Anda di halaman 1dari 10

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TAI TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS IPS SISWA KELAS V
SD DI DESA KALIASEM KECAMATAN BANJAR
Ni Kadek Aryani1, Made Sumantri2, I Nyoman Murda3
1,2,3
Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: kadekaryani38@yahoo.com1 , madesumantripgsd@yahoo.co.id2,


murdanyoman@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan keterampilan berpikir kritis IPS
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada
siswa kelas V Sekolah Dasar di Desa Kaliasem Kecamatan Banjar. Penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain penelitian ”non-
equivalent posttest only control group design”. Populasi penelitian adalah semua siswa
kelas V di desa Kaliasem kecamatan Banjar yang berjumlah 119 orang, dengan sampel
penelitian 66 orang siswa kelas V di desa Kaliasem yang terdiri dari 35 orang siswa kelas
V di SD N 2 Kaliasem sebagai kelas eksperimen dan 31 orang siswa kelas V di SD N 4
Kaliasem sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian ini didapatkan dari
metode tes. Data yang didapatkan dari metode tes dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian pada tes keterampilan berpikir
kritis IPS siswa menunjukkan bahwa rata-rata skor keterampilan berpikir kritis IPS siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TAI sebesar
29,77. Sedangkan rata-rata skor keterampilan berpikir kritis IPS siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional sebesar 18,94. Pengujian
hipotesis menggunakan uji-t menunjukkan thitung > t tabel, dengan nilai thitung sebesar 11,52
dan nilai ttabel sebesar 2,00. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berpikir kritis IPS siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI dengan keterampilan
berpikir kritis IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional.

Kata kunci: team assisted individualization, keterampilan berpikir kritis IPS.

Abstract

This study aims to describe the difference of critical thinking skill in IPS of students who
follow the Team Assisted Individualization (TAI) model and students who follow the
th
conventional study model of the 5 grade students in Desa Kaliasem Kecamatan Banjar.
This is a quinsy experiment where the design uses”non-equivalent posttest only controls
th
group design”. The population of the experiment are all the 5 grade students in Desa
th
Kaliasem Kecamatan Banjar which total of 119 students, 66 students are the 5 grade
th
students in Desa Kaliasem as experiment sample, which 35 of the them are from the 5
grade students of SD N 2 Kaliasem as experiment class and the other 31 student are
from SD N 4 Kaliasem as control class. The data which is collected in this study were
obtained by test model. The data were analyzed with descriptive technique analysis and
inferential statistic (uji-t). The result of the critical thinking test of students in IPS shows
the average score of the critical thinking in IPS by students who follow the TAI model are
29.77. Meanwhile the score for students follow the conventional model are 18.94. The
hypothesis test by uji-t shows tvalue > t table, with the score of tvalue is 11.52 and the score
of ttable is 2.00. Based on this study, it can be concluded that there are significant
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
difference in students’ critical thinking skill in IPS between students who conduct the TAI
model and students who follow the conventional model.

