Disusun Oleh:
MUNAWWARAH SYAM
ARMITHA DEWI RL
KURNIATI KADIR
SRI WAHYUNI RN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
BAB I
KONSEP MEDIS
POST NATAL CARE (PNC)
A. Defenisi
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu
6 minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali
organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, 2005).
Wiknjosastro (2002) menyatakan bahwa post partum adalah masa
yang dimulai persalinan dan berakhir kira-kira setelah 6 minggu, tetapi seluruh
alat genital akan pulih kembali seperti sebelumnya dalam waktu 3 bulan.
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu
6 minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali
organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, 2005).
B. Tahap-tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu).
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).
C. Perubahan Fisiologis yang Terjadi Selama Nifas
Menurut Bobak (2005), perubahan-perubahan yang terjadi selama masa nifas
yaitu:
1. Tanda-tanda vital
a. Suhu
Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 380 C sebagai suatu
akibat dari dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh demam.
b. Nadi
Bradikardi umumnya ditemukan pada 6-8 jam pertama setelah
persalinan. Brandikardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan
cardiac out put dan stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan
cardia output dan stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan
sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan. Nadi antara 50 sampai 70
x/m dianggap normal.
c. Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum
hamil.
d. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali.
Hipotensi yang diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening
setelah berdiri dapat berkembang dalam 48 jam pertama sebagai suatu
akibat gangguan pada daerah persarafan yang mungkin terjadi setelah
persalinan. Peningkatan tekanan darah sistol dan diastole dapat
berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan.
Fungsi pernafasan kembali ke fungsi saat wanita melahirkan. Setelah
Rahim kosong, diagrafma menurun, aksis jantung kembali normal, dan
impuls titik maksimum dan EKG kembali normal.
2. Adaptasi sistim cardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan
tekanan darah sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke
posisi duduk. Hal ini disebut hipotensi orthostatik yang merupakan
kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan resitensi didaerah
panggul. Segera setelah persalinan ibu kadang menggigil disebabkan oleh
instabilitas vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti jika tidak disertai
demam.
3. Adaptasi kandung kemih
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma akibat
tekanan oedema dan menurunnya sensifitas terhadap tekanan cairan,
perubahan ini menyebabkan tekanan yang berlebihan dan pengosongan
kandung kemih yang tidak tuntas, biasanya ibu mengalami kesulitan BAK
sampai 2 hari pertama post partum.
4. Adaptasi sistem endokrim
Sistem endokrim mulai mengalami perubahan kala IV persalinan
mengikuti lahirnya placenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen
progesteron dan proaktin. Ibu yang tidak menyusui akan meningkat secara
bertahap dimana produksi ASI mulai disekitar hari ketiga post partum.
Adanya pembesaran payudara terjadi karena peningkatan sistem vaskulan
dan linfatik yang mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal, kencang
dan nyeri bila disentuh.
5. Adaptasi sistem gastrointestinal
Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam minggu
pertama post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan motilitas
usus, kehilangan cairan dan ketidaknyamanan parineal.
6. Adaptasi sistem muskuloskletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa post
partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kotor. Selama kehamilan
otot abdomen terpisah yang disebut distasi recti abdominalis, juga terjadi
pemisahan, maka uteri dan kandung kemih mudah dipalpasi melalui
dinding bila ibu terlentang.
7. Adaptasi sistem integument
Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan,
hyperpigmenntasi pada areola mammae dan linea nigra, mungkin belum
menghilang sempurna setelah melahirkan.
8. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama
kehamilan menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkam hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil
sebagian ditentuakan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
a. Ibu tidak menyusui
Payudara biasanya teraba nodular yang bersifat bilateral dan difus.
Pada hari ketiga atau keempat pasca partum terjadi pembengkakan.
Payudara teregang, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba. Distensi
payudara terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena dan
pembulu balik limfatik akibat penimbungan air susu. Pembengkakan
dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman biasanyan
kurang dalam 24 sampai 36 jam. Apabila bayi belum mengisap, laktasi
berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu.
b. Ibu yang menyusui
Ketika laktasi, teraba massa, tetapi kanrong susu yan terisi berubah
posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi, payudara lunak. Setelah
laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras. Rasa nyeri akan
menetap selama 48 jam.
TINJAUAN KASUS
1. Masalah ginekologi
2. Riwayat KB
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Tanda Vital
Pernapasan : ...............x/mnt
Kepala Leher
Kepala :
Mata :
Hidung :
Mulut :
Telinga :
Leher :
Jantung :
Paru :
Payudara :
Puting susu :
Pengeluaran ASI :
Abdomen
Involusi Uterus
Kandung kemih
Fungsi pencernaan :
R : Kemerahan : ya/tidak
E : Edema : ya/tidak
E : Ekimosis : ya/tidak
D : Dischargeserum/pus/darah/tidak ada
A : Approximate : baik/tidak
Kebersihan :…….
Lokia :
Hemorrhoid :
Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Edema : ya/tidak
Varises : ya/tidak
Ekstremitas Bawah
Edema : ya/tidak
Varises : ya/tidak
Eliminasi
Sifat....................intensitas...........................
Latihan/senam : ........................................................................
Keadaan Mental
Masalah :
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
Perencanaan Pulang :
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
...............................................................................................................................
BAB III
A. Analisa Data
DATA MASALAH
DS:
- Klien mengatakan nyeri di
daerah abdomen luka operasi
seperti tertarik-tarik dan muncul
ketika bergerak (berubah posisi)
DO:
- Nampak luka operasi
- Skala nyeri 4 VAS
Ketidaknyamanan: Nyeri
- Klien hanya mampu bergerak
sedikit karena perut nyeri
- Nampak meringis jika nyeri
muncul
- Memegang daerah yang sakit
- TTV:
TD: 110/80 mmHg, N: 88
x/mnt, R: 24 x/mnt, S: 36,30C
Faktor Resiko:
- Luka insisi sesar di daerah
abdomen (Post-SC TP)
- Masalah persalinan:
oligohidramnion, gawat janin
Resiko Infeksi
Kelas I
- Hasil laboratorium:
WBC: 17,3.103
- Terpasang verban post-sectio
- Luka insisi masih basah.
- Tingkat mobilisasi: kurang baik
dimana klien terbaring di tempat
tidur karena takut untuk
bergerak dank lien masih
terpasang kateter urine sehingga
membatasi pergerakan pasien.
DS:
- Klien menyusui bayinya tetapi
pengeluaran ASI hanya sedikit
dan klien merasa payudaranya
sangat berat dan besar.
DO:
- Bayi nampak mengisap Ketidakefektifan Pemberian ASI
payudara klien tetapi
pengeluaran ASI sedikit.
- Penerimaan terhadap bayi baik
- Payudara nampak besar terisi
ASI, area areola hitam
- Putting susu menonjol.
B. PKDM Kasus
Indikasi
- Presentasi kaki
- Penumbungan tali pusat
- Gawat janin
SC
Melalui proses
(Transmisi, Transduksi, Modulasi) LDR terhambat
Bendungan ASI
(engorgement of the breast)
Ketidakefektifan pemberian
ASI
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan luka bekas insisi sesar
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive (sesar), paparan
lingkungan pathogen.
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan bendungan ASI
(engorgement of the breast).
D. Rencana Tindakan Keperawatan
No.
Tanggal/ jam Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Dx
1 06 Oktober 2014 S: Klien mengatakan nyeri perut luka operasi agak
08.00 1. Mengkaji nyeri (frekuensi, karakteristik, sifat dan berkurang.
skala nyeri) O:
Hasil: Skala nyeri 4 VAS, nyeri sering muncul - Skala nyeri 2 VAS
terutama bergerak - Klien masih meringis jika nyeri muncul
2. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam terutama saat bergerak
08.15 3. Mengkaji adanya distensi abdomen. - Pasien mampu melakukan teknik relaksasi
Hasil: Tidak ada distensi abdomen napas dalam secara mandiri.
13.00 4. Kolaborasi: - Distensi abdomen (-)
Memberikan asam mefenamat 500 mg/12 jam/oral. - Klien meminum obatnya tepat waktu di depan
19.00 5. Mengkaji TTV, hasil: perawat.
TD: 120/70 mmHg - TTV pukul 21.00
N: 84x.mnt TD: 110/70 mmHg
R: 22x/mnt N: 80x.mnt
S: 36,6’C. R: 22x/mnt
S: 36,6’C.
A: Nyeri berkurang
P: Nyeri teratasi
- Pantau skala nyeri
- Kaji TTV
- Terapi obat oral lanjut.
2 06 Oktober 2014 Faktor Resiko:
08.00 1. Mengkaji insisi abdomen - Nampak luka operasi
Hasil: Insisi terletak di SBR scr transversal, - Nampak verban post-sectio H+2
panjang13 cm. - Hasil Lab: WBC: 17,3.103
2. Mengkaji balutan/verban post-sectio - Klien mengetahui manfaat buah bagi tubuh
Hasil: Verban (+), tidak ada rembesan darah atau dan klien mengkonsumsi buah.
cairan lain. - Pasien mampu melakukan tahap mobilisasi:
08.10 3. Melakukan pendkes tentang manfaat buah dan nutrisi Tingkat I: Mika-Miki
untuk proses penyembuhan luka. Tingkat II: Duduk
10.15 4. Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mobilisasi Tingkat III: Berdiri dgn menopang
dini Tingkat IV: Berjalan meskipun perlahan-
5. Menganjurkan penggunaan posisi semi Fowler lahan.
13.00 6. Kolaborasi: - Keluarga mampu membantu klien mobilisasi
Memberikan obat cefadroxil 500 mg/12 jam/oral - Pasien meminum obat tepat waktu di depan
16.00 7. Pengambilan sampel darah: pemeriksaan darah perawat
lengkap. - Sampel darah selesai diambil
A: Resiko infeksi tidak terjadi
P: Resiko infeksi tidak terjadi
- Tingkatkan asupan nutrisi
- Pantau luka operasi.
3 06 Oktober 2014 S: Klien mengatakan bahwa ASI nya sudah mulai
09.10 1. Mengkaji ketidakefektifan menyusui keluar
2. Melakukan perawatan payudara dan pijatan O:
oksitosin - Kemampuan menyusui klien baik
3. Mengajarkan posisi menyusui tanpa meningkatkan - Nampak pengeluaran ASI
nyeri - Klien mampu memompa sendiri payudaranya
4. Membantu klien saat menyusui bayinya dan PMK - Klien tidak merasa nyeri saat menyusui bayi
5. Membantu ibu untuk memompa payudaranya - Payudara nampak besar terisi ASI, area areola
11.00 6. Menganjurkan kompres hangat pada payudara hitam
setelah menyusui bayi. - Putting susu menonjol.
13.00 7. Kolaborasi: - Klien mengompres air hangat pada
Memberikan obat penambah ASI payudaranya setelah menyusui bayi
Moloco B12/1 tablet. - Klien meminum obatnya tepat waktu di depan
perawat.
A: Keefektifan pemberian ASI
P: Melaporkan pemberian ASI telah efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2002). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba Medika.