Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI adalah asupan gizi yang luar biasa bagi bayi yang merupakan
makanan terbaik untuk bayi. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan
bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas
maupun kuantitas.

Sedangkan Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu
buatan yang diubat komposisinya menyerupai air susu ibu (ASI), namun tidak
bisa sama persis dengan ASI karena komposisi susu formula yang berasal dari
susu sapi. (Pudjiadi, 2002).

ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM kita di masa yang
akan datang, terutarna dari segi kecukupan gizi sejak dini. Asi ekslusif adalah
pemberian ASI selama enam bulan pertama. Memberikan ASI secara eksklusif
sampai bayi berusia 6 bulan-2 tahun akan menjamin tercapainya pengembangan
potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien
yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

Menyusui juga memiliki keuntungan ekonomi: lebih murah dari pada


membeli susu formula dan membantu menghindari tagihan medis kemudian
karena membantu membekali bayi untuk melawan penyakit dan infeksi. Orang tua
baru yang disarankan untuk belajar semua yang mereka dapat tentang pro dan
kontra dari ASI dan susu formula.

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun


2006-2007, data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua
bulan hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun
seiring dengan bertambahnya usia bayi, yaitu 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan
19 persen pada bayi usia 7-9 dan yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah

1
dua bulan telah diberi susuformula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah
diberi makanan tambahan (Setiawirawan, 2009).

Masih banyak ibu menyusui yang beranggapan bahwa susu formula lebih
baik ketimbang air susu ibu (ASI). Jika dari kandungan gizi yang ada di
dalamnya, ASI jauh lebih baik ketimbang susu formula dan lebih aman
dikonsumsi. Kristina (2001),

Wakil Ketua Ikatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI) mengatakan,


yang perlu diketahui oleh para ibu menyusui adalah bahwa tidak ada satu pun
susu formula yang bebas dari kuman. Menurut WHOdan Food and Drugs
Association (FDA) semua susu formula tidak steril dan berisiko terkena bakteri
termasuk sakazakii.

Studi yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan ibu yang


menyusui bayi usia 0-6 bulan yang datang berkunjung ke Puskesmas Sidomulyo,
peneliti menemukan 6 orang ibu menyusui, 3 orang dari ibu tersebut memberikan
ASI Eksklusif dan 3 orang ibu lainnya tidak memberikan ASI Eksklusif
melainkan memberikan susu formula. Menurut seorang ibu dengan bayi yang
diberikan susu formula mengatakan bahwa susu formula membuat anaknya lebih
gemuk dan sehat, sementara 2 orang ibu lainnya mengatakan bahwa susu formula
sama baiknya dengan ASI Eksklusif. Susu formula yang diberikan pada bayi usia
0-6 bulan terus meningkat, hal ini dapat dilihat dari masih rendahnyapemberian
ASI Eksklusif.

Alasan lain mengapa banyak ibu tidak menyusui terutama secara eksklusif
sangat bervariasi. Namun, yang paling sering dikemukakan sebagai berikut: ASI
tidak cukup, ibu bekerja dengan cuti hamil tiga bulan, takut ditinggal suami, tidak
diberi ASI tetap berhasil jadi orang, bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak
mandiri dan manja, susu formula lebih praktis, takut badan tetap gemuk (Roesli,
2005).

Semua hal diatas dapat mempengaruhi persepsi ibu tentang susu formula.
Persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Persepsi dalam hal ini mencakup penerimaan stimulus (input), pengorganisasian

2
stimulus dan dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi
dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga
orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya
sendiri (Gibson &Donely dalam Budi, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ASI dan susu formula ?
2. Seperti apa Persentase Pemberian ASI Indonesia dan Dunia ?
3. Bagaimana pengetahuan ibu tentang menyusui ?
4. Apa saja perbandingan ASI dengan susu formula ?
5. Apa saja resiko pemberian susu formula?
6. Apa manfaat ASI untuk bayi Ibu, keluarga, masyarakat dan Negara ?
7. Apa manfaat ASI pada sisi Ekonomi ?
8. Bagaimana Penawaran ASI Untuk Meningkatkan Status Ekonomi ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui persentase pemberian ASI di indonesia dan Dunia, kemudian
bagaimana pengetahuan ibu terhadap ASI dari segi manfaat dan resiko
penggunaan susu formula. untuk mengetahui seperti apa penawaran ASI untuk
meningkatkan status ekonomi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ASI Dan Susu Formula


Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Namun sebelum
kita mengenal lebih jauh tentang ASI, tidak ada salahnya bila kita mengenal dulu
organ tubuh dimana ASI diproduksi yaitu “payudara”.
Pada dasarnya, payudara merupakan kombinasi dari sejumlah jaringan
ikat, kelenjar air susu serta jaringan lunak. Dibandingkan dengan komposisi
jaringan lainnya, lemak berfungsi sebagai pelindung ini mengisi sebagian besar
ruang di dalam payudara. Jumlah jaringan lunak pada payudara tersebut berbeda
pada masing-masing wanita. Namun perlu diingat ukuran payudara tidak
berpengaruh terhadap banyak sedikitnya produksi ASI.
Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang
diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan
dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang
dapat dihasilkan oleh peternak.

Ketika menyusui secara eksklusif tidak lagi menjadi suatu ‘keharusan’,


biasanya para ibu dengan mudahnya berpaling pada susu formula. Kode Etik
Internasional tentang Pemasaran Produk Pengganti ASI (breastmilk substitute)
yang dikeluarkan oleh WHO ditujukan untuk memberikan informasi pada
orangtua tentang bahaya kesehatan akibat penggunaan susu formula yang tidak
tepat. WHO merekomendasikan para ibu untuk menyusui secara ekslusif selama
6 bulan, melanjutkannya dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
dari bahan-bahan lokal yang kaya nutrisi sambil tetap memberikan ASI atau
menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.

B. Persentase Pemberian ASI Indonesia dan Dunia


Menyadari dan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap manfaat
menuyusui tidak berarti menyusui dipraktekkan seperti yang direkomendasikan.

4
Bahkan, angka menyusui didunia masih sangat buruk. Ketika mengevaluasi
praktek pemberian ASI eksklusif di 139 negara, unicef menyampaikan temuan
bahwa hanya 20% dari negara-negara yang diteliti mempraktekkan pemberian
ASI eksklusif pada lebih dari 50% bayi yang ada. selebihnya, 80% dari negara-
negara tersebut melakukan pemberian jauh lebih rendah dari 50%. indonesia
dengan persentasi pemberian ASI dipraktekkan pada 39% dari seluruh bayi adalah
salah satu dari negara yang tergolong kelompok 80% tersebut. Angka ini bahkan
semakin parah karena penghitungan terbaru menunjukkan bahwa persentase
indonesia adalah jatuh lebih dari setengah angka diatas menjadi 15,3 persen dari
seluruh bayi per tahun. Praktek pemberia ASI diyakini menjadi salah satu masalah
mendasar dari anak kurang gizi. WHO sebagaimana dikutip oleh unicef, mencatat
bahwa 37% dari anak-anak Indonsia bertubuh kerdil, dan bahwa Indonesia
menyumbang sebagai urutan terbesar kelima terbesar dalam jumlah anak yang
pertumbuhannya terhambat di seluruh dunia. Stunting atau kerdil memiliki
implikasi kesehatan pada masyarakat luas karena bisa meningkatkan resiko
mobiditas dan mortalitas, merusak saraf dan mental perkembangan, dan
menurunkan kemampuan fisik untuk berkerja. Terdapat dua bagian utama
penyebab terjadinya masalah tersebut. Yaitu, penyebab internal dan eksternal.
1. Masalah internal
Masalah internal ini merupakan kesulitan yang dimiliki ibu dan bayi mereka
yang menghalangi mereka dari mempraktekkan ASI eksklusif. Defenisi ini
bukan berarti bahwa masalah murni milik ibu dan bayi. Seperti disampaikan
oleh moss, kesehatan wanita dipengaruhi oleh multi faktor, beberapa
diantaranya tidak segera hubungan langsung dengan wanita tersebut. Masalah
internal terdiri dari masalah fisik, waktu inisiasi, pekerjaan ibu dan pendidik.
2. Masalah eksternal
Berbeda dengan masalah internal, masalah eksternal meliputi faktor apapun
selain bersumber langsung dari ibu dan bayi yang mencegah bayi untuk
mendapatkan ASI mereka 6 bulan awal hidup mereka. Masalah ini meliputi
dari faktor keluarga hingga keterlibatan pemerintah.

5
C. Pengetahuan ibu tentang menyusui
pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar dapat mendukung bayi
mendapatkan ASI secara maksimal. Kurangna pengetahuan ibu tentang ASI dan
menyesui menyebabkan ibu-ibu akan mudah terpengaruh dan akhirnya beralih
menggunakan susu formula. pengetahuan ibu yang kurang mengenai posisi
menyusui yang benar bisa berdampak ibu sering cepat merasa lelah, puting susu
lecet dan nyeri, radang payudara, selain itu bayi juga merasa tidak nyaman.
Padahal untuk mendapatkan manfaat optimal yaitu dari pemberian 3 hari pertama
kelahirannya.

D. Perbandingan ASI Dengan Susu Formula

Kebanyakan susu formula berbasis susu sapi yang mengandung protein


jauh lebih banyak dari protein manusia. Kita tahu bahwa hewan cenderung lebih
cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan manusia. Tidak heran sebuah
penelitian menyebutkan bahwa bayi yang mendapat ASI tidak segemuk bayi yang
mendapat susu formula. Pertumbuhannya lebih bagus dan jarang sakit. Tidak
sedikit bayi diare akibat susu formula karena gula susu sapi (laktosa) pada
beberapa bayi. Susu formula di pasaran kini banyak mengandung tambahan
nutrisi berupa asam lemak seperti AA dan DHA yang dipercaya dapat
mencerdaskan anak. Namun, bayi tidak memiliki kemampuan untuk mencerna
semua zat gizi tersebut.
Pada bayi produksi enzim belum sempurna untuk dapat mencerna lemak,
sedangkan dalam ASI sudah disiapkan enzim lipase yang membantu mencerna
lemak, dan enzim ini tidak terdapat pada susu formula atau susu hewan. Lemak
yang ada pada ASI dapat dicerna maksimal oleh tubuh bayi dari pada lemak yang
ada pada susu formula, sehingga tinja bayi susu formula lebih banyak
mengandung makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuhnya.
Kemudian, di dalam ASI terkandung asam lemak esensial yang tidak
didapat di dalam susu sapi atau susu formula. Asam lemak esensial ini dibutuhkan
untuk pertumbuhan otak dan mata bayi, serta kesehatan pembuluh darah. Di
dalam ASI juga terkandung vitamin C, sehingga bayi ASI tidak perlu mendapat
suplemen vitamin C. Vitamin C biasanya diberikan untuk bayi-bayi yang diberi

6
susu formula. Zat Besi sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga tidak
terserang anemia (kekurangan darh akibat defisinesi zat besi).
Saat dilahirkan bayi mempunyai persediaan cukup zat besi, tetapi itu
kembali kepada ibunya, apakah saat hamil dia mempunyai persediaan zat besi
yang cukup. Semua jenis susu mengandung sedikit zat besi sekitar 100ml, atau
0.5-0.7mg/i, namun perbedaannya zat besi yang ada pada ASI dapat dicerna
maksimal sampai 50% oleh bayi, berbeda dengan zat besi yang ada pada susu
hewan yang hanya 10% saja. Pada tahun pertama kehidupannya, bayi sangat
rentan terhadap penyakit, sehingga memerlukan perlindungan ekstra dari ibunya.
ASI mengandung sel-sel darah putih dan sejumlah faktor anti-infektif yang
membantu melindungi bayi dari infeksi. ASI juga mengandung antibodi terhadap
berbagai infeksi yang pernah dialami ibu sebelumnya.
ASI SUSU FORMULA
Mengandung lemak tak jenuh Mengandung lemak jenuh yang sulit di
sehingga dapat di urai di dalam tubuh urai di dalam tubuh manusia sehingga
manusia. Sehingga bayi yang banyak sekali kasus bayi yang
mengkonsumsi ASI tidak akan mengalami obesitas karena
mengalami obesitas. mengkonsumsi susu formula.
Mengandung zat gizi berkualitas Mengandung zat – zat yang kurang
tinggi yang berguna untuk memenuhi komposisi untuk bayi seperti
pertumbuhan dan perkembangan imunoglobin yang rendah, kandungan
kecerdasan bayi, antara lain : DHA, casein yang lebih tinggi dari whey
whey, protein, kolostrum, sehingga sulit di serap dalam tubuh, dan
imunoglobin, dll. mengandung zat yang tidak dibutuhkan
dalam tubuh.
Dapat melancarkan pencernaan Tidak mengandung enzim yang dapat
karena mengandung banyak sekali melancarkan proses pembakaran zat,
enzim yang bagus untuk modal sehingga sulit untuk di cerna.
pembentukan awal pencernaan yang
baik. Enzim yang terkandung antara
lain : lipase, amilase dan protase.
Mengandung kolostrum yang Tidak memiliki kolostrum. Kolostrum

7
merupakan Protein tinggi yang bagus yang ada dalam susu formula
untuk modal awal system daya tahan merupakan kolostrum buatan.
tubuh yang baik.
Mengandung zat pelindung dan sel Tidak memiliki sel darah putih hidup,
darah putih hidup yang membantu hanya memiliki sel darah putih yang
system imun atau kekebalan tubuh telah mati.
bayi.

E. Resiko Pemberian Susu Formula


Pada Bayi dan Anak-Anak :

1. Meningkatkan Resiko Asma

Sebuah penelitian di Arizona, Amerika Serikat yang menggunakan


sampel 1.246 bayi sehat menunjukkan hubungan yang kuat antara menyusui
dan gangguan pernafasan pada bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anak-anak di bawah umur 6 tahun yang tidak disusui sama sekali, akan
memiliki resiko gangguan pernafasan tiga kali lebih besar dibandingkan
dengan anak-anak yang disusui.

2. Meningkatkan Resiko Alergi


Anak-anak di Finlandia yang mendapatkan ASI lebih lama memiliki
resiko lebih rendah untuk terkena penyakit atopik, eksim, alergi makanan dan
gangguan pernafasan karena alergi. Pada usia 17 tahun, resiko gangguan
pernafasan karena alergi pada mereka yang tidak mendapatkan ASI (atau
mendapat ASI dalam jangka waktu pendek) adalah 65%, sementara pada
mereka yang disusui lebih lama hanya 42%.
3. Menghambat Perkembangan Kognitif
Memberikan ASI secara eksklusif (tanpa tambahan vitamin/supplemen
apapun) pada bayi prematur atau bayi dengan berat lahir rendah terbukti
memberikan keuntungan yang signifikan pada perkembangan kognitif dan
pertumbuhan fisik yang lebih baik.
4. Meningkatkan Resiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut

8
Untuk menentukan faktor-faktor resiko dalam mendeteksi ISPA pada
balita, sebuah rumah sakit di India membandingkan 201 kasus dengan 311
kunjungan pemeriksaan. Menyusui adalah salah satu dari sekian faktor yang
dapat menurunkan tingkat risiko ISPA pada balita.
5. Meningkatkan Resiko Okulsi Gigi Pada Anak
Salah satu keuntungan menyusui adalah membuat gigi anak tumbuh rapih
dan teratur. Penelitian yang dilakukan pada 1.130 balita (usia 3-5 tahun)
untuk mengetahui dampak dari tipe pemberikan makanan dan aktivitas
menghisap yang tidak tepat terhadap pertumbuhan gigi yang kurang baik.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin awal bayi menyusu dari botol
dua kali lebih besar besar terkena risiko maloklusi/kerusakan pada gigi
dibandingkan bayi yang menyusu langsung/tidak menyusu dari botol.
6. Meningkatkan Resiko Infeksi Dari Susu Formula Yang Terkontaminasi
Pada kasus tercemarnya susu formula dengan Enterobacter Sakazakii di
Belgia, ditemukan 12 bayi yang menderita Necrotizing Enetrocolitis (NEC)
dan 2 bayi yang meninggal setelah mengkonsumsi susu formula yang
tercemar bakteri tersebut. Sebuah kasus di Amerika Serikat menyebutkan
bahwa seorang bayi berusia 20 hari meninggal dunia karena menderita panas,
tachyardia¸dan mengalami penurunan fungsi pembuluh darah setelah
diberikan susu formula yang tercemar bakteri E-Sakazakii di NICU.
7. Meningkatkan Resiko Kurang Gizi Atau Gizi Buruk
Pada tahun 2003 ditemukan bayi yang mengkonsumsi susu formula
berbahan dasar kedelai di Israel harus mendapatkan perawatan intensif di
rumah sakit akibat encephalopathy. Dua diantaranya meninggal akibat
cardiomyopathy. Analisis dari kasus ini menyebutkan bahwa tingkat tiamin
pada susu formula tidak dapat diidentifikasikan. Pada bayi yang
mengkonsumsi susu formula berbasis kedelai sering ditemukan gejala
kekurangan tiamin, yang harus ditangani oleh terapi tiamin.
8. Meningkatkan Resiko Kanker Anak
Tidak menyusui adalah salah satu penyebab terbesar kanker pada ibu.
Suatu penelitian mengemukakan tingkat kerusakan genetis yang signifikan
pada bayi usia 9-12 bulan yang sama sekali tidak disusui. Para peneliti

9
menyimpulkan bahwa kerusakan genetis berperan penting dalam
pembentukan kanker pada anak atau setelah anak-anak tsb tumbuh dewasa.
Sebuah penelitian yang menggunakan bukti-bukti atas dampak menyusui
pada risiko terkena leukemia mempelajari 111 kasus yang 32 diantaranya
mengemukakan hal tersebut. Dari 32 kasus ini dipelajari 10 kasus utama dan
ditemukan 4 kasus yang mengemukakan hubungan antara menyusui dan
leukemia. Kesimpulan yang diambil adalah: semakin lama
menyusui/memberikan ASI pada bayi, semakin kecil risiko terkena leukemia.
9. Meningkatkan Resiko Penyakit Kronis
Penyakit kronis dapat dipicu oleh respon auto-imun tubuh anak ketika
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein gluten. Ivarsson dan tim-
nya melakukan penelitian terhadap pola menyusui 627 anak yang terkena
penyakit kronis dan 1.254 anak sehat untuk melihat dampak menyusui pada
konsumsi makanan yang mengandung protein gluten serta resiko terkena
penyakit kronis. Secara mengejutkan ditemukan bukti bahwa 40% anak-anak
bawah umur dua tahun (baduta) yang disusui/mendapatkan ASI berisiko lebih
kecil terhadap penyakit kronis, walaupun mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein gluten.
10. Meningkatkan Resiko Diabetes
Untuk memastikan hubungan antara konsumsi susu sapi (dan susu
formula bayi berbahan dasar susu sapi) dan respon antibodi bayi pada protein
susu sapi, peneliti di Italia mengukur respon antibodi pada 16 bayi ASI dan
12 bayi usia 4 bulan yang mengkonsumsi susu formula. Bayi susu formula
meningkatkan antibodi beta-casein yang bisa menyebabkan diabetes type 1,
dibandingkan dengan bayi ASI. Para peneliti tersebut menyimpulkan bahwa
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan beresiko lebih
rendah terhadap diabetes type 1, karena ASI dapat mencegah pembentukan
anti-bodi beta-casein.
Penggunaan susu formula, makanan pengganti ASI dan susu sapi yang
lebih dini pada bayi, adalah factor-faktor yang meningkatkan kemungkinan
terkena diabetes tipe I ketika dewasa. Sebayak 517 anak Swedia dan 286 anak
Lithuania usia 15 tahun yang didiagnosa menderita penyakit diabetes tipe I

10
dibandingkan dengan pasien non-diabets. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa memberikan ASI secara eksklusif sekurangnya 5 bulan dan
dilanjutkan sampai usia 7 atau 9 bulan (dengan MP-ASI) dapat mengurangi
resiko terkena diabetes.
11. Meningkatkan Resiko Penyakit Kardiovaskular
Untuk mempertegas hubungan antara gizi bagi bayi dengan resiko
kesehatan setelah dewasa, peneliti dari Inggris mengukur tekanan darah pada
sampel 216 remaja usia 13 sampai 16 tahun yang lahir prematur. Mereka
yang mengkonsumsi susu formula pada awal kehidupannya memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang mendapatkan ASI ketika
bayi. Bayi yang memperoleh ASI terbukti dapat mengendalikan metabolisme
pengolahan lemak di tubuh dengan baik, yang menyebabkan kadar kolesterol
yang rendah dan menghindarkan dari resiko penyakit kardiovaskular.
12. Meningkatkan Resiko Obesitas
Untuk menentukan dampak pemberian makanan bayi pada obesitas masa
kanak-kanak, studi besar di Skotlandia meneliti indeks massa tubuh dari
32.200 anak usia 39-42 bulan. Setelah eliminasi faktor-faktor yang bias,
status sosial ekonomi, berat lahir dan jenis kelamin, prevalensi obesitas secara
signifikan lebih tinggi pada anak-anak diberi susu formula, mengarah pada
kesimpulan bahwa pemberian susu formula terkait dengan peningkatan risiko
obesitas.
13. Meningkatkan Resiko Kematian
Para peneliti meneliti 1.204 bayi yang meninggal antara 28 hari dan satu
tahun dari penyebab selain dari anomali bawaan atau tumor ganas dan 7.740
anak-anak yang masih hidup di satu tahun untuk menghitung angka kematian
dan apakah bayi tersebut mendapatkan ASI serta efek durasi-respons.
Anak-anak yang tidak pernah disusui memiliki 21 persen lebih besar
resiko kematian dalam periode pasca-neonatal daripada mereka yang
disusui. Semakin lama disusui, semakin rendah resikonya. Mendukung
kegiatan menyusui memiliki potensi untuk mengurangi sekitar 720 kematian
pasca-neonatal di Amerika Serikat setiap tahun. Di Kanada ini akan
mengurangi sekitar 72 kematian.

11
Dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif, anak-anak yang sebagian
disusui ASI memiliki 4,2 kali peningkatan risiko kematian karena untuk
penyakit diare. Tidak disusui dikaitkan dengan 14,2 kali peningkatan risiko
kematian akibat penyakit diare pada anak-anak di Brazil.
14. Meningkatkan Resiko Otitis Media Dan Infeki Saluran Telinga
Jumlah otitis media akut meningkat secara signifikan dengan
menurunnya durasi dan eksklusivitas menyusui. Bayi Amerika yang
diberikan ASI eksklusif selama empat bulan atau lebih mengalami penurunan
50 persen dibandingkan dengan bayi yang tidak disusui. Penurunan sebesar
40 persen kejadian dilaporkan berasal dari bayi ASI yang diberikan tambahan
(makanan/susu formula) lain sebelum usia empat bulan.
Antara usia enam dan 12 bulan insiden pertama otitis media lebih besar
untuk bayi susu formula daripada untuk bayi ASI eksklusif. Untuk bayi ASI
eksklusif insidensi ini meningkat dari 25 persen menjadi 51 persen
dibandingkan kenaikan dari 54 persen menjadi 76 persen untuk bayi ang
hanya diberikan susu formula. Para penulis menyimpulkan bahwa menyusui
bahkan untuk jangka pendek (tiga bulan) akan secara signifikan mengurangi
episode dari otitis media selama masa kanak-kanak.
15. Meningkatkan Resiko Efek Samping Kontaminasi Lingkungan
Sebuah studi Belanda menunjukkan bahwa pada usia enam tahun,
perkembangan kognitif dipengaruhi oleh paparan pra-lahir terhadap
poliklorinasi bifenil (PCB) dan dioksin. Efek buruk paparan pra-lahir pada
hasil neurologis juga ditunjukkan dalam kelompok susu formula tetapi tidak
dalam kelompok yang diberikan ASI. Meskipun terjadi paparan PCB mealui
ASI, studi ini menemukan bahwa pada usia 18 bulan, 42 bulan, dan pada usia
enam tahun suatu efek yang menguntungkan dari menyusui ASI terlihat pada
kualitas gerakan, dalam hal kelancaran, dan dalam tes perkembangan
kognitif.
Data memberikan bukti bahwa paparan PCB saat pra-lahir telah
memberikan efek negatif secara halus pada neurologis dan perkembangan
kognitif anak sampai usia sekolah. Penelitian ini juga memberikan bukti

12
menyusui ASI melawan perkembangan merugikan dari efek PCB dan
dioksin.

Resiko Pemberian Susu Formula Bagi Ibu :


1. Meningkatkan Resiko Kanker Payudara
Menyusui mengurangi resiko kanker payudara pada ibu dan infeksi,
alergi, dan autoimun pada bayi. Kehadiran mediator dari sistem kekebalan
bawaan ASI, termasuk defensins, cathelicidins, dan reseptor seperti-tol
(TLRs), diekstrak dan dianalisa dari pecahan whey dari kolostrum dan susu
masa-transisi dan susu matang (n = 40) dari ibu-ibu normal (n =18) dan dari
ibu dengan autoimun atau penyakit alergi.
Para penulis menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh bawaan ASI
sangat kompleks dan memberikan perlindungan bagi payudara ibu dan
pengembangan jaringan saluran pencernaan bayi yang baru lahir.
2. Meningkatkan Resiko Kelebihan Berat Badan
Sebuah kelompok dibentuk di Brasil, terdiri dari 405 wanita di enam dan
sembilan bulan setelah melahirkan untuk menentukan hubungan antara
penumpukan berat badan dan praktek menyusui. Ketika wanita yang memiliki
22 persen lemak tubuh dan menyusui selama 180 hari dibandingkan dengan
mereka yang telah menyusui hanya 30 hari, setiap bulan masa menyusui
mengurangi rata-rata 0,44 kg berat badan. Di kesimpulan para penulis
mengkonfirmasi hubungan antara menyusui dan berat badan setelah
melahirkan dan bahwa dukungan durasi yang lebih lama dapat memberikan
kontribusi untuk penurunan penumpukan berat badan setelah melahirkan.
3. Meningkatkan Resiko Kanker Ovarium Dan Kanker Endometrium
Tidak menyusui telah dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker
ovarium. Sebuah studi kasus terkontrol yang cukup besar Italia mempelajari
1.031 wanita dengan kanker ovarium epitelial dibandingkan dengan 2.411
wanita yang dirawat di rumah sakit yang sama untuk berbagai spektrum akut
kondisi non-neoplastik, tidak terkait dengan faktor-faktor resiko yang
diketahui untuk kanker ovarium. Hasilnya menunjukkan tren terbalik dengan
resiko meningkatkan durasi menyusui dan jumlah anak yang

13
disusui. Tambahan analisis oleh subtipe histologis menunjukkan bahwa peran
proteksi dari menyusui akan lebih besar untuk neoplasma serius.
Untuk menentukan hubungan antara menyusui dan kanker endometrium,
penelitian kasus-terkontrol di sebuah rumah sakit di Jepang membandingkan
kasus wanita dengan kanker endometrium (155) dan kelompok yang
terkontrol (96) dipilih dari para wanita yang menghadiri klinik rawat jalan
untuk skrining kanker rahim. Para wanita ini diwawancarai untuk mengetahui
praktik menyusui, penggunaan alat kontrasepsi, serta potensi faktor resiko
kanker endometrium. Para penulis mengamati resiko kanker endometrium
lebih tinggi pada wanita yang belum pernah menyusui, dan menyimpulkan
bahwa menyusui mengurangi risiko kanker endometrium pada wanita Jepang.
4. Meningkatkan Resiko Osteoporosis
Penelitian longitudinal menunjukkan bahwa baik kehamilan dan laktasi
berhubungan dengan hilangnya kepadatan mineral tulang hingga ke lima
persen, dan bahwa kehilangan tersebut akan pulih setelah
penyapihan. Penelitian silang telah menunjukkan bahwa wanita dengan
banyak anak dan periode total durasi laktasi memiliki kepadatan mineral
tulang yang sama atau lebih tinggi dan risiko fraktur yang sama atau lebih
rendah daripada teman sebaya mereka yang tidak pernah melahirkan dan
menyusui. Tren ini telah diamati dan ditemukan di penampang studi kasus-
terkontrol. Hubungan kausal masih belum ditentukan.
5. Mengurangi Jarak Alami Kelahiran Anak
Kuesioner digunakan untuk memperoleh data dari ibu-ibu menyusui di
Nigeria untuk menentukan dampak dari praktik menyusui pada amenorrheoa
laktasi. Pemberian ASI eksklusif yang dipraktekkan oleh 100 persen dari ibu-
ibu yang pulang dari rumah sakit. Kemudian turun menjadi 3,9 persen setelah
enam bulan. Menyusui dengan menuruti isyarat bayi dipraktikkan oleh 98,9
persen dari ibu tersebut. Dalam enam minggu 33,8 persen dari ibu kembali
mengalami mensus dan meningkat menjadi 70,2 persen pada enam
bulan. Durasi amenorrheoa laktasi lebih panjang di ibu yang menyusui
eksklusif daripada mereka yang tidak. Tak satu pun dari 178 ibu-ibu yang
berpartisipasi dalam survei menjadi hamil.

14
6. Meningkatkan Resiko Rheumatoid Arthritis
Faktor-faktor resiko hormon dan reproduksi wanita dan dipelajari dalam
kelompok 121.700 wanita yang terdaftar dalam Nurses ‘Health Study.
Menyusui selama lebih dari 12 bulan berbanding terbalik dengan
perkembangan rheumatoid arthritis. Efek ini ditemukan terkait dengan
dosis. Mereka yang lebih singkat menyusui memiliki resiko yang lebih tinggi.
7. Meningkatkan Stres Dan Kecemasan
Secara keseluruhan ibu menyusui memiliki suasana hati lebih positif,
melaporkan peristiwa lebih positif, dan merasakan stres yang lebih sedikit
daripada yang memberikan susu formula. Para ibu menyusui memiliki depresi
dan kemarahan yang lebih rendah daripada yang memberikan susu formula
dan kadar prolaktin serum berbanding terbalik dengan stres dan suasana hati
pada ibu yang memberikan susu formula.
8. Meningkatkan Resiko Diabetes Pada Ibu
Menyusui juga mengurangi risiko ibu diabetes tipe II dalam kehidupan di
kemudian hari. Semakin lama durasi menyusui, semakin menurunkan insiden
diabetes, menurut studi yag dilaksanakan di Harvard. Para peneliti
mempelajari 83.585 ibu di Nurses ‘ Health Study (NHS) dan 73.418 ibu di
Nurses ‘Health Studi II (NHS II), dan menentukan bahwa setiap tahun
menyusui akan mengurangi resiko diabetes ibu sebesar 15 persen.

F. Manfaat ASI

1. Manfaat ASI Untuk Bayi

Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang


terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat
bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk
memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Pada umur
6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua
kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI).

15
Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari
kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih
memberikan manfaat. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti
halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi.

2. Manfaat ASI Untuk Ibu

a. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk


kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan
b. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan
pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.
c. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih
rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
d. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan
botol susu, dot, dsb.
e. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air
panas, dsb.
f. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannya.
g. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu
steril.
h. Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya
mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.
i. ASI tidak akan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah
payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan
diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi
dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.

3. Manfaat ASI Untuk Keluarga

a. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau
minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.

16
b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat)
dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan
sakit.
c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.
d. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
e. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga
sebab ASI selalu siap tersedia.
f. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air
panas, dll.

4. Untuk Masyarakat dan Negara

a. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
peralatan lain untuk persiapannya.
b. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
c. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih
sedikit.
d. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian.
e. Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan sebagai
kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya.
f. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.

G. Manfaat ASI Pada Sisi Ekonomi

Manfaat ASI melampaui pertimbangan kesehatan. Ibu yang menyusui


anak-anak mereka menikmati keuntungan sosial dan ekonomi juga. Sebagai
contoh:Wanita yang menyusui menghindari beban keuangan untuk membeli susu
formula, beban rata-rata $ 800 per tahun.

Bayi yang diberi ASI cenderung membutuhkan perhatian medis yang


berlebihan saat mereka tumbuh. Dalam sebuah penelitian, sekelompok bayi yang
diberi susu formula memiliki $ 68.000 dalam biaya perawatan kesehatan dalam
periode enam bulan, sementara jumlah yang sama dari bayi menyusui memiliki
hanya $ 4.000 biaya yang sama.

17
H. Penawaran ASI Untuk Meningkatkan Status Ekonomi
1. Dengan ibu memberikan ASI kepada anaknya maka ibu tidak susah payah
mengeluarkan uang banyak, dibandingkan ibu yang memberikan susu
formula kepada anaknya jelas sekali akan banyak uang yang akan dikeluarkan
ibu. Karena harga susu formula yang mahal.
2. Jika memilih memberikan susu formula dengan harga yang tidak terlalu
mahal atau untuk kocek kalangan menengah kebawah ibu harus siap
mengeluarkan uang sekitar 20 juta sampai anak berumur 2 tahun. Dari pada
mengeluarkan uang sebanyak itu lebih baik ibu memberikan ASI kepada
anaknya jadi uang yang sebanyak itu bisa digunakan untuk keperluan rumah
tangga lainnya atau misalnya ibu bisa membeli emas untuk suatu investasi.
3. Belom lagi jika susu formula belom memenuhi gizi anak tersebut maka anak
tersebut akan rentan terkena suatu penyakit maka ibu akan mengeluarkan
uang lebih extra lagi untuk biaya rumah sakit.
4. ASI juga mudah dikonsumsi pada anak yang ibunya berkerja diluar rumah,
dengan cara memeras terlebih dahulu ASI dan meniyimpannya di kulkas,
tinggal dipanaskan sebentar kemudian di berikan kepada bayi.

Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang


terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat
bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk
memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Selain
bermanfaat untuk kesehatan ASI juga bisa meningkatkan ekonomi baik di
bidang kesehatan maupun ekonomi dirumah tangga.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Namun sebelum
kita mengenal lebih jauh tentang ASI, tidak ada salahnya bila kita mengenal dulu
organ tubuh dimana ASI diproduksi yaitu “payudara”. Sedangkan Susu formula
adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubat komposisinya
menyerupai air susu ibu (ASI), namun tidak bisa sama persis dengan ASI karena
komposisi susu formula yang berasal dari susu sapi.
Kebanyakan susu formula berbasis susu sapi yang mengandung protein
jauh lebih banyak dari protein manusia. Kita tahu bahwa hewan cenderung lebih
cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan manusia. Tidak heran sebuah
penelitian menyebutkan bahwa bayi yang mendapat ASI tidak segemuk bayi yang
mendapat susu formula. Pertumbuhannya lebih bagus dan jarang sakit. Tidak
sedikit bayi diare akibat susu formula karena gula susu sapi (laktosa) pada
beberapa bayi. Susu formula di pasaran kini banyak mengandung tambahan
nutrisi berupa asam lemak seperti AA dan DHA yang dipercaya dapat
mencerdaskan anak. Namun, bayi tidak memiliki kemampuan untuk mencerna
semua zat gizi tersebut.
Kemudian, di dalam ASI terkandung asam lemak esensial yang tidak
didapat di dalam susu sapi atau susu formula. Asam lemak esensial ini dibutuhkan
untuk pertumbuhan otak dan mata bayi, serta kesehatan pembuluh darah. Di
dalam ASI juga terkandung vitamin C, sehingga bayi ASI tidak perlu mendapat
suplemen vitamin C. Vitamin C biasanya diberikan untuk bayi-bayi yang diberi
susu formula. Zat Besi sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga tidak
terserang anemia (kekurangan darh akibat defisinesi zat besi).

Manfaat ASI melampaui pertimbangan kesehatan. Ibu yang menyusui


anak-anak mereka menikmati keuntungan sosial dan ekonomi juga. Sebagai
contoh:Wanita yang menyusui menghindari beban keuangan untuk membeli susu
formula, beban rata-rata $ 800 per tahun.

19
Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik,
terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu.
ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi
seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Selain bermanfaat untuk
kesehatan ASI juga bisa meningkatkan ekonomi baik di bidang kesehatan maupun
ekonomi dirumah tangga.

B. Saran

Diharapkan kepada ibuk-ibuk yang memiliki bayi lebih baik memberikan ASI
kepada bayinya karena baik untuk kesehatan ibu dan sang bayi, dan hemat dalam
segi ekonomi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Pudjiaji. (2002). Psikologi pendidikan Jakarta: Rineka Cipta.


https://asilaktasi.com/2015/12/20/manfaat-asi-bagi-anak-ibu-dan-masalah-
ekonomi/ (diakses pada tanggal 23)

https://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalah-pemberian-asi-
eksklusif/ (diakses pada tanggal 23)

Setiawirawan, Y. F. (2010). Pemodelan lama pemberian ASI Eksklusif pada


rumah tangga miskin dengan metode regresi pohon di Sulawesi Tengah. Tidak
dipublikasikan: Program Sarjana Jurusan Statistika ITS Surabaya.

Roesli, U. (2005). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trumbus Agriwidya

21

Anda mungkin juga menyukai