Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi........................................................................................................
BAB I KERAK
I.1 Kerak pada Cooling Water Sistem.............................................................
I.2 Mekanisme Pembentukan Kerak...............................................................
I.3 Macam-macam Kerak. ..............................................................................
I.4 Dapak Kerak.............................................................................................
I.5 Pencegahan Kerak.....................................................................................
BAB II BIOFOULING
II.1Biofouling.................................................................................................
II.2 Jenis Mikroorganisme dan Karakteristik..................................................
II.3 Faktor yang Mempengaruhi.....................................................................
II.4 Mekanisme Pembentukan Biofouling......................................................
II.5 Efek Biofouling.......................................................................................
II.6 Pencegahan Biofouling............................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I
KERAK
Keterangan:
A-B : pembentukan dan pelarutan inti krista; terjadi secara berulang ulang
B : pertumbuhan kristal terjadi karena ukuran inti kristal melebihi ukuran
partikel kritis
BC : pertumbuhan dan koagulasi kristal berlangsung. Derajat kejenuhan
menurun dari b ke c. Laju pertumbuhan kristal menurun sebanding dengan
penurunan derajat kejenuhan
Dari grafik diatas jelas terlihat bahwa pembentukan kerak terjadi seiring
dengan menurunnya derajat kejenuhan. Diawali dengan terbentuknya partikel-
partikel kecil yang menempel pada permukaan dan dilanjutkan dengan
pembentukan inti yang lebih besar lagi hingga akhirnya terbentuk kerak.
Semakin tinggi temperatur air maka kearutan akan semakin kecil sehingga
pembentukan kerak kalsium karbonat akan semakin tinggi.
2. Perubahan tekanan
Banyaknya CO2 yang terlarut dalam air tergantung pada tekanan parsialnya,
yaitu apabila tekanan parsial tinggi gas CO2 yang terlarut juga akan semakin
meningkat. Dengan semakin larutnya CO2 maka kelarutan CaCO3 akan
meningkat sehingga kerak yang terbentuk akan semakin berkurang.
3. pH
Semakin tinggi pH maka pembentukan kerak akan semakin meningkat. pH
alkalinity merupakan keadaan dimana pH> 7. Pada pH ini kerak kalsium
karbonat belum sepenuhnya terbentuk, namun pembentukan kristal akan
semakin terbentuk jika pH mencapai > 8,3.
Keterangan:
Ksp : Hasil kali kelarutan Kalsium Fosfat
K1,K2,K3 : konstanta disosiasi pertama, kedua, dan ketiga
[] : molaritas fosfat
Persamaan diatas merupakan perhitungan kelarutan pada kalsium fosfat.
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi pH maka kelarutan
akan semakin berkurang sehingga pembentukan kerak akan meningkat. Reaksi yang
terjadi:
Kerak dari magnesium silicates terkadang berada pada heat exchangers yang
memiliki temperatur yang sangat tinggi.
Magnesium silicates memiliki 4 tipe :
Forsterite [mg₂sio₄]
Chrysotile [mg₃si₂o₅ (oh) ₄]
Talc [mg₃si₄o₁₀ (oh) ₂] -> paling banyak pada cooling water
system
Sepiolite [mg₂si₃o₇.₅oh.3h₂o]
Dari grafik diataas dapat dilihat kenaikan jumlah pembentukan kerak
magnesium silika pada range pH 8,7- 9,5. Sehingga semakin tinggi pH maka
jumlah magnesium silika yang terbentuk akan semakin tinggi.
Grafik pengaruh jumlah kerak dengan suhu
Titik
bulat hitam merupakan endapan silika yang dapat dilihat pada grafik bahwa pada
suhu 20 derajat C jumlah endapan yang terbentuk lebih tinggi dibandingkan dengan
suhu 40 derajat C. Dari sini dapat kita ketahui bahwa seiring dengan menurunnya
suhu maka kerak silika yang terbentuk akan semakin tinggi. kerak silika ini sangat
sulit dihilangkan karena sifatnya yang melekat kuat pada permukaan. Selajutnya
titik bulat putih merupakan endapan magnesium silika. Semakin meningkatnya
suhu maka jumlah kerak yang terbentuk akan semakin meningkat pula.
