Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan keterampilan berpikir kritis IPS
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada
siswa kelas V Sekolah Dasar di Desa Kaliasem Kecamatan Banjar. Penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain penelitian ”non-
equivalent posttest only control group design”. Populasi penelitian adalah semua siswa
kelas V di desa Kaliasem kecamatan Banjar yang berjumlah 119 orang, dengan sampel
penelitian 66 orang siswa kelas V di desa Kaliasem yang terdiri dari 35 orang siswa kelas
V di SD N 2 Kaliasem sebagai kelas eksperimen dan 31 orang siswa kelas V di SD N 4
Kaliasem sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian ini didapatkan dari
metode tes. Data yang didapatkan dari metode tes dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian pada tes keterampilan berpikir
kritis IPS siswa menunjukkan bahwa rata-rata skor keterampilan berpikir kritis IPS siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TAI sebesar
29,77. Sedangkan rata-rata skor keterampilan berpikir kritis IPS siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional sebesar 18,94. Pengujian
hipotesis menggunakan uji-t menunjukkan thitung > t tabel, dengan nilai thitung sebesar 11,52
dan nilai ttabel sebesar 2,00. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berpikir kritis IPS siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI dengan keterampilan
berpikir kritis IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional.
Abstract
This study aims to describe the difference of critical thinking skill in IPS of students who
follow the Team Assisted Individualization (TAI) model and students who follow the
th
conventional study model of the 5 grade students in Desa Kaliasem Kecamatan Banjar.
This is a quinsy experiment where the design uses”non-equivalent posttest only controls
th
group design”. The population of the experiment are all the 5 grade students in Desa
th
Kaliasem Kecamatan Banjar which total of 119 students, 66 students are the 5 grade
th
students in Desa Kaliasem as experiment sample, which 35 of the them are from the 5
grade students of SD N 2 Kaliasem as experiment class and the other 31 student are
from SD N 4 Kaliasem as control class. The data which is collected in this study were
obtained by test model. The data were analyzed with descriptive technique analysis and
inferential statistic (uji-t). The result of the critical thinking test of students in IPS shows
the average score of the critical thinking in IPS by students who follow the TAI model are
29.77. Meanwhile the score for students follow the conventional model are 18.94. The
hypothesis test by uji-t shows tvalue > t table, with the score of tvalue is 11.52 and the score
of ttable is 2.00. Based on this study, it can be concluded that there are significant
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
difference in students’ critical thinking skill in IPS between students who conduct the TAI
model and students who follow the conventional model.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu proses maupun model pembelajaran yang
dalam rangka mempengaruhi siswa agar relevan dengan paradigma pendidikan.
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin Pada proses pembelajaran IPS
terhadap lingkungannya dan dengan ternyata terdapat beberapa kelemahan
demikian akan menimbulkan perubahan diantaranya: (1) guru masih lebih
dalam dirinya yang memungkinkannya menonjolkan model ceramah dalam
untuk berfungsi secara adekuat dalam pembelajaran, (2) guru belum
kehidupan masyarakat (Hamalik, memaksimalkan model-model
2001:79). Perubahan atau perkembangan pembelajaran yang inovatif, (3) guru
pendidikan merupakan hal yang belum mengembangkan materi, hanya
seharusnya terjadi sejalan dengan menyampaikan materi yang ada di buku,
`adanya perubahan budaya kehidupan. (4) terbatasnya buku sumber yang dimiliki
Seiring dengan perubahan perkembangan oleh guru maupun siswa, (5) interaksi
tersebut, pendidikan seringkali menjadi siswa rendah hal ini ditandai dengan
topik masalah yang sangat menarik dan jarangnya siswa mengajukan pertanyaan,
hangat untuk diperbincangkan, baik itu (6) siswa hanya menunggu informasi dari
dari kalangan masyarakat luas maupun guru. Berdasarkan hasil wawancara yang
dari pakar pendidikan. Masalah telah dilakukan dengan guru mata
pendidikan itu dapat dipecahkan melalui pelajaran IPS kelas V SD di Desa
aktivitas proses pembelajaran yang tepat. Kaliasem Kecamatan Banjar menunjukkan
Pembelajaran merupakan bahwa, keterampilan berpikir kritis siswa
aktivitas yang paling penting, karena masih cukup rendah.
melalui proses itulah tujuan pendidikan Selain itu, perkembangan
akan dicapai dalam bentuk perubahan kebutuhan masyarakat atas Sumber Daya
prilaku siswa. Ada beberapa komponen Manusia (SDM) yang berkualitas secara
yang harus diperhatikan dalam proses perlahan tetapi pasti semakin meningkat
pembelajaran seperti: guru, siswa, dari tahun ke tahun. Hal tersebut sejalan
metode, media, sarana-prasarana dan dengan perkembangan tuntutan dunia
kurikulum serta usaha lain yang kerja yang tidak hanya membutuhkan
berkenaan dengan peningkatan kualitas SDM yang berorientasi untuk kebutuhan
kegiatan pembelajaran. Dalam proses dunia industri saja. SDM yang dibutuhkan
pembelajaran strategi belajar mengajar saat ini yaitu SDM yang memiliki
merupakan hal yang sangat penting. kompetensi unggulan, terutama dalam hal
Hamalik (2001:27) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis.
belajar bukan hanya mengingat, akan Sejalan dengan pergeseran
tetapi lebih luas daripada itu, yakni kebutuhan tersebut, restrukturisasi
mengalami. Guru memiliki peran yang pendidikan haruslah dilakukan.
sangat penting dalam mengembangkan Pendidikan tidaklah diarahkan hanya
kemampuan berpikir kritis, kreatif dan untuk mencetak tenaga kerja dalam
kemandirian siswa dalam proses industri saja, melainkan juga tenaga kerja
pembelajaran. Keterampilan atau yang mengoptimalkan keterampilan
kompetensi seorang guru dalam berpikir dalam menjalankan pekerjaannya.
mengelola pembelajaran akan sangat Hal tersebut berarti pendidikan haruslah
berpengaruh terhadap hasil pelaksanaan diarahkan pada upaya menciptakan
pembelajaran. Seorang guru dituntut agar situasi agar siswa mampu belajar dan
mampu menciptakan suasana memiliki keterampilan berpikir kritis.
pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, Scriven (dalam mardiana,
efektif, dan menyenangkan dengan 2013:1) berpendapat berpikir kritis adalah
menerapkan berbagai pendekatan proses intelektual yang aktif dan penuh
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
dengan keterampilan dalam membuat siswa. Berpikir kritis tidak bisa hanya
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, diajarkan melalui model ceramah. Selain
menganalisis, membuat sintesis, dan itu, pembelajaran yang sifatnya hafalan
mengevaluasi. Keterampilan berpikir kritis kurang menuntut siswa untuk bertanya
yang dimaksudkan dalam penelitian ini dan berpikir, sehingga kurang memacu
adalah proses mental yang mencakup keterampilan berpikir kritis siswa.
