Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

“MANFAAT PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”


SMP NEGERI 15 KOTA BENGKULU

NAMA KELOMPOK 3

1. DELVA FITTO M.
2. ALDO APRIL SYAHPUTRA
3. M. YUDO PRATAMA
4. M. ILHAM RAJAB
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke
jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran
PPKN yang diamanatkan oleh Guru Pengajar. Makalah ini kami buat berdasarkan buku
penunjang yang miliki dan untuk mempermudahnya kami juga menyertai berhubungan dengan
kemajuan kedepan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya
baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat
dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah pengetahuan Hubungan
Pancasila dan UUD 1945.

Bengkulu, 21 Juli 2018


Hormat Kami
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila adalah
nilai-nilai kehidupan Indonesia sejak zaman nenek moyang sampai dewasa ini.
Berdasarkan hal tersebut terdapatlah perbedaan antara masyarakat Indonesia dengan
masyarakat lain. Nilai-nilai kehidupan tersebut mewujudkan amal perbuatan dan
pembawaan serta watek orang Indonesia. Dengan kata lain masyarakat Indonesia
mempunyai ciri sendiri,yang merupakan kepribadianya. Dengan nilai-nilai tersebut
rakyat Indonesia melihat dan memecahkan masalah kehidupan ini untuk mengarahkan
dan mempedomi dalam kegiatan kehidupanya bermasyarakat. Demikianlah mereka
melaksanakan kehidupan yang diyakini kebenaranya. Itulah pandangan hidupnya,karena
keyakinan yang telah mendarah daging itulah maka pancasila dijadikan dasar negara
serta ideologi negara.
Itulah kebulatan tekad rakyat Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945 melalui panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. Untuk mewujudkan masyarakat
pancasila,diperlukan suatu hukum yang berisi norma-norma,aturan-aturan atau
ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap warga negara
Indonesia.Hukum yang dimaksud adalah UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis di
Negara kita. Dengan ditulisnya makalah ini kami berharap dapat sedikit membantu
memberikan gambaran bahwa tujuan mempelajari pancasila adalah untuk mempelajari
pancasila yang benar. Mempelajari pancasila yang benar, yakni yang dapat di
pertanggung jawabkan baik secara yuridis, konstitusional, maupun secara objektif –
ilmiah. Secara yuridis – konstitusional artinya kerana pancasila adalah dasar negara yang
di pergunakan sebagai dasar mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan negara. Oleh
karena itu setiap orang boleh memberikan pengertian atau tapsiran menurut pendapat
sendiri. Secara objektif – ilmiah artinya karena pancasila adalah suatu paham filsafat,
suatu philoshofical way of thingkin atau philoshophical sistem sehingga uraian harus
logis dan diterima oleh akal sehat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pancasila?
2. Apakah hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NKRI tahun 1945?
3. Bagaimana penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NKRI tahun 1945?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila
2. Untuk mengetahui hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NKRI tahun 1945
3. Untuk mengetahui penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NKRI tahun 1945

D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian Pancasila
2. Mengetahui hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NKRI tahun 1945
3. Mengetahui dan menambah wawasan mengenai Pancasila didalam batang tubuh UUD
NKRI tahun 1945
LANDASAN TEORI

A. Landasan Historis

Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang
untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu
prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya
tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh para
pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan secara sederhana namun
mendalam yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.

Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila


sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif
historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai nilai
Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

B. Landasan Kultural

Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada
bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptual seseorang saja
melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari
nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara.
Oleh karena itu generasi penerus terutama kalangan intelektual kampus sudah
seharusnya untuk mendalami serta mengkaji karya besar tersebut dalam upaya untuk
melestarikan secara dinamis dalam arti mengembangkan sesuai dengan tuntutan
jaman.
C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi


diatur dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39
menyatakan : Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan. Demikian
juga berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, pasal 10 ayat
1 dijelaskan bahwa kelompok Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, wajib
diberikan dalam kurikulum setiap program studi, yang terdiri atas Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Sebagai pelaksanaan dari SK tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi


mengeluarkan Surat Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002, tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Dalam pasal 3
dijelaskan bahwa kompetensi kelompok mata kuliah MPK bertujuan menguasai
kemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas
sebagaimanusia intelektual. Adapun rambu-rambu mata kuliah MPK Pancasila
adalah terdiri atas segi historis, filosofis, ketatanegaraan, kehidupan berbangsa dan
bernegara serta etika politik. Pengembangan tersebut dengan harapan agar
mahasiswa mampu mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya, mengenali
masalah hidup terutama kehidupan rakyat, mengenali perubahan serta mampu
memaknai peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi persatuan bangsa.

D. Landasan Filosofis

Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa


Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara
konsisten merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai
bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan
obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek penyelenggaraan
negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan
termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa
Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam
pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, social budaya, maupun pertahanan
keamanan.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita,
Negara Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit
pada abad XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan Prapanca dan
buku Sutasoma karangan Tantular, dalam buku Sutasoma ini, selain mempunyai arti
“Berbatu sendi yang lima” (dari bahasa Sangsekerta) Pancasila juga mempunyai arti
“Pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut:

1. Tidak boleh melakukan kekerasan.


2. Tidak boleh mencuri.
3. Tidak boleh berjiwa dengki.
4. Tidak boleh berbohong.
5. Tidak boleh mengonsumsi minuman keras/obat-obatan terlarang.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18


Agustus 1945. Sebagai dasar negara maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan
pemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun berdasrkan
kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tersebut telah dipraktikan oleh nenek
moyang bangsa Indonesia dan kita teruskan sampai sekarang.

1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Dalam pengertian ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung,


wereldbeschouwing, wereld en levens beschouwing, pandangan dunia,
pandangan hidup, pegangan hidup dan petunjuk hidup.
Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakn pembuatan setiap
manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila
Pancasila. Hal ini karena Pancasila Weltanschauung merupakan suatu kesatuan, tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lain, keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan
satu kesatuan organis.

2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila sebagai falsafah negara (philosohische gronslag) dari negara,


ideology negara, dan staatside. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar
mengatur pemerintahan atau penyenggaraan negara.

Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara Indonesia


mempunyai beberapa fungsi pokok, yaitu:

1. Pancsila dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dan yang pada
hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber
tertib hukum. Hal ini tentang tertuang dalam ketetapan MRP No.
XX/MPRS/1966 dan ketetapan MPR No. V/MP/1973 serta ketetapan No.
IX/MPR/1978. merupakan pengertian yuridis ketatanegaraan.

2. Pancasila sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya


(merupakan pengertian Pancasila yang bersifat sosiologis).

3. Pancasila sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam


mencari kebenaran (merupakan pengertian Pancasila yang bersifat etis dan
filosofis).
3. Sila-sila Pancasila

A. Sila Katuhanan Yang Maha Esa


Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manuasia percaya dan taqwa
terhadap Tuhan YME sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

B. Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab.


Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjang tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, dan berani
membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat,
maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat dan bekerja sama dengan
bangsa-bangsa lain.

C. Sila Persatuan Indonesia.

Dengan sila persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan


persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
diatas kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan dikembangkan atas dasar
Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan
persatuan bangsa.

D. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan.

Manusia Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil


keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus
menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa
tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah
dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dalam
melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil
yang dipercayanya.

E. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia
Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini
dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu dikembangkan sikap adil
terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain.

B. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945

Dalam kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar Negara Republik


Indonesia,pada hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas kerohanian dalam setiap
aspek penyelenggaraan Negara termasuk dalam penyusunan tertib hukum Indonesia.
Maka kedudukan pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
adalah sebagai sumber tertib hukum Indonesia, dalam pengertian perundang-
undangan Indonesia.

Berdasarkan hakikat Pembukaan UUD 1945 sebagai norma dasar negara yang
intinya adalah Pancasila seagai dasar filsafat negara maka Pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu Cita Hukum (Rechtsidee), yang menguasai hukum dasar tertulis
maupun hukum dasar tidak tertulis.

Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD


NKRI Tahun 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada
hakikatnya adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di
Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
(Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978). Hal ini mengandung konsekuensi yuridis, yaitu
bahwa seluruh peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR,
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Praturan-peraturan
Pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik
Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, isi dan
tujuan Peraturan Perundanga-undangan RI tidak boleh menyimpang dari jiwa
Pancasila.

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD


NKRI Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan
material.

1. Hubungan Secara Formal

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan


UUD 1945, maka Pancasila memporelehi kedudukan sebagai norma dasar
hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya
bertopang pada asas-asas social, ekonomi, politik, yaitu perpaduan asas-asas
kultural, religigius dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam
Pancasila.

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat


disimpulkan sebagai berikut :

a Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah


seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV.

b Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan


pokok kaedah Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum
Indonesia mempunyai dua macam kedudukan yaitu :

1. Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberi


factor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia.
2. Memasukkkan dirinya di dalam tertib hukum sebagai tertib hukum
tertinggi.
c. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan
berfungsi, selain sebgai Mukaddimah dan UUD 1945 dalam kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi
sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-Pasalnya.
Karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya adlah Pancasila tidak
tergantung pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya.

d. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai


hakikat,sifat,kedudukan dan fungsi sebagai pokokkaedah negara yang
fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup
negara Republik Indonesia yang di proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.

e. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian


mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan terletak
pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.

2. Hubungan secara material

Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pncasila selain hubungan yang


bersifat formal, sebagaimana di jelaskan di atas juga hubungan secara material
sebagai berikut:

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan


pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang di bahas oleh
BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pncasila baru kemudian
Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945
BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah
piagam jakarata yang di susun oleh panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama
pembukaan UUD 1945.

Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945


adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia
bersumber pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum
Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib
hukum indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD
1945 sebagai pokok kaidah negara yang fubdamental, maka sebenarnya secara
material yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara
fundamental tersebut tidak lain adalah pancasila.

C. Hubungan Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945

Pembukaan UUD NKRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang


meliputi suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa
Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh bangsa Indonesia karena bersumber dar pandangan hidup dan dasar
negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah
yang dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NKRI tahun 1945.

Hubungan Pembukaan UUD NKRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD NKRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan
batang tubuh UUD NKRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti
Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NKRI
tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila
tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi hukum positif.

Sesuai dengan penjelasan UUD NKRI tahun 1945, pembukaan mengandung 4


pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok
pikiran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap


Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”

3. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang


berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan”

4. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adali
dan beradab”.

Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan


diterima dalam Pembukaan UUD NKRI tahun 1945, yaitu negara yang melindungi
bangsa Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi
paham golongan dan segala paham perorangan. Demimikian pentingnya pokok
pikiran ini maka persatuan merupakan dasar negara yang utama. Oleh karena itu,
penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan
negara di atas kepentingan golongan atau perorangan.

Pokok pikiiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD NKRI
tahun 1945 yang menegaskan suatu tujuan atau sutu cita-cita yang hendak dicapai.
Melalui pokok pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus
dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai dengan
berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan bahwa
pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan pada
kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama
untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan


bahwa sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan
rakyat dan permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai
dengan sifat masyarakat Indonesia. kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini
merupakan sistem negara yang menegaskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara
untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga
mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran
kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung maksud menjunjung
tinggi hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD


NKRI Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan
material. Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada
tercantumnya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung
pengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial,
ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang
melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas
kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Hubungan Pebukaan UUD NKRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD NKRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan
batang tubuh UUD NKRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti
Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NKRI
tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila
tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi hukum positif.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami buat,kami menyadari bahwa masih


banyak kekurangan didalam makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan
saran dari pembaca. Agar penulis dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai