Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PBL

MODUL 1 NYERI SENDI


SKENARIO 1

Dosen Pembimbing : dr. A. Alamanda Irwan


OLEH
KELOMPOK 8
Munawwarah

110 2015 0004

Alifa Saphira Multhazam

110 2015 0018

Ainun Jariah Muliadi

110 2015 0033

Ahmad Irfan Jayyadi

110 2015 0045

Aridayana

110 2015 0063

Mutmainnah

110 2015 0073

Agung Sukriadi Haru

110 2015 0095

Nur Azizah Fitriyana

110 2015 0108

R. Fausan Numyani P

110 2015 0115

M. Ikhlas Muttaqin A.T

110 2015 0159

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.atas limpahan rahmat,
taufik,

dan

hidayah-Nya

sehingga

kami

masih

tertuntun

dalam

menyelesaikanlaporan hasil tutorial pertama pada skenario I. Dan tak lupa


shalawat dan salam tertuju kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW.,
yang menjadi uswatun hasanah dan rahmatan lilalamin.
Kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada setiap pihak
yang telah berpartisipasi baik secara materil maupun tenaga dalam penyelesaian
laporan ini, maupun selama masa tutorial khususnya kepada dosen pembimbing
kami, yang telah banyak membantu selama proses PBL berlangsung. Kepada
orang tua dan teman-teman, yang telah membantu dalam bentuk materi maupun
support kepada kami.
Akhir kata, kami menyadari tiada gading yang tak retak, demikian
pula dengan laporan ini.Oleh karena itu, saran dankritik yang membangun tetap
kami nantikan demi kesempurnaan laporan ini.Harapan kami, semoga laporan ini
dapat berguna bagi kami secara khusus dan bagi pembaca secara umum.

Makassar, 21 september 2016

Kelompok 8

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
I. PENDAHULUAN...........................................................................................4
II. PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Skenario
Kata kunci
Pertanyaan5
Learning Objective...
Jawaban pertanyaan 6
Jawaban Learning objective

5
5
6
21

III.PENUTUP
A. Kesimpulan.40
DAFTARPUSTAKA.36

BAB I
PENDAHULUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
tentang diagnosis, penyebab penyebab, dan patofisiologi terjadinya nyeri sendi,
serta dapat membedakan nyeri sendi akibat inflamasi dan nyeri sendi akibat
penyebab mekanik.
Seven Jump
1. Mengklarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario diatas, kemudian
tentukan kata/kalimat kunci skenario diatas.
2. Mengidentifikasi problem dasar skenario diatas dengan membuat beberapa
pertanyaan penting.
3. Melakukan analisis dengan mengklarifikasi semua informasi yang didapat.
4. Melakukan sintesis informasi yang terkumpul.
5. Mahasiswa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh kelompok
mahasiswa atas kasus diatas bila informasi belum cukup. Langkah 1 s/d 5
dilakukan dalam diskusi mandiri dan diskusi pertama bersama tutor.
6. Mahasiswa mencari informasi tambahan informasi tentang kasus diatas diluar
kelompok tatap muka.
7. Mahasiswa melaporkan hasil diskusi dan sintesis informasi-informasi baru
yang ditemukan.
Langkah 7 dilakukan dalam kelompok dengan tutor.

BAB II
PEMABAHASAN
SKENARIO
Seorang wanita berusia 60 tahun yang bertubuh gemuk datang dengan keluhan
nyeri lutut kiri dan kanan yang dirasakan jika berdiri lama. Nyeri semakin
memberat dengan aktifitas fisik. Pasien menyangkal adanya kaku di pagi hari.
Pada pemeriksaan lutut tidak didapatkan deformitas, didapatkan efusi ringan, dan
krepitasi.
A. KATA SULIT
- Deformitas
- Efusi
- krepitasi
B. KALIMAT KUNCI
- Wanita 60 tahun
- Gemuk
- Nyeri lutut kiri dan kanan bila berdiri lama
- Nyeri memberat dengan aktifitas fisik
- Tidak ada kaku dipagi hari
- Tidak ada deformitas
- Ada efusi ringan
- Ada krepitasi
C. PERTANYAAN PENTING
1. Bagaimana stuktur anatomi fisiologi yang terlibat ?
2. Bagaimana patomekanisme terjadinya nyeri ?
3. Apakah ada pengaruh umur dan kegemukan terhadap nyeri ?
4. Kenapa nyeri saat berdiri lama, dan semakin memberat saat melakukan
aktivitas fisik ?
5. Kenapa dapat terjadi efusi ringan dan krepitasi ?apakah ada hubungannya
terhadap nyeri yang dialami ?
6. Kenapa pada scenario pasien menyangkal adanya kaku pada pagi hari ?
7. Sebutkan langkah-langkah diagnosis yang dapat dilakukan berkenaan
dengan scenario diatas !
8. Apakah DD dari scenario ?
9. Apakah pemerikasaan penunjang yang dapat dilakukan sesuai dengan
scenario diatas ?
10. Apakah penatalaksanaan dari diagnosa yang telah anda dapat ?
D. LEARNING OBJECTIVE
1. Bagaimana fisiologi gerakan pada articulation genu, cubiti, dan yang
berada pada tangan dan kaki ?

