Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

A. Kesenjangan Teori
Praktek profesi manajemen yang dilakukan kelompok sejak tanggal 30 April 2018 sampai
dengan 25 Mei 2018 mendapatkan sambutan positif dari Kepala Ruangan dan semua staff
RS PMI Bogor khususnya ruang Aster. Kepala ruangan dan semua staff turut mendukung
seluruh kegiatan mahasiswa.
Dari hasil skoring FGD di dapatkan 3 masalah prioritas terkait pelayanan asuhan
keperawatan kepada pasien di ruang Aster, yaitu:
1. Pasien safety ( Pengurangan resiko infeksi / cuci tangan bersih)
a. Menurut Teori
Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan
(WHO).Keselamatanpasien menurut Sunaryo (2009) adalah ada tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan.Keselamatan pasien di rumah sakit
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang
meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien pelaporan dan analisis insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
pencegahan terjadiya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI,
2011)
Menurut Depkes (2007) mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun dan air.
Mencuci tangan adalah teknik yang sangat mendasar dalam mencegah dan
mengendalikan infeksi, dengan mencuci tangan dapat menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme yang ada di kulit (Hidayat, 2005). Cuci tangan harus dilakukan
dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun
memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.Tangan

71
harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.Cuci tangan tidak dapat
digantikan oleh pemakaian sarung tangan.
Pada tahun 2007, World Health Organitation (WHO) mencetuskan global
patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi
strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan my five moments for
hand hygiene. Adapun dilakukan dengan mencuci tangan:
1. Sebelum kontak dengan pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan asepsis.
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien.
4. Setelah kontak dengan pasien.
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Istilah dalam lima saat kebersihan tangan:
1. Pasien : mengacu pada setiap bagian dari pasien, pakaian mereka, atau peralatan
medis yang terhubung ke pasien.
2. DC) yang berisiko mencemari Prosedur/Tindakan Aseptik : adalah tindakan
perawatan untuk pasien di mana risiko terjadinya masuknya pathogen langsung ke
dalam tubuh pasien akibat dari tindakan tersebut
3. Risiko terpapar cairan tubuh pasien: setiap situasi dimana kontak dengan cairan
tubuh dapat terjadi. Kontak tersebut dapat menimbulkan risiko kontaminasi baik
petugas kesehatan atau lingkungan.
4. Area pasien: termasuk pasien dan lingkungan sekitarnya pasien. asumsi umumnya
dibuat bahwa dalam zona pasien flora pasien cepat mencemari seluruh zona pasien,
dan zona pasien dibersihkan antara pasien. dalam zona pasien ada 2 site penting,
site bersih (misalnya jalur akses IV) yang perlu dilindungi terhadap kolonisasi
kuman, dan site cairan tubuh (misalnya tangan petugas kesehatan.
5. Area fasilitas/tempat pelayanan kesehatan: merupakan daerah di luar dari zona
pasien. asumsi umumnya dibuat bahwa dalam zona kesehatan ada organism
transmisi asing dan berpotensi membahayakan semua pasien, dan bahwa ini
pathogen dengan hasil pasien infeksi eksogen.

72
b. Menurut Hasil Pengkajian Kelompok
Diagram hasil pengkajian tentang pelaksanaan cuci tangan di ruang aster

cuci tangan ketika akan


kontak dengan pasien
40% 40%
cuci tangan ketika akan
melakukan tindakan pada
pasien
60% cuci tangan setelah
80% terkena cairan tubuh
pasien
cuci tangan setelah
kontak dengan pasien

100% cuci tangan setelah


kontak dengan lingkungan
pasien

Menurut hasil observasi kelompok kami mengenai lima momen kebersihan


tangan dari tanggal 02 Mei 2018 sampai dengan 11 Mei 2018 di dapatkan sebelum
implementasi masih ada beberapa perawat yang lupa melakukan lima momen
kebersihan tangan. Dari sampel lima perawat yang berdinas di ruang aster terdapat dua
perawat yang melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien (40%), empat
perawat yang cuci tangan ketika akan melakukan tindakan pada pasien (80%), lima
perawat yang cuci tangan setelah terkena cairan tubuh pasien (100%). tiga perawat
yang cuci tangan setelah kontak dengan pasien (60%), dan dua perawat yang cuci
tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien. (40%).

2. Timbang Terima / Operan Shift


a. Menurut Teori
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover
adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien
dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah

73
menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi,
kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.
Metode dalam Timbang Terima:
1. Timbang terima dengan metode tradisional Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang
masih tradisional adalah:
a) Dilakukan hanya di meja perawat.
b) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
c) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover Menurut Kassean dan Jagoo
(2005) handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside
handover yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan
melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan
feedback. Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik
secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b) Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus. Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang
kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya
komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.

74
Langkah- langkah dalam Timbang Terima:
a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
c) Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
2) Tindak lanjut untukdinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
d) Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
e) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama- sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
(Nursalam, 2002).

75
b. Menurut Hasil Pengkajian Kelompok
Diagram hasil pengkajian tentang pelaksanaan timbang terima di ruang aster

PJ MENGUMPULKAN DATA HADIL PELAKSANAAN


PELAYANAN DARI PETUGAS JAGA
100% 100%
PJ MENGANALAISA DAN MENDISKUSIKAN HASIL
LAPORAN
PJ MENDOKUMENTASIKAN HASIL DISKUSI DALAM BUKU
LAPORAN
40%
PJ MELAPORKAN DAN MENSERAH TERIMAKAN PADA PJ
100% SHIFT BERIKUTNYA

Menurut hasil observasi kelompok kami mengenai timbang terima dari tanggal
02 Mei 2018 sampai dengan 11 Mei 2018 di dapatkan sebelum implementasi data
terendah dari 5 sampel dengan jumlah presentasi 40% yaitu tentang penanggung jawab
menganalisa dan mendiskusikan hasil laporan. Serta hasil kuisioner kepuasan pasien
58% perawat memperkenalkan diri saat operan keliling.

3. Struktur Organisasi
a Menurut Teori
Dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit peran
dari manajemen sangatlah penting, karena manajemen merupakan proses perencanaan
(Planning), peng- organisasian (Organizing), pengarahan (Actuating) dan pengawasan
(Controlling), usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
(Swanburg, 2000).Peran organisasi di keperawatan merupakan salah satu bagian
penting karena organisasi di keperawatan memegang kendali dalam menentukan mutu
pelayanan kesahatan.Hal ini disebabkan jumlah tenaga perawat yang ada mencapai
kisaran 40% dari jumlah sumber daya manusia yang ada di pelayanan kesehatan
(Depkes, 2002).Bahkan, menurut Huber (2006), pelayanan kesehatan di rumah sakit
sebanyak 90% berupa pelayanan keperawatan. Oleh karenanya peran perawat dalam

76
meningkatkan dan menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit menjadi sangat
penting,selain jumlahnya yang terbanyak, perawat merupakan garda terdepan
pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatannya, karena berhadapan langsung
dengan pasien dalam 24 jam. Untuk menjaga dan meningkatkan pelayanan di
keperawatan, pengorganisasian atau organizing di keperawatan sangat di perlukan,
karena pengorganisasian adalah suatu proses penyusunan struktur organisasi yang
sesuai dengan tujuan organisasi, sumberdaya- sumberdaya yang dimiliki dan
lingkungan yang melingkupinya. Struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan
organisasi akan mempermudah manajemen melaksanakan perannya, terutama dalam
pembagian tugas “siapa yang harus melakukan apa, siapa yang melaporkan ke siapa
dan siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa”. Dengan adanya
kejelasan struktur organisasi maka setiap anggota organisasi akan mengetahui dengan
pasti tugas pokok dan fungsinya masing-masing, selain itu juga akan mempermudah
manajemen dalam melaksanakan pengarahan dan pengawasan. sehingga kinerja
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan akan semakin baik.
b Menurut Hasil Pengkajian Kelompok
Menurut hasil observasi kelompok kami mengenai struktur organisasi di
dapatkan belum terpasangnya struktur organisasi di karnakan adanya perpindahan di
ruang Aster lama ke ruang Aster yang baru sekarang ini dan adanya rotasi sebagian
perawat yang menjadi hambatan terbentuknya struktur organisasi.

B. Analisis (Pembahasan)
Setelah dilakukan implementasi, kelompok menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek di lapangan yaitu :
1. Pasien safety
Dalam teori disebutkanPada tahun 2007, menurut World Health Organitation
(WHO) mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu
merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan
my five moments for hand hygiene. Adapun dilakukan dengan mencuci tangan:
1. Sebelum kontak dengan pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan asepsis.

77
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien.
4. Setelah kontak dengan pasien.
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kelompok mengenai pasien safety (hand
hygine) selama 5 hari terhitung mulai tanggal 02-11 Mei 2018 terjadi kesenjangan antara
teori dengan praktek yaitu pada prakteknya di dapatkan hasil presentase 40% (2dari 5)
perawat cuci tangan sebelum kontak dengan pasien, dan 40% (2 dari 5) perawat cuci tangan
setelah kontak dengan lingkungan pasien, sedangkan dalam teori diterapkannya lima momen
mencuci tangan oleh perawat dalam kegiatan pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah
sakit.
Pada tanggal 17-22 Mei 2018 kelompok melakukan implementasi berbentuk role play
cuci tangan 5 langkah kepada perawat yang belum melaksanakan lima momen cuci tangan
dan membuat poster atau pamplet tentang cuci tangan pada saat lima moment. Kemudian
kelompok melakukan evaluasi observasi tindakan cuci tangan pada tanggal 22 Mei 2018.
Didapatkan hasil bahwa 4 dari 5 perawat (80%) sudah melaksanakan tindakan cuci tangan
sebelum kontak dengan pasien, dan 80% (4 dari 5) perawat sudah melakukan cuci tangan
setelah kontak dengan lingkungan pasien.

Diagram analisis sebelum dan sesudah pelaksanaan monitoring tentang cuci tangan
lima moment di ruang aster

Perbandingan Sebelum dan Sesudah


Implementasi
120%
Persentase Tindakan

100%
80%
60%
40%
20%
0%
Point 1 Point 2 Point 3 Point 4 Point 5
Sebelum Tindakan 40% 80% 100% 60% 40%
Sesudah Tindakan 80% 100% 100% 100% 80%

78
2. Timbang terima
Dalam teori metode bedside handover Menurut Kassean dan Jagoo (2005)
handover yangdilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu
handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasiensecara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikandalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside handover
tidak jauhberbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b) Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus. Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau
persepsi medis yang lain.
Langkah- langkah dalam Timbang Terima:
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift selanjutnya
meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4) Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama- sama secara langsung melihat
keadaan pasien.
(Nursalam, 2002)
Kelompok melakukan observasi timbang terima perawat selama 5 hari
terhitung mulai tanggal 02-11 Mei 2018 di dapatkan kesenjangan antara teori dengan

79
praktek yaitu pada prakteknya3 dari 5 perawat tidak melaksanakan salah satu kegiatan
yaitu tentang PJmenganalisa dan mendiskusikan hasil laporan.

Pada tanggal 17-22 Mei 2018 kelompok melakukan implementasi berbentuk


role play timbang terima kepada Kepala ruangan dan perawat pelaksana ruang aster.
Kemudian kelompok melakukan evaluasi observasi timbang terima pada tanggal 22
Mei 2018. Didapatkan hasil bahwa 4 dari 5 perawat (80%) sudah melaksanakan
timbang terima sesuai dengan prosedur yang ada.

Diagram analisis sebelum dan sesudah pelaksanaan monitoring tentang timbang


terima di ruang aster

Perbandingan Sebelum dan Sesudah


Implementasi
120%

100%
Persentase Tindakan

80%

60%

40%

20%

0%
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Sebelum Tindakan 100% 40% 100% 100% 100%
Sesudah Tindakan 100% 80% 100% 100% 100%

3. Struktur organisasi
Untuk menjaga dan meningkatkan pelayanan di keperawatan, pengorganisasian
atau organizing di keperawatan sangat di perlukan, karena pengorganisasian adalah suatu
proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi,
sumberdaya- sumberdaya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi akan mempermudah manajemen
melaksanakan perannya, terutama dalam pembagian tugas “siapa yang harus melakukan
apa, siapa yang melaporkan ke siapa dan siapa yang berhubungan dengan siapa dan

80
dalam hal apa”. Dengan adanya kejelasan struktur organisasi maka setiap anggota
organisasi akan mengetahui dengan pasti tugas pokok dan fungsinya masing-masing,
selain itu juga akan mempermudah manajemen dalam melaksanakan pengarahan dan
pengawasan. sehingga kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan akan
semakin baik (Huber,2006).
Kelompok melakukan observasi timbang terima perawat selama 5 hari terhitung
mulai tanggal 02-11 Mei 2018di dapatkan kesenjangan teori dengan praktek yaitu belum
terpasangnya struktur organisasi di ruang rawat inap Aster di karenakan baru
diadakannya perpindahan ke ruangan baru danada beberapa perawat ruang Aster yang di
rotasi.
Pada tanggal 17-21 Mei 2018 kelompok melakukan implementasi yaitu
memotivasi kepala ruangan untuk menyusun struktur organisasi yang belum terpasang
dan menyediakan organigram ruang aster dan menempelkan di ruang perawat. Kemudian
kelompok melakukan evaluasi observasi tentang pemasangan struktur organisasi pada
tanggal 22 Mei 2018. Didapatkan hasil bahwa struktur organisasi di ruang aster sudah
terpasang.

C. Penyelesaian Masalah
Berdasarkan hasil FGD (Focus Group Discussion) pada tanggal 15 Mei 2018 dengan Kepala
ruangan dan Kepala Tim di dapatkan 3 masalah yang ada di ruang Aster, antara lain adalah
1. Pasien safety (pengurangan resiko infeksi atau cuci tangan bersih
Hari /tanggal implementasi :Kamis 17 Mei 2018 sampai Senin 21 mei 2018
Penanggung jawab : Alfy, Esa, Syifa, M.Tri Hastomo
Alternatif penyelesaian masalah yang dilakukan :
a. Melakukan kolaborasi dengan kepala ruangan untuk memotivasi kepada perawat
pelaksana untuk cuci tangan dengan cara role play
b. Mengobservasi cuci tangan kembali selama impelementasi berlangsung
c. Membuat kata-kata mutiara (ayo cuci tangan) dan di tempel disetiap ruangan rawat
inap
d. Menggunakan handsrub mobile

81
e. Pelaksanaan tindakan :
No Tgl & Kegiatan Hasil Kegiatan Nama
Jam Mahasiswa yang
Melakukan
1. Kamis, Melakukan kolaborasi Kepala ruangan Alfhy S.Kep
17/05/18 dengan kepala ruangan merespon dengan
07.45 untuk memotivasi kepada positif kegiatan
WIB perawat pelaksana untuk yang dilakukan
cuci tangan dengan cara oleh mahasiswa
role play STIKIM

12.00 mengobservasi cuci Dari lima sampel M.Tri hastomo


WIB tangan kembali selama perawat masih ada S.Kep
impelementasi yang lupa
berlangsung melakukan lima
momen cuci
tangan.
2. Jum’at, Melakukan role play cuci Perawat ikut M.Tri Hastomo
18/05/18 tangan kepada perawat berpartisipasi S.Kep
08.00 dengan kegiatan
WIB lima momen cuci
tangan yang di
pandu oleh
mahasiswa M.Tri
hastomo.
3. Senin, Membuat kata-kata Kata-kata mutiara Esa lugina
21/05/18 mutiara (ayo cuci tangan) sudah di S.Kep
07.45 dan di tempel setiap tempelkan di
WIB ruangan rawat inap serta setiap ruang rawat
di ruang tindakan. inap serta di ruang

82
tindakan.
09.00 Melakukan role play cuci Perawat Aster Syifa S.Kep
WIB tangan kepada perawat sangat antusias
yang sedang berdinas di dengan kegiatan
ruang Aster dengan role play tersebut,
menggunakan handscob keseluruhan
mobile mengikuti dan
memperhatikan
kegiatan role play.

f. Hasil presentase implementasi:


No Proses Keperawatan Presentase Sebelum Presentase Setelah
Implementasi Implementasi
1. cuci tangan ketika akan kontak dengan 40% 80%
pasien
2. cuci tangan ketika akan melakukan 80% 100%
tindakan pada pasien
3. cuci tangan setelah terkena cairan 100% 100%
tubuh pasien
4. cuci tangan setelah kontak dengan 60% 100%
pasien
5. cuci tangan setelah kontak dengan 40% 80%
lingkungan pasien
Total 64 % 92 %

Hasil dokumentasi : TERLAMPIR


g. Rencana Tindak Lanjut :
 Mengevaluasi tindakan cuci tangan secara berkala
 Selalu memotivasi perawat untuk melakukan cuci tangan lima momen
 Memasang handrub di tiap bed tempat tidur pasien

83
2. Timbang terima
Hari/tanggal implementasi : Kamis17/05/18 sampai Senin 21/05/18
Penanggung jawab : Barkah, Iis, Iin, Elsa
Alternatif penyelesaian yang dilakukan :
a. Memotivasi perawat untuk perkenalan diri saat operan keliling
b. Melakukan roleplay saat melakukan timbang terima
c. Membuat kata-kata mutiara (perkenalan diri) dan di pajangkan di ruang perawat
dengan memakai bingkai
d. Pelaksanaan tindakan :
No. Tgl & Kegiatan Hasil Kegiatan Nama
Jam Mahasiswa
yang
Melakukan
1. Kamis, Memotivasi perawat Perawat tampak Iin febrianti
17/05/18 untuk perkenalan diri memperkenalkan S.Kep & Iis
08.00 saat operan keliling diri saat operan masitoh S.Kep
WIB keliling
2. Jum’at, Melakukan role play Perawat tampak Barkah S.kep
18/05/18 saat melakukan timbang antusias saat
14.30 terima mahasiswa
WIB melakukan role
play.
3. Senin, Membuat kata-kata Kata-kata mutiara Elsa S.Kep
21/05/18 mutiara (perkenalkan sudah di pasang
10.00 diri) dan di pajangkan di di ruang perawat.
WIB ruang perawat dengan
memakai bingkai

84
e. Hasil presentase implementasi
No Proses Keperawatan Presentase Sebelum Presentase Setelah
Implementasi Implementasi
1. PJ Mengumpulkan Data Hadir 100% 100%
Pelaksanaan Pelayanan Dari Petugas
Jaga
2. PJ Menganalisa Dan Mendiskusikan 40% 80%
Hasil Laporan
3. PJ Mendokumentasikan Hasil Diskusi 100% 100%
Dalam Buku Laporan
4. PJ Melaporkan Dan Menserah 100% 100%
Terimakan Pada PJ Shift Berikutnya

Total 85% 95%

Hasil dokumentasi : TERLAMPIR


f. Rencana Tindak Lanjut
 Mengobservasi tindakan timbang terima secara berkala
 Menyediakan panduan timbang terima dan ditempelkan di ruang nurse
station

3. Struktur organisasi ruangan Aster


Hari/tanggal implemetasi : Kamis 17/05/2018 sampai Senin 21/05/2018
Penanggung jawab : Dwi,Septian
Alternatif penyelesaian yang dilakukan :
a. Memotivasi kepala ruangan untuk menyusun struktur organisasi yang belum
terpasang.
b. Menyediakan organigram ruang aster dan menempelkan di ruang perawat

85
c. Pelaksanaan Tindakan :
No. Tgl & Kegiatan Hasil kegiatan Nama Mahasiswa
Jam yang Melakukan
1. Kamis, Memotivasi kepala Kepala ruangan Septian S.Kep &
17/05/18 ruangan untuk mengatakan struktur Dwi S.Kep
10.00 menyusun struktur organisasi belum di
WIB organisasi yang pasang karena
belum terpasang. beberapa perawat
ada yang belum
mengumpulkan foto
2. Jum’at, Menawarkan Kepala ruangan Septian S.Kep &
18/05/18 kepala ruangan megatakan struktur Dwi S.Kep
10.30 untuk membantu organisasi sudah
WIB membuatkan ada dan siap untuk
struktur organisasi di pasang
3. Senin, Mengevaluasi Struktur organisasi Septian S.Kep &
21/05/18 terpasangnya sudah terpasang Dwi S.Kep
susunan struktur
organisasi di
Ruang Aster

d. Hasil implementasi : stuktur organisasi sudah terpasang pada tanggal 21 Mei


2018
Hasil dokumentasi : TERLAMPIR
e. Rencana Tindak Lanjut
 Menyediakan buku panduan tentang tugas dan fungsi perawat secara
keseluruhan sesuai dengan jabatan masing-masing
 Membuat alur koordinasi dan komunikasi antar petugas

86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pembahasan BAB I - IV maka kelompok kami dapat menyimpulkan sebagai
berikut :
1. Dalam pelaksanaan didapatkan hasil bahwa perawat ruang Aster telah
membudayakan penerapan lima moment mencuci tangan dalam kegiatan
praktek di rumah sakit. Walaupun belum 100% perawat melakukan lima
momen cuci tangan akan tetapi secara keseluruhan sudah baik ditandai dengan
meningkatnya hasil presentasi dari 64% menjadi 92%.
2. Dalam pelaksanaan timbang terima pada ruangan Aster sudah sesuai dengan
langkah-langkah dalam timbang terima dan dalam prsentasenya sudah
meningkat dari 40% ke 80 %.
3. Evaluasi penerapan struktur organisasi sudah terlaksana yang berfungsi
mempermudah manajemen dalam melaksanakan pengarahan dan pengawasan.
sehingga kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan akan semakin
baik

B. Saran
Dari hasil pengkajian hingga evaluasi diharapkan agar perawat dapat selalu
melakukan lima momen cuci tangan dalam melakukan asuhan keperawatan di rumah
sakit, serta dapat mempertahankan dan meningkatkan kegiatan timbang terima yang
sudah berjalan dengan baik.
Bagi RS PMI agar lebih meningkatkan dukungan untuk perawat MPKP yang
selama ini menjadi kendala dalam penerapan MPKP di ruangan baik secara kualitas
maupun kuantitas, dan juga dapat memberikan evaluasi/supervisi serta pengawasan
dalam penerapan MPKP di ruangan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang
terjadi dalam penerapan MPKP diruangan baik dari perawatnya sendiri maupun dari
pelaksanaan kegiatan sehingga dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
yang diberikan.

87

Anda mungkin juga menyukai