Key words: team assisted individualization, critical thinking skills IPS

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu proses maupun model pembelajaran yang
dalam rangka mempengaruhi siswa agar relevan dengan paradigma pendidikan.
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin Pada proses pembelajaran IPS
terhadap lingkungannya dan dengan ternyata terdapat beberapa kelemahan
demikian akan menimbulkan perubahan diantaranya: (1) guru masih lebih
dalam dirinya yang memungkinkannya menonjolkan model ceramah dalam
untuk berfungsi secara adekuat dalam pembelajaran, (2) guru belum
kehidupan masyarakat (Hamalik, memaksimalkan model-model
2001:79). Perubahan atau perkembangan pembelajaran yang inovatif, (3) guru
pendidikan merupakan hal yang belum mengembangkan materi, hanya
seharusnya terjadi sejalan dengan menyampaikan materi yang ada di buku,
`adanya perubahan budaya kehidupan. (4) terbatasnya buku sumber yang dimiliki
Seiring dengan perubahan perkembangan oleh guru maupun siswa, (5) interaksi
tersebut, pendidikan seringkali menjadi siswa rendah hal ini ditandai dengan
topik masalah yang sangat menarik dan jarangnya siswa mengajukan pertanyaan,
hangat untuk diperbincangkan, baik itu (6) siswa hanya menunggu informasi dari
dari kalangan masyarakat luas maupun guru. Berdasarkan hasil wawancara yang
dari pakar pendidikan. Masalah telah dilakukan dengan guru mata
pendidikan itu dapat dipecahkan melalui pelajaran IPS kelas V SD di Desa
aktivitas proses pembelajaran yang tepat. Kaliasem Kecamatan Banjar menunjukkan
Pembelajaran merupakan bahwa, keterampilan berpikir kritis siswa
aktivitas yang paling penting, karena masih cukup rendah.
melalui proses itulah tujuan pendidikan Selain itu, perkembangan
akan dicapai dalam bentuk perubahan kebutuhan masyarakat atas Sumber Daya
prilaku siswa. Ada beberapa komponen Manusia (SDM) yang berkualitas secara
yang harus diperhatikan dalam proses perlahan tetapi pasti semakin meningkat
pembelajaran seperti: guru, siswa, dari tahun ke tahun. Hal tersebut sejalan
metode, media, sarana-prasarana dan dengan perkembangan tuntutan dunia
kurikulum serta usaha lain yang kerja yang tidak hanya membutuhkan
berkenaan dengan peningkatan kualitas SDM yang berorientasi untuk kebutuhan
kegiatan pembelajaran. Dalam proses dunia industri saja. SDM yang dibutuhkan
pembelajaran strategi belajar mengajar saat ini yaitu SDM yang memiliki
merupakan hal yang sangat penting. kompetensi unggulan, terutama dalam hal
Hamalik (2001:27) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis.
belajar bukan hanya mengingat, akan Sejalan dengan pergeseran
tetapi lebih luas daripada itu, yakni kebutuhan tersebut, restrukturisasi
mengalami. Guru memiliki peran yang pendidikan haruslah dilakukan.
sangat penting dalam mengembangkan Pendidikan tidaklah diarahkan hanya
kemampuan berpikir kritis, kreatif dan untuk mencetak tenaga kerja dalam
kemandirian siswa dalam proses industri saja, melainkan juga tenaga kerja
pembelajaran. Keterampilan atau yang mengoptimalkan keterampilan
kompetensi seorang guru dalam berpikir dalam menjalankan pekerjaannya.
mengelola pembelajaran akan sangat Hal tersebut berarti pendidikan haruslah
berpengaruh terhadap hasil pelaksanaan diarahkan pada upaya menciptakan
pembelajaran. Seorang guru dituntut agar situasi agar siswa mampu belajar dan
mampu menciptakan suasana memiliki keterampilan berpikir kritis.
pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, Scriven (dalam mardiana,
efektif, dan menyenangkan dengan 2013:1) berpendapat berpikir kritis adalah
menerapkan berbagai pendekatan proses intelektual yang aktif dan penuh
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
dengan keterampilan dalam membuat siswa. Berpikir kritis tidak bisa hanya
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, diajarkan melalui model ceramah. Selain
menganalisis, membuat sintesis, dan itu, pembelajaran yang sifatnya hafalan
mengevaluasi. Keterampilan berpikir kritis kurang menuntut siswa untuk bertanya
yang dimaksudkan dalam penelitian ini dan berpikir, sehingga kurang memacu
adalah proses mental yang mencakup keterampilan berpikir kritis siswa.
kemampuan merumuskan masalah, Pembelajaran yang sering
memberi dan menganalisis argumen, ditemukan di sekolah-sekolah adalah
melakukan observasi, menyusun model pembelajaran konvensional yaitu
hipotesis, melakukan deduksi dan induksi, suatu pembelajaran yang lazim diterapkan
mengevaluasi dan mengambil keputusan dalam pembelajaran sehari-hari (Octari,
serta melaksanakan tindakan. 2012:18). Seperti proses pembelajaran
Johnson (2007:34) yang terjadi di SD tempat penelitian, guru
mengemukakan delapan langkah yang cenderung mengarahkan siswa sebagai
dapat membantu siswa dalam penerima informasi yang pasif dan belajar
meningkatkan keterampilan berpikir kritis secara hafalan. Siswa kurang diberi
antara lain. (1) Menentukan masalah atau kesempatan mengalami langsung dan
isu nyata, proyek atau keputusan yang menerapkan konsep untuk mencapai
betul-betul dipertimbangakan untuk pemahaman yang mendalam. Hal ini
dikritisi. (2) Menentukan poin-poin yang diduga sebagai faktor penyebab
menjadi pandangan. (3) Memberikan rendahnya kualitas dan kuantitas dalam
alasan mengapa poin-poin tersebut yang pembelajaran IPS, khususnya
dipertimbangkan untuk dikritisi. (4) keterampilan berpikir kritis. Kurangnya
Membuat asumsi-asumsi yang diperlukan. instrumen dalam pembelajaran yang
(5) Bahasa yang digunakan harus jelas. menuntut siswa untuk berpikir kritis juga
(6) Membuat alasan yang mendasari merupakan salah satu penyebab
dalam fakta-fakta yang meyakinkan. (7) rendahnya keterampilan berpikir kritis
Mengajukan kesimpulan. (8) Menentukan siswa. Hal ini dapat terlihat dari soal-soal
implikasi dari kesimpulan. ujian atau ulangan umum yang lebih
Ada beberapa alasan perlunya menekankan pada pemahaman atau soal-
membentuk keterampilan berpikir kritis di soal yang bersifat hafalan, sehingga
masyarakat. Salah satunya adalah untuk kurang mencerminkan indikator dari
menghadapi perubahan dunia yang begitu keterampilan berpikir kritis.
pesat yang selalu muncul pengetahuan Keterampilan berpikir kritis yang
baru setiap harinya, sementara rendah akan berakibat pada kurang
pengetahuan yang lama ditata dan mampunya siswa untuk menganalisis
dijelaskan ulang (Muhfahroyin, 2009:2). permasalahan yang diajukan dalam test
Keterampilan berpikir kritis bukan ulangan sekolah maupun test
merupakan karakteristik yang memang keterampilan berpikir kritis siswa. Siswa
mutlak dibawa dari sejak lahir, namun sering mengalami masalah dalam
dapat diajarkan serta dikembangkan. menghadapi permasalahan yang
Dalam hal ini terlihat bahwa keterampilan gampang dengan adanya sedikit
berpikir kritis memiliki peran yang sangat pengecoh. Kenyataannya ini menunjukkan
penting dalam pembelajaran khususnya bahwa dalam menyelesaikan suatu
IPS dan menghadapi kehidupan sehari- permasalahan siswa masih menggunakan
hari, sehingga perlu untuk ditingkatkan. hafalan saja dan terlepas dari proses
Khususnya pada keterampilan berpikir yang lebih tinggi, terutamanya
berpikir kritis siswa, ternyata masih juga yaitu berpikir kritis. Oleh karena itu,
sangat rendah. Beberapa peneliti keterampilan berpikir kritis siswa perlu
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir ditingkatkan agar dapat memperbaiki hasil
siswa belum ditangani oleh para guru di belajar siswa.
sekolah secara optimal. Hal ini karena Berdasarkan uraian di atas, perlu
model pembelajaran yang digunakan diupayakan suatu model pembelajaran
selama ini masih belum maksimal dalam yang dapat membangkitkan respon siswa
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis untuk berpikir kritis dan optimal, bekerja
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
secara aktif dan kolaboratif, serta Guru memberikan kuis kepada siswa
memposisikan guru sebagai motivator dan secara individual. (7) Guru memberi
fasilitator dalam pembelajaran. penghargaan pada kelompok berdasarkan
Pemberdayaan keterampilan berpikir kritis perolehan nilai peningkatan hasil belajar
bisa dilakukan oleh guru dengan individual dari skor dasar ke skor kuis
menerapkan pembelajaran yang berikutnya.
menggunakan strategi-strategi Peranan guru dalam
pembelajaran konstruktivistik sehingga pembelajaran kooperatif tipe TAI hanya
berpotensi memberdayakan keterampilan sebagai motivator, fasilitator dan mediator
berpikir kritis, seperti pembelajaran yang kreatif karena siswa dituntun belajar
kooperatif (Cooperative Learning). Dalam bekerja dengan cara berkelompok serta
pembelajaran kooperatif terdapat tanggung jawab tentang pengetahuan
beberapa variasi model yang diterapkan, yang diperolehnya bersama.
yaitu diantaranya model pembelajaran Mengingat masalah tersebut sangat
kooperatif tipe Team Assisted penting, maka dilakukan penelitian
Individualization (TAI) yakni salah satu dengan tujuan untuk untuk
pembelajaran yang dapat mengkondisikan mendeskripsikan perbedaan keterampilan
siswa dalam suatu lingkungan belajar berpikir kritis antara siswa yang
yang nyaman yaitu belajar kelompok dibelajarkan menggunakan model
dengan dibantu oleh salah satu siswa pembelajaran kooperatif tipe TAI dan
pandai dalam anggota kelompok secara siswa yang dibelajarkan menggunakan
individual, saling tukar jawaban, saling pembelajaran konvensional pada siswa
berbagi sehingga terjadi diskusi kelompok, kelas V SD di Desa Kaliasem.
tetapi siswa tetap belajar sesuai dengan
kecepatan dan kemampuannya masing- METODE
masing melalui proses internalisasi. Ciri- Jenis penelitian ini adalah
ciri pembelajaran kooperatif tipe TAI penelitian eksperimen semu (quasi
adalah terdapat kombinasi antara belajar experiment) karena tidak mungkin semua
secara kooperatif dengan belajar secara variabel yang muncul dalam kondisi
individu. Supinah dan Agus D.W. eksperimen dapat diteliti dan dikontrol
(2009:63) menyatakan bahwa langkah- selama 24 jam oleh peneliti. Populasi
langkah dari pembelajaran kooperatif tipe subjek penelitian ini adalah kelas V
TAI terurai sebagai berikut. (1) Guru semester ganjil SD di Desa Kaliasem
memberikan tugas kepada siswa untuk Kecamatan Banjar tahun ajaran 2013-
mempelajari materi pembelajaran secara 2014 sebanyak 4 sekolah dengan jumlah
individual yang sudah dipersiapkan oleh 119 siswa, dimana setiap kelas
guru. (2) Guru memberikan kuis secara mempunyai kemampuan akademik yang
individual kepada siswa untuk homogen. Pengambilan sampel
mendapatkan skor dasar atau skor awal. ditentukan dengan melakukan uji
(3) Guru membentuk beberapa kelompok. kesetaraan dengan menggunakan rumus
Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa analisis varians satu jalur terhadap nilai
dengan kemampuan yang berbeda-beda akhir kelas IV semester II tahun pelajaran
tingkat kemampuan (tinggi, sedang, 2012/2013. Dilakukannya uji kesetaraan
rendah), jika mungkin anggota kelompok berdasarkan beberapa asumsi. Asumsi-
berasal dari ras, budaya, suku yang asumsi tersebut adalah jumlah murid SD
berbeda serta kesetaraan gender. (4) di Desa Kaliasem hampir sama, tidak
Hasil belajar siswa secara individual terdapat sekolah unggulan di Desa
didiskusikan dalam kelompok. Dalam Kaliasem, rata-rata semua guru yang
diskusi kelompok, setiap anggota mengajar di SD Kaliasem memiliki
kelompok saling memeriksa jawaban pendidikan terakhir S1, serta sarana dan
teman satu kelompoknya. (5) Guru prasarana yang dimiliki oleh keempat SD
memfasilitasi siswa dalam membuat tersebut hampir setara. Jadi tidak ada
rangkuman, mengarahkan, dan sekolah yang terlihat menonjol pada Desa
memberikan penegasan pada materi Kaliasem sehingga perlu dilakukan uji
pembelajaran yang telah dipelajari. (6) kesetaraan.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
Berdasarkan hasil uji kesetaraan Data yang dikumpulkan dalam
menunjukkan semua kelas setara. Dari 4 penelitian ini adalah keterampilan berpikir
Sekolah Dasar yang ada di Desa kritis IPS siswa. Metode pengumpulan
Kaliasem Kecamatan Banjar, diambil dua data dapat dilakukan dengan beberapa
kelas melalui sistem random metode. Metode yang dapat digunakan
sampling/undian sehingga diperoleh hasil adalah angket (kuisioner), tes,
yaitu, SDN 2 Kaliasem dan SDN 4 wawancara, dokumen, dan observasi.
Kaliasem. Untuk menentukan kelas Dalam penelitian ini, metode yang
eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan digunakan adalah metode tes. Tes
pengundian kembali dan hasilnya yaitu, keterampilan berpikir kritis IPS siswa ini
siswa kelas V SDN 2 Kaliasem sebagai berupa tes uraian yang disusun
kelas eksperimen untuk penerapan model berdasarkan tujuan pembelajaran dan
pembelajaran TAI dan siswa kelas V di kurikulum. Karena dalam menjawab soal
SDN 4 Kaliasem sebagai kelas kontrol bentuk tes uraian siswa dituntut untuk
dengan penerapan pembelajaran menjawab secara rinci sehingga proses
konvensional. berpikir, ketelitian sistematis penyusunan
Berdasarkan hasil uji kesetaraan dapat dievaluasi. Tes tersebut telah di uji
dengan menggunakan uji-t menunjukkan coba di tempat penelitian, sehingga teruji
semua kelas setara. Dari keempat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan
Sekolah Dasar yang ada di Desa daya pembedanyanya. Hasil tes uji
Kaliasem Kecamatan Banjar, maka lapangan tersebut selanjutnya diberikan
diambil dua kelas melalui teknik random kepada siswa kelas eksperimen dan
sampling sehingga diperoleh hasil, yaitu kontrol sebagai post-test. Analisis data
SDN 2 Kaliasem dan SDN 4 Kaliasem. yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Untuk menentukan kelas eksperimen dan analisis statistik deskriptif dimana data
kelas kontrol, dilakukan pengundian dianalisis dengan menghitung nilai mean,
kembali dan diperoleh hasil, yaitu siswa median, modus, standar deviasi, varian,
kelas V SDN 2 Kaliasem sebagai kelas skor maksimum, dan skor minimum.
eksperimen untuk penerapan model Dalam penelitian ini, data disajikan dalam
pembelajaran TAI dan siswa kelas V di bentuk kurva poligon. Sebelum dilakukan
SDN 4 Kaliasem sebagai kelas kontrol pengujian untuk mendapatkan
dengan penerapan pembelajaran kesimpulan, maka data yang diperoleh
konvensional. perlu diuji normalitas dan
Sebelum memulai penelitian homogenitasnya. Uji normalitas dilakukan
perlu terlebih dahulu untuk menentukan untuk menyajikan bahwa sampel benar-
variabel bebas dan variabel terikatnya. benar berasal dari populasi yang
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal. Dan uji homogenitas
pembelajaran model pembelajaran dilakukan untuk menyajikan bahwa
kooperatif tipe Team Assisted sampel benar-benar homogen. Untuk
Individualization (TAI) dan model mengetahui pengaruh pembelajaran tipe
pembelajaran konvensional. Dan variabel Team Assisted Individualization (TAI)
terikat dalam penelitian ini adalah terhadap keterampilan berpikir kritis IPS
keterampilan berpikir kritis IPS siswa. digunakan teknik statiska Uji –t. Analisis
Rancangan Penelitian yang digunakan ini digunakan karena peneliti ingin
adalah post-test only control group design. mengetahui ada tidaknya perbedaan
Pemilihan desain ini karena peneliti ingin keterampilan berpikir kritis IPS siswa
mengetahui untuk mendeskripsikan antara kelas eksperimen dan kelas
perbedaan keterampilan berpikir kritis kontrol. Jika terbukti bahwa kedua sampel
antara siswa yang dibelajarkan n1 = n2 dan variansnya homogen, maka
menggunakan model pembelajaran dilakukan analisis uji t (t-test)
kooperatif tipe TAI dan siswa yang menggunakan rumus separated varians
dibelajarkan menggunakan pembelajaran dan jika terbukti bahwa kedua sampel n1 ≠
konvensional pada siswa kelas V SD di n2 dan variansnya homogen, maka
Desa Kaliasem.. dilakukan analisis uji t (t-test)
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
menggunakan rumus polled varians HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan taraf signifikansi 5%. Adapun hasil analisis data statistik
deskriptif disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Data hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Kelompok
Statistik
Eksperimen Kontrol
Mean 29,77 18,94
Median 30,09 18,92
Modus 31,4 18,83
Varians 15,01 14,13
Standar Deviasi 3,87 3,76

Berdasarkan tabel di atas, Dari data pada tabel deskripsi data


menunjukkan bahwa dari 35 siswa kelas hasil tes keterampilan berpikir kritis IPS
eksperimen dan 31 siswa kelas kontrol, kelas control, hubungan antara M, Md dan
jika dilihat dari perolehan skor rata-rata ( ) Mo menunjukan bahwa nilai dari ketiganya
siswa kelas eksperimen memiliki skor Mo<Md<M, ini berarti kurva tersebut
rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan adalah kurva juling positif. karena Modus
kelas kontrol dengan selisih 10,83 (29,77 < Median< Mean (18,83 < 18,92 < 18,94).
– 18,94). Begitu pula dengan nilai median Hal ini menunjukkan bahwa skor rata-rata
(Md) serta nilai modus (Mo), yaitu pada siswa kelas kontrol cenderung rendah.
kelas eksperimen memperoleh nilai lebih Berdasarkan pada tabel pedoman
tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. konversi kecendrungan data keterampilan
Dari data tabel deskripsi data berpikir kritis IPS siswa, skor rata-rata
hasil tes keterampilan berpikir kritis IPS kelas kontrol berada pada kategori cukup
kelas eksperimen, hubungan antara M, yaitu sebesar 18,94. Apabila
Md dan Mo menunjukanan bahwa nilai divisualisasikan ke dalam bentuk poligon,
dari ketiganya Mo>Md>M, ini berarti kurva maka tampak pada Gambar 2.
tersebut adalah kurva juling negatif. 12
11
karena Modus>Median>Mean (31,4 > 10
10
30,09 > 29,77). Hal ini menunjukkan
bahwa skor rata-rata siswa kelas 8
Frekuensi

eksperimen cenderung tinggi dan 6

sebagian siswa di kelas eksperimen dapat 4


3 3
memahami dan menyelesaikan soal IPS. 2 2
2
Dan berdasarkan pada tabel pedoman
0
konversi kecendrungan data keterampilan 11 14 17 20 23 26
Tit i k Tengah
berpikir kritis IPS siswa, skor rata-rata
kelas eksperimen berada pada kategori
baik yaitu sebesar 29,77. Apabila Gambar 2. Poligon Data Hasil Belajar
divisualisasikan ke dalam bentuk Matematika Kelompok Kontrol
histogram, maka tampak pada Gambar 1.
Sebelum melakukan uji hipotesis
12

10
maka harus dilakukan beberapa uji
8
prasyarat. Terhadap sebaran data yang
meliputi uji normalitas terhadap data skor
Frekuensi

6
11

4
10
keterampilan berpikir kritis IPS siswa. Uji
7

2
3
normalitas dilakukan untuk membuktikan
0
2 2
bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi
23 26 29 32 35 38
Tit i k Tengah normal. Uji normalitas data keterampilan
Gambar 1. Poligon Data Hasil Belajar berpikir kritis IPS dianalisis menggunakan
Matematika Kelompok uji Chi-Square (  2 ) dengan kriteria
Eksperimen
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
apabila  2 hitung <  2 tabel maka data Setelah melakukan uji prasyarat yang
berdistribusi normal. pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya
Berdasarkan hasil perhitungan dilakukan uji prasyarat yang ke dua yaitu
dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, uji homogenitas varians. Uji homogenitas
varians data keterampilan berpikir kritis
diperoleh  2 hitung data skor keterampilan IPS dianalisis menggunakan uji F dengan
berpikir kritis IPS siswa kelompok kriteria kedua kelompok memiliki varians
eksperimen adalah 4,31 dan  2 tabel homogen jika Fhitung < Ftabel dengan derajat
dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 kebebasan untuk pembilang n1–1 dan
derajat kebebasan untuk penyebut n2–1.
adalah 7,82. Hal ini berarti,  2 hitung data
Berdasarkan hasil perhitungan,
skor keterampilan berpikir kritis IPS siswa diperoleh Fhitung data keterampilan berpikir
kelompok eksperimen lebih kecil dari kritis IPS siswa kelompok eksperimen dan
 2 tabel (  2 hitung <  2 tabel), sehingga data kontrol adalah 1,06 sedangkan Ftabel
keterampilan berpikir kritis IPS siswa (dbpembilang = 34, dbpenyebut = 30, dan taraf
kelompok eksperimen berdistribusi signifikansi 5%) adalah 1,70. Hal ini
normal. berarti, varians data hasil belajar IPS
 2 hitung data skor keterampilan siswa kelompok eksperimen dan kontrol
adalah homogen.
berpikir kritis IPS siswa kelompok kontrol
Hipotesis penelitian yang diuji adalah
adalah 4,40 dan  2 tabel dengan taraf terdapat perbedaan keterampilan berpikir
signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,82. kritis IPS kelas V yang signifikan antara
Hal ini berarti,  2 hitung data skor siswa yang belajar menggunakan model
keterampilan berpikir kritis IPS kelompok pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) dan siswa
kontrol lebih kecil dari  2 tabel (  2 hitung < yang belajar menggunakan model
 2 tabel), sehingga data keterampilan pembelajaran konvensional. Pada Uji
berpikir kritis IPS siswa kelompok kontrol hipotesis ini menggunakan uji–t
berdistribusi normal. independent (sampel tidak berkorelasi).
Adapun hasil analisis uji hipotesis
menggunakan uji-t disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis

Hasil Belajar Varians n Db thitung ttabel Kesimpulan


Kelompok 15,01 35 64
thitung > ttabel
Eksperimen 11,52 2,00
(H0 ditolak)
Kelompok Kontrol 14,13 31

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh thit Banjar Kabupaten Buleleng Semester I


sebesar 11,52, sedangkan ttab dengan db = Tahun Pelajaran 2013/2014.
64 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,00. Berdasarkan hasil analisis data, skor
Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > keterampilan berpikir kritis pada siswa yang
ttab) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. dibelajarkan menggunakan model
Dengan demikian, dapat diinterpretasikan pembelajaran tipe Team Assisted
bahwa, terdapat perbedaan keterampilan Individualization (TAI) menunjukan bahwa,
berpikir kritis IPS kelas V yang signifikan rata-rata skor keterampilan berpikir kritis
antara siswa yang belajar menggunakan IPS siswa (M) 29,77 berada pada kategori
model pembelajaran kooperatif tipe Team baik/tinggi.
Assisted Individualization (TAI) dan siswa Data skor keterampilan berpikir kritis
yang belajar menggunakan model IPS siswa pada kelas eksperimen yang
pembelajaran konvensional pada siswa dibelajarkan menggunakan model
kelas V SD di Desa Kaliasem Kecamatan pembelajaran tipe Team Assisted
Individualization (TAI) menunjukan bahwa
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