2. Jelaskan patomekanisme yang menyebabkan inflamasi dan gangguan


mekanik pada scenario!
3. Sendi mana saja yang sering terkena penyakit inflamasi dan gangguan
mekanik ?
4. Apa gambaran klinik dari penderita yang mengalami kelainan sendi ?
5. Apa fungsi cairan sinovial ? kapan cairan ini meningkat dan kapan cairan
ini normal kembali ?
6. Apakah ada penyakit metabolic yang menimbulkan kelainan sendi ?
7. Sebutkan derajat-derajat nyeri !
8. Tindakan preventif apa saja yang harus dilakukan pada pasien yang ada di
scenario ?
9. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi dari penyakit yang dialami pasien
dalam scenario ?

E. JAWABAN PERTANYAAN PENTING


1. Organ yang terkait dengan keluhan pada skenario diatas adalah sendi
lutut. Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh
manusia. Sendi ini terletak pada kaki yaitu antara tungkai atas dan
tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio
condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus
tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies
patellaris femoris.
Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel, tetapi
sebenarnya terdiri dari tiga bagian sendi yang kompleks yaitu :
a. condyloid articulatio diantara dua femoral condylus dan meniscus
danberhubungan dengan condylus tibiae
b. satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal
dari patella dan femur.
Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk
bulat, pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago

semilunaris.Pada bagian bawah terdapat articulatio antara ujung bawah


femur dengan patella.
Fascies articularis femoris .tibiae dan patella diliputi oleh cartilago
hyaline. Fascies articularis condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik
sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan lateralis.Pada sendi
lutut terdapat cairan synovial.Cairan sinovial adalah cairan bening lengket
yang dilepaskan oleh membran sinovial dan bertindak sebagai pelumas
untuk sendi dan tendon.Cairan sinovial merupakan materi kental yang
jernih seperti putih telur. Materi ini terdiri dari 95% air dengan pH 7,4 dan
merupakan campuran polisakarida (sebagian besar asam hialurunat),
protei, dan lemak. Cairan sinovial berfungsi untuk melumasi dan
memberikan nutrisi pada permukaan kartilago artikular. Cairan ini juga
mengandung sel fagosit untuk mengeluarkan fragmen jaringan mati
(debris) dari rongga sendi yang cidera atau infeksi (Sloane, 2004)

Gambar 1.Anatomi sendi lutut dari posisi anterior (Ballinger, 2003).


Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ligamen cruciatum anterior


Ligamen cruciatum posterior
Meniscus lateral
Meniscus medial
Ligamen kollateral fibular
Ligamen kollateral tibial
7. Fibula

Gambar 2.Anatomi sendi lutut dari posisi posterior (Ballinger, 2003).


Keterangan:
1. Femur
2. Patella
3. Meniscus
4. Cairan sinovial
5. Meniscus
6. Kartilago articular
7. Tibia

Gambar 3. Anatomi sendi lutut dari posisi lateral (Ballinger, 2003).

