Ya, Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah
memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa. Allah
Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك وال أبالي
Maka kita tidak perlu heran jika Allah Ta’ala melaknat orang yang enggan berdoa
kepada-Nya. Orang yang demikian oleh Allah ‘Azza Wa Jalla disebut sebagai hamba
yang sombong dan diancam dengan neraka Jahannam. Allah Ta’ala berfirman:
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang
menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke
dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)
Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah terhadap hamba-Nya,
karena hamba-Nya diperintahkan berdoa secara langsung kepada Allah tanpa
melalui perantara dan dijamin akan dikabulkan. Sungguh Engkau Maha Pemurah
Ya Rabb…
Diantara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala
adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah
bahwa doa ketika waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-waktu
tersebut adalah:
1. Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir
Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang terakhir.
Allah Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:
Sepertiga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada
saat itu Rabb kita Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan
setiap doa hamba-Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam:
من يدعوني فأستجيب له: يقول، حين يبقى ثلث الليل اآلخر، ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا
، من يستغفرني فأغفر له، من يسألني فأعطيه
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap
malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan,
orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta
ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
Namun perlu dicatat, sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita
membayangkan Allah Ta’ala turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat
ke tempat lain. Karena tentu berbeda. Yang penting kita mengimani bahwa Allah
Ta’ala turun ke langit dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam diberi julukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang
diotentikasi kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan
membayangkan bagaimana caranya.
Dari hadits ini jelas bahwa sepertiga malam yang akhir adalah waktu yang
dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di
sepertiga malam akhir bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan
waktu makan sahur. Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut
untuk berdoa.
2. Ketika berbuka puasa
Waktu berbuka puasa pun merupakan waktu yang penuh keberkahan, karena
diwaktu ini manusia merasakan salah satu kebahagiaan ibadah puasa, yaitu
diperbolehkannya makan dan minum setelah seharian menahannya, sebagaimana
hadits:
Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang
telah berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka,
doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi
no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di
Shahih At Tirmidzi)
Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan baik ini untuk memohon apa saja
yang termasuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Namun perlu diketahui,
terdapat doa yang dianjurkan untuk diucapkan ketika berbuka puasa, yaitu doa
berbuka puasa. Sebagaimana hadits
كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت اْلجر إن شاء هللا
adalah hadits palsu, atau dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak terdapat di
kitab hadits manapun. Sehingga kita tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Oleh karena itu, doa dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan orang biasa
seperti saya dan anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa dengan kata-kata
sendiri. Sehingga doa ini tidak boleh dipopulerkan apalagi dipatenkan sebagai doa
berbuka puasa.
Memang ada hadits tentang doa berbuka puasa dengan lafazh yang mirip dengan
doa tersebut, semisal:
اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت: كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا أفطر قال
السميع العليم
Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Malam ini lebih
utama dari 1000 bulan. Sebagaimana firmanAllah Ta’ala:
ِْ ْن أَل
ْف َش ْهر ْْ لَيْلَ ْة ُ الْقَد ِْْر خَ يْرْ ِم
“Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
قلت يا رسول هللا أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni [‘Ya Allah, sesungguhnya
engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku”]”(HR.
Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”)
Selain dianjurkan untuk menjawab adzan dengan lafazh yang sama, saat adzan
dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ثنتان ال تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya.
Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu
saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul
Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
Waktu jeda antara adzan dan iqamah adalah juga merupakan waktu yang
dianjurkan untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam:
“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata:
“Hasan Shahih”)
Dengan demikian jelaslah bahwa amalan yang dianjurkan antara adzan dan iqamah
adalah berdoa, bukan shalawatan, atau membaca murattal dengan suara keras,
misalnya dengan menggunakan mikrofon. Selain tidak pernah dicontohkan oleh
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, amalan-amalan tersebut dapat
mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah. Padahal Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
ال إن كلكم مناج ربه فال يؤذين بعضكم بعضا وال يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصالة
Selain itu, orang yang shalawatan atau membaca Al Qur’an dengan suara keras di
waktu jeda ini, telah meninggalkan amalan yang di anjurkan oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam, yaitu berdoa. Padahal ini adalah kesempatan yang
bagus untuk memohon kepada Allah segala sesuatu yang ia inginkan. Sungguh
merugi jika ia melewatkannya.
“Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang
bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)
قيل يا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل اآلخر ودبر الصلوات المكتوبات
“Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau
bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang
dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat
bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa
meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib. Ahli fiqih masa kini, Syaikh Ibnu
Utsaimin Rahimahullah berkata: “Apakah berdoa setelah shalat itu disyariatkan
atau tidak? Jawabannya: tidak disyariatkan. Karena Allah Ta’ala berfirman:
“Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah” (QS. An Nisa: 103). Allah berfirman
‘berdzikirlah’, bukan ‘berdoalah’. Maka setelah shalat bukanlah waktu untuk
berdoa, melainkan sebelum salam” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).
8. Di hari Jum’at
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau
menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara
umum terdapat 4 pendapat yang kuat.
Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat
Jum’at, berdasarkan hadits:
“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai”
(HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).
Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al
Baihaqi.
يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة ال يوجد مسلم يسأل هللا عز وجل شيئا إال أتاه هللا عز وجل فالتمسوها آخر
ساعة بعد العصر
“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu
kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah
ashar” (HR. Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu.
Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.
Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini
didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul
Zamlakani menguatkan pendapat ini.
Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu
menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan
untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”.
Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak
pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin
Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.
Hujan adalah nikmat Allah Ta’ala. Oleh karena itu tidak boleh mencelanya.
Sebagian orang merasa jengkel dengan turunnya hujan, padahal yang menurunkan
hujan tidak lain adalah Allah Ta’ala. Oleh karena itu, daripada tenggelam dalam rasa
jengkel lebih baik memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang
diinginkan kepada Allah Ta’ala:
“Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika
hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)
Sunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, yaitu dikabulkannya
doa diantara shalat Zhuhur dan Ashar dihari Rabu. Ini diceritakan oleh Jabir bin
Abdillah Radhiallahu’anhu:
فاستُجيب له، ويوم اْلربعاء، ويوم الثالثاء،أن النبي صلى هللا عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثالثا يوم االثنين
ف ال ِب ْش ُْر في وجهه
َْ يوم اْلربعاء بين الصالتين فع ُ ِر
الا توخيْتُْ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف اإلجابة ْ ِفلم ينزل بي أمر مهمْ غليظ إ: قال جابر
“Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin,
Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat.
Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu
perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk
berdoa,dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘”
“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar”
(HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata:
“Semua perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185)
Hari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, yaitu
tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan memperbanyak doa, baik bagi
jama’ah haji maupun bagi seluruh kaum muslimin yang tidak sedang menunaikan
ibadah haji. Sebab Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di
shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
Salah satu keutamaan pergi ke medan perang dalam rangka berjihad di jalan Allah
adalah doa dari orang yang berperang di jalan Allah ketika perang sedang
berkecamuk, diijabah oleh Allah Ta’ala. Dalilnya adalah hadits yang sudah
disebutkan di atas:
ثنتان ال تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya.
Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu
saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul
Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
13. Ketika Meminum Air Zam-zam
“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018.
Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)
Demikian uraian mengenai waktu-waktu yang paling dianjurkan untuk berdoa.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala mengabulkan doa-doa kita dan menerima amal
ibadah kita.