LP CA Serviks
LP CA Serviks
A. KONSEP DASAR
1.1 Definisi
Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks
(leher rahim), dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang
abnormal yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus-menerus
dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga
jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang. (Shadine, 2012).
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim,
yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita
(vagina). (Wijaya, 2010).
Kanker serviks adalah pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang tidak
normal pada serviks (leher rahim). Kanker serviks merupakan kanker primer
yang berasal dari serviks (kanalis servikolis/porsio). Serviks adalah bagian
ujung depan dari rahim yang menjulur ke vagina. Kanker serviks stadium
awal seringkali tidak memperlihatkan gejala, butuh waktu yang lama
sebelum berkembang menjadi keganasan.
1
1.2 Etiologi
Etiologi kanker serviks idiopatik atau belum diketahui pasti. Ada beberapa
faktor risiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
a. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan
yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun
mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia
lebih dari 20 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa
pada serviks seorang wanita. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada
serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan
sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar dan paparan sperma,
termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma.
b. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa berganti-ganti pasangan seks akan
meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan,
salah satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah
terbukti akan meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva.
Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang
mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus
hepes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.
c. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan
melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
d. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian
menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin
yang dapat menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-
2
karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok mengandung zat benzopyrene
yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat
menjadi mediator terbentuknya dysplasia sel epitel pada serviks.
e. Defisiensi zat besi (vitamin A dan C)
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin C
dapat meningkatkan risiko terjadinya dysplasia ringan dan sedang, serta
mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada
wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
Vitamin A dan C bertindak sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel
tubuh dari serangan radikal bebas.
f. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum di sirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma (kotoran diantara kulub dengan kepala penis).
g. Gangguan sistem kekebalan
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit
yang sifatnya immunosupresan, contohnya: HIV/AIDS.
h. Sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan social ekonomi
rendah mungkin faktor social ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
3
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi kanker serviks menurut Komite Ginekologi Onkologi FIGO
merekomendasikan (Faradina, 2006):
Stadium FIGO Keterangan
4
b. Perdarahan setelah senggama (post cital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
c. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan
berbau busuk.
d. Bisa terjadi hematuria (kending darah) karena infiltrasi kanker pada
traktus urinarius.
e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
f. Kelemahan pada ekstremitas bawah.
g. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,
kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosacral.
h. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kemih dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal,
atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
1.5 Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel-sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel dysplasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berlebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
menggangu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut
diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan
kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
5
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare, gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu
makan (biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan efek radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelelahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien
dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit
yang dideritanya.
6
1.6 Pathway
Pernikahan pada usia muda, virus HPV, genetik, kebiasaan merokok,
defisiensi zat besi (vit A dan C), gangguan sistem kekebalan, sosial
ekonomi, hygiene dan sirkumsisi
Nyeri
Cemas/Takut
Resti
Infeksi Kulit merah, Depresi Mulut kering
kering sumsum tulang stomatitis
Intoleransi
aktifitas Hb
Resti Kerusakan
Integritas Kulit
Anemia
Sel-sel kurang O2
Gastrointestinal kurang O2
Nutrisi kurang
7
1.7 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
- Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
- Urine bercampur darah (hematuria)
- Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
- Raut wajah pucat
- Kelemahan pada pasien
- Keringat dingin
- Posisi tubuh menahan nyeri di daerah abdomen
b. Palpasi
- Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
- Tinggi fundus uteri
- Keaktifan gerakan janin
- Kelainan letak/posisi janin
- Nyeri tekan abdominal
- Perubahan denyut nadi
- Perubahan tekanan darah
- Peningkatan suhu tubuh
c. Auskultasi
- Pengukuran DJJ
8
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metode
pap smear yang dimodifikasi yaitu sel asupan serviks dikumpulkan
dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lender
serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan
meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke
dalam cairan dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan
mikroskop.
9
SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika
servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
e. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan
pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan
sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan
bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat.
Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negative
palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun
1994 membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan pemeriksaan
sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut:
Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%;
negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negative palsu 4,7% dan
akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi
oleh tenaga paramedis/bidan untuk mendeteksi lesi prakanker bila
fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.
f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu
pemeriksaan penanda tumor yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic
Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA
abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah >
5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta
dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua
pemeriksaan penanda tumor ini dapat di deteksi melalui pemeriksaan
darah dan urine.
g. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur
10
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan
darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.
1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan
bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical
excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut,
penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali
kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan pap
smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6
bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi,
dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan
salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah
tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan
tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan
penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang
bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah
satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau
bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur <65
tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi)
seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar. (Tapan, 2005).
2) Radioterapi (Terapi Penyinaran)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metode
radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan
11
kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker
serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke
kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan
sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti
rectum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis
kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila
sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya
bersifat paliatif yang dberikan secara selektif pada stadium IV A.
Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digukan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal
yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu
dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
hari atau selama 5-6 minggu. Kedua adalah melalui radiasi internal
yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan
langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan
selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa
diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi
penyinaran adalah iritasi rectum dan vagina, kerusakan kandung
kemih dan ovarium berhenti berfungsi. (Gale & Charette, 2000).
3) Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tergantung pada
jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker
mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat
sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan
mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini
disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi
12
diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang
lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas
dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk
memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara
kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi
dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan
yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker
serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adremycin Platamin),
PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain-lain (Prayetni, 1997).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Menjaga nutrisi agar tetap adekuat selama menjalani terapi biasanya
akan kehilangan nafsu makan.
2) Melakukan aktifitas fisik, disarankan aktifitas sedang yang
menyenangkan tetapi tidak menyebabkan kelelahan.
3) Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup.
4) Hindarkan klien dari asap rokok.
5) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan
terkontrol.
6) Bersihkan area genetalia klien secara teratur dengan teknik
antiseptic.
7) Berikan lingkungan yang baik dan bersih. (Haffner, 2008).
13
B. KONSEP KEPERAWATAN
14
DO:
- Menyangkal permasalahan
- Membesar-besarkan permasalahan
- Merasionalisasi kegagalan diri
2. DS: - Prosedur invasif Resiko infeksi
DO: -
3. DS: Ancaman kematian Ansietas
- Pasien mengatakan takut mati dan
tidak mau mati
DO:
- Pasien tampak gelisah
- Bingung
- TTV abnormal
4. DS: Mual dan muntah Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan mual dan ingin
muntah akibat dari efek nutrisi kurang dari
- Pasien mengatakan tidak nafsu samping kemoradiasi kebutuhan tubuh
makan
DO:
- BB turun
- Porsi makan tidak habis
- Tampak kurus
15
2.3 Nursing Care Planning (NCP)
Pre-medikasi
No Diagnosa NOC (Nursing Outcome) NIC (Nursing Intervention
Keperawatan Clasification)
Pre-medikasi
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Tanyakan pasien tentang nyeri,
dengan nekrosis diharapkan nyeri hilang atau tentukan karakteristik nyeri
jaringan pada berkurang. 2. Kaji pernyataan verbal dan non
serviks akibat Kriteria hasil: verbal nyeri klien
- Nyeri hilang atau berkurang 3. Ajarkan klien teknik non
penyakit kanker - Tanda-tanda vital dalam batas farmakologi seperti relaksasi
serviks normal nafas dalam, distraksi, serta
kompres hangat atau dingin
Kolaborasi :
1. Berikan analgesic rutin sesuai
dengan indikasi
2. Evaluasi keefektifan pemberian
obat
3. Berikan lingkungan tenang
4. Observasi tanda-tanda vital
2. Keletihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi :
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Observasi adanya pembatasan
dengan anemia diharapkan keletihan hilang klien dalam melakukan aktivitas
atau berkurang. 2. Kaji faktor yang menyebabkan
Kriteria hasil: kelelahan
- Memverbalisasi peningkatan Kolaborasi :
energi dan merasa lebih baik 1. Pemberian asupan makanan yang
- Menjelaskan penggunaan berenergi tinggi dengan ahli gizi
energi untuk mengatasi 2. Pemberian medikasi untuk
kelelahan meningkatkan Hb seperti
- Kualitas hidup meningkat transfuse darah
- TTV dalam batas normal 3. Observasi tanda-tanda vital
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Urinary Retention Care :
eliminasi urine keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan penilaian kemih yang
berhubungan diharapkan gangguan eliminasi komprehensif berfokus pada
dengan obstruksi urine berkurang atau hilang. inkontinensia (missal: output
anatomik Kriteria hasil: urine, pola berkemih, fungsi
- Kandung kemih kosong kognitif)
secara penuh 2. Memantau balance cairan
- Intake cairan dalam batas 3. Pemasangan selang kateter sesuai
normal indikasi
- Bebas dari ISK Kolaborasi :
- Balance cairan seimbang 1. Pemberian medikasi untuk
mengontrol urine
2. Observasi tanda-tanda vital
4. Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan Sexual Counseling :
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Ciptakan hubungan terapeutik
dengan defisit diharapkan klien dan pasangan atas dasar saling percaya dan
16
pengetahuan dapat memahami bahwa saling menghargai, berikan
tentang responseksualitas tidak hanya terbatas privasi dan kepercayaan diri klien
alternatif terhadappada aktifitas fisik. 2. Anjurkan klien untuk
perubahan kondisi Kriteria hasil: mengungkapkan ketakutan dan
kesehatan - Suami memberikan dukungan menanyakan masalah
psikologis terhadap 3. Diskusikan bentuk alternatif
pengobatan istri ekspresi seksual yang dapat
- Suami sering menjaga istrinya diterima pada klien sesuai
di rumah sakit kebutuhan
4. Libatkan pasangan dalam diskusi
5. Kurang Setelah dilakukan tindakan Teaching : Disease Proces
pengetahuan keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji pengetahuan klien dan
berhubungan diharapkan klien mengerti keluarga tentang penyakit dan
dengan kurangnya tentang penyakit dan pengobatannya
terpapar informasi pengobatannya. 2. Berikan informasi pada klien dan
Kriteria hasil: keluarga tentang penyakit dan
- Klien dan keluarga pengobatannya secara lengkap
menyatakan pemahaman dan mudah dimengerti
terhadap penyakit dan 3. Diskusikan perubahan pola
pengobatannya hidupyang mungkin dibutuhkan
- Klien dan keluarga mampu oleh klien
menjelaskan kembali apa 4. Rujuk klien pada grup atau agensi
yang dijelaskan oleh petugas di komunitas local dengan cara
kesehatan yang tepat
Pasca-medikasi
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi :
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi klien Kolaborasi :
berhubungan terpenuhi. 1. Lakukan kolaborasi dengan ahli
dengan mual dan Kriteria hasil: gizi untuk menentukan jumlah
muntah akibat efek - Adanya peningkatan BB kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
samping sesuai dengan tujuan klien
kemoradiasi - BB ideal sesuai dengan TB 2. Anjurkan klien untuk
- Tidak ada tanda-tanda meningkatkan intake Fe, protein
malnutrisi dan Vit C
3. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
4. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
5. Monitor BB, turgor kulit, mual
muntah, kadar albumin,
konjungtiva dan TTV
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi :
berhunungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Jaga kebersihan area sekitar klien
dengan prosedur diharapkan tidak terjadi infeksi 2. Cuci tangan setiap sebelum dan
invasif pada klien. sesudah tindakan keperawatan
Kriteria hasil: 3. Tingkatkan intake nutrisi
- Klien bebas dari tanda dan 4. Berikan terapi antibiotic
gejala infeksi 5. Monitor TTV
17
- Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas
normal
3. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Citra Tubuh :
tubuh berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji secara verbal dan non verbal
dengan perubahan diharapkan klien dapat respon klien terhadap tubuh
dalam gaya hidup menerima kondisi tubuh. 2. Jelaskan kembali tentang penyakit
dan penampilan Kriteria hasil: dan pengobatan
fisik akibat efek - Body image positif 3. Dorong klien mengungkapkan
samping - Mempertahankan interaksi perasaan
kemoterapi sosial 4. Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Penurunan Kecemasan :
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Gunakan pendekatan yang
dengan ancaman diharapkan klien tidak menenangkan
kematian mengalami kecemasan atau 2. Identifikasi tingkat kecemasan
berkurang. 3. Dorong keluarga untuk menemani
Kriteria hasil: klien
- Mampu mengontrol 4. Ajarkan teknik relaksasi
kecemasan 5. Jelaskan semua prosedur dan apa
- TTV dalam batas normal yang diarasakan selama prosedur
6. Observasi tanda-tanda vital
18