ads
Dan keberadaan kaum LGBT itu sendiri telah ada sejak zaman Nabi dulu. Cobalah
membaca kembali kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam atau kisah Nabi Luth
Alaihissalam. Akan tetapi, tidak semua orang setuju akan istilah tersebut. Sebagian
dari mereka beranggapan bahwa transgender dan transeksualitas tidaklah memiliki
kesamaan dengan kaum gay, biseksual, maupun kaum lesbian. Tumpuan dari
pernyataan tersebut adalah pada gagasan yang telah menyatakan bahwa transgender
maupun transseksual memiliki kaitan dengan identitas gender yang terlepas dari
orientasi seksual.
1. Faktor keluarga
Didikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya memiliki peranan yang
penting bagi para anak untuk lebih cenderung menjadi seorang anggota LGBT
daripada hidup normal layaknya orang yang lainnya.
Ketika seorang anak mendapatkan perlakuan yang kasar atau perlakuan yang
tidak baik lainnya, maka pada akhirnya kondisi itu bisa menimbulkan
kerenggangan hubungan keluarga serta timbulnya rasa benci si anak pada
orang tuanya. Sebagai contoh adalah ketika seorang anak perempuan
mendapatkan perlakuan yang kasar atau tindak kekerasan lainnya dari ayah
atau saudara laki-lakinya yang lain, maka akibat dari trauma tersebut nantinya
anak perempuan tersebut bisa saja memiliki sifat atau sikap benci terhadap
semua laki-laki.
Akibat sikap orang tua yang terlalu mengidam-idamkan untuk memiliki anak
laki-laki atau perempuan, namun kenyataan yang terjadi justru malah
sebaliknya. Kondisi seperti ini bisa membuat anak akan cenderung bersikap
seperti apa yang diidamkan oleh orang tuanya.
Orang tua yang terlalu mengekang anak juga bisa malah menjerumuskan anak
pada pilihan hidup yang salah.
Kurangnya didikan perihal agama dan masalah seksual dari orang tua tua
kepada anak-anaknya. Orang tua sering beranggapan bahwa membicarakan
masalah yang menyangkut seksual dengan anak-anak mereka adalah suatu hal
yang tabu, padahal hal itu justru bisa mendidik anak agar bisa mengetahui
perihal seks yang benar.
2. Faktor Lingkungan dan pergaulan
Lingkungan serta kebiasaan seseorang dalam bergaul disinyalir telah menjadi faktor
penyebab yang paling dominan terhadap keputusan seseorang untuk menjadi bagian
dari komunitas LGBT. beberapa point terkait dengan faktor ini adalah :
3. Faktor genetik
Dari beberapa hasil penelitian telah menunjukkan bahwa salah satu faktor pendorong
terjadinya homoseksual, lesbian, atau perilaku seks yang menyimpang lainnya bisa
berasal dari dalam tubuh si pelaku yang sifatnya bisa menurun dari anggota keluarga
terdahulu. ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui terkait masalah ini, seperti :
Faktor moral dan akhlak yang dimiliki seseorang juga memiliki pengaruh yang besar
terhadap perilaku LGBT yang dianggap menyimpang. Ada beberapa hal yang dapat
berpengaruh pada perubahan akhlak dan moral yang dimiliki manusia yang pada
akhgirnya akan menjerumuskan manusia tersebut kepada perilaku yang menyimpang
seperti LGBT, yaitu :
Iman yang lemah dan rapuh. Ketika seseorang memiliki tingkat keimanan
yang lemah dan rapuh, besar kemungkinan kondisi tersebut akan membuatnya
lemah dalam hal mengendalikan hawa nafsu. Kita tahu bahwa iman adalah
benteng yang paling efektif dalam diri seseorang untuk menghindari terjadinya
perilaku seksual yang menyimpang. Jadi dengan lemahnya iman, maka
kekuatan seseorang untuk dapat mengendalikan hawa nafsunya akan semakin
kecil, dan itu nantinya bisa menjerumuskan orang itu pada perilaku yang
menyimpang, salah satunya dalam hal seks.
Semakin banyaknya rangsangan seksual. Banyak contoh yang bisa kita ambil
sebagai pemicu rangsangan seksual seseorang. Misalnya semakin maraknya
VCD porno, majalah porno, atau video-video lain yang bisa kita akses melalui
internet.
Saat ini, hukum atau aturan yang terkait tentang keberadaan komunitas LGBT di
Indonesia memiliki status yang belum jelas, karena meskipun sebagian besar
masyarakat menganggap bahwa komunitas tersebut memiliki kebiasaan yang
menyimpang dari budaya negara kita, akan tetapi dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana tidak ada anggapan bahwa perilaku seksual yang menyimpang seperti
LGBT adalah termasuk tindakan kriminal selama kegiatan tersebut tidak melanggar
peraturan-peraturan atau hukum lainnya yang lebih spesifik seperti :
Bahaya LGBT
Keberadaan komunitas LGBT mau tidak mau menimbulkan dampak yang tidak
sedikit, tidak hanya terkait dengan masalah kesehatan saja, akan tetapi hal itu juga
berpengaruh terhadap kehidupan sosial si pelaku. Berikut beberapa dampak negative
dari LGBT, di antaranya :
Timbulnya fenomena LGBT mau tidak mau telah berdampak pada kesehatan diri si
pelaku, di mana perilaku tersebut bisa menyebabkan berbagai jenis infeksi penyakit
yang berbahaya, seperti :
1. HIV / AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau yang juga dikenal dengan AIDS
merupakan salah satu infeksi penyakit yang sangat berbahaya bagi manusia, di mana
akibat infeksi ini bisa menghantarkan manusia tersebut pada kematian. Virus HIV
bekerja dengan cara menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh
tidak lagi bisa melakukan perlawanan terhadap terjadinya infeksi maupun serangan
penyakit lainnya.
Di Indonesia, kasus penyebaran virus HIV mulai dari sejak pertama kali ditemukan
pada tahun 1987 di Bali hingga bulan Desember 2013 telah tercatat sekitar 368 daerah
telah menjadi tempat penyebaran virus tersebut. Dan salah satu media penyebaran
virus berbahaya ini adalah melalui hubungan seks. Jadi ketika seseorang yang belum
terjangkit virus HIV lalu ia melakukan hubungan seks dengan orang yang telah
mengidap virus HIV tanpa menggunakan alat pelindung seperti kondom, maka
penularan virus HIV tersebut besar kemungkinan akan terjadi.
Kemunculan berbagai jenis penyakit kelamin menular yang disebabkan baik itu oleh
bakteri maupun virus merupakan salah satu dampak buruk dari kebiasaan LGBT.
berikut ini beberapa jenis penyakit tersebut :
Sifilis (raja singa), yaitu penyakit seksual yang disebabkan oleh adanya infeksi
bakteri treponema pallidum. Jika tidak ditangani, penyakit ini bisa
menyebabkan kelumpuhan, demensia, kebutaan, masalah pendengaran,
impotensi, hingga kematian.
Gonore (kencing nanah), yaitu penyakit seksual menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Dampak dari penyakit ini bisa
dirasakan oleh beberapa daerah dalam tubuh kita seperti rektum, mata, atau
tenggorokan.
Chlamydia, yaitu penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Klamidia trachomatis. Meskipun dalam beberapa kasus pasien tidak
mengalami gejala apapun, akan tetapi penyakit ini juga bisa berpengaruh pada
organ tubuh seperti mata, rektum, serta tenggorokan.
Kutil kelamin, yaitu penyakit kelamin yang disebabkan oleh infeksi virus HPV
(human papillomavirus) yang menyebabkan kemunculan kutil di sekitar alat
kelamin atau area dubur. Mereka yang terinfeksi virus HPV bisa berpotensi
terkena penyakit berbahaya seperti kanker serviks, kanker penis, serta kanker
rektum.
Herpes Genital, yaitu sejenis penyakit kelamin yang disebabkan oleh infeksi
virus herpes simpleks (HSV) yang menyebabkan timbulnya luka melepuh
berwarna kemerahan yang disertai dengan timbulnya rasa sakit di area genital.
3. Mengganggu reproduksi
Perilaku LGBT juga bisa berakibat pada reproduksi si pelaku. Mereka yang gemar
melakukan kegiatan seks yang menyimpang bisa mengalami gangguan peranakan
(reproduksi). Bagi pelaku homoseksual, kondisi ini bisa menyebabkan berbagai
sumber utama pengeluaran mani menjadi semakin melemah. Selain itu, kondisi ini
akan dapat menimbulkan gangguan pada produksi sperma yang dihasilkan pada testis,
di mana sperma bisa terbunuh dan pada akhirnya akan menyebabkan kemandulan.
Kebiasaan perilaku LGBT selain dapat menyebabkan masalah pada kesehatan juga
dapat berakibat pada kehidupan sosial, yaitu dapat mengikis keharmonisan hidup
yang tumbuh di masyarakat serta semakin meningkatkan angka tindak kemaksiatan
yang pada akhirnya sulit untuk dikendalikan.
Kebiasaan LGBT juga berdampak buruk bagi kondisi psikologis atau kejiwaan
seseorang serta dapat memberikan efek yang begitu kuat pada syaraf si pelaku.
Seorang yang dikategorikan LGBT bisa memiliki kepercayaan bahwa dirinya
bukanlah seorang lelaki atau pun perempuan yang sejati. Kondisi tersebut tentu akan
berdampak pada timbulnya rasa khawatir terhadap identitas diri serta seksualitasnya.
Mereka itu akan lebih cenderung memilih bersama dengan orang yang berkepribadian
sejenis dengannya. Kebiasaan tersebut akan mempengaruhi akal pelaku, dan akhirnya
ia akan menjadi seorang yang pemurung. Mereka yang memiliki kebiasaan seks
menyimpang seperti homoseksual akan selalu merasa tidak puas dengan pelampiasan
hawa nafsunya.
Dari segi hubungan kekeluargaan
Kebiasaan LGBT juga bisa mengganggu bahkan merusak hubungan keluarga. Ketiak
salah satu dari anggota keluarga memiliki kebiasaan seks yang menyimpang, maka
kondisi tersebut tentu akan dapat menyebabkan berbagai hal, seperti :
Timbulnya kekecewaan dan rasa malu dari anggota keluarga yang lainnya
yang pada akhirnya timbullah pertikaian di antara sesama anggota keluarga.
Menimbulnya tekanan mental pada anggota keluarga lainnya. Ketika seorang
anak tinggal di antara keluarga yang di dalamnya terdapat pertikaian, maka hal
itu akan dapat memberikan tekanan mental padanya, sehingga kondisi
kejiwaan anak tersebut akan ikut terpengaruh.
Dapat meningkatkan angka perceraian.
Kebiasaan LGBT juga berdampak buruk bagi sistem keamanan di suatu wilayah,
seperti semakin meningkatnya angka pelecehan seksual yang terjadi pada anak-anak.
Pencegahan LGBT
Islam tidak membenarkan perilaku LGBT. hal ini sebagaimana Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 82-83 yang artinya “Maka tatkala datang azab
Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan) dan
Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang
diberi tanda oleh Tuhan-Mu dan siksaan itu tidak jauh dari orang-orang yang
dzalim.” Jadi, sebagai umat islam kita harus selalu berusah untuk menghindari dan
mencegah penyebaran perilaku LGBT di masyarakat. berikut ini beberapa langkah
yang bisa dilakukan untuk mencegah LGBT, yaitu :
1. Selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah
SWT
2. Menanamkan dalam diri, keluarga, teman, dan warga masyarakat tentang
bahayanya perilaku LGBT, baik bagi kesehatan, psikologis, kehidupan sosial,
dan lain sebagainya.
3. Berpartisipasi dalam upaya penolakan legalisasi yang mendukung perilaku
seksual yang menyimpang yang akan dapat merusak moral generasi penerus
bangsa
4. Bersama-sama dengan pemerintah setempat untuk melakukan tidakan
antisipasi terhadap penyebaran LGBT
5. Berpartisipasi untuk ikut membantu dalam program penyuluhan serta
pengobatan bagi mereka yang sudah terlanjur memiliki kebiasaan seks
menyimpang agar mereka bisa kembali normal.
1. Hindari mencemooh mereka dengan caci maki, karena jika itu dilakukan maka
pelaku LGBT akan semakin merasa menjadi korban. Kita bisa belajar dari
Nabi Luth Alaihissalam, di mana meskipun menghadapi kaumnya Beliau
banyak menghadapi penderitaan, akan tetapi Beliau tidak pernah sekalipun
melontarkan kalimat cacian pada kaum sodom.
2. Menyebarluaskan tentang bahaya LGBT
3. Tidak mengucilkan kehidupan pelaku LGBT, baik dalam kehidupan keluarga
maupun lingkungan masyarakat
4. Menjadi pendukung serta penyemangat bagi pelaku LGBT agar mereka mau
meninggalkan kebiasaan tersebut dan kembali pada kehidupan normal
5. Memberikan hukuman untuk memberikan efek jera.
Ada beberapa hadist yang mendasari pendapat agar pelaku LGBT diberikan hukuman
sebagai sanksi atas perbuatannya tersebut, seperti :
Dari Ibnu Abbas, berkata, “Nabi saw melaknat para lelaki mukhannats dan para
wanita mutarajjilah. Kata beliau, ‘Keluarkan mereka dari rumah kalian’, maka Nabi
saw mengusir Si Fulan, sedangkan Umar mengusir Si Fulan.” (HR. Bukhari)
“Siapa saja di antara kalian mendapati seseorang yang melakukan perbuatan kaum
Luth maka bunuhlah pelakunya beserta pasangannya.“ (HR. Ahmad).