sebagian besar skor siswa cenderung pembelajaran guru menyampaikan materi


tinggi. Data dapat dilihat pada grafik dan siswa hanya bertugas untuk menyimak
histogram. Berbagai macam temuan yang materi yang disampaikan oleh guru,
didapatkan dalam pelaksanaan sehingga komunikasi hanya berjalan satu
pembelajaran kelas eksperimen arah yaitu guru ke siswa. Guru menjadi
diantaranya: 1) siswa merasa lebih senang sumber informasi dan siswa tidak diberikan
karena diajak berdiskusi dalam mengikuti kesempatan untuk menemukan sendiri
proses pembelajaran, 2) siswa menjadi konsep yang akan dikaji dalam
lebih aktif dalam menjawab soal-soal yang pembelajaran. Siswa seolah-olah
diberikan oleh guru, karena dalam mendengarkan guru bercerita di depan
pembahasannya siswa dapat bertukar kelas. Kondisi seperti ini cenderung
pendapat dengan teman kelompoknya, 3) membuat siswa menjadi jenuh dalam
siswa yang lebih mampu mau bertanggung mengikuti pembelajaran, dan sulit
jawab tentang pengetahuan yang mengembangkan keterampilan berpikir.
diperolehnya bersama, 4) siswa menjadi Pembelajaran dengan metode
lebih pandai dalam mengembangkan ceramah dan penugasan sesuai dengan
kemampuan dan keterampilannya. teori pembelajaran konvensional yang
Hal tersebut tampaknya sejalan diungkap dalam Dormatio, bahwa ciri-ciri
dengan teori dalam Zaifbio yang model pembelajaran konvensional adalah,
menyatakan bahwa kelebihan model 1) peserta didik ditempatkan sebagai objek
pembelajaran TAI yaitu, 1) siswa yang belajar yang berperan sebagai penerima
lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan informasi secara pasif, 2) pembelajaran
masalahnya, 2) siswa yang pandai dapat bersifat teoritis dan abstrak, 3) perilaku
mengembangkan kemampuan dan dibangun atas proses kebiasaan, 4)
keterampilannya, 3) adanya tanggung kemampuan diperoleh dari latihan, 5) tujuan
jawab dalam kelompok dalam akhir adalah penguasaan materi
menyelesaikan permasalahannya, dan 4) pembelajaran, 6) tindakan atau perilaku
siswa diajarkan bagaimana bekerjasama individu didasarkan oleh faktor dari luar
dalam suatu kelompok. dirinya, misalnya individu/peserta didik tidak
Berdasarkan uraian di atas, jika melakukan sesuatu disebabkan takut
model pembelajaran kooperatif tipe TAI hukuman, 7) kebenaran yang dimiliki
diterapkan dengan efektif dan efisien pada bersifat absolut dan final, oleh karena
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, maka pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain,
dapat memberikan pengaruh positif 8) keberhasilan pembelajaran biasanya
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. hanya di ukur dari tes, 9) peserta didik lebih
Berdasarkan hasil analisis data, skor banyak belajar secara individual dengan
keterampilan berpikir kritis IPS pada siswa menerima, mencatat dan menghafal materi
yang dibelajarkan menggunakan model pelajaran, dan 10) guru adalah penentu
pembelajaran konvensional yaitu dengan jalannya proses pembelajaran.
menggunakan metode ceramah dan Hasil analisis data terhadap skor
penugasan menunjukan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis IPS siswa
skor keterampilan berpikir kritis IPS siswa menunjukkan bahwa rata-rata skor yang
(M) adalah 18,94 berada pada kategori diperoleh siswa yang dibelajarkan
cukup. menggunakan model pembelajaran
Data skor keterampilan berpikir kritis kooperatif tipe TAI adalah 29,77.
IPS siswa pada kelas kontrol yang Sedangkan rata-rata skor yang diperoleh
dibelajarkan menggunakan model siswa yang dibelajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional menunjukan model konvensional yaitu 18,94. Hal
bahwa sebagian besar skor siswa tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor
cenderung rendah. Data dapat dilihat pada keterampilan berpikir kritis IPS siswa
grafik histogram. Hal ini disebabkan oleh dengan model pembelajaran TAI lebih
penerapan pembelajaran secara tinggi dari pada rata-rata skor keterampilan
konvensional yang lebih bersifat teacher berpikir kritis IPS siswa dengan
centered. Dimana dalam proses menggunakan model pembelajaran
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

konvensional. Pengujian hipotesis dalam proses pembelajaran tidak memiliki


menggunakan uji-t dengan dk = 64 dan kekurangan/kendala. Beberapa kendala
taraf signifikansi 5% didapat nilai thitung = yang dihadapi yaitu tidak ada persaingan
11,52 dan ttabel = 2,00. Ini berarti H0 ditolak antar kelompok dan siswa yang lemah
dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan dimungkinkan menggantungkan pada siswa
bahwa terdapat perbedaan keterampilan yang pandai. Namun, kendala tersebut
berpikir kritis IPS siswa kelas V yang tidak selalu dialami dalam setiap
signifikan antara siswa yang belajar pertemuan, kendala tersebut mengalami
menggunakan model pembelajaran perubahan pada pertemuan-pertemuan
kooperatif tipe Team Assisted berikutnya dan semakin mengalami
Individualization (TAI) dan siswa yang peningkatan menjadi lebih baik.
belajar menggunakan model pembelajaran Dari uraian-uraian di atas, menunjukkan
konvensional.Hasil penelitian ini sejalan bahwa keterampilan berpikir kritis IPS siswa
dengan penelitian Komang Ariwiani (2012) pada materi kenampakan alam dan buatan
dalam penelitiannya yang berjudul serta kegiatan ekonomi di Indonesia
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan menggunakan model pembelajaran
Tipe Team assisted Individualization (TAI) TAI lebih baik dibandingkan dengan
Berbantuan LKS Terstruktur untuk pembelajaran yang menggunakan model
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa pembelajaran konvensional. Sehingga
Kelas IV SD No 5 Banyuning Kecamatan dapat disimpulkan bahwa terdapat
Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun pengaruh yang signifikan antara model
Pelajaran 2011/2012 mengemukakan pembelajaran TAI dengan keterampilan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe berpikir kritis IPS siswa kelas V Sekolah
TAI sangat efektif untuk meningkatkan hasil Dasar di Desa Kaliasem Kecamatan Banjar
belajar IPS siswa kelas IV. Peningkatan tahun pelajaran 2013/2014.
yang terjadi setiap siklus, pada siklus I
persentase hasil belajar IPS siswa adalah PENUTUP
78,75%. Setelah dilaksanakan siklus II, Berdasarkan hasil penelitian dan
persentase hasil belajar IPS siswa pembahasan di atas, dapat disimpulkan
meningkat menjadi 82,9%. bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
Ni Kadek Ariastini (2012) dalam keterampilan berpikir kritis IPS antara siswa
penelitiannya yang berjudul Pengaruh yang mengikuti pembelajaran dengan
Model Pembelajaran Tipe Team assisted model pembelajaran kooperatif tipe Team
Individualization (TAI) terhadap Hasil assisted Individualization (TAI) dan siswa
Belajar Matematika Siswa Kelas V yang mengikuti pembelajaran dengan
Semester II di SD Negeri Busungbiu model konvensional pada siswa kelas V SD
Kecamatan Busungbiu Tahun Pelajaran di Desa Kaliasem Kecamatan Banjar. Hal
2011/2012 mengemukakan bahwa model ini dilihat dari rata-rata kelompok
pembelajaran kooperatif tipe Team assisted eksperimen lebih besar dari rata-rata
Individualization (TAI) berpengaruh kelompok kontrol
terhadap hasil belajar matematika siswa ( ). Adanya
kelas V SD. Hasil penelitian menemukan perbedaan yang signifikan menunjukkan
bahwa H0 ditolak, sedangkan H1 diterima bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
sehingga terdapat perbedaan hasil belajar Team assisted Individualization (TAI)
yang signifikan pada mata pelajaran IPS. berpengaruh terhadap keterampilan berpikir
Hal ini dapat dilihat dari Mean kelas kritis IPS siswa.
eksperimen dan kelas control ( eksperimen = Berdasarkan simpulan di atas dapat
42,03 > kontrol = 4,27). Dari hasil pengujian disampaikan saran-saran sebagai berikut.
hipotesis kelas eksperimen dan kelas (1) Kepada siswa, diharapkan dapat
control dengan uji-t diperoleh thitung > ttabel mengikuti proses pembelajaran dengan
(13,17 > 2,00). baik agar pembelajaran menjadi lebih
Meskipun demikian, bukan berarti bermakna. (2) Kepada guru, dalam proses
penggunaan model pembelajaran TAI pembelajaran dengan melihat keunggulan-
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

keunggulan yang dimiliki oleh model Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching


pembelajaran kooperatif tipe Team assisted and Learning: Menjadikan Kegiatan
Individualization (TAI) guru diharapkan Belajar-mengajarMengasikkan dan
dapat mengimplementasikannya sebagai bermakna. Terjemahan: Contextual
salah satu alternatif untuk meningkatkan Teaching and Learning: What is it
keterampilan berpikir kritis IPS siswa. (3) and why it’s here to stay, oleh:
Kepada sekolah diharapkan mampu Setiawan, I. Bandung Learning
memfasilitasi rekan-rekan guru lainnya agar Center.
mampu menggunakan pendekatan
pembelajaran yang lebih inovatif untuk Mardiana, Harisa. 2013. Keterampilan
mewujudkan pembelajaran yang lebih berpikir Kritis. Tersedia pada
efektif. (4) Kepada peneliti lainnya http://harissamardiana.blogspot.com
diharapkan mencoba kembali untuk /2013/05/ketrampilan-berpikir-kritis-
melakukan penelitian dengan cara.html. Diakses pada tanggal 15
menggunakan model pembelajaran Juni 2013.
kooperatif tipe Team assisted
Individualization (TAI) agar teori ini benar- Muhfahroyin. 2009. Memberdayakan
benar teruji keefektifannya untuk Keterampilan Berpikir Kritis. Artikel.
meningkatkan keterampilan berpikir kritis Diakses pada tanggal 10 Desember
IPS siswa. 2013.

DAFTAR RUJUKAN Octari. 2012. Model Pembelajaran


Ariastini, Ni Kadek. 2012. Pengaruh Model Konvensional. Tersedia pada
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team http://digilib.unimed.ac.id/public/UNI
Assisted Individualization (TAI) MED-Undergraduate-22261-
terhadap Hasil Belajar Matematika BAB%20II.pdf. Diakses pada
Siswa Kelas V Semester II di SD tanggal 15 Juni 2013.
Negeri Busungbiu Kecamatan
Busungbiu Tahun Pelajaran Supinah dan Agus D. W. 2009. Strategi
2011/2012. Skripsi (tidak Pembelajaran Matematika Sekolah
diterbitkan). Singaraja: Undiksha. Dasar. Yogyakarta: Depdiknas,
Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik
Ariwiani, Komang. 2011. Penerapan Model dan Tenaga Kependidikan, PPPPTK
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Matematika.
assisted Individualization (TAI)
Berbantuan LKS Terstruktur untuk Zaifbio. 2013. Model Pembelajaran Tipe
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa TAI (Team assisted
Kelas IV SD No 5 Banyuning Individualization). Tersedia pada
Kecamatan Buleleng Kabupaten http://zaifbio.wordpress.com/2013/0
Buleleng Tahun Pelajaran 5/20/model-pembelajaran-tipe-tai-
2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). team-assisted-individualization/.
Singaraja: Undiksha. Diakses pada tanggal 15 Juni 2013.

Dormatio. 2013. Model Pembelajaran


Konvensional. Tersedia pada
http://dormatio.blogspot.com/2013/0
1/model-pembelajaran-
konvensional.html. Diakses pada
tanggal 15 Juni 2013.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar


Mengajar. Bandung: PT Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai