Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada saat ini hampir semua negara telah menyadari bahwa dalam pembangunan
negara sangat perlu memperhatikan keseimbangan lingkungan hidup, agar hasil
pembangunan itu tidak menjadi bumerang kepada manusia sendiri. Untuk hal ini diperlukan
partisipasi seluruh warga negara dengan kesadaran yang tinggi. Partisipasi dan kesadaran itu
akan timbul apabila setiap warga negara itu memahami ilmu lingkungan.

Sebagai upaya mewujudkan organisasi / perusahaan yang ramah lingkungan atau


peduli dengan lingkungan maka dibutuhkan upaya nyata untuk melakukan hal tersebut
melalui suatu sistem pengelolaan / manajemen lingkungan yang handal, efektif,
terdokumentasi, serta mendorong untuk selalu dilakukan peningkatan seperti halnya
penerapan Sistem Manajemen Lingkungan mengacu pada standar ISO 14001;2004. Hal ini
perlu dukungan dari semua pihak, baik manajemen, karyawan serta semua pihak yang terkait.
ISO 14001 sebagai referensi untuk menjalankan sistem manajemen lingkungan merupakan
standar internasional yang di terbitkan oleh ISO “ International Standards for Organitation”
dimana prinsip dasar nya adalah “control” terhadap semua aspek yang dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan.

1.2 TUJUAN

1. Apa saja Sistem Manajemen Lingkungan di PT. SMART Tbk?

2. Apa saja Life Cycle Asessment di PT. SMART Tbk ?

3. Bagaimana Produksi Bersih yang dilakukan PT. SMART Tbk ?

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Untuk mengetahui Sistem Manajemen Lingkungan di PT. SMART Tbk.

2. Untuk mengetahui Life Cycle Assesment di PT. SMART Tbk.

3. Untuk mengetahui Produksi Bersih di PT.SMART Tbk.


BAB II

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

2.1 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

Permasalahan lingkungan semakin populer pada dekade terakhir ini. Globalisasi di


berbagai bidang pada akhir-akhir ini tidak luput dan terkait dengan perkembangan masalah
lingkungan. Salah satu isu penting dalam globalisasi adalah masalah lingkungan. Hal ini
memacu perusahaan meningkatkan kinerja secara menyeluruh untuk menghasilkan produk
yang lebih ramah terhadap lingkungan. Untuk memperoleh kinerja lingkungan yang baik,
dibutuhkan komitmen pihak perusahaan untuk melakukan pendekatan tersistematis dan
perbaikan secara berkelanjutan dari suatu Sistem Manajemen Lingkungan (SML).

PT.SMART Tbk merupakan salah satu perusahaan swasta nasional Indonesia, dalam
bidang produk dan perbaikan kapal, dimana dalam proses produksinya melalui beberapa
tahap yang setiap tahapnya dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Isu penurunan
kualitas lingkungan mendorong PT. SMART Tbk untuk memasukan persoalan tersebut
kedalam agenda perusahaan. Untuk meyelesaikan persoalan tersebut PT.SMART Tbk
merencanakan untuk menerapkan standar internasional, mendukung keberlangsungan
perusahaan, yaitu menerapkan sistem manajemen lingkungan.

Untuk melakukan sistem manajemen lingkungan yang baik, maka diperlukan adanya
suatu standar yang menjelaskan tentang sistem tersebut. Munculnya organisasi internasional
di bidang standardisasi yaitu ISO (International Organization for Standardization)
memberikan peluang tiap perusahaan untuk meningkatkan daya saing perusahaan di kancah
global. Standar Internasional ISO 14001 merupakan wahana untuk menjamin kinerja sistem
manajemen lingkungan tersebut. Standar IS0 14001 sebenarnya muncul sebagai akibat dari
adanya beberapa isu lingkungan yang sering dibicarakan dalam masyarakat. Isu lingkungan
tersebut adalah polusi udara, polusi air, polusi tanah, limbah dan bahan – bahan berbahaya,
bunyi / kebisingan dan getaran, radiasi, perencanaan fisik, penggunaan bahan / material,
penggunaan energi serta keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
2.2 VISI DAN MISI PERUSAHAAN

1. Visi

Menjadi perusahaan perkebunan yang tangguh mampu tumbuh dan berkembang


dalam persaingan global.

2. Misi

Mengelola industri kelapa sawit secara efisien bersama mitra untuk kepentingan
stakenholders yang berwawasan lingkungan dan berdasarkan prinsip-prinsip good
corporate governance, dan menciptakan nilai tambah perusahaan secara berkelanjutan.

2.3 KOMITMEN MANAJEMEN

Manajemen berkomitmen untuk :

a. Mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan pemerintah dan persyaratan lainnya


yang berlaku dan di persyaratkan oleh pelanggan dan pihak terkait lainnya

b. Menghasilkan produk bermutu dengan menerapkan dan memelihara system manajemen


mutu serta melaksanakan perbaikan berkelanjutan sehingga dapat memenuhi persyaratan
pelanggan.

c. Mencegah terjadinya pencemaran dengan menerapkan dan memelihara system manajemen


lingkungan serta melaksanakan perbaikan berkelanjutan.

Mencegah terjadinya kecelakaan,cedera,atau penyakit akibat kerja terhadap pekerja


serta menghindarkan kemungkinan terjadinya kerugian material dengan
menerapkan,memelihara system manajemen K3 dan melaksanakan perbijakan secara
berkelanjutan

2.4 PDCA PERUSAHAAN

1. PLAN

a. Pelatihan-pelatihan khusus terhadap operator dalam proses produksi, dan memberikan


waktu istirahat pada operator dan betul-betul memanfaatkan waktu istirahat

b. Lingkungan dibuat sirkulasi udara dan cahaya dalam ruangan produksi, pembuatan saluran
air limbah yang bagus serta perbaikan kondisi ruangan.
c. Mesin perlu diadakan perawatan secara terus menerus dan penggantianmesin-mesin yang
sudah tua.

d. Metode kerja yang bervariasi dimana tidak akan mengakibatkan kejenuhan operator.

2. DO

a. Pembuatan produk baru berikutnya maka terlebih dahulu diberikan pelatihan dalam hal
proses pengolahan sehingga tidak menyebabkan kesalahan pada saat proses produksi.

b. Untuk menunjang perbaikan proses pengolahan sebelum proses pengolahan produk


minyak kelapa sawit hendaknya diberikan pengarahan kepada para operator.

3. CHEK

a. dilakukan pengecekan apakah pada saat pelaksanaannya sudah sesuai dengan apa yang
direncanakan dan produk yang dibuat sesuai dengan perancangan produknya.

b. Kemudian dievaluasi kembali kesalahan-kesalahan apa lagi yang terjadi pada pengolahan
produk yang baru tersebut. Harus diketahui kesalahan yang terjadi dalam pengolahan bahan,
apakah masih kesalahan Tandan Buah Segar TBS dan operator atau yang lainnya.

4. ACTION

a. Jika hasil yang diperoleh belum optimal dan masih terjadi kesalahan dan kekurangan yang
ditemui pada saat kita melakukan pengecekan, maka perbaikan harus dilakukan kembali
dengan membuat rencana yang baru sesuai dengan apa yang dibutuhkan dari hasil
pengecekan yang telah dilakukan.

b. Pada rencana baru ini kembali mengadakan perbaikan kesalahan-kesalahan yang terjadi
baik untuk kesalahan lama yang terjadi lagi ataupun kesalahan baru yang muncul.

2.5 SUMBER DAYA ASPEK LINGKUNGAN

a. Bahan Baku : Minyak Kelapa Sawit, dari serabut kelapa sawit. Minyak Inti Sawit,dari inti
buah kelapa sawit. Minyak Sawit Mentah,Dari hasil pengeprsan serabut.

b. Bahan Penunjang Produksi : Asam Fospat,Bleaching Earth & Air

c. Dampak Perkebunan Kelapa Sawit : Rusaknya Sumber Daya Alam, Persaingan dengan
sumber-sumber pangan lokal, Pengurasan air tanah.
2.6 PERATURAN PERUNDANGAN YANG HARUS DI PATUHI

A. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pedoman Perkebunan Kelapa
Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian sustainable palm oil/ISPO).

B. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003, Tentang Pedoman
Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit pada Tanah
Di Perkebunan Kelapa Sawit .

2.7 TUJUAN,SASARAN DAN TARGET

1. Tujuan Upaya Pengelolaan Lingkungan

2. Sasaran dan target

a. Menurunkan emisi gas / asap dari cerobong pabrik.

b. Pengurangan limbah dari hasil produksi minyak sawit untuk digunakan kembali.

c. Mengolah limbah sesuai baku mutu yang telah di tetapkan.

2.8 BAKU MUTU DAN DAMPAK INDUSTRI


Jika tidak dilakukan pencegahan dan pengolahan limbah,maka akan berdampak
negatif terhadap lingkungan seperti :

1. Pencemaran air yang mengganggu bahkan meracuni bota perairan.

2. Menimbulkan bau, dan menghasilkan gas methan dan CO2 yang merupakan emisi gas
penyebab efek rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan

2.9 KESIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT

1. Tujuan :

Untuk memastikan bahwa PT.SMART Tbk dapat melakukan tindakan yang efektif
dalam situasi darurat dan menimalisasi dampak lingkungan yang yang ditimbulkan saat dan
setelah dampak lingkungan itu terjadi.

2. Ruang Lingkup

Prosedur ini berlaku di semua departemen PT. SMART Tbk.

3. Uraian Prosedur

Manajemen PT.SMART Tbk menetapkan struktur organisasi untuk menangani


keadaan darurat yang mungkin terjadi. Struktur Organisasi mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut :

1. Ketua Tim Tanggap Darurat mengkoordinir semua tindak darurat di PT.SMART


Tbk.

2. Anggota Tim Tanggap Darurat bertugas memimpin kegiatan tindak darurat di


lapangan serta menginformasikan kepada publik/ dan lembaga/instansi terkait (rumah
sakit,kepolisisan,dinas pemadam kebakaran,dll).
BAB III

LIFE CYCLE ASESSMENT

3.1 GOAL AND SCOPE

Gambar 1 Goal and Scope

Dalam Gambar 1 yang merupakan system boundary, terdapat background stage dan
foreground stage. Background stage adalah proses yang tidak terlihat secara langsung dimana
dalam stage ini terdapat input yang mempengaruhi limbah yang akan dihasilkan nantinya.
Misalnya pemakaian energi (listrik, solar) dan pemakaian bahan kimia. Sedangkan
foreground stage adalah proses yang

terlihat secara langsung dimana dalam stage ini melingkupi semua proses mulai dari
perkebunan sampai menghasilkan ouput yang berupa CPO, dan produk sampingnya yang
berupa limbah padat dan limbah cair.

Titik permulaan penelitian ini dimulai dari aktivitas perkebunan hingga dihasikannya
Fresh Fruit Bunch (FFB), dan saat dalam stasiun penerimaan FFB sebelum diolah hingga
dihasilkannya Crude Palm Oil (CPO) sampai disimpan di storage tanks.
3.2 INVENTORY DATA
Terdapat beberapa aktivitas yang membutuhkan suatu input misalnya pemupukan
dan penggunaan herbisida.
Tabel 2 Data Perkebunan

Parameter 2014 2015


Pemakaian Pupuk
- N 0,506 ton 0,828 ton
- P205 64,34 ton 44,112
- K2O 81,1504 t 99,69 ton
- MgO 1,2105 t 3,839 ton
- B2O3 5,307 ton 6,025 ton
Composting (JJK) 1.389.680 1.552.180
Kg Kg
Land Application 186.356 120.236
m3 m3
Pemakaian Herbisida
- Glyphosate 268,56 kg 348,63 kg
- Metsulfuron 8,794 kg 8,308 kg
Methyl
- Paraquat 88,527 kg 46,368 kg
Dichloride
- Triclopyr 45,3324 17,433 kg
Butoxy (Garlon) Kg
Konsumsi diesel truk 17.242 14.844
pengangkut TBS Liter Liter
Total Luas lahan 203,3 Ha 20
3,3 Ha
Produksi TBS 14.788,74 26.067,84
Ton Ton
Jarak ke mill 20 km 20 km
Berat muatan truk sekali 2,54 ton 4,92 ton
angkut
Parameter 2014 2015
Ritase truk Dalam 1.165 1.003
setahun
Emisi akibat transport 18,3 9,44
kgCO2 / kgCO2 /
ton TBS ton TBS
Emisi dari kegiatan
produksi kebun
1. Emisi ke udara (kg)
- Nitrogen 1.674,86 2.740,68
- K2O 46.255,73 56.823 kg
- CO 2 dari 4.511,73 4.616,05
herbisida
- CO2 dari 107.712 70.331 kg
Penggunaan
Diesel

2. Emisi ke tanah
- N2O 833.750953.283
Sumber : PT. SMART Tbk, 2016 Pabrik olahan minyak kelapa sawit
Yang dimiliki anak perusahaan PT. SMART Tbk yang ada di Kab. Merangin –
Bangko, Provinsi Jambi tepatnya di Desa Jelatang ini berdiri semenjak tahun 1994.
Kapasitas produksi dari pabrik ini yaitu 30 ton/jam. Dalam proses pengolahannya,
diperlukan berbagai macam input mulai dari material, energi, transport, dan sebagainya.
Dalam tabel 5.2 terdapat beberapa data dari pabrik kelapa sawit Jelatang mill yang
dibutuhkan dalam penelitian ini dan dimasukkan kedalam software SimaPro.

Tabel 3 Data Industri


Parameter 2014 2015
TBS olah 112.632 ton 102.537 ton
Listrik bersumber 331,98 366,56
dari genset MWh MWh
Listrik bersumber 2.722,01 2.077,96
dari turbin uap MWh MWh
Pemakaian Solar 160.501 154.452
untuk mill Liter Liter
Cangkang 5.828 ton 5.306 ton
Fiber 12.671 ton 11.535 ton
Empty Fruit Bunch 23.653 ton 21.533 ton
(EFB)
Pemakaian Air 144.595,60 148.123,95
m3 m3
Pemakaian Bahan
Kimia
- CaCO3 167,6625 162,800 ton
- Soda Ash 12,704 ton 19,464 ton
- Alum 16,915 ton 23,120 ton
- B 120 + 0,2244 ton 0,306 ton
Parameter 2014 2015
-B 171 + 0,1784 ton 0,191 ton
-NaOH 0,83202 ton 0,23618 ton
H2SO4 0,10835 ton 0,00591 ton
Jumlah truk angkut
- CPO 954 840
- Kernel 688 513
Produksi 23.007,48 19.977,07
CPO Ton Ton
Produksi 5.395,82
Kernel Ton 5.020,60 ton
truk
Jarak CPO ke 250 km 250 km
Talang Duku
Ritase Truk CPO 954 840

dalam setahun
Muat
Berat an truk 24,04 ton 23,99 ton
CPO sekali angkut
Jarak truk Kernel ke 35 km 35 km
Pelakar
Ritase Truk Kernel 688 513
dalam setahun
Berat Muatan truk 8,37 ton 9,27 ton
Kernel sekali angkut
POME 57.618 ton 57.554 ton
Steam 160.741.210 146.333.773
Input mj mj
BOD Raw Effluent 1.308 ppm 1.408 ppm
COD influen 5.413 ppm 5.513 ppm
Emisi GHG
Operasional
Methane 576.180kg 575.540kg

CO2 fossil
dari konsumsi
diesel dan 22.518.746kg 20.526.541kg
produksi
energi
CO2
penggunaan
bahan kimia 24.842,45kg 36166,8kg

Sumber : PT. SMART Tbk, 2016

3.3 INTERPRETATION
Bisa disimpulkan bahwa penyebab dampak dari climate change pada proses
perkebunan adalah adanya emisi N2O dimana pada tahun 2014 sebanyak 76 Pt dan tahun
2015 sebanyak 49,3 Pt. Emisi ini dihasilkan akibat penggunaan pupuk atau fertilizer berupa
pupuk kimia. Emisi CO2 juga timbul dari transportasi yang digunakan dalam aktivitas
perkebunan, baik itu pengangkutan FFB dari tempat pengumpulan hasil (TPH) sampai
dikirim ke pabrik untuk diolah. Sebanyak 0,2891 Pt emisi CO2 berkontribusi pada tahun 2014
dan pada tahun 2015 terdapat emisi CO2 sebanyak 0,1696 Pt. Diharapkan dengan adanya
peran teknologi atau dengan substitusi pemupukan yang penuh menggunakan pupuk organik,
dapat mengurangi nilai emisi yang tinggi yang dapat mempengaruhi besarnya dampak
perubahan iklim.

Sedangkan dalam aktivitas industri, penyebab dari tingginya dampak dari climate
change adalah nilai emisi dari N2O yang berasal dari proses perkebunan yang ada, berupa
proses fertilizer menggunakan pupuk kimia. Emisi N2O juga dapat berasal dari selama proses
produksi CPO itu sendiri, penggunaan input yang berasal dari bahan kimia selama proses
produksi. Tahun 2014 emisi NO2 sebanyak 316 Pt dan tahun 2015 sebanyak 215 Pt. Selain
dari emisi N2O, dampak perubahan iklim juga dapat dipengaruhi oleh Palm Oil Mill Effluent
(POME) yang dihasilkan. POME berpotensi memproduksi biogas yang diantaranya berupa
gas metan (CH4) dan selanjutnya menimbulkan emisi CO2. Tahun 2014 emisi CH4 sebanyak
2,27 Pt dan tahun 2015 sebanyak 2,42 Pt. Emisi CO2 juga timbul dari penggunaan bahan
kimia dan dari transportasi yang ada di industri. Diharapkan apabila potensi biogas ini bisa
dimanfaatkan sebagai sumber energi yang terbarukan sekaligus dapat mengurangi dampak
lingkungan yang timbul.
BAB VI

PRODUKSI BERSIH

4.1 LIMBAH YANG DIHASILKAN

1. Padat :

a. Tandan Kosong : mulsa organik pada pokok kelapa sawit

b. Cangkang :Bahan bakar untuk boiler

c. Serat : Bahan bakar untuk boiler

2. Cair :

a. Lumpur : aplikasi lahan pada perkebunan

b. air cucian : ditangani dalam kolam sedimentasi

c. Air kondensat : aplikasi lahan pada kolam sedimentasi

3. Udara :

a. Kebisingan : minimalisasi menggunakan peredam

b. Gas Boiler : menggunakan dust collector

4.2 TEKNOLOGI BERSIH PENGOLAHAN BIOGAS DARI POME

POME yang dihasilkan mengandung gas metana yang apabila tidak diolah dapat
mempengaruhi dampak lingkungan khususnya dampak terhadap climate change. Berdasarkan
hasil analisis dampak lingkungan yang telah dilakukan sebelumnya, disimpulkan bahwa
potensi dampak lingkungan yang paling tinggi dari proses produksi CPO adalah climate
change pada tahun 2015 sebanyak 0,0103 DALY yang setelah dinormalisasi menjadi 202 Pt.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, input listrik yang berasal dari perusahaan ada
2, yaitu listrik yang bersumber dari turbin uap dan listrik yang bersumber dari genset. Pada
tahun 2015, emisi yang dihasilkan oleh penggunaan listrik dengan diesel berkontribusi
sebanyak 1,04E-6 DALY atau 0,0203 setelah dinormalisasi terhadap kategori dampak climate
change.
Dengan adanya pemanfaatan biogas dari limbah POME yang dihasilkan, diharapkan
dapat mengurangi nilai dampak climate change yang telah dianalisis sebelumnya. Pada tahun
2015 sebanyak 366,56 MWh listrik yang diinput dari genset, akan dicoba disubstitusikan ke
dalam software SimaPro dengan listrik yang dihasilkan dari biogas.
Setelah diinput, emisi yang dihasilkan dari listrik bersumber dari biogas menurun
sebanyak 0,018 Pt atau sebelum dinormalisasi sebesar 9,21E-7 DALY yang berkontribusi
terhadap kategori dampak climate change. Menurunnya nilai kontribusi dampak listrik dari
0,0203 Pt menjadi 0,018 Pt yang digunakan dari genset ke biogas dapat menunjukkan bahwa
dengan memanfaatkan biogas yang dihasilkan dari POME dapat menjadi alternatif sumber
listrik dan tentunya dapat membantu mengurangi dampak yang dihasilkan sebelumnya.

4.3 PEMANFAATAN EFB SEBAGAI SUMBER BIOETANOL


Pemanfaatan EFB sebagai sumber energi terbarukan, dalam hal ini sebagai bahan baku
pembuatan bioetanol berguna untuk menyelesaikan masalah krisis energi dan sebagai salah
satu usaha untuk menyelamatkan lingkungan. Menurut Arum Sari (2013), 1 liter bioetanol
menghasilkan emisi CO2 sebesar 0,2 kg atau berkurang sekitar 80 persen emisi gas rumah
kaca dibandingkan dengan penggunaan bensin.

Menurut riset yang dilakukan oleh University of Exeter, UK, dalam 1 liter diesel
menghasilkan emisi sebanyak 2,68 kg CO2 per liter. Sedangkan dalam 1 liter bensin
menghasilkan emisi sebanyak 2,31 kg CO2 per liter. Hal ini menunjukkan bahwa EFB
mempunyai potensi yang tinggi sebagai bahan baku pembuatan bioetanol karena EFB
merupakan energi terbarukan dan bioetanol yang dihasilkan dapat dikatakan sebagai produk
ramah lingkungan.

Skenario pengolahan bioetanol dari EFB ini tidak dicoba dimasukkan kedalam software
SimaPro v. 7.1 karena transportasi operasional yang ada di perusahaan, memakai bahan bakar
diesel (solar), contohnya truk pengangkut FFB dan truk pengangkut CPO. Seperti yang
diketahui bioetanol direkomendasikan sebagai bahan bakar ramah lingkungan pengganti
petrol atau bensin. Maka dari itu untuk pemakaian bahan bakar bioetanol akan menambah
biaya investasi untuk pergantian mesin yang menggunakan bahan bakar bioetanol dan akan
menambah pengeluaran perusahaan.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Potensi dampak lingkungan yang ada pada sistem eksisting di PT. SMART Tbk dalam
aktivitas perkebunan dan aktivitas industri adalah climate change. Tahun 2014 aktivitas
perkebunan dampak paling tinggi yang pertama adalah climate change berkontribusi
sebanyak 71,7 Pt. Proses yang mempengaruhi tingginya climate change adalah proses
fertilisasi yang menghasilkan emisi N2O. Dampak tertinggi kedua adalah landuse dengan
nilai kontribusi sebanyak 12,4 Pt. Dampak tertinggi ketiga adalah respiratory inorganics
dengan nilai total 1,56 Pt. Tahun 2014 aktivitas industri dampak paling tinggi yang pertama
adalah climate change berkontribusi sebanyak 304 Pt. Dampak tertinggi kedua adalah
landuse dengan nilai kontribusi sebanyak 51,6 Pt. Dampak tertinggi ketiga adalah
carcinogens dengan nilai total 22,1 Pt.

2 Upaya pengendalian yang dapat dilakukan oleh PT. SMART Tbk yaitu pengolahan biogas
yang didapat dari palm oil mill effluent (POME) karena gas metana yang timbul dari POME
apabila tidak dimanfaatkan secara baik dapat menyumbang emisi gas rumah kaca ke atmosfir
yang dapat meningkatkan dampak dari climate change. Dalam input SimaPro, dengan
memanfaatkan biogas yang dihasilkan dari POME sehingga menjadi alternatif sumber listrik
dapat menurunkan nilai kategori dampak dari climate change dimana substitusi listrik dari
diesel dengan listrik dari biogas menurunkan nilai dari 0,0203 Pt menjadi 0,018 Pt.
DAFTAR PUSTAKA

Izzah Nur,2016,Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.

http://nurizzahmaulidina.blogspot.co.id/2016/08/v-behaviorurldefaultvmlo.html

AnonimA,2015,Kebijakan Perusahaan. http://www.bumn.go.id/ptpn5/halaman/127

AnonimA,2010, Informasi kelapa sawit, Ketentuan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit


Berkelanjutan.http://infosawitrian.blogspot.co.id/p/ketentuan-pengelolaan-perkebunan-
kelapa.html

Army Chairil,2013, Chairil_armyBlog. PDCA di pabrik kelapa sawit.


http://chairilamry4.blogspot.co.id/2013/11/penerapan-pdca-di-pabrik-kelapa-sawit.html

Arum Sari, Ajeng., Barlianti, Vera. 2014. Desain Analisa Pemaparan Daur Hidup (Life Cycle
Assessment) Bioetanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Berita Iptek, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, 2009, Tahun ke 47 No. 1, Hal. 42-47. ISSN / ISBN / IBSN : SSN
No. 0125-9156

Hansen, Sune Balle. 2007. Feasibility Study of Performing an Life Cycle Assessment on
Crude Palm Oil Production in Malaysia. Department of Civil Engineering, University of
Malaya. Int J LCA 12 (1) 50 – 58 (2007).

Kamahara, H., Hasanudin, U., Widiyanto, A., Tachibana, R., Atsuta, Y., Goto, N., Daimon,
H., Fujie, K. 2010. Improvement potential for net energy balance of biodiesel derived from
palm oil: A case study from Indonesian practice. Biomass and Bioenergy 34: 1818-1824.

Malaysian Palm Oil Board (MPOB). 2013. Directory of oil palm seed producers and nursery
operators. Kelana Jaya, Selangor: MPOB, 5– 7.

Nazir, N. dan Setyaningsih, D. 2010. Life cycle assessment of biodiesel production from
palm oil and Jatropha oil in Indonesia. Prosiding 7th Biomass Asia Workshop, Nov 29-
Dec01, Jakarta.

Sampattagul, Sate. 2011. Life Cycle Assessment of Palm Oil Biodiesel Production in
Thailand. International Journal of Renewable Energy, Vol. 6, No. 1, January – June
2011.

Anda mungkin juga menyukai