Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CARSINOMA SERVIKS (CA SERVIKS)

A. KONSEP DASAR
1.1 Definisi
Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks
(leher rahim), dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang
abnormal yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus-menerus
dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga
jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang. (Shadine, 2012).

Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim,
yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita
(vagina). (Wijaya, 2010).

Kanker serviks adalah pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang tidak
normal pada serviks (leher rahim). Kanker serviks merupakan kanker primer
yang berasal dari serviks (kanalis servikolis/porsio). Serviks adalah bagian
ujung depan dari rahim yang menjulur ke vagina. Kanker serviks stadium
awal seringkali tidak memperlihatkan gejala, butuh waktu yang lama
sebelum berkembang menjadi keganasan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa kanker


serviks adalah kanker leher rahim yang paling ganas dari beberapa kanker
pada wanita yang lain.

1
1.2 Etiologi
Etiologi kanker serviks idiopatik atau belum diketahui pasti. Ada beberapa
faktor risiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
a. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan
yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun
mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia
lebih dari 20 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa
pada serviks seorang wanita. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada
serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan
sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar dan paparan sperma,
termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma.
b. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa berganti-ganti pasangan seks akan
meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan,
salah satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah
terbukti akan meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva.
Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang
mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus
hepes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.
c. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan
melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
d. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian
menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin
yang dapat menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-

2
karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok mengandung zat benzopyrene
yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat
menjadi mediator terbentuknya dysplasia sel epitel pada serviks.
e. Defisiensi zat besi (vitamin A dan C)
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin C
dapat meningkatkan risiko terjadinya dysplasia ringan dan sedang, serta
mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada
wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
Vitamin A dan C bertindak sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel
tubuh dari serangan radikal bebas.
f. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum di sirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma (kotoran diantara kulub dengan kepala penis).
g. Gangguan sistem kekebalan
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit
yang sifatnya immunosupresan, contohnya: HIV/AIDS.
h. Sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan social ekonomi
rendah mungkin faktor social ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.

3
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi kanker serviks menurut Komite Ginekologi Onkologi FIGO
merekomendasikan (Faradina, 2006):
Stadium FIGO Keterangan

I Kanker Serviks terbatas di serviks (penyebaran ke corpus uteri


diabaikan)
IA Kanker invasif didiagnosa hanya dengan mikroskopis. Semua
lesi yang dapat terlihat dengan mikroskop-meskipun dengan
invasi superficial- adalah stadium IB/T1B
IA1 Invasi stroma dengan kedalaman 3 mm atau dengan
penyebarran horizontal 7 mm atau kurang
IA2 Invasi stoma dengan kedalaman >3 mm dan <5 mm dengan
penyebaran horizobtal 7 mm atau kurang
IB Lesi yang dapat dilihat secara klinis dikhususkan di serviks atau
lesi mokroskopik lebih besar dari IA2
IB2 Lesi yang dapat dilihat secara klinis >4 cm pada dimensi yang
paling besar
II Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau
infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul
IIA Besar tumor mempunyai prognosis yang sama dengan stadium
IB
IIA1 Besar tumor ≤4 cm dengan keterlibatan vagina <2/3 atas
IIA2 Besar tumor > 4 cm dengan keterlibatan vagina 2/3 atas
IIB Dengan invasi parametrium
III Tumor meluas ke dinding pelvis dan/atau melibatkan 1/3 bawah
vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
IIIA Tumor melibatkan 1/3 bawah vagina & infiltrasi parametrium,
tidak terdapat perluasan ke dinding pelvis
IIIB Tumor meluas ke dinding pelvis dan/atau menyebabkan
hidronefrosis atau afungsi ginjal
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rectum
dan/atau meluas ke pelvis
IVB Metastasis jauh

1.4 Tanda dan Gejala


Pada fase pra kanker (tahap dysplasia), sering tidak ada gejala atau tanda-
tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagi
berikut:
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.

4
b. Perdarahan setelah senggama (post cital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
c. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan
berbau busuk.
d. Bisa terjadi hematuria (kending darah) karena infiltrasi kanker pada
traktus urinarius.
e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
f. Kelemahan pada ekstremitas bawah.
g. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,
kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosacral.
h. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kemih dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal,
atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

1.5 Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel-sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel dysplasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berlebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
menggangu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut
diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan
kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.

5
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare, gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu
makan (biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan efek radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelelahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien
dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit
yang dideritanya.

Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan


tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos di masyarakat bahwa
kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Price,
Syivia Anderson, 2005)

6
1.6 Pathway
Pernikahan pada usia muda, virus HPV, genetik, kebiasaan merokok,
defisiensi zat besi (vit A dan C), gangguan sistem kekebalan, sosial
ekonomi, hygiene dan sirkumsisi

Ca Serviks Penekanan Ca pada saraf

Nyeri

Psikologis Pendarahan Bau busuk Pengobatan

Kurang Hipovolemi Eksternal radiasi


Ggn. Bodi Ggn. Pola
pengetahuan Anemia Image Seksual

Cemas/Takut
Resti
Infeksi Kulit merah, Depresi Mulut kering
kering sumsum tulang stomatitis

Intoleransi
aktifitas Hb
Resti Kerusakan
Integritas Kulit
Anemia

Sel-sel kurang O2

Gastrointestinal kurang O2

Resti kekurangan Mual, muntah


volume cairan

Nutrisi kurang

Daya tahan tubuh berkurang Kelemahan/kelelahan

Resiko Tinggi Infeksi Resiko Injury

7
1.7 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
- Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
- Urine bercampur darah (hematuria)
- Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
- Raut wajah pucat
- Kelemahan pada pasien
- Keringat dingin
- Posisi tubuh menahan nyeri di daerah abdomen
b. Palpasi
- Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
- Tinggi fundus uteri
- Keaktifan gerakan janin
- Kelainan letak/posisi janin
- Nyeri tekan abdominal
- Perubahan denyut nadi
- Perubahan tekanan darah
- Peningkatan suhu tubuh
c. Auskultasi
- Pengukuran DJJ

1.8 Pemeriksaan Penunjang


Berikut adalah pemeriksaan penunjang dalam kanker serviks:
a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear.
Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim.
Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang
abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada leher
rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop.

8
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metode
pap smear yang dimodifikasi yaitu sel asupan serviks dikumpulkan
dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lender
serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan
meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke
dalam cairan dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan
mikroskop.

Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker


serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan
pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Penanganan kanker serviks
dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran histopatologinya.
Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan
untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks
yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada
permukaan serviks, kemudian dilakukan biopsy pada lesi-lesi tersebut.
c. IVA (Inspeksi Visual Asetat)
IVA merupakan test alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat
mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter
ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat
sederhana, permukaan serviks/leher Rahim diolesi dengan asam asetat,
akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak
normal.
d. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa
ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide
(servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut
negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika

9
SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika
servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
e. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan
pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan
sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan
bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat.
Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negative
palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun
1994 membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan
sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut:
Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%;
negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negative palsu 4,7% dan
akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi
oleh tenaga paramedis/bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila
fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.
f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu
pemeriksaan penanda tumor yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic
Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA
abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah >
5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta
dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua
pemeriksaan penanda tumor ini dapat di deteksi melalui pemeriksaan
darah dan urine.
g. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur

10
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan
darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.

1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan
bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical
excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut,
penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali
kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan pap
smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6
bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi,
dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan
salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah
tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan
tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan
penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang
bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah
satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau
bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur <65
tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi)
seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar. (Tapan, 2005).
2) Radioterapi (Terapi Penyinaran)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metode
radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan

11
kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker
serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke
kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan
sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti
rectum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis
kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila
sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya
bersifat paliatif yang dberikan secara selektif pada stadium IV A.
Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digukan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal
yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu
dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
hari atau selama 5-6 minggu. Kedua adalah melalui radiasi internal
yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan
langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan
selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa
diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi
penyinaran adalah iritasi rectum dan vagina, kerusakan kandung
kemih dan ovarium berhenti berfungsi. (Gale & Charette, 2000).
3) Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tergantung pada
jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker
mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat
sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan
mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini
disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi

12
diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang
lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas
dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk
memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara
kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi
dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan
yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker
serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adremycin Platamin),
PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain-lain (Prayetni, 1997).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Menjaga nutrisi agar tetap adekuat selama menjalani terapi biasanya
akan kehilangan nafsu makan.
2) Melakukan aktifitas fisik, disarankan aktifitas sedang yang
menyenangkan tetapi tidak menyebabkan kelelahan.
3) Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup.
4) Hindarkan klien dari asap rokok.
5) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan
terkontrol.
6) Bersihkan area genetalia klien secara teratur dengan teknik
antiseptic.
7) Berikan lingkungan yang baik dan bersih. (Haffner, 2008).

13
B. KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Pre-medikasi
1. DS: Defisit pengetahuan Disfungsi seksual
- Pasien mengatakan merasa sakit tentang respon alternatif
ketika hubungan suami-istri terhadap perubahan
- Terjadi perdarahan setelah kondisi kesehatan
hubungan yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal
DO: -
2. DS: Anemia Keletihan
- Pasien tampak sering berbaring di
tempat tidur
- Pasien tampak lesu
DO:
- Pasien mengatakan dirinya sering
pusing dan lemas
3. DS: Obstruksi anatomik Gangguan eliminasi urine
- Pasien mengatakan tidak bisa BAK
atau sering BAK
- BAK pada malam hari
DO:
- Kandung kemih tampak tegang
-
4. DS: Nekrosis jaringan pada Nyeri kronis
- Pasien mengatakan sering nyeri serviks akibat penyakit
pada area panggul kanker serviks
DO:
- Pengkajian nyeri (PQRST)
P: Invasi sel kanker ke area uterus
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Abdomen bawah
S: Skala nyeri 3
T: Tidak mesti
5. DS: Kurangnya terpapar Kurang pengetahuan
- Pasien mengatakan kurang paham informasi
tentang penyakitnya
DO:
- Pasien ketika ditanya tidak
mengetahui apa itu kanker serviks
Pasca-medikasi
1. DS: Perubahan dalam gaya Gangguan citra tubuh
- Pengungkapan rasa malu/bersalah hidup dan penampilan
- Pengungkapan rasa negatif diri akibat efek samping
kemoterapi

14
DO:
- Menyangkal permasalahan
- Membesar-besarkan permasalahan
- Merasionalisasi kegagalan diri
2. DS: - Prosedur invasif Resiko infeksi
DO: -
3. DS: Ancaman kematian Ansietas
- Pasien mengatakan takut mati dan
tidak mau mati
DO:
- Pasien tampak gelisah
- Bingung
- TTV abnormal
4. DS: Mual dan muntah Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan mual dan ingin
muntah akibat dari efek nutrisi kurang dari
- Pasien mengatakan tidak nafsu samping kemoradiasi kebutuhan tubuh
makan
DO:
- BB turun
- Porsi makan tidak habis
- Tampak kurus

2.2 Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas Masalah)


Pre-medikasi
a. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat
penyakit kanker serviks.
b. Keletihan berhubungan dengan anemia.
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomik.
d. Disfungsi seksual berhubungan dengan defisit pengetahuan tentang
respon alternatif terhadap perubahan kondisi kesehatan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi.
Pasca-medikasi
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah akibat dari efek samping kemoradiasi.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup
dan penampilan akibat efek samping kemoterapi.
d. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian.

15
2.3 Nursing Care Planning (NCP)
Pre-medikasi
No Diagnosa NOC (Nursing Outcome) NIC (Nursing Intervention
Keperawatan Clasification)
Pre-medikasi
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Tanyakan pasien tentang nyeri,
dengan nekrosis diharapkan nyeri hilang atau tentukan karakteristik nyeri
jaringan pada berkurang. 2. Kaji pernyataan verbal dan non
serviks akibat Kriteria hasil: verbal nyeri klien
- Nyeri hilang atau berkurang 3. Ajarkan klien teknik non
penyakit kanker - Tanda-tanda vital dalam batas farmakologi seperti relaksasi
serviks normal nafas dalam, distraksi, serta
kompres hangat atau dingin
Kolaborasi :
1. Berikan analgesic rutin sesuai
dengan indikasi
2. Evaluasi keefektifan pemberian
obat
3. Berikan lingkungan tenang
4. Observasi tanda-tanda vital
2. Keletihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi :
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Observasi adanya pembatasan
dengan anemia diharapkan keletihan hilang klien dalam melakukan aktivitas
atau berkurang. 2. Kaji faktor yang menyebabkan
Kriteria hasil: kelelahan
- Memverbalisasi peningkatan Kolaborasi :
energi dan merasa lebih baik 1. Pemberian asupan makanan yang
- Menjelaskan penggunaan berenergi tinggi dengan ahli gizi
energi untuk mengatasi 2. Pemberian medikasi untuk
kelelahan meningkatkan Hb seperti
- Kualitas hidup meningkat transfuse darah
- TTV dalam batas normal 3. Observasi tanda-tanda vital
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Urinary Retention Care :
eliminasi urine keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan penilaian kemih yang
berhubungan diharapkan gangguan eliminasi komprehensif berfokus pada
dengan obstruksi urine berkurang atau hilang. inkontinensia (missal: output
anatomik Kriteria hasil: urine, pola berkemih, fungsi
- Kandung kemih kosong kognitif)
secara penuh 2. Memantau balance cairan
- Intake cairan dalam batas 3. Pemasangan selang kateter sesuai
normal indikasi
- Bebas dari ISK Kolaborasi :
- Balance cairan seimbang 1. Pemberian medikasi untuk
mengontrol urine
2. Observasi tanda-tanda vital
4. Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan Sexual Counseling :
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Ciptakan hubungan terapeutik
dengan defisit diharapkan klien dan pasangan atas dasar saling percaya dan

16
pengetahuan dapat memahami bahwa saling menghargai, berikan
tentang responseksualitas tidak hanya terbatas privasi dan kepercayaan diri klien
alternatif terhadappada aktifitas fisik. 2. Anjurkan klien untuk
perubahan kondisi Kriteria hasil: mengungkapkan ketakutan dan
kesehatan - Suami memberikan dukungan menanyakan masalah
psikologis terhadap 3. Diskusikan bentuk alternatif
pengobatan istri ekspresi seksual yang dapat
- Suami sering menjaga istrinya diterima pada klien sesuai
di rumah sakit kebutuhan
4. Libatkan pasangan dalam diskusi
5. Kurang Setelah dilakukan tindakan Teaching : Disease Proces
pengetahuan keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji pengetahuan klien dan
berhubungan diharapkan klien mengerti keluarga tentang penyakit dan
dengan kurangnya tentang penyakit dan pengobatannya
terpapar informasi pengobatannya. 2. Berikan informasi pada klien dan
Kriteria hasil: keluarga tentang penyakit dan
- Klien dan keluarga pengobatannya secara lengkap
menyatakan pemahaman dan mudah dimengerti
terhadap penyakit dan 3. Diskusikan perubahan pola
pengobatannya hidupyang mungkin dibutuhkan
- Klien dan keluarga mampu oleh klien
menjelaskan kembali apa 4. Rujuk klien pada grup atau agensi
yang dijelaskan oleh petugas di komunitas local dengan cara
kesehatan yang tepat

Pasca-medikasi
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi :
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi klien Kolaborasi :
berhubungan terpenuhi. 1. Lakukan kolaborasi dengan ahli
dengan mual dan Kriteria hasil: gizi untuk menentukan jumlah
muntah akibat efek - Adanya peningkatan BB kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
samping sesuai dengan tujuan klien
kemoradiasi - BB ideal sesuai dengan TB 2. Anjurkan klien untuk
- Tidak ada tanda-tanda meningkatkan intake Fe, protein
malnutrisi dan Vit C
3. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
4. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
5. Monitor BB, turgor kulit, mual
muntah, kadar albumin,
konjungtiva dan TTV
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi :
berhunungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Jaga kebersihan area sekitar klien
dengan prosedur diharapkan tidak terjadi infeksi 2. Cuci tangan setiap sebelum dan
invasif pada klien. sesudah tindakan keperawatan
Kriteria hasil: 3. Tingkatkan intake nutrisi
- Klien bebas dari tanda dan 4. Berikan terapi antibiotic
gejala infeksi 5. Monitor TTV

17
- Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas
normal
3. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Citra Tubuh :
tubuh berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji secara verbal dan non verbal
dengan perubahan diharapkan klien dapat respon klien terhadap tubuh
dalam gaya hidup menerima kondisi tubuh. 2. Jelaskan kembali tentang penyakit
dan penampilan Kriteria hasil: dan pengobatan
fisik akibat efek - Body image positif 3. Dorong klien mengungkapkan
samping - Mempertahankan interaksi perasaan
kemoterapi sosial 4. Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Penurunan Kecemasan :
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Gunakan pendekatan yang
dengan ancaman diharapkan klien tidak menenangkan
kematian mengalami kecemasan atau 2. Identifikasi tingkat kecemasan
berkurang. 3. Dorong keluarga untuk menemani
Kriteria hasil: klien
- Mampu mengontrol 4. Ajarkan teknik relaksasi
kecemasan 5. Jelaskan semua prosedur dan apa
- TTV dalam batas normal yang diarasakan selama prosedur
6. Observasi tanda-tanda vital

18

Anda mungkin juga menyukai