Bendaharawan Pemerintah adalah Bendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau
Lembaga Pemerintah, Lembaga Negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia, yang membayar
gaji, upah, tunjangan, honorarium dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan
pekerjaan, jasa atau kegiatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, Bendaharawan Pemerintah, yaitu Bendaharawan dan
Pejabat yang melakukan pembayaran yang dananya berasal dari APBN/APBD, ditetapkan sebagai
pemungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22. Selain sebagai
pemungut, bendaharawan pemerintah juga sebagai pemotong PPh pasal 21/26 dan pasal 23/26
sebagaimana ketentuan yang berlaku.
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri,
melakukan sendiri penghitungan pembayaran dan pelaporan pajak terutangnya.
Dalam hal terjadi mutasi pegawai yang mengakibatkan bendaharan yang bersangkutan diganti oleh
pegawai lain, tidak perlu mendaftarkan NPWP baru, tetapi memberitahukan kepada KPP dengan
melampirkan :
– Fotocopy identitas (KTP, SIM, Paspor) Bendahara baru
– Fotocopy SK penunjukan sebagai Bendahara yang baru
Apabila Bendahara yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak tersebut ternyata institusinya bubar, terjadi
perubahan organisasi atau proyeknya telah selesai, maka dimintakan penghapusan NPWP dengan
mengajukan permohonan yang dilampiri dokumen-dokumen pendukungnya.
Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan pajak, apabila jumlah pajak yang terutang
berdasarkan Surat Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak dibayar oleh
Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.
Penyidikan Tindak Pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
Atas pengadaan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak, Bendaharawan wajib memungut PPN & PPnBM.
Secara umum, pada saat bendaharawan melakukan pembayaran berupa gaji/honor harus dilihat
terlebih dahulu sumber dana dan kemudian penerima penghasilan tersebut.
Sumber dana dapat bersumber dari :
1. APBN/APBD
2. Non APBN/APBD
Penerima Penghasilan terdiri atas :
1. Pejabat Negara/PNS/TNI/Polri
2. Non Pejabat Negara/PNS/TNI/Polri
Apabila sumber dananya berasal dari selain APBN/APBD maka perlakuannya adalah ketentuan
pemungutan / pemotongan yang berlaku umum. Penghasilan berupa honorarium, uang sidang, uang
hadir uang lembur, Imbalan Prestasi Kerja dan Imbalan lain dengan nama apapun yang sumber dananya
berasal dari APBN/APBD, maka tata caranya adalah sebagaimana diatur dalam PP 45 tahun 1994.
Apabila penerima penghasilan tersebut Non Pejabat Negara/PNS/TNI/Polri, maka tata cara
pemotongan/pemungutan adalah tata cara yang berlaku umum ( Kepdirjen Pajak Nomor KEP-
545/PJ/2000 jo Perdirjen Pajak Nomor 15/PJ/2006 ), sedangkan apabila dibayarkan kepada Pejabat
Negara/PNS/TNI/Polri berlaku ketentuan khusus (PP 45/1994)
Atas penghasilan yang diberikan kepada Pejabat Negara/PNS/TNI/Polri yang dananya berasal dari
APBN/APBD dilakukan pemotongan yang bersifat final dengan tarif 15% kecuali bagi PNS golongan II/d
kebawah atau TNI/Polri berpangkat Pembantu Letnan Satu kebawah, tidak dilakukan pemotongan PPh.
Petunjuk Pengadaan Barang dan Jasa atas Proyek yang Dananya berasal dari Hibah / Pinjaman Luar
Negeri
Proyek yang dibiayai dengan hibah atau pinjaman luar negeri mendapat perlakuan khusus yaitu :
1. PPN & PPnBM tidak dipungut
2. PPh ditanggung pemerintah
3. Terhadap proyek yang hanya sebagian dibiayai dengan hibah atau pinjaman luar negeri, maka PPN &
PPnBM tidak dipungut dan PPh ditanggung pemerintah hanya atas bagian yang dibiayai hibah/pinjaman
luar negeri.
Pengusaha Kecil
Pengusaha kecil dibebaskan dari kewajiban mengenakan/memungut PPN atas penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) sehingga tidak perlu melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku
melakukan penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan
bruto tidak lebih dari Rp. 600.000.000,-
Kewajiban Bendaharawan
Bendaharawan wajib memungut PPN & PPnBM atas pengadaan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena
Pajak (JKP) sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang
Penunjukan Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara untuk memungut,
menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah beserta
Tata Cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporannya.
Pemungutan PPnBM dilakukan terhadap pengadaan BKP yang tergolong mewah di dalam daerah
pabean yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan BKP tersebut (rekanan yang merupakan
pabrikan BKP) sehingga pada umumnya bendaharawan jarang melakukan pemungutan PPnBM.
A. Kelompok Barang yang dikecualikan / tidak dikenakan PPN menurut pasal 4A UU PPN adalah :
1. Barang hasil pertambangan / pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya
2. Barang kebutuhan pokok berupa beras/gabah, jagung, sagu, kedelai, dan garam
3. Makanan dan minuman yang disajikan di Hotel, Restoran, Rumah Makan, Warung dan sejenisnya
4. Uang, emas batangan dan surat berharga
B. Kelompok Jasa yang dikecualikan / tidak dikenakan PPN menurut pasal 4A UU PPN adalah :
1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik
2. Jasa di bidang pelayanan sosial
3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko
4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, sewa guna usaha dengan hak opsi
5. Jasa di bidang keagamaan
6. Jasa di bidang pendidikan
7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan
8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan
9. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air
10. Jasa di bidang tenaga kerja
11. Jasa di bidang perhotelan
12. Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.
C. Selain itu ada beberapa fasilitas berupa pembebasan PPN yaitu atas :
1. Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) tertentu sebagaimana diatur dalam PP 146/2000
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP 38/2003 diantaranya adalah : senjata dan alat angkut
untuk TNI/Polri, buku pelajaran umum/agama dan kitab suci
2. BKP tertentu yang bersifat strategis sebagaimana diatur dalam PP 12/2001 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan PP 46/2003 diantaranya adalah : makanan ternak dan bahan baku makanan ternak,
bibit atau benih.
Beberapa barang yang atas impor/penyerahannya diberi fasilitas pembebasan PPN harus mensyaratkan
adanya Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN.
Tidak dilakukan pemungutan PPN dan PPnBM oleh Bendaharawan atas :
1. Pembayaran yang tidak melebihi Rp. 1.000.000,- termasuk PPN dan PPnBM
2. Untuk pembebasan tanah
3. Pembayaran atas BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan mendapat fasilitas PPN
tidak dipungut atau dibebaskan
4. BBM dan Non-BBM oleh Pertamina
5. Rekening telepon
6. Jasa angkutan udara yang diserahkan perusahaan penerbangan
7. Untuk penyerahan BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan tidak dikenakan PPN
Catatan :
Atas pembayaran tagihan termasuk PPN dan PPnBM yang tidak melebihi Rp. 1.000.000,- tetap terutang
PPN dan PPnBM dan faktur pajak tetap dibuat oleh rekanan. PPN dan PPnBM harus dipungut dan
disetor oleh rekanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum dan dilaporkan oleh rekanan dengan
menggunakan SPT Masa dan PPnBM.
Adapun tata cara pemungutan dan penyetoran yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
563/KMK.03/2003 adalah sebagai berikut :
1. PKP rekanan membuat Faktur Pajak dan SSP saat menyampaikan tagihan
2. SSP diisi dengan NPWP dan identitas PKP rekanan, tetapi penandatangan dilakukan oleh :
• Bendaharawan pemerintah dalam hal disetor oleh Bendaharawan, atau
• KPPN dalam hal dipotong langsung oleh KPPN
3. Faktur Pajak dibuat dalam rangkap 3 dengan peruntukan :
• Lembar ke-1 untuk Bendaharawan atau KPPN
• Lembar ke-2 untuk arsip PKP rekanan
• Lembar ke-3 untuk KPP melalui Bendaharawan atau KPPN
4. Dalam hal pemungutan PPN & PPnBM dilakukan oleh Bendaharawan, SSP dibuat rangkap 5
5. Dalam hal pemungutan PPN & PPnBM dilakukan oleh KPPN, SSP dibuat rangkap 4
6. Pada setiap lembar Faktur Pajak dibubuhi :
• Cap “ Disetor tanggal ………. “ dan ditandatangani oleh Bendaharawan, dalam hal pemungutan dan
penyetoran PPN & PPnBM dilakukan oleh Bendaharawan, atau
• Dicantumkan nomor dan tanggal advis SP2D oleh KPPN dalam hal pemungutan PPN & PPnBM
dilakukan langsung oleh KPPN dan SSP lembar ke-1 dan lembar ke-2 dibubuhi cap “ Telah dibukukan “
oleh KPPN
7. Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN & PPnBM
Nilai lain yang ditetapkan sebagai dasar pengenaan pajak adalah sebagai berikut :
1. Pemakaian sendiri BKP dan atau JKP adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor
2. Pemberian cuma-cuma BKP dan atau JKP adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba
kotor
3. Penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata
4. Penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata perjudul film
5. Persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar yang wajar
6. Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan atau yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan, sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat
dikreditkan, adalah harga pasar wajar.
7. Kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari harga jual
8. Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah
yang seharusnya ditagih
9. Jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih
10. Jasa piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service charge, provisi,
dan diskon
11. Penyerahan BKP dan atau JKP dari pusat cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP dan atau JKP
antar cabang adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor
12. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang adalah harga lelang
Catatan :
Karena pengadaan barang tersebut nilai totalnya (termasuk PPN) adalah Rp. 990.000,- masih dibawah
Rp. 1.000.000,- maka tidak dilakukan pemungutan PPN dan PPh pasal 22 oleh Bendaharawan. PKP
rekanan tetap memungut, menyetor dan melaporkan PPN tersebut dalam SPT masa PPN
Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan
yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.
Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri.
1. Subjek Pajak Dalam Negeri adalah :
– Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
– Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan
lainnya termasuk reksadana.
– Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
2. Subjek Pajak Luar Negeri adalah:
– Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT di Indonesia.
– Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
Kewajiban Bendaharawan
Bendaharawan wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas pembayaran penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
* Pegawai Tetap
Cak Mat seorang pegawai dengan status kawin (istri tidak bekerja) dan satu orang anak, setiap bulan
memperoleh :
– Gaji pokok : Rp. 1.500.000,-
– Tunjangan istri : Rp. 150.000,-
– Tunjangan anak : Rp. 30.000,-
– Tunjangan jabatan : Rp. 250.000,-
– Tunjangan lain 2 : Rp. 300.000,-
Rp. 2.230.000,-
Pengurangan :
– Biaya jabatan : 5% x 2.230.000,- Rp. 108.000,-
– Iuran pension Rp. 50.000,-
Rp. 158.000,-
Penghasilan neto sebulan Rp. 2.072.000.-
Catatan :
Biaya jabatan 5% x Rp. 2.230.000,- = Rp. 111.500,- melebihi jumlah maksimal yaitu Rp. 108.000,-
sehingga yang dipakai dalam perhitungan adalah jumlah maksimal yang diperkenankan tiap bulan yaitu
Rp. 108.000,-
* Honor yang tidak dihitung atas dasar banyaknya hari
Bu Titik, seorang penceramah yang bukan PNS / TNI / POLRI / Pejabat Negara, memberikan ceramah
pada suatu lokakarya dan diberikan honorarium sebesar Rp. 2.250.000,-
Catatan :
Terhadap pemberian honor kepada tenaga ahli (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penilai, dan aktuaris) penghitungan PPh terutang dilakukan dengan mengalikan Penghasilan bruto
dengan perkiraan penghasilan neto 50% dan tarif 15%
Pengertian
Pajak penghasilan (PPh) pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh :
1. Bendaharawan Pemerintah pusat/daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang ;
2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
Kewajiban Bendaharawan
Bendaharawan yang telah mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak wajib memenuhi kewajiban
sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bendaharawan Pemerintah baik tingkat pusat maupun tingkat daerah sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 Ss.t.d.t.d KMK Nomor 236/KMK.03/2003 atau
wajib memungut Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
barang.
Catatan :
Karena pengadaan barang tersebut nilai totalnya (termasuk PPN) adalah Rp. 880.000,- masih dibawah
Rp. 1.000.000,- maka tidak dilakukan pemungutan PPh pasal 22 dan PPN oleh Bendaharawan. Atas
transaksi tersebut tetap terutang PPN yang dipungut, disetor dan dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak
rekanan.
Pengertian
Pajak penghasilan (PPh) pasal 23 adalah pajak adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21
Kewajiban Bendaharawan
Bendaharawan yang telah mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak wajib memenuhi kewajiban
sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bendaharawan wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 atas pembayaran penghasilan
berupa persewaan tanah dan bangunan dengan syarat tertentu. Bendaharawan wajib memotong PPh
pasal 23 atas pembayaran penghasilan berupa antara lain sewa, hadiah, jasa teknik, jasa manajemen,
jasa profesi, dan jasa-jasa lainnya yang dibayarkan kepada WP dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
Pemotongan PPh pasal 4 ayat 2 dan PPh pasal 23 dilakukan dengan memperhatikan tarif sebagaimana
diatur dalam pasal 23 UU PPh, PP Nomor : 5/2002, PP Nomor : 140/2000 dan Keputusan Dirjen Pajak
Nomor : KEP-170/PJ/2002 s.t.d.t.d PER-70/PJ/2007 dan tidak ada pengecualian atas nilai tertentu atau
jasa tertentu.
Bukti pemotongan
a. Atas pemotongan PPh pasal 4 ayat 2, Bendaharawan wajib membuat Bukti Pemotongan PPh pasal 4
ayat 2 :
– Form F.1.1.33.12 atas transaksi sewa tanah dan atau bangunan
– Form F.1.1.33.16 atas transaksi jasa kontruksi
Bukti pemotongan PPh pasal 4 ayat 2 merupakan bukti pemotongan atas penghasilan yang dikenakan
PPh secara final sehingga atas penghasilan dan pemotongan PPh-nya tidak digabung dengan
penghasilan lainnya.
b. Atas pemotongan PPh pasal 23, bendaharawan wajib membuat Bukti Pemotongan PPh pasal 23 (form
F.1.1.33.06) atas transaksi jasa dan sewa, tidak termasuk jasa dan sewa yang dikenakan PPh pasal 4 ayat
2.
Bukti pemotongan PPh pasal 23 tersebut dipergunakan oleh penerima penghasilan sebagai kredit pajak
dalam melaporkan penghasilan dan pajak terutang ke dalam SPT Tahunan PPh badan.
Penghitungan PPh pasal 23 terutang menggunakan jumlah bruto tidak termasuk PPN
Perlakuan Perpajakan atas Proyek yang dananya berasal dari Hibah / Pinjaman Luar Negeri
Terdapat perlakuan khusus atas proyek yang dananya berasal dari hibah / pinjaman luar negeri yaitu PPh
Ditanggung Pemerintah (PP Nomor : 42/1995 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP Nomor :
25/2001) dengan ketentuan sebagai berikut :
– PPh yang terutang atas penghasilan kontraktor, konsultan, dan pemasok utama dari proyek yang
dibiayai dengan dana hibah dan atau pinjaman luar negeri, ditanggung oleh pemerintah
– Dibuatkan SSP PPh atau bukti pemungutan PPh yang dibubuhi cap “ PAJAK PENGHASILAN
DITANGGUNG OLEH PEMERINTAH “
Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh pasal 4 (2) dan PPh pasal 23
Wajib Pajak Bendaharawan wajib menyampaikan SPT Masa PPh pasal 4 (2) (form F.1.1.32.04) dan SPT
Masa PPh pasal 23 (form F.1.1.32.03) selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berkutnya. Apabila
kewajiban tersebut tidak dilaksanakan, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda (pasal 7
UU KUP) sebesar Rp. 50.000,-
Catatan :
Karena nilai bangunan melebihi 1 Miliar rupiah dan atau tidak memiliki kualifikasi sebagai usaha kecil,
tidak dilakukan pemotongan PPh pasal 4(2) tetapi dilakukan pemotongan PPh pasal 23 dan tidak bersifat
final
1. PENGADAAN BARANG
Uraian Pekerjaan PPh Pasal 22 PPN
Pengadaan barang pada umumnya 1,5% 10%
Pembayaran atas penyerahan barang (bukan jumlah Tidak dipungut Tidak dipungut
yang dipecah-pecah), yang meliputi jumlah
pembayaran paling banyak Rp 1.000.000 ,- termasuk
PPN dan / atau PPnBM
Pembayaran untuk BBM,listrik, gas, air Tidak dipungut Tidak dipungut
minum/PDAM, benda-benda pos
Pembayaran yang diterima karena penyerahan Ditanggung pemerintah atas
barang sehubungan dengan pekerjaan yang porsi pinjaman/hibah luar
dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek negeri
pemerintah yang sebagian atau seluruhnya dibiayai 1,5% atas porsi rupiah murni
dengan pinjaman/hibah luar negeri Tidak dipungut atas porsi
pinjaman/hibah luar negeri
10% atas porsi rupiah murni
Senjata amunisi,alat angkutan di air, alat angkutan Tidak dipungut
di bawah air, alat angkutan di udara, alat angkutan
di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan patroli dan
kendaraan khusus lainnya, serta suku cadangnya
yang diserahkan kepada Departemen Pertahanan,
TNI atau POLRI, dan komponen atau bahan yang 1,5%
diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunisi
oleh PT(Persero) PINDAD untuk keperluan
Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI
Buku Pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku 1,5% Tidak dipungut
pelajaran agama
Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan Tidak dipungut
untuk penyediaandata batas dan foto udara wilayah
Negara Republik Indonesia untuk mendukung
1,5%
pertahanan nasional yang diserahkan kepada
Departemen Pertahanan atau TNI.
