BAB II
DASAR TEORI
Reaksi kimia dimulai di ruang bakar dengan bahan bakar (dengan udara
atau oksigen bila di ruang angkasa) dan gas panas yang dihasilkan mengalir
dengan tekanan tinggi keluar melalui saluran yang menuju ke arah belakang roket.
Tekanan gas yang menyembur keluar inilah yang menghasilkan gaya dorong bagi
roket sehingga roket dapat bergerak maju atau ke atas. Pada Roket seperti gambar
2.1 (Benson, 2010) ada empat gaya yang bekerja yaitu :
1. Lift (gaya angkat)
2. Drag (gaya seret/tahanan)
3. Thrust (gaya dorong)
6
(a) (b)
(c)
Gambar 2.2 : Bentuk nose pada roket (a) eliptical (b) cone, (c) parabolic
Sumber : (Crowell 1996)
7
S R R 2 L2 ...............................................................................................(2.1)
R 2 1
ln
1 L2 R 2
S L
2
dimana
2 L ......................................(2.2)
2 L
S D 2 L2 sin L R
2 .................................................(2.3)
R 2 L2
2R
Dimana :
S = Luas Permukaan (m2)
R = Radius/ jari-jari (m)
L = Length/ panjang (m)
Pada pembuatan roket tingkat pemula dan tingkat lanjut fin/sirip yang
umum digunakan adalah bentuk delta, ada dua sirip bentuk delta yang umum
digunakan yaitu, simple delta dan cropped delta :
8
(a)
(b)
Gambar 2.3 Bentuk sirip delta, (a) simple delta, (b) cropped delta
Sumber : ( Anderson, 2007)
kecepatan tetap supersonik. Ada lagi istilah expansion wave, keadaan dimana
terbentuk sekumpulan shock lemah yang menyebabkan tekanan turun secara
bertahap.
Pada aliran external, aliran parallel pada pelat datar sering digunakan
dalam hal-hal teknik. Meskipun bentuknya sederhana, geometri ini sering
digunakan sebagai pendekatan yang baik tentang aliran di atas permukaaan yang
sedikit melengkungseperti airfoil, sudu turbin, dan bodi kendaraan.
sebelah depan, tegangan geser yang besar terbentuk dekat permukaan pelat karena
partikel-partikel fluida yang tiba disitu dan partikel-partikel yang cukup dekat dan
normal terhadap pelat dihambat oleh gesekan viscous dan daerah tempat aliran
mengalami hambatan disebut lapisan batas, dan ketebalannya dinyatakan
dengan δ.
Pada bagian luar boundry layer, tidak ada pengaruh viskositas sehingga
aliran dapat diperlakukan sebagai invisit flow (aliran yang tidak kelihatan). Seperti
aliran pada saluran, aliran yang terjadi pada boundry layer bisa laminar atau
turbulen. Hal-hal yang mempengaruhi sifat aliran adalah pressure gradient,
kekasaran permukaan, heat transfer, gaya-gaya bodi dan gangguan-gangguan pada
aliran bebas. Bentuk dari boundry layer pada pelat datar dapat dilihat pada gambar
2.10.
Dimana :
2.6 Airfoil
Airfoil merupakan lapisan udara yang melewati suatu benda, yang
terbentuk di sekitar permukaan benda karena adanya gerak dari benda terhadap
fluida atau sebaliknya yang mana arahnya berlawanan.
Bentuk dari airfoil salah satunya mengikuti standarisasi dari NACA
(National Advisory Committee for Aeronautic), salah satu contohnya adalah
NACA 0012. Angka - angka yang tertera pada NACA 0012 berarti :
o Satu angka pertama (0) menunjukkan nilai dari maximum chamber yang
nilainya 1/100 panjang chord
o Satu angka kedua (0) menunjukkan lokasi maximum chamber yang
nilainya 1/10 panjang chord dihitung dari leading edge.
o Dua angka terakhir (12) menunjukkan nilai dari maximum thickness yang
nilainya 1/100 panjang chord.
energy kinetis aliran udara diubah menjadi energy potensial, kecepatan aliran nol
sehingga tekanannya tertinggi.
Koefisien pressure (Cp) ditentukan oleh besarnya tekanan statis pada titik
di permukaan body yang dirumuskan sebagai berikut (Anderson, 2007):
p p
Cp .....................................................................................................(2.4)
q
Dimana :
Cp = koefisien pressure
P V2
gz konstan …………………………………………................…..(2.5)
2
V2
P H ………………………………………………....…..........…….(2.6)
2
Dimana :
V2
= tekanan dinamis
2
P = tekanan static (atmosfir)
15
Harga dari konstanta H dapat diperoleh dari kondisi aliran udara yang jauh
di atas bodi kendaraan. Rumusan ini menyatakan bahwa jumlah dari tekanan
atmosfer (lingkungan) dan tekanan dinamis selalu konstan pada setiap titik pada
streamline yang sama.
Persamaan Bernoulli menunjukkan hubungan antara tekanan atmosfer P
dengan kecepatan aliran fluida sepanjang streamline. Bila terjadi variasi kecepatan
aliran udara local yang berarti juga terjadi variasi pada tekanan dinamis, maka
nilai tekanan atmosfer local juga akan bervariasi agar diperoleh H yang konstan.
Apabila kecepatan aliran udara local lebih kecil dari pada kecepatan aliran udara
yang tidak terganggu, harga dari tekanan dinamis juga lebih kecil. Dan sebagai
akibatnya, harga dari tekanan atmosfer local lebih tinggi dari aliran yang tidak
terganggu dan begitu pula sebaliknya.
Hubungan ini menunjukkan bahwa pola aliran yang terjadi di sekeliling
model roket. (Cengel & Cimbala, 2006)
1
q V2 .....................................................................................................(2.7)
2
Dimana :
Pstatis g h …………………………………….......………......................(2.8)
Dimana :
ρ = kerapatan udara (kg/m3)
16
Koefisien Drag :
cd cp cf …………………………………………………….........…….... (2.9)
2 . τw
cf …………………………………………………………............. (2.10)
ρ . v2
f . ρ . v2
τw ……………………………………………………….........…
8
(2.11)
1 ε/d 2,51
2 log ……………………………….......…….. (2.12)
f 3,7 Re . f
Dimana :
cd : Koefisien seret.
cp : Koefisien tekanan.
cf : Koefisien gesekan.
cl : Koefisien angkat.
τw : Gesekan pada permukaan benda (N/m²).
ρ : Massa jenis fluida kontak (kg/m³).
v : Kecepatan benda atau fluida (m/s).
17
f : Faktor gesekan.
A : Luas bidang kontak (m²).
Re : Bilangan Reynolds.
d : Diameter benda (m).
ε/d : Relative roughness,
(untuk perencanaan ini, body roket akan dilapisi dengan resin kemudian akan
diamplas sampai permukaannya menjadi sangat halus sehingga ε/d = 0).
µ : viskositas (kg/ms).
(b)
Gambar 2.11 Gaya-gaya pada airfoil
Sumber : (Anderson, 2007)
Gaya Drag :
1 ...............................................................................(2.13)
Fd Cd V2 Af
2
Dimana :
Lift Koefisien
V 2 As
CL
2W ......................................................................................(2.14)
Dimana :
Cl = koefisien gaya lift
19
Gaya Lift :
1
FL Cl V2 As......................................................................................(2.15)
2
Dimana :
V x
Rex ……………………………........……………......…..(2.16)
20
Dimana :
Rex = Bilangan reynold (tak berdimensi)
V∞ = Kecepatan Udara (m/s)
x = panjang permukaan
ρ = Densitas udara (kg/m3)
μ = Viskositas dinamik (kg/m.s)
P V2 P V2
Z o o Z o ………………………..............………(2.17)
g 2 g g 2 g
22
P V2 Po Vo2
g 2 g g 2 g
P P
Dimana o h , sehingga persamaannya menjadi :
g
V 2 g h ………………………………………………............…........(2.18)