensi
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf
9. Komplikasi :
Osteonekrosis spontan sendi lutut,Bursitis,Artropati, Dan Mikrokristal
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari scenario diatas, dimana dilihat dari scenario bahwa
pasien yang merupakan wanita menopause berumur 60 tahun menderita Osteo
Artrritis yanitu peradangan pada sendi diakibatkan oleh menipisnya lapisan
kartilago pada sendi genu akibat dari proses autoimun dan dipicu oleh faktor berat
badan yang berlebih dan aktifitas pasien yang berat.
DAFTAR PUSTAKA
(Seeley , Stephen , Tate, Anatomy and Physiologi, international edition, sixth
edition, Mc Graw Hill , New York , 2003)
(Spalteholz Werner, Hand Atlas of Human Anatomy, Seventh Edition in English)
Lauralee Sherwood.2011.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC
hal 208 - 210
sjaifullah noer, dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ketiga. Jakarta :
Interna Publishing
Bonnin Michel dan Pierre Chambat.Buku Osteoatrhitis of Knee Surgical
Treatment.Springer.2008. hal. 41
Prof. DR. dr. Handono Kalim, SpPD K-R. Jurnal Diagnosis dan penatalaksanaan
Osteoatritis 2014. Rekomendasi IRA. Hal.11-14
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf
Helmi. Noor Zairin, Buku Ajar musculoskeletal, gangguan musculoskeletal, 2013,
selemba medica, Jakarta halaman 308-311.
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf