Anda di halaman 1dari 5

1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2

fc. 5 Mpa setara dengan = (5x10) / 0,83 = 50 / 0,83 = 60,24 kg/cm2


K. 100 kg/cm2 setara dengan = (100/10) x 0.83 = 10 x 0,83 = 8,3 Mpa
( cara praktis )

Desain Kolom
10 Jul

Rate This

Ini adalah ilmu yang paling mantap yang pernah saya peroleh yang pertama. Dalam sebuah
diskusi, sang direktur bertanya kepada semua engineer, sebuah pertanyaan dasar, “Apa
perbedaan antara kolom dan dinding?“. Beberapa orang memberikan jawaban sesuai keyakinan
dan kepercayaan masing-masing. Ada yang menjawab, “Kolom ini dimaksudkan untuk
membawa beban aksial, sementara beban lateral yang dipikul ama dinding“. Ternyata
jawabannya kurang tepat.

Sebelum saya kasih tau jawabannya, ada kasus lain. Misalnya anda ketemu komponen struktur
seperti gambar di bawah ini..

pertanyaanya adalah.. struktur yang vertikal itu… kolom atau dinding?

Mungkin ada yang jawab dengan bermacam-macam istilah yang diberi bumbu, misalnya…
kolom tipis, kolom langsing (ini tentu kurang tepat, walopun kita tau maksutnya), malah ada
yang jawab itu adalah dinding pendek.

Nah, sebagai teknisi alias engineer, kita tidak perlu nebak-nebak lagi itu kolom atau dinding.
Kalau saya disuguhi pertanyaan seperti itu, maka saya akan jawab “tidak tahu”. Saya harus tau
dulu tulangannya seperti apa, baru saya bisa jawab itu kolom atau dinding.
That’s it! Perbedaan kolom dan dinding ada pada penulangannya. Mari kita tengok pelan-pelan.

Beton kuat menahan gaya tekan. Jika beton ditekan hingga mencapai kuat tekannya, maka beton
itu akan hancur.

Tulangan baja mempunyai kuat tekan dan tarik yang jauh lebih besar daripada beton. Taruhlah
beton mempunyai range kuat tekan rata-rata di antara 20 – 40 MPa (kira-kira 200-400 kg/cm2),
sementara baja mencapai 240 MPa (2400 kg/cm2) untuk tulangan polos dan 400 MPa (4000
kg/cm2) untuk tulangan ulir. Tapi… luas penampang baja jauh lebih kecil sehingga kapasitas
tekannya juga tidak akan sebesar kapasitas tekan beton.

Secara kasar bisa dibilang gini, setiap penambahan 1% luas tulangan terhadap luas beton,
kapasitas aksial tekannya bisa ditingkatkan hingga 10%. Misalnya, ada kolom beton pendek
ukuran 20cmx20cm, luasnya 400 cm2, dan kapasitas tekannya katakanlah 80000 kg (80 ton),
kemudian ditambahkan tulangan seluas 4 cm2 (1%), maka kapasitas tekannya bisa mencapai 88
ton. Tapi… ada kondisi khusus yang harus dipenuhi agar tulangan bisa memberikan kontribusi
sebesar itu.

Nah… coba kita simak simulasi berikut.

Ada kolom beton tanpa tulangan, diberi beban hingga beton tersebut hancur.

Di sisi lain, ada 4 buah tulangan pendek, posisi berdiri, bagian bawah dijepit, kemudian diberi
beban di atasnya. Apa yang terjadi?
Tulangan tersebut tertekuk, bengkok, dan jatuh. Padahal bebannya tidak terlalu besar.

Sekarang… tulangan tersebut kita tanam ke kolom beton sebelumnya, tapi nggak pake sengkang.
Trus, diberi beban lagi. Apa yang terjadi?

Tulangan tersebut akan berusaha untuk bengkok. Kalo menekuk ke arah dalam tentu susah
karena isinya beton semua. Yang paling mungkin adalah menekuk ke arah luar, selimut beton
lebih mudah didorong keluar.

Bagaimana caranya agar tulangan tersebut tidak berhamburan menekuk ke luar? Tulangan
tersebut harus dikekang, diikat oleh sesuatu. (sesuatu banget…)

Apakah itu juragan?

Itu adalah sengkang alias ties. Tulangan tersebut harus diikat pada setiap jarak tertentu biar dia
tidak menekuk ketika diberi beban tekan yang besar. Malah kalau bisa… tulangan tersebut harus
bisa menahan tekanan/tegangan hingga mencapai tegangan lelehnya! Semakin rapat jarak
sengkang, semakin besar kapasitas tekan tulangan tersebut.
Diberi beban yang sangat besar pun tulangan tersebut akan tetap berada pada posisinya sampai
kolom itu runtuh (collapse).

Jadi, itulah sebenarnya fungsi utama dari sengkang kolom. Sebagai pengikat (ties) dan
pengekang (confinement). Kalaupun ada gaya geser akibat beban lateral, perhitungannya sama
kok dengan hitungan sengkang pada balok.

Nah.. sekarang.. mari kita intip penulangan wall alias dinding.


Dinding punya dua tulangan, tulangan vertikal dan horizontal. Tulangan vertikal sama fungsinya
dengan tulangan vertikal pada kolom.
Tapi… tulangan horizontal… itu yang menjadi masalah.

Tulangan horizontal pada dinding tidak bisa memberi efek kekangan pada tulangan vertikal.
Waktu memikul beban aksial, tulangan vertikal akan cenderung mendorong/mendesak tulangan
horizontal. Sementara kedua ujung tulangan horizontal nggak ada yang nahan.
Akhirnya…gagallah dinding tersebut.
Ceritanya bakal beda kalau tulangan horizontalnya diubah modelnya menjadi sistem
ties/sengkang seperti gambar di bawah.

Coba perhatikan, sengkang terluar akan memberikan efek kekangan pada keseluruhan tulangan
vertikal. Sementara sengkang tambahan yang kecil-kecil itu, akan memberikan tahanan ke arah
samping, jadi tulangan vertikal nggak bisa bergerak bebas (menekuk) ke arah samping.

Jadi…. kata kunci dari pertanyaan di atas adalah… CONFINEMENT… alias kekangan pada
tulangan vertikal. Itulah yang membedakan antara kolom dengan dinding. Kolom mempunyai
kekangan pada semua tulangan vertikalnya, sementara dinding tidak. Itulah sebabnya kapasitas
aksial tekan kolom lebih besar daripada kapasitas aksial dinding dengan ukuran dan penulangan
vertikal yang sama.

Oiya… satu lagi. Apa sebenarnya istilah yang tepat untuk kolom yang penampangnya tipis
seperti gambar pertama di atas? Saya belum tau apakah di SNI atau ACI pernah nyebut… tapi di
Australian Standard, mereka menyebutnya dengan istilah… Blade Wall, yaitu kolom tapi tidak
mempunyai confinement alias perilakunya mirip dengan wall. 🙂

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover Laporan
    Cover Laporan
    Dokumen4 halaman
    Cover Laporan
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • Surat Ijin & Surat Cuti
    Surat Ijin & Surat Cuti
    Dokumen2 halaman
    Surat Ijin & Surat Cuti
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • KM Dapur
    KM Dapur
    Dokumen1 halaman
    KM Dapur
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • Minus
    Minus
    Dokumen1 halaman
    Minus
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • Tanda Terima
    Tanda Terima
    Dokumen1 halaman
    Tanda Terima
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • Hitungan Gallery Tapal Kuda Bener
    Hitungan Gallery Tapal Kuda Bener
    Dokumen175 halaman
    Hitungan Gallery Tapal Kuda Bener
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • Peraturan Pembebanan Indonesia 1983
    Peraturan Pembebanan Indonesia 1983
    Dokumen32 halaman
    Peraturan Pembebanan Indonesia 1983
    Robert H. Jati
    Belum ada peringkat
  • Pagar Sadang Layout1
    Pagar Sadang Layout1
    Dokumen1 halaman
    Pagar Sadang Layout1
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • Pagar Sadang Layout4
    Pagar Sadang Layout4
    Dokumen1 halaman
    Pagar Sadang Layout4
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • Pagar Sadang Layout1
    Pagar Sadang Layout1
    Dokumen1 halaman
    Pagar Sadang Layout1
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • Pagar Sadang Layout1
    Pagar Sadang Layout1
    Dokumen1 halaman
    Pagar Sadang Layout1
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • M
    M
    Dokumen6 halaman
    M
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • Soal Praktek Perencanaan Jaringan Pipa
    Soal Praktek Perencanaan Jaringan Pipa
    Dokumen1 halaman
    Soal Praktek Perencanaan Jaringan Pipa
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • M
    M
    Dokumen6 halaman
    M
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • M
    M
    Dokumen6 halaman
    M
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • Visi Pegdaian
    Visi Pegdaian
    Dokumen5 halaman
    Visi Pegdaian
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • M
    M
    Dokumen2 halaman
    M
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat
  • M
    M
    Dokumen6 halaman
    M
    Pramita Niki Utami
    Belum ada peringkat