Anda di halaman 1dari 10

DAKWAH TERAPEUTIK DI MEDIA ONLINE (BLOG)

Disusun Untuk Memenuhi Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Komunikasi


Terapeutik
Dosen : Dr. Isep Zaenal Arifin, M.Ag

Disusun Oleh:
SANI RAHMAN
2170100054

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


UNIVERSITAS NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2018
DAKWAH TERAPEUTIK DI MEDIA ONLINE (BLOG)
Disusun Oleh :
Sani Rahman
2170100054

ABSTRAK

Terapeutik adalah istilah yang populer di kalangan dunia kedokteran yang


berorientasi pada perawatan atau proses pemulihan kondisi kejiwaan. Istilah ini
akan ada di profesi lain, termasuk Dakwah. Dakwah bukan hanya upaya untuk
mengundang kebaikan tetapi juga untuk menciptakan kondisi yang mendorong
orang yang berusaha mempertahankan stabilitas mental dan keperawatan spiritual
melalui penerapan dan realisasi ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan mereka.
Masalah masalah dalam tema ini adalah bagaimana memformat, teknik dan
prosedur kerja dakwah terapeutik yang perlu dipahami oleh da`i. Di zaman yang
serba modern ini, hampir setiap pengguna internet di Indonesia membicarakan
mengenai Blog. Istilah Weblog yang kemudian disingkat menjadi Blog sebenarnya
mulai dikenal sejak tahun 1997, namun baru populer pada tahun 2000. Blog adalah
bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting)
pada sebuah halaman web umum. Tulisan-tulisan ini seringkali dimuat dalam urut
terbalik (isi terbaru dahulu baru kemudian diikuti isi yang lebih lama), meskipun
tidak selamanya demikian.

Saat ini, Blog sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia WWW dan
dunia per-internet-an. Blog sudah mulai dijadikan sebagai sumber berita oleh
koran-koran, majalah, radio, bahkan televisi juga sudah menyiarkan beritanya lewat
Blog mereka. Dunia pendidikan pun sudah banyak menampilkan materi pendidikan
di dalam Blog yang telah dibuat khusus maupun tidak khusus untuk dunia
pendidikan.
Keywood: terapeutik, blog
A. PENDAHULUAN
Terminologi terapeutik merupakan istilah yang popular di kalangan para
medis dan kalangan para terapis. Istilah tersebut kemudian berkembang dan
meluas dalam berbagai disiplin ilmu terapan seperti pskoterapi dan konseling.
Tidak tertutup peluang kata terapeutik disandingkan dengan kata-kata dakwah.
Penyandingan ini pada dasarnya bertujuan untuk melihat secara holistik dan
universal dari esensi dan fungsi dakwah yang dalam pergerakannya (aplikasi dan
realisasi) telah melewati suatu tahapan penting yang sebenarnya sangat
mempengaruhi. Amin Abdullah sebagaimana yang dikutip oleh Sultan (2009)
mengemukan bahwa telah terjadi loncatan dakwah pada tahapan d an
meninggalkan tahapan Aktivitas dakwah secara umum dilakukan melalui
proses pentablighan— pemberian informasi dan berlanjut pada proses
penghakiman dan meninggalkan (mungkin terlupakan) proses pemulihan.
Agaknya kondisi pentablighan dan melewati tahapan pembinaan dalam bentuk
pemulihan akan mempenggaruhi kualitas dan esensi dari dakwah itu sendiri.
Karena menurut hemat penulis gonjang ganjing esensi dakwah yang bersistem
dan belum sepenuhnya mampu menyelesaikan dan memperbaiki kondisi hidup
para persoalan terapeutik suatu tahap yang mesti dilalui.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa aktivitas dakwah dalam bentuk
tabligh belum sepenuhnya ditemukan adanya followupatau tindak lanjut berupa
pembinaan intensif terhadap problematika keumatan. Jika setelah pentablighan
langsung berlanjut pada proses penghakiman, maka besar kemungkinan
efektivitas dakwah tidak selalu mampu membawa kepada perubahan. Oleh
karena itu fokus pembahasan tentang pemulihan kondis keumatan dalam bentuk
pembinaan setelah pentablihgan sebelum penghakiman menjadi sesuatu yang
perlu untuk disajikan.
B. PEMBAHASAN

1. Pengertian

Istilah “terapeutik” menurut Subandi (2002:1-5) berasal dari bahasa Inggris


yakni therapy yang berarti mengobati, menyembuhkan dan merawat. Sedangkan
W.J.S Poerwadarminta (1990: 935) mengartikan terapi sebagai usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sakit. Sementara A.R. Henry Sitanggang
(1994: 468) menjelaskan terapeutik merupakan cabang ilmu kedokteran yang
membahas perlakuan manusia dengan maksud mengobati atau menghindarkan
penyakit semakna dengan terapi. Lebih lanjut Hendy memberikan pemaknaan
yang sama dengan psikoterapi yakni perlakuan terhadap orang cacat dengan
metoda-metoda psikologis untuk mengatasi perilaku yang tidak mampu
menyesuaikan diri atau suatu prosedur yang ekpresif digunakan untuk
menghindari cacat perilaku dan masalah-masalah penyesuain diri. Begitu pula
halnya dengan Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir (2001: 207) memperjelas
maksud dari psikoterapi yaitu pengobatan alam fikiran, atau pengobatan dan
perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis untuk membantu individu
dalam mengatasi gangguan emosional dengan memodivikasi perilaku, pikiran
dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan diri dalam
mengatasi masalah pikisnya.

Acep Aripudin (2014: 123) mengemukakan bahwa dakwah sebagai


sentuhan-sentuhan psikologis dan sosiologis dengan realitas yang ada, sehingga
dakwah mampu memberi dasar filosofi, arah, dorongan dan pedoman perubahan
masyarakat sampai terwujudnya masyarakat yang islami, yakni berupa individu-
individu yang memahami dan melaksanakan agama, keluarga yang sakinah,
mawaddah warahmah, masyarakat yang bermartabat, serta ujungnya adalah
negara yang thayyibah.

Dari pengertian di atas ditemukan adanya kesamaan tujuan dari terapi dan
dakwah yakni sama-mana menciptakan kondisi manuisa yang bahagia
(harmonisasi jiwa). Dengan demikian dari defenisi di atas dapat diambil suatu
pemahanan bahwa yang dimaksud dengan dakwah terapeutik adalah proses
menciptakan harmoniasi jiwa, keserasian hidup seorang hamba melalui akitivitas
dakwah. Dapat pula ditegaskan bahwa dakwah terapeutik merupakan nuasa
dakwah yang memapu menciptakan keserasian hidup dan harmonisasi jiwa yang
bebas dari berbagai tekanan kehidupan di bawah nuansa kepatuhan, ketaatan dan
kepasrahan kepada Allah Swt. Sehingga kebahagiaan, keselamatan,
kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat.

2. Tujuan

Terapeutik seperti penjelasan di atas bertujuan untuk mengembalikan


keadaan, memulihkan kondisi kejiwaan serta terciptanya keharmonisan jiwa yang
seimbang antara pemenuhan kebutuhan fisik maupun batin. Hal ini ditandai
dengan kesembuhan sehat sejara jasmani dan afiyat secara rohani. Sedangkan
dakwah bertujuan untuk menciptakan kondisi dan mendapatkan kebahagiaan—
keselamatan melalui motivasi berbuat kebaikan—dorongan untuk melakukan
kebaikan, amar ma`ruf nahi munkar. Dengan demikian terdapat tujuan yang sama
dari kedua kegiatan (dakwah dan terapi) yakni menyelamatkan jiwa manusia dari
berbagai bentuk ketidak harmonisan dan ketidak keseimbangan.

3. Formulasi; Model dakwah terapeutik

Disain dakwah terapeutik fokus kepada upaya-upaya yang dilakukan


oleh dai dalam memahami keilmuan terapi (terapis) untuk membantu umat
menata-kelola kehidupan dan mensinergiskan antara pemenuhan kebutuhan
fisik dan batin sehingga terciptanya kondisi hidup—sehat holistic (fisik dan
rohani). Orentasi terapeutik – pemulihan kondisi kejiwaan dilakukan bukan
dengan pemberian obat (farmakologis) melainkan dengan menggunakan kata-
kata yang menyetuh jiwa, memotivasi untuk sehat dan bersemagat dalam
menghadapi efek sakit yang sedang dialamanya. Kemudian dakwah terapeutik
memokuskan kajian dan sajian bagaimana menciptakan kondisi sehat wal
‘afiyat dan selamat sejahtera dunia dan akhirat. Sehat lebih diarahkan kepada
kondisi fisik yang terbebas dari berbagai rasa nyeri atau cacat sedangkan afiyat
lebih terkonsentarsi kepada bagaimana terciptanya kondisi jiwa—batin yang
bebas dari tekanan atau perasaan tidak enak yang menganggu aktivitas fisik
dan kehidupan lainnya. Dengan demikian orientasi dakwah terapeutik adalah
mengacu pada sebuah aktivitas menggunakan kata-kata (tabligh) yang
bernilaikan penyembuhan – memotivasi pasien atau orang yang mengalami
kegelisahan jiwa dengan keadaan sakit yang dihadapinya. Seorang dai terapis
semestinya memahamai kondisi kejiwaan si sakit (pasen) serta mampu
menggunakan kata-kata yang berisikan motivasi untuk sembuh dan
mengenakan hati yang mendengarkannya.

4. Masalah -Masalah Yang Diterapi

Masalah yang dimaksud di sini adalah persoalan-persoalan yang terjadi


berupa gangguan-gangguan kejiwaan yang dihadapi oleh umat melalui kegiatan
dakwah. Masalah tersebut misalnya bagaimana menciptakan kenyamanan,
ketatan, dan kepatuhan umat dengan ajaran agama yang diyakininya.

Salah satu potensi yang diberikan Allah Swt pada dimensi rohani
manusia adalah akal fikiran. Akal berpotensi untuk mendapatkan suatu
pengetahuan dan kebenaran melalui proses berfikir. Potensi akal yang lain
adalah kemampuan dalam mengingat dan menyimpan berbagai informasi.
Adapun fungsinyanya adalah melakukan analisis terhadap berbagai fenomena
dan informasi yang diperolehnya. Akal akan terganggu manakala mengalami
kesulitan untuk menganalisis, menyimpan informasi--lemah daya ingat, tidak
realistis – logis. Untuk itu kebutuhan akal adalah haus akan ilmu pengetahuan
dan beragam informasi. Untuk menterapi akal dapat dilakukan dengan
menimba ilmu pengetahuan, melatih diri melakukan analisis yang sistematis
dan berfikir logis. Pada akhirnya pikiran yang sehat adalah pikiran yang
mampu membawa diri seseorang kepada kebenaran dan pengakuan akan
kebenaran hakiki serta pasrah—tunduk.
Blog merupakan salah satu media yang dapat mengembangkan kemampuan
dan gagasan seseorang melalui tulisan. Berdasarkan kenyataan maraknya
penggunaan Internet di kalangan pelajar, blog dapat menjadi sebuah sarana yang
dapat meningkatkan kemampuan para siswa untuk menunjang proses pembelajaran
di sekolah. Melalui tulisannya di blog, setiap siswa dapat mengembangkan hal-hal
yang telah didapat dari membaca atau mendengarkan penjelasan dari guru.
Dalam sebuah blog terdapat fasilitas yang dapat memperlihatkan tulisan
seseorang langsung di internet dan dapat diakses oleh setiap pengguna internet.hal
ini memungkinkan adanya komunikasi antar sesam siswa,guruataupun pengguna
internet lainnya.Tulisan dalam blog juga dapat lebih berkembang dengan adanya
komentar-komentar dari pengguna blog lainnya dan memungkinkan terjadinya
diskusi secara online.
Peran guru dalam membangun kultur pembelajaran melaui blog sangatlah
penting. Motivasi setiap siswa untuk menuangkan gagasannya melalui blog
tidaklah terlepas dari dukungan guru sebagai pengajar. Guru juga dapat
mengarahkan diskusi dan komentar-komentar tentang materi atau tulisan yang
sudah dibuat oleh para siswanya. Selain itu, guru juga bisa menyampaikan materi
atau tugas melalui blog sehingga memudahkan penyebaran informasi.
Blog memberikan sebuah peluang agar kegiatan belajar lebih menarik dan
interaktif. Melalui blog, sumber-sumber materi yang relevan dapatdipublikasikan
ke seluruh penjuru sehingga bisa diakses oleh siapapun. Dengan demikian kesulitan
siswa dalam mengumpulkan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran dapat diatasi.Oleh karena itu, blog merupakan salah satu
media pembelajaran yang strategis untuk meningkatkan proses pembelajaran yang
aktif dan interaktif. Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan oleh para guru
dan siswa dalam memanfaatkan blog sebagai media pembelajaran.
1. Blog Guru sebagai Pusat Pembelajaran
Guru dapat menuliskan materi belajar, tugas, maupun bahan diskusi di
blognya,kemudian para muridnya bisa berdiskusi dan belajar bersama-sama di blog
gurunya tersebut. Keuntungan dari metode ini adalah metode ini relatif cepat dan
mudah bagi para siswa, karena para siswa tidak perlu membuat blognya masing-
masing. Selain itu, karena semua interaksi dilakukan di blog sang guru, setiap
aktivitas yang dilakukan oleh para siswa
tersebut dapat dipantau dengan mudah oleh guru tersebut. Hal ini akan
meminimalisir adanya kalimat-kalimat negatif dari para siswa tersebut di blog-
nya.Guru tentu saja harus mempromosikan blog-nya di kelas setiap kali dia
mengajar, agar para siswa mengetahui tentang blog tersebut.
2. Blog Guru dan Blog Murid yang Saling Berinteraksi
Guru, yang harus memiliki blog, mengharuskan murid memiliki blog-nya
masing-masing, sebagai sarana mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
gurunya. Metode ini bisa memacu iklim kompetisi antar siswa, karena tentu saja
para siswa ingin blognya menjadi yang terbaik.
Kelebihan yang cukup signifikan dari metode kedua ini dibandingkan dengan
metode pertama adalah bahwa para siswa akan memiliki semangat yang lebih dalam
berkompetisi dengan teman-temannya.Tentu saja iklim kompetisi ini harus
ditumbuhkan oleh guru dengan cara memberi berbagai bonus baik itu bonus nilai
maupun bonus di dunia nyata bagi siswa yang blog-nya diurus dengan rutin dan
serius.Apabila hal ini dilakukan secara berkala, setiap siswa pun akan terbiasa
menulis dan membaca. Hal ini akan membuat para siswa menjadi selangkah lebih
maju secara intelektual.
3.Komunitas Blogger Pembelajar
Ada sebuah blog sebagai pusat pembelajaran (bisa berupa blog aggregator
atau blog dengan beberapa kontributor), dengan guru-guru dan siswa dari berbagai
sekolah bisa tergabung dalam komunitas blogger pembelajar tersebut. Sebuah blog
yang agak mirip dengan konsep ini tapi belum dimanfaatkan sebagi media
pembelajaran bagi para muridnya adalah blog.
Blog dikatakan sebagai media pembelajaran yang efektif apabila dikelola
dengan baik sehingga dapat memenuhi prinsip bahan ajar, yaitu a) kebenaran, b)
sesuai dengan perkembangan anak, c) up to date, d) keseimbangan diantara luas dan
kedalaman bahan.
C. SIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah terapeutik adalah


proses menciptakan harmoniasi jiwa, keserasian hidup seorang hamba melalui
akitivitas dakwah. Dapat pula ditegaskan bahwa dakwah terapeutik merupakan
nuasa dakwah yang memapu menciptakan keserasian hidup dan harmonisasi jiwa
yang bebas dari berbagai tekanan kehidupan di bawah nuansa kepatuhan, ketaatan
dan kepasrahan kepada Allah Swt. Sehingga kebahagiaan, keselamatan,
kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat Tujuan dari dakwah terapeutika
adalah menyelamatkan jiwa manusia dari berbagai bentuk ketidak harmonisan
dan ketidak keseimbangan. Formulasi dakwah terapeutik mengacu dan
disesuaikan dengan format pelayanan khusus yang meningdahkan kaedah disiplin
ilmu terapi dan psikoterapi. Indikator sebuah terapi, sehat dan sakit dijadikan
sebagai acuan untuk menentukan target-target dan pencapaiannya dalam dakwah
terapeutik. Sedangkan materi dan teknik disesuiakan dengan upaya pemenuhan
kebutuhan esensi manusia baik sebagai makluk individu, sosial maupun sebagai
hamba Allah. Kemudian prosedur kegiatan mengacu kepada tahapan yang
berlaku umum pada tahapan pelayanan terapi meliputi asessment, planning,
implementasi teknik, dan evalution. Oleh sebab itu dengan hadirnya blog dapat
membantu dalam penyebaran informasi melalui media. Dan membantu para
perawat ataupun khalayak ramai dalam menyerap informasi mengenai dakwah
terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Muhiddin, 2002, Dakwah dalam Perspektif al-Qur`an, Bandung, Pustaka
Setia
Chaplin, C.P., 1989, Kartini Kartono (penejemah), Kamus Lengkap Psikologi,
Jakarta, CV Rajawali
Corey, Geral, 1984, Issues & Ethics in the helping Professions,
California, Books Cole Publishing Company
Corey, Geral, 1988, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung, Eresco
Dadang Hawari, 1997, Doa dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi Medis, Jakarta,
Dana Bhakti Primayasa
Dadang Hawari, 2002, Manajemen Stress, Cemas dan Depresi , Jakarta, FKUI Press
Drever, James, 1986, Kamus Psikologi, Jakarta, PT Bina Aksara Hambali,
Iftachul`ain, 2011, Islamic Peneal Therapy, Jakarta, Prestasi
Hawa, Sa`id, 2000, al-Mukhtalas fii- Tazkiyatil Anfus, Kuwait:
Darussalam, edisi Indonesia Mensucikan Jiwa; Konsep Tazkiyatun- Nafs Terpadu:
Intisari Ihya` Ulummiddin al-Ghazali, Jakarta, Robbani Press
https://dowaen.wordpress.com/blog-sebagai-media-belajar-by-okta/

Anda mungkin juga menyukai