Anda di halaman 1dari 10

Jurnal ITEPA Vol. 6 No.

2, Tahun 2017 Hal 61 - 70

PENGARUH JENIS PELARUT TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA KURKUMIN DAN


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Val.)

The Effect of The Kinds of Solvent to Curcumin Content and Antioxidant Activity of The Extract
Turmeric (Curcuma domestica Val.)

Sasy Eka Putri Wahyuningtyas1, I Dewa Gede Mayun Permana2, A.A.I. Sri Wiadnyani2
1
Mahasiswa Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana
2
Dosen Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana
E-mail :sasyekaputriwahyuningtyas@gmail.com

ABSTRACT

This research was conducted to determine effect of type of solvent to curcumin content and antioxidant activity of
turmeric extract. The experimental design used in this study a randomized block design with 4 different types of solvent
(96% ethanol, 95% methanol, acetone 90% and isopropanol 96%). The whole treatment was repeated four times to get 16
results of experimental. Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and if treatments have effect on the observed
parameters, followed by Duncan test. Parameters observed were yield, curcumin content, total phenols, antioxidant
capacity, and antioxidant activity.The results showed that the type of solvent significant effect on curcumin content, total
phenols, antioxidant capacity and antioxidant activity, but did not significantly effect the yield. Solvent of ethanol showed
the best results with the yield of 14.90%, curcumin content of 1.90%, total phenols of 51.56 mg GAE/100 g sampels, the
antioxidant capacity of 5.49 mg GAEAC/100 g sampels, and antioxidant activity (IC 50) of 51.17 mg/l.

Key word: turmeric, curcumin, extraction, ethanol antioxidant.

PENDAHULUAN polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan dalam


menangkal radikal bebas (Jayaprakasha et al., 2005;
Kunyit sudah dikenal sejak lama di
Jayaprakasha et al., 2006).
kalangan masyarakat sebagai pelengkap bumbu
Senyawa kurkumin bersifat polar, sehingga
masakan dan obat tradisional, hal ini diikuti dengan
dibutuhkan pelarut yang bersifat polar untuk
berkembangnya berbagai industri berbasis bahan
menghasilkan senyawa kukumin dan aktivitas
baku alami.Rahayu (2010) melaporkan bahwa
antioksidan yang tinggi. Selain itu sifat kimia
rimpang kunyit diketahui banyak memiliki
kurkumin adalah memiliki sifat tidak stabil akibat
kandungan kimia, diantaranya mengandung
perubahan pH lingkungan. Kurkumin dalam
glukosa, fruktosa, protein, minyak atsiri dan
suasana asam akan berwarna kuning atau kuning
kurkumin beserta turunannya yaitu
jingga, sedangkan dalam suasana basa akan
monodesmetoksikurkumin dan
berwarna merah (Tonnesen and Karlsen, 1985).
bidesmetoksikurkumin sebanyak 50-60%. Kurkumin
Pengambilan kurkumin dari suatu tanaman
merupakan komponen penting yang memberikan
dapat dilakukan dengan cara ekstraksi. Ekstraksi
warna kuning atau kuning jingga yang khas (Jaruga,
dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu metode
1998). Kurkumin termasuk golongan senyawa

61
Jurnal ITEPA Vol. 6 No. 2, Tahun 2017 Hal 61 - 70

soxletasi, metode perkolasi, dan metode maserasi. METODE PENELITIAN


Dari ketiga metode diatas metode maserasi adalah Tempat dan Waktu Penelitian
metode yang paling banyak digunakan dalam Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
berbagai jenis ekstraksi. Maserasi merupakan Analisis Pangan, Laboratorium Pengolahan
proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan Pangan,Jurusan Ilmu dan Teknologi
pelarut yang bertujuan untuk mendapatkan zat-zat Pangan,Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
yang terkandung di dalam bahan. Kelebihan dari Udayana, Kampus Sudirman.Pelaksanaan penelitian
metode maserasi adalah biayanya yang murah, ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2016.
mudah untuk dilakukan, peralatannya sederhana,
Bahan dan Alat
dan tanpa pemanasan sehingga tidak merusak
Bahan-bahan yang digunakan dalam
senyawa kurkumin (Hargono, 1986; Noerono,
penelitian ini adalah kunyit dengan umur rimpang 9
1994).
bulan. Kunyit yang akan digunakan berasal dari
Anggitha (2012) menyatakan bahwa
Desa Plaga, Kabupaten Badung, Bali. Bahan kimia
efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut
yang digunakan antara lain:metanol 98%, etanol
sangat tergantung kepada kelarutan senyawa
96%, aseton 90%, isopropanol 96%, asam galat,
tersebut dalam pelarut, sesuai dengan prinsip suatu
Na2CO3, aquades, metanol PA, Folin – Ciocalteau
senyawa akan terlarut pada pelarut dengan sifat
50%, 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH).
kepolaran yang sama. Penggunaan jenis pelarut
Alat-alat yang digunakan adalah blender
berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut
(Philips), Oven (Memmert), kertas saring Whatman
sehingga memberikan pengaruh terhadap senyawa
no 42, ayakan 60 mesh, desikator, timbangan
fitokimia yang dihasilkan.
analitik (Shimadzu), mikropipet (Socorex), cawan
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses
aluminium, spektrofotometer UV–Vis (Genesys 10s
ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran
Uv-Vis), rotary vakum evaporator (Ika
yang sama akan lebih mudah terlarut.Pelarut yang
Labortechnik), tabung reaksi (pyrex), pipet volume
bersifat polar diantaranya adalah etanol, metanol,
1 ml (pyrex), pipet volume 5 ml (pyrex), gelas beker
aseton air, dan isopropanol (Sudarmadji et al.,
200 ml (pyrex), Erlenmeyer 200 ml (pyrex), labu
1997). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
ukur (pyrex) dan alumunium foil.
jenis pelarut yang tepat sehingga diperoleh senyawa
kurkumin dan aktivitas antioksidan yang tinggi dari
Pelaksanaan penelitian
ekstrak kunyit.
a. Persiapan sampel
Kunyit yang sudah dibersihkan kemudian
diiris dengan ketebalan ± 3-5 mm dan diblanching
pada suhu 70°C selama 15 menit. Kunyit yang

62
Jurnal ITEPA Vol. 6 No. 2, Tahun 2017 Hal 61 - 70

sudah diblanching kemudian dikeringkan dengan isopropanol 96%. Masing-masing perlakuan diulang
oven pada suhu 40-500C selama 40 sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 16 unit
jam.Pengeringan dianggap selesai apabila bahan percobaan.Data yang diperoleh dianalisis dengan
dapat mudah dipatahkan ketika diremas dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan
tangan. Kunyit yang telah dikeringkan kemudian (Steel and Torrie, 1993).Variabel yang diamati pada
dihaluskan dengan menggunakan blender, penelitian meliputi rendemen (Jayanudin, et al.,
selanjutnya diayak menggunakan ayakan 60 2014), uji kandungan senyawa kurkumin (Harini, et
mesh.Bubuk yang diperoleh selanjutnya diekstrak al., 2012), uji kandungan total fenol(Pourmorad, et
(Harini, et al., 2012). al., 2006), uji kapasitas antioksidan metode DPPH
(Yun, 2001), uji aktivitas antioksidan (Sompong, et
b. Ekstraksi kurkumin al., 2011).
Proses pembuatan ekstrak kunyit
menggunakan metode maserasi. Masing-masing HASIL DAN PEMBAHASAN
bubuk kunyit ditimbang sebanyak 50 g, dilarutkan Rendemen
dengan pelarut sesuai dengan perlakuan (metanol Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan
98%, etanol 96%, aseton 90%, isopropanol 96%) jenis pelarut tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
sebanyak 250 ml, dan dimasukkan dalam erlemayer terhadap rendemen ekstrak kunyit. Rata-rata
500 ml.Campuran serbuk kunyit dengan rendemen ekstrak kunyit dapat dilihat pada Gambar
pelarutkemudian dishaker sebanyak 2 kali selama 5 1. Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa
menit dan dimaserasi selama 2 x 24 jam. Larutan rendemen ekstrak kunyit berkisar antara 11,78%
disaring menggunakan kertas whatman no 42. hingga 14,90%.
Filtrat yang didapat kemudian dievaporasi Tingkat kepolaran antara etanol, metanol,
menggunakan rotary vakum evaporator dengan aseton, dan isopropanol memiliki perbedaan yang
tujuan untuk menguapkan pelarut yang bercampur tidak terlalu jauh yaitu dilihat dari konstanta
dengan bahan saat proses ektraksi (Harini, et al., dielektrik secara berurutan (24.30, 33.60, 20.70, dan

2012). 18.30). Hal ini menyebabkan kemampuan


mengekstrak komponen yang terkandung didalam
Analisis Data kunyit tidak berbeda nyata. Dari hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan didapatkan rendemen ekstrak kunyit dari pelarut
Acak Kelompok (RAK) dengan faktor lama waktu etanol, metanol, aseton, dan isopropanol memiliki
pengambilan sampel rimpang kunyit. Penelitian ini kemampuan yang relatif sama untuk menghasilkan
dilakukan dengan 4 perlakuan jenis pelarut yaitu: rendemen.
etanol 96%, metanol 98%, aseton 90% dan

63
Jurnal ITEPA Vol. 6 No. 2, Tahun 2017 Hal 61 - 70

Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

Gambar 1. Rendemen ekstrak kunyit dengan berbagai jenis pelarut

Kurkumin dilakukan oleh Popuri (2013) yang menyatakan


Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan bahwa pelarut etanol sebagai pelarut terbaik
jenis pelarut berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dibandingkan berbagai pelarut hidrokarbon
terhadap kadar kurkumin ekstrak kunyit. Rata-rata lainnya.Anggoro et al., (2015), melakukan
kurkumin ekstrak kunyit dapat dilihat pada Gambar penelitian terhadap ekstraksi multi tahap kurkumin
2.Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa kadar dari temulawak (curcuma xanthorriza roxb.)
kurkumin tertinggi terdapat pada pelarut etanol menggunakan pelarut etanol dengan berbagai
menghasilkan kadar kurkumin sebesar 1,89% tidak konsentrasi yang menunjukkan bahwa kurkumin
berbeda nyata dengan pelarut metanol sebesar dengan menggunakan pelarut etanol dengan
1,78% dan aseton sebesar 1,81%, dan berbeda konsentrasi 96% dengan waktu 180 menit
sangat nyata dengan pelarut isopropanol sebesar menghasilkan kurkumin paling tinggi sebesar 1,78-
1,66%. 2,61%. Ramdja (2009) melakukan penelitian
Tingginya sifat kelarutan kurkumin dalam terhadap ekstraksi kurkumin dari temulawak
etanol menyebabkan kurkumin dapat terekstrak menggunakan pelarut etanol dengan lama waktu 4
dengan baik pada pelarut etanol.Hasil ini sesuai jam, rasio bahan 50 g, dan konsentrasi pelarut
dengan penelitian yang sebelumnya sudah

64
Jurnal ITEPA Vol. 6 No. 2, Tahun 2017 Hal 61 - 70

etanol 80% menghasilkan kurkumin paling tinggi sebesar 2,69%.

Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 2. Kadar kurkumin ekstrak kunyit dengan beberapa jenis pelarut

Selain itu ada beberapa penelitian kadar Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan
kurkumin dengan pelarut selain etanol yang juga jenis pelarut berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
menghasilkan kadar kurkumin, salah satunya terhadap total fenol. Rata-rata total fenol ekstrak
penelitian yang dilakukan Ria (1989) yang kunyit dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan
melakukan ekstraksi rimpang temulawak dengan Gambar 3 dapat dilihat bahwa total fenol tertinggi
metode maserasi terhadap oleoresin temulawak terdapat pada pelarut etanol yaitu 51,56 mg
dengan pelarut metanol yang menghasilkan kadar GAE/100 g sampel dan total fenol terendah pada
kurkumin sebesar 1,86%-3,06%. Aan (2004) yang pelarut isopropanol sebesar 44,98 mg GAE/100 g
melakukan ekstraksi dengan metode maserasi sampel yang tidak berbeda nyata dengan pelarut
terhadap ekstraksi kurkumin dari temulawak metanol sebesar 45,63 mg GAE/100 g sampel dan
menggunakan pelarut aseton dengan lama ekstraksi pelarut aseton sebesar 45,16 mg GAE/100 g sampel.
18 jam, suhu 35°C, dan nisbah pelarut 1:8 Fenol merupakan senyawa yang banyak
menghasilkan kadar kurkumin sebesar 1,52%. ditemukan pada tumbuhan.Fenolik memiliki cincin
aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil
Total Fenol
(OH-) dan gugus-gugus lain penyertanya.Senyawa
fenolik kebanyakan memiliki gugus hidroksil lebih

65
Jurnal ITEPA Vol. 6 No. 2, Tahun 2017 Hal 61 - 70

dari satu sehingga disebut polifenol (Lestari et al., yang bersifat polar sehingga dapat larut dalam
2014).Lenny (2006) menyatakan bahwa flavonoid pelarut polar seperti etanol, metanol, air, aseton,
merupakan senyawa polifenol (gugus hidroksil) butanol, dimetil formamida, dimetil sulfoksida.

Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 3. Total fenol ekstrak kunyit dengan beberapa jenis pelarut

Dari hasil data diatas menunjukkan bahwa Kapasitas antioksidan


total fenol pada ekstrak kunyit dengan pelarut etanol Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan
lebih tinggi hal ini menunjukkan bahwa pelarut jenis pelarut berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
etanol memiliki tingkat kepolaran yang sama dan kapasitas antioksidan. Rata-rata kapasitas
lebih efektif dalam melarutkan senyawa polifenol antioksidan ekstrak kunyit dapat dilihat pada
pada ekstrak kunyit, sehingga ekstrak kunyit dengan Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat
pelarut etanol menghasilkan senyawa total fenol bahwa kapasitas antioksidan tertinggi terdapat pada
yang lebih tinggi.Kusriani et al., (2015) melakukan pelarut etanol yaitu 5,49 mg GAEAC/100 g sampel,
penelitian terhadap penetapan kadar fenolik ekstrak terendah pada pelarut isopropanol sebesar 4,30 mg
rimpang lengkuas merah dan lengkuas putih dengan GAEAC mg/100 g sampel, dan tidak berbeda nyata
beberapa jenis pelarut (n-heksan, etil asetat, dan pada pelarut metanol sebesar 4,99 mg GAEAC/100
etanol) menghasilkan kadar total fenol dengan g sampel dan pelarut aseton sebesar 4,37 mg
pelarut etanol pada lengkuas merah sebesar 19,60 GAEAC/100 g sampel.
mg GAE/100 g. Hal ini menunjukan bahwa senyawa
bioaktif yang terdapat pada ekstrak kunyit diperoleh

66
Jurnal ITEPA Vol. 6 No. 2, Tahun 2017 Hal 61 - 70

dengan pelarut etanol yang menghasilkan kurkumin yang mudah larut dalam pelarut etanol seperti
dan kadar fenol yang paling tinggi yang bersifat beberapa senyawa polifenol berfungsi sebagai
sebagai antioksidan. Menurut Harborne (1987) antioksidan.
terdapat senyawa-senyawa metabolit didalam bahan


Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 4. Kapasitas antioksidan ekstrak kunyit dengan beberapa jenis pelarut

Aktivitas Antioksidan bahwa perlakuan dengan pelarut etanol memiliki


Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan persentase aktivitas antioksidan (IC 50) terbaik.
jenis pelarut berpengaruh sangat nyata (P<0,01) Penentuan IC 50 masing-masing ekstrak
terhadap aktivitas antioksidan (IC 50) ekstrak bertujuan untuk memperoleh jumlah dosis ekstrak
kunyit. Rata-rata aktivitas antioksidan dapat dilihat yang dapat menghambat radikal bebas sebesar
pada Gambar 5. Berdasarkan Gambar 5 dapat 50%.Ekstrak kunyit dengan menggunakan pelarut
dilihat bahwa aktivitas antioksidan (IC 50) tertinggi etanol, metanol, aseton, dan isopropanol tergolong
terdapat pada perlakuan pelarut etanol yaitu 51,17 antioksidan aktif, tetapi ekstrak kunyit dengan
mg/l, sedangkan aktivitas antioksidan (IC 50) pelarut etanol memiliki aktivitas antioksidan yang
terendah terdapat pada perlakuan pelarut lebih aktif dibandingkan dengan ekstrak kunyit
isopropanol yaitu 59,43 mg/l. Berdasarkan hasil dengan pelarut metanol, aseton, dan isopropanol.
analisis aktivitas antioksidan (IC 50), diperoleh Hal ini juga disebabkan oleh kadar kurkumin dan
fenol dari ekstrak kunyit dengan pelarut etanol lebih

67
Jurnal ITEPA Vol. 6 No. 2, Tahun 2017 Hal 61 - 70

tinggi dibandingkan dengan pelarut hidrokarbon optimasi metode ekstraksi fenol dari rimpang jahe
lainnya, sehingga mempengaruhi hasil dari aktivitas emprit (zingiber officinalle var. rubrum)
antioksidan. menggunakan pelarut etanol dengan berbagai
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian konsentrasi dan lama waktu maserasi, yang
yang dilakukan oleh Suryani (2012) terhadap menunjukkan bahwa IC 50 pada ekstrak jahe emprit
dengan pelarut etanol dengan konsentrasi 95% dari ekstrak kunyit dengan pelarut etanol termasuk
sebesar 51,92 mg/L. antioksidan aktif. Semakin kecil nilai IC 50 maka
Menurut Jun et al., (2001), suatu senyawa semakin tinggi aktivitas antioksidan suatu bahan
memiliki antioksidan kuat apabila IC50 < 50 mg/L, (Molyneux, 2004) dan senyawa bioaktif yang
antioksidan aktif IC50 50-100 mg/L, antioksidan terdapat pada ekstrak kunyit dengan pelarut etanol
sedang IC50 101-250 mg/L, antioksidan lemah IC50 lebih berperan aktif sebagai antioksidan dalam
250-500 mg/L dan antioksidan tidak aktif IC50 > menghambat radikal bebas.
500 mg/L. Berdasarkan hal tersebut, antioksidan

Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 5. Aktivitas antioksidan dengan beberapa jenis pelarut

68
Jurnal ITEPA Vol. 6 No. 2, Tahun 2017 Hal 61 - 70

KESIMPULAN DAN SARAN Aini, S. 2013.Ekstraksi Kurkumin dari Rimpang


Temulawak dengan Metode
Kesimpulan
Maserasi.Skripsi. Departemen Teknologi
Berdasarkan penelitian yang telah Industri Pertanian IPB : Bogor.
dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
Anggitha, I. 2012. Performa Flokulasi
Bioflokulan DYT pada Beragam
sebagai berikut: Keasaman dan Kekuatan Ion terhadap
1. Perlakuan jenis pelarut berpengaruh nyata Turbiditas Larutan Kaolin. Universitas
Pendidikan Indonesia, Jakarta.
terhadap kapasitas antioksidan, dan
Anggoro, D., R.S. Rezki.danM.Z. Siswarni. 2015.
berpengaruh sangat nyata terhadap Ekstraksi Multi Tahap Kurkumin dari
Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.)
kurkumin, total fenol, serta aktivitas
Menggunakan Pelarut Etanol.Departemen
antioksidan ekstrak kunyit, namun tidak Teknik Kimia, FakultasTeknik, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
berpengaruh nyata terhadap rendemen.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Edisi II.
2. Jenis pelarut terbaik untuk ekstraksi Penerjemah. Padmawinata K, Soediro I,.
Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical
kunyitadalah etanol yang menghasilkan
Methods.
rendemen sebesar 14,90%, kurkumin Hargono, D. 1986.Obat Tradisional dalam Zaman
Teknologi. Majalah Kesehatan
sebesar 1,74%, total fenol sebesar 51,56mg
MasyarakatNo. 56, Hal: 3-5.
GAE/100 g sampel, kapasitas antioksidan Harini, B.W., R. Dwiastuti. danL. C. Wijayanti.
2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri
sebesar 5,49mg GAEAC/100g sampel, dan
Visibel Untuk Mengukur Kadar
aktivitas antioksidan (IC 50) sebesar 51,17 Kurkuminoid Pada Rimpang Kunyit
(Curcuma domestica). Prosiding Seminar
mg/L.
Nasional Aplikasi Sains & Teknologi
(SNAST) Periode III. Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Saran
Jaruga. 1998. Kunyit (Curcuma longa Linn.).
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com.
Diakses tanggal 25 April 2016.
mengenai pengaruh metode dan konsentrasi
Jayaprakasha, G. K., J. M. Rao. danK. K.Sakariah.
pelarut yang tepat pada ekstrak kunyit. 2005. Chemistryand biological activities of
C. longa. Trends in Food Science and
2. Perlu dilakukan ekstraksi lebih lanjut
Technology. 16:533-548.
terhadap perbandingan simplisia dengan Jayaprakasha, G. K., J. M. Rao. danK. K. Sakariah.
2006. Antioxidantactivities of curcumin,
pelarut yang digunakan.
demethoxycurcumin and
bisdemethoxycurcumin. Food Chemistry.
DAFTAR PUSTAKA 98:720-724.
Jayanudin, A.Z., F.Lestari.dan Nurbayanti. 2014.
Aan. 2004. Pengaruh waktu, suhu, dan nisbah bahan Pengaruh Suhu dan Rasio Pelarut ekstrasi
baku-pelarut pada ekstraksi kurkumin dari Terhadap Rendemen dan Viskositas
temulawak dengan pelarut aseton. Natrium Alginat dari Rumput Laut Cokelat
Skripsi.Fakultas Matematika dan Ilmu (Sasrgassum sp.).Jurnal Integasi Proses.
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor 5(1):51-56

69
Jurnal ITEPA Vol. 6 No. 2, Tahun 2017 Hal 61 - 70

Jun, M.H., X, Fong.,C. S.Wan.andC. T. Yang. Ramdja, A. F., R. M.ArmyAulia. danM. Pradita.
2001. Camparison of Antioxidant Activities 2009. Ekstraksi Kurkumin Dari Temulawak
of Isoflavones from Kudzu Root ( Puerarua Dengan Menggunakan Etanol. Jurnal
labata 0) Journal Food ScienceInstitute of Teknik Kimia, no. 3, vol. 16. Universitas
Technologist. 6(8):2117-2122. Sriwijaya.
Kusriani, R. H.danS. Az Zahra.2015. Skrining Ria, E. B. 1989. Pengaruh Jumlah Pelarut, Lama
Fitokimia dan Penetapan Kadar Senyawa Ekstraksi, dan Ukuran Bahan Terhadap
Fenolik Total Ekstrak Rimpang Lengkuas Rendemen dan Mutu Oleoresin Temulawak
Merah dan Rimpang Lengkuas Putih (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Skripsi.
(alpinia galangal L.).Prosiding SNaPP IPB, Bogor.
Kesehatan, Pisnn 2477-2364, Eisnn 2477- Sompong, R.,S. Siebenhandl-Ehn., G. L. Martin.
2356. andE. Berghofer. 2011. Physicochemical
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil and Antioxidative Properties of Red and
Propanoida dan Alkaloida. Makalah Black Rose Varieties from Thailand, China,
Seminar. Fakultas Matematika dan Ilmu and srilanka. Journal Food Chem.
Alam. Universitas Sumatera Utara. 14(2):135-148.
Lestari, T., R. Ira.danM. Siti. 2014. Pengaruh Steel, R.G.D and J. H. Torrie.1993. Prinsip dan
Metode dan Variasi Pelarut Ekstraksi prosedur statistika Suatu Pendekatan
terhadap Kadar Polifenolat Bunga Biometrik. Penerjemah B. Sumantri. PT.
Kecombrang (Etlingera elatior(Jack) Gamedia Pustaka, Jakarta.
R.M.Sm).Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Sudarmadji, S., B. Haryono. dan Suharji. 1997.
Husada Vol 12, No. 1. Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan
Molyneux P. 2004.The Use of The Stable Free dan Pertanian. Penerbit Liberti, Yogyakarta.
Radikal Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Suryani, Ch L. 2012. Optimasi Metode Ekstraksi
Estimating Antioxidant Activity. Journal Fenol dari Rimpang Jahe Emprit (Zingiber
Science of Technology 26(2):211-219. officinalle var. rubrum). Jurnal Agisains
Noerono S. 1994. Buku Teknologi Farmasi. UGM vol.3 no.4, (ISSN : 2086-7719 63). Progam
Press. Yogya. Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pourmorad, F., S. J. Hossenimehr.andN. Agoindustri, Universitas Mercu Buana :
Shahabimajd. 2006. Antioxidant activity, Yogyakarta.
phenol and flavonoid contents of some Tonnesen. H.H. and J. Karlsen. 1985. Studies on
selected Iranian medicial plants. African Curcumin and Curcumin oids:V. Alkaline
Journal of Biotechnology. 5(11):1142-1145. Degadation of Curcumin, Lebenum Uniers
Rahayu H.D.I. 2010. Pengaruh Pelarut Yang Forch, 180: 132-134.
Digunakan Terhadap Optimasi Ekstraksi Yun, L. 2001. Free Radical Scavenging Properties
Kurkumin Pada Kunyit (Curcuma of Conjugated Linoic Acids.Journal of
domestica Vahl.). Skripsi.Universitas Agricultural and Food Chemistry. 49: 3452-
Muhammadiyah Surakarta. 3456.

70

Anda mungkin juga menyukai