Referensi :
(Seeley , Stephen , Tate, Anatomy and Physiologi, international edition,
sixth edition, Mc Graw Hill , New York , 2003)
(Spalteholz Werner, Hand Atlas of Human Anatomy, Seventh Edition in
English)
2. patomekanisme terjadinya nyeri pada pasien
Perjalanan nyeri terbagi atas:

1. Proses Transduksi
Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada
ujung saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik
kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima
ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ tubuh (reseptor
meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni). Kerusakan
jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya
menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang
akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan
dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang
akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi
perifer.
2. Proses Transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan
proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke
medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum
diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke
traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa
rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta
berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi.Selain
itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron
dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin.Selanjutnya impuls
disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di cortex cerebri dan
dirasakan sebagai persepsi nyeri.
3. Proses Modulasi
Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat
(medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem
analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri
yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupakan proses
ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen (enkefalin,
endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada
kornu posterior medulla spinalis.Dimana kornu posterior sebagai pintu
dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk

analgesik endogen tersebut.Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri


sangat subjektif pada setiap orang.
4. Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses
tranduksi, transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan
suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang
diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi
dari sensorik.
Referensi: Lauralee Sherwood.2011.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem.
Jakarta : EGC hal 208 210
3. faktor resiko nyeri sendi yang berhubungan dengan pasien
Usia
Fungi kondorsit menurun dengan bertambahnya usia. Sel sel ini
mensintesis aggrecans yang lebih kecil dan protein penghubung yang
kurang fungsional sehingga mengakibatkan pembentukan agregat
yang irrekuler dan lebih kecil aktivtas miotik dan sintesis menurun
dengan bertambahnya usia, dan mereka kurang responsif terhadap

sitokin anabolik dan rangsang mekanik.


Berat Badan
Pemeliharaan struktur dan fungsi sendi synovial yang normal di
lakukan melalui penggunaansendi yang teratur dalam aktivitas
sehari-hari.Namun, beban yang berlebihan dan berulang ulang dari
sendi yang normal dapat meningkatkan resiko kerusakan degeneratif
pada sendi.
Dan kedua dari factor tersebut yang paling banyak menimbulkan
nyeri karena dapat terjadi jejas mekanik.

Referensi : sjaifullah noer, dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi
ketiga. Jakarta : Interna Publishing
4. Ngwqi
5. Hubungan efusi ringan dan krepitasi terhadap nyeri pada pasien:

Terjadinya efusi ringan pada sendi adalah karena adanya radang, jejas,
atau inflamasi pada sendi tersebut. Sehingga mediator-mediator inflamasi
seperti sitokin (IL-1, TNF-, dan IL-6) akan memicu terjadinya inflamasi
dengan cara penumpukan cairan transudate yang akan terjadi di sendi yang
mengalami inflamasi tersebut. Setelah itu, nantinya inflamasi ini akan
menurunkan ambang batas nyeri yang ada di otak sehingga nantinya

seseorang dapat merasakan nyeri dengan cepat.


Sebenarnya istilah krepitasi hanya menimbulkan suara gemeretak saja,
tetapi hal ini di timbulkan karena terjadinya tumbukan antar tulang yang
telah kehilangan kartilagonya dan nantinya akan menimbulkan jejas
mekanik. Saat terjadi jejas mekanik inilah nantinya akan menyebabkan
inflamasi dan menimbulka nyeri.

Referensi: Bonnin Michel dan Pierre Chambat. Buku Osteoatrhitis of Knee


Surgical Treatment.Springer.2008. hal. 41
6. Berdasarkan penelitian dari beberapa ahli, bahwa kaku pagi hari pada
reumathoid merupakan salah satu gejala klinik pada umumnya. Tapi
ternyata ada beberapa dari pasien tersebut pada anamnesis yang dilakukan
menyangkal adanya kekauan pagi hari. Dan sampai sekarang telah ada
beberapa pendapat yang ditemukan:
1. Pasien tersebut bukannya tidak mengalami kekakuan pagi hari, tetapi
pasien tidak menyadari hal tersebut dikarenakan kekakuan yang dialami
kurang dari 2 menit saja, dan pasien penganggap bahwa hal tersebut
merupakan hal yang biasa karena mengingat umurnya yang semakin tua.
2. Adapun yang membuat table-tabel pemeriksaan yang menyatakan gradegrade nyeri yang dirasakan pasien. Dan pada kekakuan pagi hari ada grade
0 yang berarti normal, tetapi tetap mengalami remathoid bila di tunjukkan
6 dari 9 gejala yang ada.
Referensi:Prof. DR. dr. Handono Kalim, SpPD K-R. Jurnal Diagnosis dan
penatalaksanaan Osteoatritis 2014. Rekomendasi IRA. Hal.11-14
7. Proses anamnesis, pemerriksaan fisik pada scenario

a. Anamnesis
Anamnesis terdiri dari Autoanamnesa dan Alloanamnesa.
1. Autoanamnesa
Merupakan anamnesa yang diambil langsung dari pasien yang
memilikikeluhan.Dicatat tanggal pengambilan anamnesa dari dan
oleh siapa. Ditanyakan persoalan mengapa datang, untuk apa dan
kapan dikeluhkan. Biarkan penderita bercerita tentang keluhan sejak
awal dan apa yang dirasakan sebaga ketidakberesan, bagian apa dari
anggota tubuhnya / lokalisasi perlu dipertegas sebab ada pengertian
berbeda, misalnya sakit di kaki, yang dimaksud kaki oleh orang
awam adalah anggota gearak bawah dan karenanya tanyakan bagian
manayang dimaksud, mungkin saja lututnya.Kemudian tanyakan
gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang serupa sebagai
pembanding.Untuk dapat melakukan anamnesis yang demikian
diperlukan pengetahuan yang luas tentang penyakit.

2. Alloanamnesa
Pada dasarnya sama dengan autoanamnesa, tetapi alloanamnesa
didapat dariorang lain selain penderita. Hal ini penting bila
berhubungan dengan anak kecil /bayi, orang tua yang sudah mulai
demensia (pikun) atau penderita yang tidak sadar / sakit jiwa.
b. Pemeriksaan fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu ;
1. Pemeriksaan Umum (Status Generalisata)
Perlu menyebutkan ;
a. Keadaan umum (KU) ; baik / buruk yang dicatat adalah tanda
tanda vital, yaitu :

Kesadaran penderita ; compos mentis / delirium / soporus /


coma.

Kesakitan

Tanda vital ; tensi, nadi, pernafasan dan suhu.

b. Periksa dari mulai kepala, leher, dada (thorax), perut (abdomen ;


hati, lien),kelenjar getah bening serta kelamin.
c. Ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang).
2. Pemeriksaan Setempat (Status Lokalis)
Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian distal dari
anggota tubuh terutama mengenai status neurovaskuler. Pada
pemeriksaan musculoskeletal yang penting adalah (appley) :
a. Look (Inspeksi)
b. Feel (Palpasi)
c. Move (Pergerakan, terutama mengenai lingkup gerak)
A. Look (Inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat, antara lain :

Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang


buatan(bekas pembedahan)

Cafe au lait spot (birth mark)

Fistulae

Warna (kemerahan / kebiruan (livide) / hiperpigmentasi)

Benjolan / pembengkakan / cekukan dengan hal hal yang tidak


biasa,misalnya adanya rambut diatasnya, dst.

Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas).

Jalan pasien (gait, waktu masuk kamar periksa)

B. Feel (Palpasi)
Pada waktu ingin palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki
agar dimulai dari posisi netral / posisi anatomi.Pada dasarnya ini
merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik

bagi pemeriksa maupun bagi penderita.Karena itu perlu selalu


diperhatikan wajah penderita atau menanyakan perasaan penderita.
Yang dicatat adalah :

Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit.

Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau


hanyaoedema, terutama daerah persendian.

Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainannya


(1/3proksimal / medial / distal)

Otot, tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi.

Benjolan yang terdapat dipermukaan tulang atau melekat pada


tulang.

Sifat

benjolan

perlu

dideskripsikan

permukaannya,

konsistensinya danpergerakan terhadap permukaan atau dasar,


nyeri atau tidak danukurannya.
C. Move / Gerak
Setelah

memeriksa

feel,

pemeriksaan

diteruskan

dengan

menggerakan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri


pada pergerakan.Pada pemeriksaan Move, periksalah bagian tubuh yang
normal terlebih dahulu, selain untuk mendapatkan kooperasi dari
penderita, juga untukmengetahui gerakan normal penderita.

Apabila ada fraktur, tentunya akan terdapat gerakan yang


abnormaldidaerah fraktur (kecuali fraktur incomplete).

Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap


arahpergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan
ukuranmetric. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah
ada gangguangerak.

Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan


olehfaktor intraarticuler atau ekstraarticuler.

Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila


penderitasendiri yang menggerakan karena disuruh oleh
pemeriksa) dan gerakpasif (bila pemeriksa yang menggerakan).

Anggota Gerak Atas


1. Sendi Bahu
Merupakan sendi yang bergerak seperti bumi (GlobalJoint). Ada
beberapa sendi yang mempengaruhi gerak sendi bahu,yaitu :

Gerak tulang belakang

Gerak sendi stenoclavicula

Gerak sendi acromioclavicula

Gerak sendi gleno humeral

Gerak sendi scapulo thoracal (floating joint)

karena gerakan tersebut sukar untuk di isolasi satu persatu,maka


sebaiknya gerakan diperiksa bersamaan kanan dan kiri.Pemeriksa
berdiri dibelakang pasien, kecuali untuk eksorotasi ataubila penderita
berbaring, maka pemeriksa ada disamping pasien.
2. Sendi Siku

Gerak flexi ekstensi adalah gerakan ulna humeral(olecranon


terhadap humerus).

Gerak

pronasi

dan

supinasi

adalah

gerakan

dari

antebrachiidengan sumbu ulna. Hal ini diperiksa pada posisi


siku 90untuk menghindari gerak rotasi dari sendi bahu.
3. Sendi Pergelangan Tangan

Untuk memeriksa pergerakan ini, perlu dilakukan fixasidan


gerakan bagian lain kaki dengan memegang tumit dandilakukan
flexi (plantar flexi) dan extensi (dorso flexi).Abduksi dan
adduksi merupakan sebagian gerakan subtalar(Talo calcaneal).

Inversi dan eversi merupakan gerakan seperti supinasi


danpronasi

dan

merupakan

gerakan

dari

kaki

tarsalia,sedangkan jari jari kaki seperti juga gerakan jari


tangan(MTP, PIP, DIP).
4. Tulang Belakang
Bagian

yang

danpinggang.Pencatatan

cukup

mobile

adalah

rotasi

mungkin

masih

daerah
mudah

leher
dicatat

denganderajat, tetapi flexi extensi biasanya selain dengan derajat,


dicatatdengan metric jarak dari dua titik tertentu.Pertambahan
panjangukuran metric pada waktu bergerak flexi atau extensi dari dua
titikyang prominen, atau garis yang menghubungkan kanan dan
kiriyang memotong garis tegak pada ketinggian tertentu.Ukuran
panjang dengan lingkaran (diameter) ekstremitas perludiukur.
Referensi

https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf
8. Diagnosis diferensial berdasarkan keluhan pasien
Berdasarkan beberapa gejala klinis yang dialami penderita, diagnosis
diferensial pasien yang diperoleh adalah:
c. Osteo Arthritis
d. Remathoid Arthritis
e. Arthritis Gout

9. Pemeriksaan penunjang yang tepat untuk mengetahui diagnosis pasien


Sebagai

penunjang,

pemeriksaan

yang

penting

adalah

pencitraan

menggunakan sinar roentgen (X-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3


dimensi keadaan dan kedudukan tulang sulit, oleh karena itu minimal
diperlukan 2 proyeksi tambahan (khusus) atas indikasi khusus untuk
memperlihatkan patologiyang dicari, karena adanya superposisi. Perlu
disadari bahwa permintaan X-rayharus atas dasar indikasi kegunaan

pemeriksaan penunjang tersebut dan hasilnyadibaca sesuai dengan


permintaan, misalnya :

Untuk fraktur baru, indikasi X-ray adalah untuk melihat jenis


dankedudukan fraktur dan karenanya perlu tampak seluruh bagian
tulang(kedua ujung persendian) karena kemungkinan terjadinya
fraktur dandislokasi pada jenis fraktur tertentu,seperti :
1. Monteggeia
2. Galeazzi
3. Fraktur

segmental

sendipanggul

yan

femur

dengan

sering

atau

meleset

tanpa

diagnosisnya

dislokasi
karena

discrepancyyang terjadi bukan saja oleh frakturnya melainkan


juga karenaadanya dislokasi.Kelainan tulang belakang, karena
adanya super imposed dari iga dan sendi bahuseperti darah
cervico-thoracal atau pada fraktur acetabulum diperlukan
proyeksioblique.

Hal yang perlu dibaca pada X-ray adalah :

Bayangan jaringan lunak

Tipis tebalnya cortex sebagai akibat reaksi periost atau karena


akibatbiomekanik (Wolffs Law) atau rotasi.

Trabukulasi ada tidaknya rare fraction.

Sela sendi serta bentuk arsitektur sendi.