kemampuan merumuskan masalah, Pembelajaran yang sering
memberi dan menganalisis argumen, ditemukan di sekolah-sekolah adalah
melakukan observasi, menyusun model pembelajaran konvensional yaitu
hipotesis, melakukan deduksi dan induksi, suatu pembelajaran yang lazim diterapkan
mengevaluasi dan mengambil keputusan dalam pembelajaran sehari-hari (Octari,
serta melaksanakan tindakan. 2012:18). Seperti proses pembelajaran
Johnson (2007:34) yang terjadi di SD tempat penelitian, guru
mengemukakan delapan langkah yang cenderung mengarahkan siswa sebagai
dapat membantu siswa dalam penerima informasi yang pasif dan belajar
meningkatkan keterampilan berpikir kritis secara hafalan. Siswa kurang diberi
antara lain. (1) Menentukan masalah atau kesempatan mengalami langsung dan
isu nyata, proyek atau keputusan yang menerapkan konsep untuk mencapai
betul-betul dipertimbangakan untuk pemahaman yang mendalam. Hal ini
dikritisi. (2) Menentukan poin-poin yang diduga sebagai faktor penyebab
menjadi pandangan. (3) Memberikan rendahnya kualitas dan kuantitas dalam
alasan mengapa poin-poin tersebut yang pembelajaran IPS, khususnya
dipertimbangkan untuk dikritisi. (4) keterampilan berpikir kritis. Kurangnya
Membuat asumsi-asumsi yang diperlukan. instrumen dalam pembelajaran yang
(5) Bahasa yang digunakan harus jelas. menuntut siswa untuk berpikir kritis juga
(6) Membuat alasan yang mendasari merupakan salah satu penyebab
dalam fakta-fakta yang meyakinkan. (7) rendahnya keterampilan berpikir kritis
Mengajukan kesimpulan. (8) Menentukan siswa. Hal ini dapat terlihat dari soal-soal
implikasi dari kesimpulan. ujian atau ulangan umum yang lebih
Ada beberapa alasan perlunya menekankan pada pemahaman atau soal-
membentuk keterampilan berpikir kritis di soal yang bersifat hafalan, sehingga
masyarakat. Salah satunya adalah untuk kurang mencerminkan indikator dari
menghadapi perubahan dunia yang begitu keterampilan berpikir kritis.
pesat yang selalu muncul pengetahuan Keterampilan berpikir kritis yang
baru setiap harinya, sementara rendah akan berakibat pada kurang
pengetahuan yang lama ditata dan mampunya siswa untuk menganalisis
dijelaskan ulang (Muhfahroyin, 2009:2). permasalahan yang diajukan dalam test
Keterampilan berpikir kritis bukan ulangan sekolah maupun test
merupakan karakteristik yang memang keterampilan berpikir kritis siswa. Siswa
mutlak dibawa dari sejak lahir, namun sering mengalami masalah dalam
dapat diajarkan serta dikembangkan. menghadapi permasalahan yang
Dalam hal ini terlihat bahwa keterampilan gampang dengan adanya sedikit
berpikir kritis memiliki peran yang sangat pengecoh. Kenyataannya ini menunjukkan
penting dalam pembelajaran khususnya bahwa dalam menyelesaikan suatu
IPS dan menghadapi kehidupan sehari- permasalahan siswa masih menggunakan
hari, sehingga perlu untuk ditingkatkan. hafalan saja dan terlepas dari proses
Khususnya pada keterampilan berpikir yang lebih tinggi, terutamanya
berpikir kritis siswa, ternyata masih juga yaitu berpikir kritis. Oleh karena itu,
sangat rendah. Beberapa peneliti keterampilan berpikir kritis siswa perlu
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir ditingkatkan agar dapat memperbaiki hasil
siswa belum ditangani oleh para guru di belajar siswa.
sekolah secara optimal. Hal ini karena Berdasarkan uraian di atas, perlu
model pembelajaran yang digunakan diupayakan suatu model pembelajaran
selama ini masih belum maksimal dalam yang dapat membangkitkan respon siswa
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis untuk berpikir kritis dan optimal, bekerja
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
secara aktif dan kolaboratif, serta Guru memberikan kuis kepada siswa
memposisikan guru sebagai motivator dan secara individual. (7) Guru memberi
fasilitator dalam pembelajaran. penghargaan pada kelompok berdasarkan
Pemberdayaan keterampilan berpikir kritis perolehan nilai peningkatan hasil belajar
bisa dilakukan oleh guru dengan individual dari skor dasar ke skor kuis
menerapkan pembelajaran yang berikutnya.
menggunakan strategi-strategi Peranan guru dalam
pembelajaran konstruktivistik sehingga pembelajaran kooperatif tipe TAI hanya
berpotensi memberdayakan keterampilan sebagai motivator, fasilitator dan mediator
berpikir kritis, seperti pembelajaran yang kreatif karena siswa dituntun belajar
kooperatif (Cooperative Learning). Dalam bekerja dengan cara berkelompok serta
pembelajaran kooperatif terdapat tanggung jawab tentang pengetahuan
beberapa variasi model yang diterapkan, yang diperolehnya bersama.
yaitu diantaranya model pembelajaran Mengingat masalah tersebut sangat
kooperatif tipe Team Assisted penting, maka dilakukan penelitian
Individualization (TAI) yakni salah satu dengan tujuan untuk untuk
pembelajaran yang dapat mengkondisikan mendeskripsikan perbedaan keterampilan
siswa dalam suatu lingkungan belajar berpikir kritis antara siswa yang
yang nyaman yaitu belajar kelompok dibelajarkan menggunakan model
dengan dibantu oleh salah satu siswa pembelajaran kooperatif tipe TAI dan
pandai dalam anggota kelompok secara siswa yang dibelajarkan menggunakan
individual, saling tukar jawaban, saling pembelajaran konvensional pada siswa
berbagi sehingga terjadi diskusi kelompok, kelas V SD di Desa Kaliasem.
tetapi siswa tetap belajar sesuai dengan
kecepatan dan kemampuannya masing- METODE
masing melalui proses internalisasi. Ciri- Jenis penelitian ini adalah
ciri pembelajaran kooperatif tipe TAI penelitian eksperimen semu (quasi
adalah terdapat kombinasi antara belajar experiment) karena tidak mungkin semua
secara kooperatif dengan belajar secara variabel yang muncul dalam kondisi
individu. Supinah dan Agus D.W. eksperimen dapat diteliti dan dikontrol
(2009:63) menyatakan bahwa langkah- selama 24 jam oleh peneliti. Populasi
langkah dari pembelajaran kooperatif tipe subjek penelitian ini adalah kelas V
TAI terurai sebagai berikut. (1) Guru semester ganjil SD di Desa Kaliasem
memberikan tugas kepada siswa untuk Kecamatan Banjar tahun ajaran 2013-
mempelajari materi pembelajaran secara 2014 sebanyak 4 sekolah dengan jumlah
individual yang sudah dipersiapkan oleh 119 siswa, dimana setiap kelas
guru. (2) Guru memberikan kuis secara mempunyai kemampuan akademik yang
individual kepada siswa untuk homogen. Pengambilan sampel
mendapatkan skor dasar atau skor awal. ditentukan dengan melakukan uji
(3) Guru membentuk beberapa kelompok. kesetaraan dengan menggunakan rumus
Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa analisis varians satu jalur terhadap nilai
dengan kemampuan yang berbeda-beda akhir kelas IV semester II tahun pelajaran
tingkat kemampuan (tinggi, sedang, 2012/2013. Dilakukannya uji kesetaraan
rendah), jika mungkin anggota kelompok berdasarkan beberapa asumsi. Asumsi-
berasal dari ras, budaya, suku yang asumsi tersebut adalah jumlah murid SD
berbeda serta kesetaraan gender. (4) di Desa Kaliasem hampir sama, tidak
Hasil belajar siswa secara individual terdapat sekolah unggulan di Desa
didiskusikan dalam kelompok. Dalam Kaliasem, rata-rata semua guru yang
diskusi kelompok, setiap anggota mengajar di SD Kaliasem memiliki
kelompok saling memeriksa jawaban pendidikan terakhir S1, serta sarana dan
teman satu kelompoknya. (5) Guru prasarana yang dimiliki oleh keempat SD
memfasilitasi siswa dalam membuat tersebut hampir setara. Jadi tidak ada
rangkuman, mengarahkan, dan sekolah yang terlihat menonjol pada Desa
memberikan penegasan pada materi Kaliasem sehingga perlu dilakukan uji
pembelajaran yang telah dipelajari. (6) kesetaraan.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
Berdasarkan hasil uji kesetaraan Data yang dikumpulkan dalam
menunjukkan semua kelas setara. Dari 4 penelitian ini adalah keterampilan berpikir
Sekolah Dasar yang ada di Desa kritis IPS siswa. Metode pengumpulan
Kaliasem Kecamatan Banjar, diambil dua data dapat dilakukan dengan beberapa
kelas melalui sistem random metode. Metode yang dapat digunakan
sampling/undian sehingga diperoleh hasil adalah angket (kuisioner), tes,
yaitu, SDN 2 Kaliasem dan SDN 4 wawancara, dokumen, dan observasi.
Kaliasem. Untuk menentukan kelas Dalam penelitian ini, metode yang
eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan digunakan adalah metode tes. Tes
pengundian kembali dan hasilnya yaitu, keterampilan berpikir kritis IPS siswa ini
siswa kelas V SDN 2 Kaliasem sebagai berupa tes uraian yang disusun
kelas eksperimen untuk penerapan model berdasarkan tujuan pembelajaran dan
pembelajaran TAI dan siswa kelas V di kurikulum. Karena dalam menjawab soal
SDN 4 Kaliasem sebagai kelas kontrol bentuk tes uraian siswa dituntut untuk
dengan penerapan pembelajaran menjawab secara rinci sehingga proses
konvensional. berpikir, ketelitian sistematis penyusunan
Berdasarkan hasil uji kesetaraan dapat dievaluasi. Tes tersebut telah di uji
dengan menggunakan uji-t menunjukkan coba di tempat penelitian, sehingga teruji
semua kelas setara. Dari keempat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan
Sekolah Dasar yang ada di Desa daya pembedanyanya. Hasil tes uji
Kaliasem Kecamatan Banjar, maka lapangan tersebut selanjutnya diberikan
diambil dua kelas melalui teknik random kepada siswa kelas eksperimen dan
sampling sehingga diperoleh hasil, yaitu kontrol sebagai post-test. Analisis data
SDN 2 Kaliasem dan SDN 4 Kaliasem. yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Untuk menentukan kelas eksperimen dan analisis statistik deskriptif dimana data
kelas kontrol, dilakukan pengundian dianalisis dengan menghitung nilai mean,
kembali dan diperoleh hasil, yaitu siswa median, modus, standar deviasi, varian,
kelas V SDN 2 Kaliasem sebagai kelas skor maksimum, dan skor minimum.
eksperimen untuk penerapan model Dalam penelitian ini, data disajikan dalam
pembelajaran TAI dan siswa kelas V di bentuk kurva poligon. Sebelum dilakukan
SDN 4 Kaliasem sebagai kelas kontrol pengujian untuk mendapatkan
dengan penerapan pembelajaran kesimpulan, maka data yang diperoleh
konvensional. perlu diuji normalitas dan
Sebelum memulai penelitian homogenitasnya. Uji normalitas dilakukan
perlu terlebih dahulu untuk menentukan untuk menyajikan bahwa sampel benar-
variabel bebas dan variabel terikatnya. benar berasal dari populasi yang
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal. Dan uji homogenitas
pembelajaran model pembelajaran dilakukan untuk menyajikan bahwa
kooperatif tipe Team Assisted sampel benar-benar homogen. Untuk
Individualization (TAI) dan model mengetahui pengaruh pembelajaran tipe
pembelajaran konvensional. Dan variabel Team Assisted Individualization (TAI)
terikat dalam penelitian ini adalah terhadap keterampilan berpikir kritis IPS
keterampilan berpikir kritis IPS siswa. digunakan teknik statiska Uji –t. Analisis
Rancangan Penelitian yang digunakan ini digunakan karena peneliti ingin
adalah post-test only control group design. mengetahui ada tidaknya perbedaan
Pemilihan desain ini karena peneliti ingin keterampilan berpikir kritis IPS siswa
mengetahui untuk mendeskripsikan antara kelas eksperimen dan kelas
perbedaan keterampilan berpikir kritis kontrol. Jika terbukti bahwa kedua sampel
antara siswa yang dibelajarkan n1 = n2 dan variansnya homogen, maka
menggunakan model pembelajaran dilakukan analisis uji t (t-test)
kooperatif tipe TAI dan siswa yang menggunakan rumus separated varians
dibelajarkan menggunakan pembelajaran dan jika terbukti bahwa kedua sampel n1 ≠
konvensional pada siswa kelas V SD di n2 dan variansnya homogen, maka
Desa Kaliasem.. dilakukan analisis uji t (t-test)
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
menggunakan rumus polled varians HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan taraf signifikansi 5%. Adapun hasil analisis data statistik
deskriptif disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Kelompok
Statistik
Eksperimen Kontrol
Mean 29,77 18,94
Median 30,09 18,92
Modus 31,4 18,83
Varians 15,01 14,13
Standar Deviasi 3,87 3,76
10
maka harus dilakukan beberapa uji
8
prasyarat. Terhadap sebaran data yang
meliputi uji normalitas terhadap data skor
Frekuensi
6
11
4
10
keterampilan berpikir kritis IPS siswa. Uji
7
2
3
normalitas dilakukan untuk membuktikan
0
2 2
bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi
23 26 29 32 35 38
Tit i k Tengah normal. Uji normalitas data keterampilan
Gambar 1. Poligon Data Hasil Belajar berpikir kritis IPS dianalisis menggunakan
Matematika Kelompok uji Chi-Square ( 2 ) dengan kriteria
Eksperimen
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
apabila 2 hitung < 2 tabel maka data Setelah melakukan uji prasyarat yang
berdistribusi normal. pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya
Berdasarkan hasil perhitungan dilakukan uji prasyarat yang ke dua yaitu
dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, uji homogenitas varians. Uji homogenitas
varians data keterampilan berpikir kritis
diperoleh 2 hitung data skor keterampilan IPS dianalisis menggunakan uji F dengan
berpikir kritis IPS siswa kelompok kriteria kedua kelompok memiliki varians
eksperimen adalah 4,31 dan 2 tabel homogen jika Fhitung < Ftabel dengan derajat
dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 kebebasan untuk pembilang n1–1 dan
derajat kebebasan untuk penyebut n2–1.
adalah 7,82. Hal ini berarti, 2 hitung data
Berdasarkan hasil perhitungan,
skor keterampilan berpikir kritis IPS siswa diperoleh Fhitung data keterampilan berpikir
kelompok eksperimen lebih kecil dari kritis IPS siswa kelompok eksperimen dan
2 tabel ( 2 hitung < 2 tabel), sehingga data kontrol adalah 1,06 sedangkan Ftabel
keterampilan berpikir kritis IPS siswa (dbpembilang = 34, dbpenyebut = 30, dan taraf
kelompok eksperimen berdistribusi signifikansi 5%) adalah 1,70. Hal ini
normal. berarti, varians data hasil belajar IPS
2 hitung data skor keterampilan siswa kelompok eksperimen dan kontrol
adalah homogen.
berpikir kritis IPS siswa kelompok kontrol
Hipotesis penelitian yang diuji adalah
adalah 4,40 dan 2 tabel dengan taraf terdapat perbedaan keterampilan berpikir
signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,82. kritis IPS kelas V yang signifikan antara
Hal ini berarti, 2 hitung data skor siswa yang belajar menggunakan model
keterampilan berpikir kritis IPS kelompok pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) dan siswa
kontrol lebih kecil dari 2 tabel ( 2 hitung < yang belajar menggunakan model
2 tabel), sehingga data keterampilan pembelajaran konvensional. Pada Uji
berpikir kritis IPS siswa kelompok kontrol hipotesis ini menggunakan uji–t
berdistribusi normal. independent (sampel tidak berkorelasi).
Adapun hasil analisis uji hipotesis
menggunakan uji-t disajikan pada Tabel 2.