Makanan ternak, unggas, ikan, dan/atau bahan baku 1,5% Tidak dipungut
untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan
Barang hasil pertanian 1,5% Tidak dipungut
Bibit dan/atau benih dari barang pertanian, 1,5% Tidak dipungut
perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran,
atau perikanan
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran 1,5% Tidak dipungut
yang diambil langsung dari sumbernya, misalnya
minyak mentah (crude oil), gas bumi, panas bumi,
pasir dan kerikil, batu bara sebelum diproses menjadi
briket batu bara dan bijih besi, bijih timah, bijih
emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta
bijih bauksit.
Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat 1,5% Tidak dipungut
dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu beras dan gab
ah, jagung, sagu, kedelai, garam baik yang
beryodium maupun yang tidak beryodium.
Makanan dan minuman yang disajikan dihotel 1,5% Tidak dipungut
restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya.
Daging, telur, susu, sayur-sayuran, dan buah-buahan 1,5% Tidak dipungut
Bahan hasil pertambangan galian 1,5% Tidak dipungut
1,5% Tidak dipungut
PEKERJAAN KONSTRUKSI
Uraian Pekerjaan PPh Pasal 4 ayat 2 PPN
Jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang 2% Final 10%
dilaksanakan oleh penyedia jasa yang memiliki
klasifikasi badan usaha kecil
Jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang 3% Final 10%
dilaksanakan oleh penyedia jasa yang memiliki
klasifikasi badan usaha menengah atau besar
Jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang 4% Final 10%
dilaksanakan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki
klasifikasi badan
Pembayaran yang diterima karena penyerahan Ditanggung Pemerintah atas
pekerjaan konstruksi yang dilakukan dalam rangka porsi pinjaman/hibah luar
pelaksanaan proyek pemerintah yang sebagian atau negeri
seluruhnya dibiayai dengan pinjaman/hibah luar Atas porsi rupiah murni
negeri sesuai persentase tersebut
diatas
Tidak dipungut atas porsi
pinjaman/ hibah luar negeri
10% atas prosi rupiah murni
JASA KONSULTASI
Uraian Pekerjaan PPh Pasal 4 Ayat (2) atau PPN
PPh Pasal 23
Jasa Rekayasa (engineering) 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa perencanaan (planning), perancangan (design), 4% Final (PPh Pasal 4 Ayat 2) 10%
dan pengawasan (supervision) pekerjaan konstruksi
yang dlaksanakan oleh Penyedia Jasa yang memiliki
klasifikasi badan usaha kecil, menengah atau besar
Jasa perencanaan (planning), perancangan (design), 6% Final (PPh Pasal 4 Ayat 2) 10%
dan pengawasan (supervision) pekerjaan konstruksi
yang dlaksanakan oleh Penyedia Jasa yang tidak
memiliki klasifikasi badan usaha
Jasa perencanaan (planning), perancangan (design), 2% Final (PPh Pasal 23) 10%
dan pengawasan (supervision) untuk pekerjaan
selain pekerjaan konstruksi, seperti transportasi,
pendidikan, kesehatan, kehutanan, perikanan,
kelautan, lingkungan hidup, kedirgantaraan,
pengembangan SDM, pariwisata, pos dan
telekomunikasi, pertanian, perindustrian,
pertambangan dan energi.
Jasa keahlian profesi, seperti jasa penasihat, jasa 2% Final (PPh Pasal 23) 10%
penilaian, jasa pendampingan, bantuan teknis,
konsultan manajemen, konsultan hokum
Pembayaran yang diterima karena penyerahan Ditanggung Pemerintah atas
pekerjaan konsultansi yang dilakukan dalam rangka porsi pinjaman/ hibah luar
pelaksanaan proyek pemerintah yang sebagian atau negeri
seluruhnya dibiayai dengan pinjaman/ hibah luar Atas porsi rupiah murni
negeri. sesuai persentase tersebut
diatas
Tidak dipungut atas porsi
pinjaman/ hibah luar negeri
10% atas porsi rupiah murni
JASA LAINNYA
Uraian Pekerjaan PPh Pasal 23 atau PPN
PPh Pasal 4 ayat 2
Jasa Boga (Catering service) 2% (PPh Pasal 23) Tidak dipungut
Jasa layanan kebersihan (cleaning service) 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha 2% (PPh Pasal 23) Tidak dipungut
Penyedian tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas
hasil kerja dari tenaga kerja tersebut dan jasa
penyelenggaraan latihan tenaga kerja.
Jasa penyediaan tenaga kerja dimana Penyedia 2% (PPh Pasal 23) 10%
tenaga kerja bertanggung jawab atas hasil kerja dari
tenaga kerja tersebut
Jasa asuransi, perbankan, dan keuangan Tidak dipotong Tidak dipungut
Jasa layanan kesehatan, pendidikan, pengembangan Tidak dipotong Tidak dipungut
sumber daya manusia, dan kependudukan
Jasa iklan/reklame, film, dan pemotretan 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa pengisian suara (dubbing) dan / atau sulih suara 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa mixing film 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa dalam bidang penyiaran seperti penyiaran radio 2% (PPh Pasal 23) Tidak dipungut
dan televisi yang bersifat bukan iklan
Jasa pencetakan dan penjilidan 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa pemeliharaan / perbaikan 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa pembersihan, pengendalian hama dan fumigasi 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa pengepakan, pengangkutan, pengurusan, dan 2% (PPh Pasal 23) 10%
pengepakan barang
Jasa penjahitan/konveksi 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa import/eksport 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa penulisan dan penerjemahan 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa penyewaan aktiva tetap selain tanah dan 2% (PPh Pasal 23) 10%
bangunan
Jasa penyewaan tanah dan bangunan 10% final (PPh Pasal 4 Ayat 10%
2)
Jasa penyelaman 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa dalam bidang perhotelan, meliputi jasa Tidak dipotong Tidak dipungut
persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel,
rumah pengginapan, motel, losmen, hostel, serta
fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan
untuk tamu menginap, dan jasa persewaan ruangan
untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
pengginapan, motel, losmen dan hostel
Jasa dalam bidang angkutan umum Tidak dipotong Tidak Dipungut
Jasa pelaksanaan transaksi instrumen keuangan 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa penyelenggaraan kegiatan (event organizer) 2% (PPh Pasal 23) 10%
adalah kegiatan usaha uang dilakukan oleh
pengusaha jasa penyelenggara kegiatan, meliputi
penyelenggaraan pameran, konvensi, pagelaran
musik, pesta, seminar, peluncuran produk, konferensi
pers, dan kegiatan lain yang memanfaatkan jasa
penyelenggaraan kegiatan
Jasa keamanan adalah semua pemberian pelayanan 2% (PPh Pasal 23) 10%
penyelidikan, pengawasan, penjagaan, dan kegiatan
atau perlindungan untuk keselamatan perorangan
dan harta miliki, termasuk penyelidikan latar
belakang seseorang, pencarian jejak orang hilang,
pencurian dan penggelapan, serta patrol
Jasa internet 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa pos dan telekomunikasi Tidak dipotong Tidak dipungut
Jasa pengelolaan asset 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa penebangan hutan 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa pengelolaan limbah 2% (PPh Pasal 23) 10%
Jasa sehubungan dengan software komputer, 2% (PPh Pasal 23) 10%
termasuk perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan
Jasa-jasa tersebut diatas yang diterima oleh 2% (PPh Pasal 23) Tidak dipungut
Departemen Pertahanan atau TNI yang dimanfaatkan
dalam rangka penyediaan data batas dan foto udara
wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung
pertahanan nasional
Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka Tidak dipotong Tidak dipungut
menjalankan pemerintahan secara umum, meliputi
jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, seperti pemberian izin Mendirikan
Bangungan (IMB), pemberian Izin Usaha
Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), pembuatan Kartu Tanda Penduduk
Pembayaran yang diterima karena penyerahan jasa Ditanggung Pemerintah atas
tersebut di atas yang dilakukan dalam rangka porsi pinjaman/ hibah luarg
pelaksanaan proyek pemerintah yang sebagian atau negeri
seluruhnya dibiayai dengan pinjaman/ hibah luar Atas porsi rupiah murni
negeri sesuai persentase tersebut
diatas
Tidak dipungut atas porsi
pinjaman / hibah luar negeri
10% atas porsi rupiah murni