BAB II
BIOFOUING
II.1 Biofouling
Secara umum biofouling adalah akumulasi dan penumpukan dari mikro-
organisme, tanaman dan binatang pada fase dewasa yang melekat sementara
maupun tetap pada permukaan substrat (material yang ditempeli biofouling.
Biofouling dibagi menjadi dua yaitu,
1. Slime
Slime adalah fouling dimana jumlah
mikroorganisme lebih banyak dari bahan-bahan
anorganik. Slime menempel pada permukaan
tabung heat exchanger, dll yang daya lekatnya
berasal dari mikroorganisme. Slime dapat
melekat bahkan dalam kondisi air yang
mengalir.
2. Sludge
Fouling yang mengandung komponen anorganik lebih banyak daripada
mikroorganisme. Sludge biasanya terakumulasi di tempat yang memiliki arus
kecil atau air yang tidak mengalir
Mikroorganisme Karakteristik
Mempunyai klorofil dalam sel, melakukan
Alga hijau-biru
fotosintesis dengan cahaya matahari
Alga Alga hijau-biru Hidup di tempat terang. Contoh: cooling tower
Diatom
2. Suhu air
Dari grafik di atas, suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri adalah sekitar 35-
45oC.
3. Ph
Ph optimum untuk pertumbuhan bakteri yaitu ph netral sampai basa lemah .
Ph optimum untuk pertumbuhan jamur yaitu ph asam lemah . Ph optimum untuk
mikroorganisme tumbuh yaitu 6-9. Sedangkan ph cooling water system dijaga 6,5-9
untuk mencegah korosi dan kerak. Oleh karena itu dalam sistem cooling tower
harus bisa dipilih mana yang akan dihindari.
4. Oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Bakteri aerob dan jamur mendapatkan energi untuk pertumbuhannya dengan
mengoksidasi bahan organik menggunakan oksigen terlarut. Sedangkan open
recirculating water system menyediakan kondisi optimum bagi mereka karena
oksigen terlarut tersedia cukup dari cooling tower
5. Cahaya matahari
Kebanyakan mikroorganisme tidak membutuhkan cahaya matahari. Namun
salah satu alga melakukan fotosintesis dengan cahaya matahari, oleh karena itu alga
banyak tumbuh di tempat terang seperti cooling tower dan water basin.
Jumlah bakteri
6. Turbidity
Turbidity adalah derajat kekeruhan suatu cairan. Jika turbidity besar maka
akumulasi sludge akan lebih besar pula. Turbidity sebaiknya dijaga di bawah 20
derajat. Semakin keruh cairan maka semakin banyak senyawa-senyawa dan sludge
yang terdapat pada cairan tersebut.
7. Volume slime
Volume slime adalah volume (ml) dari sampel dengan menyaring 1 m 3
cooling water dengan plankton net. Jika volume slime lebih besar dari 10 ml/ m 3
munculnya masalah slime akan lebih besar . Besarnya volume slime dalam sistem
disebabkan cooling water yang terkontaminasi bahan organik
8. Derajat melekatnya slime (slime adhesion degree)
Cara mengetahui derajat melekatnya slime adalah kaca direndam dalam
cooling water dalam waktu yang ditentukan. Slime yang melekat dikeringkan dan
mikroorganisme yang melekat tsb dicat merah. Kemudian absorbansi dari kaca
diukur. Derajat melekatnya slime adalah fungsi dari absorbansi .
Kurita. 1985. “Water Industries Ltd”. Jepang: Kurita Hand Book Water Treatment
Sudjono. 2008. “Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pembentuka Kerak Pada Unit
Proses”. Tangerang: Pusat Peneltian Metalurgi
Timothy Keister. 2001. “Cooling Water Management Basic Principle and
Technology”. Pennsyvania: American Institut of Chemmist
Zainus Salimin, Gunandjar. 2006. “Penggunaan EDTA sebagai Pencegah
Timbulnya Kerak”. Batan: Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
S.G Choudhary. 1998. “Emerging MicrobialControl Issues in Cooling water
System”. India: Tata Chemicals Ltd
Muhammad Drajat. 2007. “Macam-Macam Jenis Scale”. Jakarta : Universitas
Sriwijaya