LAPORAN KASUS
Julaiman No.6
Pasien ditemukan tidak sadarkan diri sejak 30 menit SMRS di kamar tidurya.
kesadaran. Terdapat cairan berwarna putih yang keluar dari mulut pasien.
Lima jam SMRS, pasien masih dalam kondisi sadar. Pasien bangun untuk
minum susu pada pukul 00.00 WIB sebanyak setengah gelas dan
28
mengkonsumsi obat hipoglikemi oral pada pukul 19.00 WIB sebelum
kejadian.
demam, demam muncul pada sore hari. Terdapat keluhan sesak napas yang
hilang timbul dan batuk sejak 5 hari SMRS.Tidak ada keluhan sesak nafas.
2016. Lalu pada tanggal 15 Maret 2016 pasien dipindahkan ke ICU untuk
Riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu, rutin mengkonsumsi 2 jenis
32
3.2.5 Riwayat operasi
Pasien sudah pernah menjalani operasi sebelumnya, 3 bulan yang lalu yaitu
Kesadaran : GCS E1 M2 V1
Vital sign
TD : 130/70 mmHg
Nafas : 26x/menit
Suhu : 37,10C
33
Status gizi
IMT : 27,21
a. Airway
- Clear, tidak ada sumbatan jalan nafas. Terpasang trakeostomi pada pasien.
- Saturasi O2 100%
- Penilaian LEMON
b. Breathing
34
c. Circulation
- Heart Rate (HR) 101 kali/menit, tegangan volume kuat dan teratur.
- Konjungtiva anemis
a. Pemeriksaan kepala
isokor
Mulut : Sianosis (-), Gigi palsu (-) Palatum, uvula dan arkus faring
sulit dinilai
b. Pemeriksaan thorax
pernapasan.
35
Perkusi :Sonor di seluruh lapangan paru, batas jantung dbn
c. Pemeriksaan abdomen
d. Pemeriksaan ekstremitas
Ureum : 24 mg/dl
36
GDS : 184 mg/dl
BE : 8,1
Kultur sputum
Pneumonia
Hiponatremi
Koma hipoglikemia
Pneumonia
37
3.7 Penatalaksanaan
Non farmakologis:
- Pasang NGT
Farmakologis:
- Condesartan 1x16mg
- Ranitidin 2x150mg
- Dilflazam 3x30 mg
38
39
40
BAB IV
PEMBAHASAN
pasien didiagnosis koma hipoglikemi dan pneumonia. Dari hasil anamnesis, pasien
mellitus yang tidak terkontrol sejak 5 tahun terakhir. Pasien memiliki riwayat operasi
3 bulan sebelum kejadian dimana setelah operasi nafsu makan pasien menurun.
Pasien muntah setiap kali makan sehingga asupan gizi berkurang dan pasien tampak
sopor. Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang saat pertama pasien masuk di IGD
RSUD Arifin Achmad, kadar gula darah sewaktu adalah 29 mg/dl. Pada saat
dilakukan pemeriksaan pada tanggal 25 Maret 2016, kadar gula darah pasien 184
mg/dl. Kadar gula darah pasien sudah terkoreksi karena pasien sudah mendapatkan
gula darah sewaktu < 30 mg/dl. Penggunaan obat hipoglikemik oral yang memiliki
cara kerja meningkatkan sekresi insulin pada pankreas dapat menyebabkan terjadinya
41
mengurangi dosis obat – obatan antidiabetes, dapat terjadi hipoglikemia karena
Masalah utama yang terjadi pada pasien ini adalah penurunan kesadaran.
Keadaan ini merupakan keadaan emergency. Pada pasien ini penyebab dari
penurunan kesadaran adalah gangguan metabolik. Pasien koma berisiko tinggi untuk
terjadinya aspirasi karena hilangnya reflek batuk dan muntah dan hipoksia yang
salah satu bagian terpenting dalaam suatu tindakan anastesi. Salah satu usaha untuk
menjaga jalan napas pasien ini adalah memposisikan pasien dengan maneuver
headtilt dan chin lif serta pemasangan orofaringeal airway karena pada pasien yang
tidak sadar risiko untuk jatuhnya lidah ke belakang yang bisa menutup jalan napas
merupakan cara yang paling efektif untuk menjaga jalan napas baik dan oksigenasi
yang adekuat. Kemudian saturasi pasien dipantau dengan pulse oksimetri. Namun
pada pasien ini, pengeloaan airway menggunakan metode surgical airway berupa
yaitu keadaan hiponatremi. Keadaan ini dikoreksi dengan pemberian cairan isotonik.
Pada pasien ini cairan isotonis yang diberikan yaitu NaCl 0,9 %. Secara umum
hiponatremi paling baik dikoreksi dengan menaikkan kadar sodium secara perlahan.
Usaha menaikkan kadar sodium tersebut tidak boleh melebihi 10-12 mEq per liter per
harinya. Peningkatan kadar sodium darah yang cepat akan menyebabkna komplikasi
42
yang lebih buruk yaitu mielinasi pons yang bermanifestasi dalam kelumpuhan,
sesak nafas yang hilang timbul, batuk berdahak sejak 5 hari SMRS. Pada hari
pertama pasien dirawat di CVCU (10 Maret 2016) dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan pasien tampak sesak dengan frekuensi napas 41 kali per menit, suhu 38o
C. Pada jalan napas ditemukan adanya slem. Pada auskultasi terdapat ronkhi. Pada
hasil pemeriksaan kultur sputum, didapatkan jenis bakteri yang menginfeksi adalah
Acquired Pneumonia (CAP) karena pasien telah memiliki keluhan sebelum masuk ke
ditemukan pasien dengan keadaa tidak sadar, frekuensi napas 26 kali per menit,
suhun 37o C. Pasien telah mengalami perbaikan dibandingkan saat pertama kali
yang merupakan jenis antibiotik yang sensitif terhadap Klebsiella pneumonia, salah
merupakan bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak berkapsul. Pada pasien ini
memiliki riwayat diabetes, hal ini sejalan dengan teori bahwa pada pasien
alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dapat
meningkatkan resiko terserang kuman Klebsiella pneumonia. Selain itu pasien juga
43
jaringan paru sehingga dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di
paru-paru. Trias klinis dari pneumonia adalah sesak, batuk, dan demam.
1. Prioritas I adalah pasien kritikal, tidak stabil, perlu terapi intensif dan
obat vasoaktif secara infus kontinu dll. Contoh : pasien dengan gagal
napas akut yang perlu ventilator dan syok atau pasien dengan
secara akit.
kondisi akutnya. Batasan upaya terapi harus ada, misalnya tidak boleh
napas.
Keadaan klinis pada pasien ini mengindikasikan rawatan ICU atas prioritas 1
karena pasien membutuhkan terapi intensif dan monitoring ketat atas keadaan
gangguan organ organ vital yaitu otak dan paru-paru. Selain itu, pasien membutuhkan
pemantauan ketat untuk pengecekan kadar GDS setiap 4 jam dengan target GDS 200
mg/dl, target MAP 100-150 mmHg, intervensi berupa nebulizer setiap 8 jam sebagai
44
penatalaksanaan pneumonia, kebutuhan pemantauan ketat akan rehab medis seperti
mobilisasi untuk mencegah ulkus dekubitus, pemantauan cairan masuk dan cairan
keluar.
45