Selain foto polos X-ray (plane X-ray) mungkin perlu teknik khusus :

Tomografi
Tomografi

telah

CT(Computerised

berkembang
Tomografy)

lebih
yang

maju
dapat

dengan

adanya

membuat

selain

potonganlongitudinal juga potongan tranversal / axial atau dengan


contrast, seperti :

Myelografy

Arthrografy

Fistulografy

Scintigrafy

menggunakan

radioisotope

untuk

mengetahui

penyebaran(metastasis).

MRI

NMR

(Magnectic

Resonance

Imaging

atau

Nuclear

MagnecticResonance)
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah untuk mengetahui tempat
berapa jauh daripatologi musculo skeletal diakibatkan / mengakibatkan
gangguan saraf, yaitupemeriksaan :

EEG

EMG

MMT
Untuk membedakan kekuatan otot (0 5) dan sensoris / sensible
deficitdengan
terhadap

pemeriksaan

response

neurologist

stimulasi

yang

walaupun

klinis

baik.Biofeedback
secara

kasar

dapatdibedakan antara kelainan :

UMN

LMN
Pemeriksaan laboratorium penunjang lainnya adalah :

Pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui keadaan umum, infeksi


akut /menahun.

Atas indikasi tertentu, diperlukan pemeriksaan :


Kimia darah
Reaksi imunologi
Fungsi hati / ginjal

Bahkan kalau perlu dilakukan pemeriksaan Bone Marrow


Pemeriksaan urin rutin (+Esbach, Bence jones)
Pemeriksaan micro organism kultur dan sensitivity test.

Referensi
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf

10.

Penatalaksanaan penyakit
1. Nonfarmakologi
a. Diet : menghilangkan kegemukan penderita oa dapat menyebabkan
sendi penyokong berat badan akan mengurangi kelelahan
b. Terapi fisik dan rehabilitas: latihan oto yang teratur akan membawa
gangguan fungsional, mengurangi ketergantungan terhadap orang
lain dan rasa nyeri yang di rasakan
c. Istirahat: nyeri sendi membuat waktu pergeseran akan berkurang
dengan istirahat
d. Penerangan: penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit
seluk-beluk tentang penyakinta, bagaimana menjaga agar
penyakitnya tidak terasa sakit
2. Farmakologi
a. Analgesic oral non opiate
Pasien pada umumnya sudah mencoba mengobati rasa sakit yang
dia rasakan
b. Analgesic topical
Pada umumnya pasien mencoba terapi ini, sebelum memakai obatobatan peroral.
c. Obat anti inflamasi non steroid(OAINS)
Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh
karena obat golongan ini di samping mempunyai efek analgetik
juga mempunyai anti inflamasi. Oleh karena pasien OA banyak
yang usia lanjut, maka pemberian obat harus berhati-hati
d. Chondroprotective agent
Yang dimaksud chondroprotective agent adalah obat-obatan yang
menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada
pasien OA

Referensi
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf
F. JAWABAN LEARNING OBJEKTIF
1. Bagaimana fisiologi gerak ?
Jawab :

Adanya gerakan terjadi karna adanya kontraksi, Mekanisme terjadinya


kontraksi adalah

Pelepasan muatan dari neuron motorik

Pelepasan transmitter/asetilkolin pada lempeng ujung motorik /


motor and plate

Pembangkitan potensial lempeng ujung

Pembangkitan potensial aksi pada serabut otot

Masuk ke tubulus T

Pembebasan Ca+ dari Reticulum Sarkoplasma

Pengikatan Ca+ pada tropponin C membebaskan daerah


pengikatan myosin pada aktin

Pembentukan jembatang silang

Kayuhan bertenaga dan terjadi kontraksi (pemendekan otot)

Mekanisme relaksasi

CA+ dipompa kembali masuk ke dalam Reticulum Sarkoplasma

Pembebasan Ca+ dari troponin

Penghentikan interaksi antara aktin dan myosin

Adapun jenis gerak :


Antagonis (kerja yang berlawanan )
Misalnya : ekstensor & fleksor, Depressor & Elevator, Supinator &
Pronator, Abduktor & Adduktor
Sinergis (kerja yang bersamaan)
Misalnya : Pronator teres, dan pronator kuadratus pada lengan bawah.

1) 2. patomekanisme yang mnyebabkan inflamasi dan gangguan mekanik !


Jawab :
Patomekanisme Inflamasi
Pertama adalah stimulus dari nosiseptor akibat pembebasan
berbagai mediator kimiawi selama proses inflamasi terjadi. Inflamasi
terjadi karena rangkaian reaksi imunologik yang dimulai dengan adanya
antigen yang kemudian diproses oleh sntigen precenting cells (APC) yang
kemudian akan diekskresikan ke permukaan sel dengan determinan HLA
yang sesuai. Antigen yang akan di ekskresikan tersebut akan diikat oleh sel
T melalui reseptor sel T pada permukaan sel T membentuk kompleks
trimolekuler. Kompleks trimolekuler tersebut akan mencetuskan rangkaian
reaksi imunologik dengan pelepasan berbagai sitokin (IL-1, IL-2) sehingga
terjadi aktifasi, mitosis dan proliferasi sel T tersebut. Sel T reraktivasi juga
akan menghasilkan berbagai limfokin danmediator inflamasi yang bekerja
merangsang makrofag untuk meningkatkan aktifitas fagositosisnya dan
merangsang proliferasi dan aktifasi sel B untuk memproduksi antibodi.
Setelah berikatan dengan antigen, antibodi yang dihasilkan akan
membentuk kompleks imun dan akan menendap pada organ target dan
mengaktifkan sel radang untuk melakukan fagositosis yang diikuti oleh
pembebasan metabolit asam arakidonat, radikal oksigen bebas, enzim
protease yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada organ
target tersebut.
Kompleks imun juga dapat mengaktifkan sistem komplemen dan
membebaskan komponen aktif seperti C3a dan C5a yang merangsang sel
mast dan trombosit untuk membebaskan amina vasoaktif sehingga timbul
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskuler. Sehingga terjadi
inflamasi.
Gangguan Mekanik
Nyeri dari tekanan, tusukan jarum, irisan pisau, dan lain-lain akan
merangsang stimulus nocireceptor oleh stimulus noxius pada jaringan
yang akan kemudian akan mengakibatkan stimulus nosiseptor dimana

stimulis noxius tersebut akan diubah menjadi potensial aksi. Proses ini
disebut transduksi atau aktifasi reseptor. Selanjutnya potensial aksi
tersebut akan ditransmisikan menuju neuron saraf pusat yang berhubungan
dengan nyeri. Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron
aferen primer ke kornu dorsalis medulla spinalis pada kornu ini neuron
afferent primer bersinaps dengan neuron susunan saraf pusat. Dari sini
neuron tersebut tersebut akan naik keatas medulla spinalis menuju batang
otak dan thalamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara
thalamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respon
persepsi dan afektif yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan
nosiseptik tidak selalu menimbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya
persepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi dari nosisepti. Terdapat modulasi
sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri yang paling diketahui
adalah pada kornu dorsalis medulla spinalis. Proses terakhir adalah
persepsi, dimana pesan nyeri di relay menuju ke otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan.

3.Sendi leher,Vertebra lumbo sacral,Panggul,Lutut,Pergelangan kaki,MTP-1,PIP


dan DIP
Referensi: Cristanto.I.2014.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta.Media Aesculapius
Hal 837
4. gambaran klinik dari penderita yang mengalami kelainan sendi
OSTEOARTRITIS
-

Nyeri sendi yg bertambah dengan gerakan dan berkurang saat istrahat.

Hambatan gerak sendi

Kaku pagi

Krepitasi, rasa gemertak pada sendi yang sakit

Pembesaran sendi (deformitas)

Perubahan gaya berjalan

ARTRITIS REUMATOID

Kekauan sendi jari tangan pada pagi hari 30-60 menit.(morning siftness)

Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada


satu sendi

Pembengkakan sekurang-kurangnya salah satu sendi lain

Pembengkakan pada salah satu sendi secara terus menerus sekurangkurangnya selama enam minggu.

Pembengkakan bersifat simetris

Gambaran foto Rontgen yang khas pada AR

Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah ekstensor

Uji aglutinasi factor rheumatoid

Perubahan karakteristik histologik pada membrane sinovia

Gambaran histologik yang khas pada nodul

Pengendapan cairan cousin yang jelek

ARTRITIS GOUT
1.

2.
3.

Stadium Akut
Bersifta monoartikuler, nyeri, bengkak, hangat, merah, sakit saat
bangun. Gejala sistemik: demam menggigil, dan lelah.
Stadium Interkritikal
Asomptomatik bersifat poliartikuler.
Stadium Menahun
Pembentukan tofi ( lokasi cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendo
Achilles, dan jari tangan ).

5.cairan synovial adalah cairan yang dihasilkan oleh membran synovial kedalam
ruang antar tulang. cairan ini berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang
memungkinkan sendi bergerak bebas dalam arah yang tepat.

Referensi : Jurnal Unimus-gdl-dian anggara-7263-3-bab ii

6. Penderita Diabetes Melitus mengalami penurunan kadar insulin. Insulin


mempunyai peranan dalam merangsang sintesis matriks tulang dan pembentukan
tulang rawan. Selain itu, insulin juga sangat penting pada mineralisasi tulang yang
normal, dan merangsang produksi IGF-1 oleh hati. Peranan insulin pada sintesis
matriks terutama pada fungsi diferensiasi osteoblast dan IGF-1 meningkatkan
jumlah sel yang dapat mensintesis matriks tulang. IGF-1 mempunyai efek
merangsang sintesis matriks dan kolagen tulang dan juga merangsang replikasi
sel-sel turunan osteoblast serta menurunkan degradasi kolagen tulang.
Sehingga penurunan kadar insulin menyebabkan produksi IGF I menurun
yang mana merupakan faktor pertumbuhan yang berperan dalam proses perbaikan
rawan sendi. Jadi, terjadi ketidakseimbangan antara proses pembentukan dan
penguraian tulang yang berdampak pada resiko osteoartritis.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
publishing
7. jgj

8. Penatalaksanaan penyakit
3. Nonfarmakologi
e. Diet : menghilangkan kegemukan penderita oa dapat menyebabkan
sendi penyokong berat badan akan mengurangi kelelahan
f. Terapi fisik dan rehabilitas: latihan oto yang teratur akan membawa
gangguan fungsional, mengurangi ketergantungan terhadap orang
lain dan rasa nyeri yang di rasakan
g. Istirahat: nyeri sendi membuat waktu pergeseran akan berkurang
dengan istirahat
h. Penerangan: penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit
seluk-beluk tentang penyakinta, bagaimana menjaga agar
penyakitnya tidak terasa sakit
4. Farmakologi
e. Analgesic oral non opiate
Pasien pada umumnya sudah mencoba mengobati rasa sakit yang
dia rasakan

f. Analgesic topical
Pada umumnya pasien mencoba terapi ini, sebelum memakai obatobatan peroral.
g. Obat anti inflamasi non steroid(OAINS)
Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh
karena obat golongan ini di samping mempunyai efek analgetik
juga mempunyai anti inflamasi. Oleh karena pasien OA banyak
yang usia lanjut, maka pemberian obat harus berhati-hati
h. Chondroprotective agent
Yang dimaksud chondroprotective agent adalah obat-obatan yang
menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada
pasien OA

Referensi
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf

9. Komplikasi :
Osteonekrosis spontan sendi lutut,Bursitis,Artropati, Dan Mikrokristal

Referensi:Cristanto.I.2014.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta.Media Aesculapius


Hal 838-839

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari scenario diatas, dimana dilihat dari scenario bahwa
pasien yang merupakan wanita menopause berumur 60 tahun menderita Osteo
Artrritis yanitu peradangan pada sendi diakibatkan oleh menipisnya lapisan
kartilago pada sendi genu akibat dari proses autoimun dan dipicu oleh faktor berat
badan yang berlebih dan aktifitas pasien yang berat.

DAFTAR PUSTAKA
(Seeley , Stephen , Tate, Anatomy and Physiologi, international edition, sixth
edition, Mc Graw Hill , New York , 2003)
(Spalteholz Werner, Hand Atlas of Human Anatomy, Seventh Edition in English)
Lauralee Sherwood.2011.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC
hal 208 - 210
sjaifullah noer, dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ketiga. Jakarta :
Interna Publishing
Bonnin Michel dan Pierre Chambat.Buku Osteoatrhitis of Knee Surgical
Treatment.Springer.2008. hal. 41
Prof. DR. dr. Handono Kalim, SpPD K-R. Jurnal Diagnosis dan penatalaksanaan
Osteoatritis 2014. Rekomendasi IRA. Hal.11-14
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf
Helmi. Noor Zairin, Buku Ajar musculoskeletal, gangguan musculoskeletal, 2013,
selemba medica, Jakarta halaman 308-311.
https://www.academia.edu/5056635/PEMERIKSAAN_ORTHOPEDI.pdf

Anda mungkin juga menyukai