Anda di halaman 1dari 11

Makalah Keperawatan gerontik

“Laporan Pendahuluan HIPERTENSI”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :

Topin Tri Cahyono (15 020)

STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2018
A. PENGERTIAN
1. Hipertensi adalah tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau tekanan
diastolic > 90 mmHg. Diagnosis dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau lebih
pengukiran tekanan darah pada waktu yang terpisah (Engram, 1998).
2. Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg
dan tekanan diastolnya diatas 90 mmHg (Brunner and Suddarth, 2001).
3. Hipertensi adalah peningkatan sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang
terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh,
umur dan tingkat stress yang dialami (Tamboyong, 2000).

B. ETIOLOGI (Sjaifoellah Noer, 2001)


Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua :
1. Hipertensi Esensial
Yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan meliputi 90 % dari seluruh
penderita hipertensi, faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain
a. Genetik
Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan bahwa kejadian
hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot dari pada
heterozigot, apabila salah satu diantara menderita hipertensi. Pada 70 % kasus
hipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi esensial.
b. Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada yang
berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner
dan kematian prematur.
c. Obesitas
Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah mengakibatkan
penurunan tahanan perifer sehingga meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang
mengakibatkan peningkatan vasokontriksi dan penurunan vasodilatasi dimana hal
tersebut dapat merangsang medula adrenal untuk mensekresi epinerpin dan
norepineprin yang dapat menyebabkan hipertensi.
d. Hiperkolesterol
Lemak pada berbagai proses akan menyebabkan pembentukan plaque pada pembuluh
darah. Pengembangan ini menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang disebut
aterosklerosis.
e. Asupan Natrium meningkat (keseimbangan natrium)
Kerusakan ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan pertama yang ditemukan
pada proses terjadinya HT. Retensi Na+ diikuti dengan ekspansi volume darah dan
kemudian peningkatan output jantung. Autoregulasi perifer meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan berakhir dengan HT.
f. Rokok
Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran adrenalin yang
merangsang denyutan jantung dan tekanan darah. Selain itu asap rokok mengandung
karbon monoksida yang memiliki kemampuan lebih kuat dari pada Hb dalam
menarik oksigen. Sehingga jaringan kekurangan oksigen termasuk ke jantung.
g. Alkohol
Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan
lipogenesis (terjadi hiperlipidemia) sintesis kolesterol dari asetil ko enzim A,
perubahan seklerosis dan fibrosis dalam arteri kecil.
h. Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil
Pil anti hamil mengandung hormon estrogen yang juga bersifat retensi garam dan air,
serta dapat menaikkan kolesterol darah dan gula darah.
i. Stres psikologis
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi,
yang bersifat memperberat kerjaya arteri koroner sehingga suplay darah ke otot
jantung terganggu.
Stres dapat mengaktifkan saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermiten.
2. Hipertensi sekunder
Disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya :
a. Penyakit ginjal
Kerusakan pada ginjal menyebabkan renin oleh sel-sel juxtaglomerular keluar,
mengakibatkan pengeluaran angiostensin II yang berpengaruh terhadap sekresi
aldosteron yang dapat meretensi Na dan air.
b. Diabetes Mellitus
Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang sama mengakibatkan gula
darah pekat dan terjadi pengendapan yang menimbulkan arterosklerosis
meningkatkan tekanan darah.

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatif,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstruksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi renspon pembuluh darahterhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan Hipertensi sangat sensitive terhadap noepinifrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivits
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirnnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut mencetuskan keadaan hipertensi.
(Bruner & Suddhart, 2001, hal. 898).

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Stadium hipertensi Menurut Sjaifoellah Noer, (2001) terdiri dari:
1. Stadium 1 (ringan)
Tekanan sistolik antara 140 – 159 mmHg. Tekanan diastolik antara 90-99 mmHg.
2. Stadium 2 (sedang)
Tekanan sistolik antara 160 – 179 mmHg. Tekanan diastolik antara 100 – 109 mmHg.
3. Stadium 3 (berat)
Tekanan sistolik antara 180 – 209 mmHg. Tekanan diastolik antara 110 – 119 mmHg.
4. Stadium 4 (sangat berat)
Tekanan sistolik lebih atau sama dengan 210 mmHg. Tekanan diastolik antara > 120
mmHg.

Klasifikasi ini tidak untuk seseorang yang memakai obat antihipertensi dan tidak sedang
sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolik terdapat pada kategori yang berbeda. Maka
harus dipilih kategori yang tinggi untuk mengklasifikasi status tekanan darah seseorang.

E. TANDA DAN GEJALA


Menurut Tambayong (2000) gejala dan tanda dapat dikarakteristikkan sebagai berikut :
1. Sakit kepala
2. Nyeri atau berat di tengkuk
3. Sukar tidur
4. Mudah lelah dan marah
5. Tinnitus
6. Mata berkunang-kunang
7. Epistaksis
8. Gemetar
9. Nadi cepat setelah aktivitas
10. Sesak napas
11. Mual, muntah

F. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Tambayong (2000) yang mungkin terjadi pada hipertensi adalah
sebagai berikut :
1. Payah jantung (gagal jantung)
2. Pendarahan otak (stroke)
3. Hipertensi maligna : kelainan retina, ginjal dan cerabrol
4. Hipertensi ensefalopati : komplikasi hipertensi maligma dengan gangguan otak.
5. Infark miokardium
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup
oksigen kemiokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut.
6. Gagal ginjal
Karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,
glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal. Nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kemataian. Dengan
rusaknya membran glomerulus,proteinakan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang,menyebabkan edema,yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa hipertensi
menurut Doenges (2000) antara lain :
1. EKG : Hipertropi ventrikel kiri pada keadaan kronis lanjut.
2. Kalium dalan serum : meningkat dari ambang normal.
3. Pemeriksaan gula darah post prandial jika ada indikasi DM.
4. Urine :
a. Ureum, kreatinin : meningkat pada keadaan kronis dan lanjut dari ambang normal.
b. Protein urine : positif

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Engram (1999), penatalaksanaanya antara lain :
1. Pengobatan hipertensi sekunder mendahulukan pengobatan kausal.
2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan obat
hipertensi.
3. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidup.
4. Pengobatan dengan menggunakan standar triple therapy (STT) terdiri dari:
a. Diuretik, misalnya : tiazid, furosemid, hidroklorotiazid.
b. Betablocker : metildopa, reserpin.
c. Vasodilator : dioksid, pranosin, hidralasin.
d. Angiotensin, Converting Enzyme Inhibitor.
5. Modifikasi gaya hidup, dengan :
a. Penurunan berat badan.
b. Pengurangan asupan alkohoL.
c. Aktivitas fisik teratur.
d. Pengurangan masukan natrium.
e. Penghentian rokok.

H. PENGKAJIAN
Pengkajian data dasar (Doenges, 2000)
1. Aktivitas : lemah, letih, lesu, takipnea, peningkatan HR, perubahan irama jantung.
2. Sirkulasi : riwayat hipertensi, palpitasi, kenaikan TD perubahan warna kulit, suhu
dingin, pucat, sianosis, diaporesis.
3. Integritas ego : ansietas, depresi, marah, gelisah, otot muka tegang, peningkatan pola
bicara.
4. Makanan/cairan :BB normal/obesitas, edema.
5. Neurosensori : pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, epistaksis.
6. Nyeri : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala, nyeri abdomen.
7. Pernapasan : dispnea takipnea, riwayat merokok, bunyi nafas tambahan.
8. Eliminasi : gangguan gunjal saat ini atau yang lalu.
9. Keamanan : gangguan koordinasi, hipotensi postural.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Doenges,2000)

Dx 1 : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,


vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan -Pantau TTD -Perbandingan dari tekanan
asuhan memberikan gambaran yang lebih
keperawatan lengkap tentang keterlibatan/bidang
diharapkan klien masalah vascular.
mau
berpartisipasi -Catat keberadaan,kualitas -Denyutan karotis,jugularis,radialis
dalam aktivitas denyutan sentraldan perifer dan femolarismungkin
yang teramati/terpalpasi.Denyut pada
menurunkan tungkai mungkin
TD/beban kerja menurun,mencerminkan efek dari
jantung dengan vasokontriksi(peningkatan SVR) dan
KH : kongesti vena.
- TD dalam
rentang individu
yang dapat -Auskultasi tonus jantung
diterima dan bunyi nafas -S4 umumnya terdengar pada pasien
- Irama dan hipertensi berat karena adanya
frekuensi jantung hipermetrofi atrium(peningkatan
volume/tekananatrium)Perkembangan
stabil dalam S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel
rentang normal dan kerusakan fungsi,adanya
krakles,mengi dapat mengindikasikan
kongesti paru skunder terhadap
terjadinya atau gagal ginjal kronik.
-Amati warna -adanya pucat,dingin,kulit lembab dan
kulit,kelembaban,suhu,dan masa pengisian kapiler lambat
masa pengisian kapiler mungkin berkaitan dengan
vasokontriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah
jantung
-Catat edema -Dapat mengindikasikan gagal
umum/tertentu jantung,kerusakan ginjal atau
vascular.
-Membantu untuk menurunkan
-Berikan lingkungan tenang rangsang simpatis;meningkatkan
dan nyaman,kurangi relaksasi
aktivitas/keributan
lingkungan .batasi jumlah
pengunjung dan lamanya
tinggal. -Menurunkan stress dan ketegangan
-Pertahankan pembatasan yang mempengaruhi tekanan darah
aktivitas seperti istirahat dan perjalanan penyakit hipertensi.
ditempat tidur/kursi;jadwal
periode istirahat tanpa
gangguan;bantu pasien
melakukan perawatan diri
sesuai kebutuhan. -Mengurangiketidaknyamanan dan
-Lakukan tindakan- dapat menurunkan rangsang simpatis.
tindakan nyaman seperti
pijatan punggung dan
leher,miringkan kepala di
tempat tidur. -Dapat menurunkan rangsangan yang
-Anjurkan tehnik menimbulkan stress,membuat efek
relaksasi,panduan imajinasi tenang,sehingga menurunkan TD.
,aktivitas pengalihan. -Respon terhadap terapi obat
-Pantau respon terhadap “stepeed”(yang terdiri atas
obat untuk mengontrol diuretic.inhibitorsimpatis dan
tekanan darah vasodilator)tergantung pada individu
dan efek sinergis obat.karena efek
samping tersebut,maka penting untuk
menggunakan obat dalam jumlah
paling sedikit dan dosis paling rendah.

Dx 2 : Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan -Kaji respon klien terhadap -menyebutkan parameter
keperawatan diharapkan aktivitas,perhatian frekuensi membantu dalam
klien klien mampu nadi lebih dari20 X per menit mengkaji respons
melakukan aktivitas yang di atas frekuensi istirahat fisiologi terhadap stres
ditoleransi KH : ;peningkatan TD yang nyata aktivitas dan bila ada
-Klien berpartisipasi dalam selama/sesudah merupakan indikator dari
aktivitas yang aktivitas,dispnea,nyeri kelebihan kerja yang
diinginkan/diperlukan dada;keletihan dan kelemahan berkaitan dengan tingkat
-melaporkan peningkatan yang aktivitas.
dalam toleransi aktivitas berlebihan;diaphoresis;pusing
yang dapat diukur atau pingsan.
-menunjukkan penurunan -Intruksikan pasien tentang
dalam tanda – tanda tehnik penghematan -Tehnik menghemat
intoleransi fisiologi energi,mis; menggunakan energi mengurangi
kursi saat mandi,duduk saat penggurangan energy
menyisir rambut atau juga membantu
menyikat gigi,melakukan keseimbangan antara
aktifitas dengan perlahan. suplai dan kebutuhan
-Berikan dorongan untuk oksigen.
melakukan
aktivitas/perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi -kemajuan aktifitas
.berikan bantuan sesuai bertahap mencegah
kebutuhan. peningkatan kerja
jantung tiba-
tiba.memberikan bantuan
hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktivitas.

Dx 3 : Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral


Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan -mempertahankan tirah baring -meminimalkan
asuhan keperawatan selama fase akut stimulasi/meningkatka
diharapkan nyeri n relaksasi
berkurang dengan KH -berikan tindakan non farmakologi -tindakan yang
: untuk menghilangkan sakit kepala menurunkan tekanan
-Klien melaporkan mis; kompres dingin pada dahi,pijat vaskuler serebral dan
nyeri/ketidaknyamana punggung dan leher,tenang,redupkan yang
n hilang/terkontrol lampu kamar lampu kamar,tehnik memperlambat/membl
relaksasi(panduan ok respon simpatis
imajinasi,diktraksi) dan aktifitas efektif dalam
waktu senggang. menghilangkan sakit
-Hilangkan/minimalkan aktivitas kepala dan
vasokontriksi yang dapat komplikasinya.
meningkatkan sakit kepala mis; -Aktivitas yang
meningkatkan
mengejan saat BAB,batuk panjang vasokontriksi
dan membungkuk. menyebabkan sakit
kepala pada adanya
peningkatan tekanan
-Bantu pasien dalam ambulasi sesuai vascular serebral.
kebutuhan
-pusing dan penglihatan
kabur sering
berhubungan dengan
-berikancairan,makanan sakit kepala.pasien juga
lunak,perawatan mulut yang teratur dapat mengalami
bila terjadi pendarahan hidung atau episode hipotensi
kompres hidung telah dilakukan postural.
untuk menghentikan pendarahan -meningkatkan
kenyamanan
umum.kompres hidung
dapat mengganggu
proses menelan atau
membutuhkan napas
dengan mulut
-kolaborasi pemberian obat ,menimbulkan stagnasi
analgesik, sekresi oral dan
mengeringkan
membrane mukosa.
-
- kolaberasi pemberian obat munurunkan/mengontr
Antiansietas mis; ol nyeri dan
lorazepanm(ativan),diazepam,(valiu menurunkan rangsang
m) system saraf simpatis.
-dapat mengurangi
ketegangan dan
ketidaknyamanan yang
diperberat oleh stress.

Dx 4 : Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih


Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan -Kaji pemahaman pasien -kegemukan adalah resiko
keperawatan diharapkan tentang hubungan langsung tambahan pada tekanan
nutrisi klien cukup/optimal antara hipertensi dan darah tinggi karena
sesuai kebutuhan dengan kegemukan disproporsi antara
KH : kapasitas aorta dan
- Berat badan klien dalam peningkatan curah jantung
batas ideal berkaitan dengan
-Bicarakan pentingnya peningkatan massa tubuh.
menurunkan masukan kalori -Kesalahan kebiasaan
dan batasi masukan makan makan menujang
lemak,garam,dan gula,sesuai terjadinya ateroskerosis
indikasi. dan kegemukan.
Dx 5 : Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
perawatan diri
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan -Kaji kesiapan dan -kesalahan konsep dan menyangkal
asuhan keperawatan hambatan dalam diagnose karena perasaan sejahtera
diharapkan terjadi belajar.termasuk orang yang sudah lama dinikmati
peningkatan terdekat. mempengaruhi minat pasien
pengetahuan pada dan/orang terdekat untuk
klien dengan KH : mempelajari
-Klien paham dengan penyakit,kemajuan,dan
tentang proses prognosis.bila pasien tidak
penyakit dan regimen menerima realitas bahwa
pengobatan membutuhkan pengobatan
continue,maka perubahan prilaku
tidak akan dipertahankan.
Memberikan dasar untuk
pemahaman tentang peningkatan
TD dan mengklarisifikasi istilah
-Terapkan dan nyatakan medis yang sering
batas TD normal.jelaskan digunakan.pemahaman bahwa TD
tentang hipertensi dan tinggi dapat terjadi tanpa gejala
efeknya pada adalah ini untuk memungkinkan
jantung,pembuluh darah pasien melanjutkan pengobatan
,ginjal dan otak. meskipun ketika merasa sehat.
-Karena pengobatan untuk pasien
hipertensi adalah sepanjang
kehidupan,maka dengan
penyampaian ide”terkontrol”akan
membantu pasien untuk memahami
kebutuhan untuk
melanjutkan pengobatan/medikasi.
-Hindari mengatakan TD
normal dan gunakan
istilah”terkontrol dengan
baik “saat
menggambarkan tekanan
darah pasien TD pasien
dalam batas yang normal.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Vol 2, Jakarta:
EGC
Doenges Marilynn E., et. al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Doenges Marilynn E., et. al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Noer Sjaifoellah. 2002. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I. Jakarta: FKUI
Sustiani, Lanny, Syamsir Alam dan Iwan Hadibroto. 2003. Stroke. Jakarta ; PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Tambayong Jon. 2000. “Patofisiologi Untuk Keperawatan”, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai