Anda di halaman 1dari 28

REFLEKSI KASUS BEDAH

HERNIA INGUINALIS IREPONIBILIS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah


RS Bethesda pada Program Pendidikan Dokter
Tahap Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun oleh:
Yonathan Adhitya Irawan (42160079)

Pembimbing:
dr. Pudji Sri Rasmiati, Sp.B, FINACS, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RS BETHESDA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
BAB I

REKAM MEDIS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. N

Nomor RM : 02-06-xx-xx

Tanggal Lahir : 3 Juli 1975

Usia : 42 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Buruh bangunan

Alamat : Caturtunggal

HMRS : 17 Juni 2018

B. ANAMNESA

 Keluhan utama

Benjolan pada skrotum kiri

 Riwayat Penyakit Sekarang

18/05/18, Pasien merasakan adanya benjolan pada selangkangan kiri. Benjolan

ini terasa nyeri. Benjolan sudah dirasakan sejak 5 tahun yang lalu. Namun 4

hari terakhir ini benjolan tidak menghilang. Pasien mengeluhkan adanya sulit

BAB, BAK, mual, dan muntah. Pasien mengatakan bahwa tidak ada benjolan

di tempat lainnya. Pasien masih bisa buang angin.

 Riwayat Penyakit Dahulu

- Hernia inguinalis reponible kurang lebih 5 tahun yang lalu

- Hipertensi (-)

1
- Diabetes mellitus (+)

- Riwayat keganasan (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga

- Hipertensi (-)

- Diabetes mellitus (-)

- Penyakit jantung (-)

- Tumor / Keganasan (-)

 Riwayat Pengobatan

- Riwayat penggunaan obat jangka panjang (-)

- Riwayat penggunaan obat SMRS (-)

 Riwayat Alergi

- Riwayat alergi obat dan alergen (-)

 Riwayat Gaya Hidup

- Makan 3x sehari, jarang makan sayur dan buah

- Merokok (+)

- Konsumsi alkohol dan obat-obatan lain (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4 V5 M6

2
Vital Sign

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 74x/menit

Suhu : 370 C

Nafas : 20x/menit

Skala Nyeri :6

1) Status Generalis

Kepala

Mata : CA -/-, SI -/-, mata cekung -/-, edema palbebra (-)

Hidung : bentuk normal, rinorea (-)

Telinga : bentuk normal, simetris, otorrhea (-)

Mulut : bibir kering (-), sianosis (-),

Leher

- Inspeksi : bentuk normal, simetris, benjolan (-)

- Palpasi : pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan limfonodi(-),

pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thoraks

Paru-paru

- Inspeksi : ketinggalan gerak napas (-), massa kulit (-)

- Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus baik (kanan dan kiri sama),

pengembangan dada simetris

3
- Perkusi : sonor pada kedua lapang paru, tidak ditemukan suara perkusi

redup yang dapat mengindikasikan adanya metastasis

- Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung

- Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

- Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavikularis sinistra SIC VI

- Perkusi : Batas jantung di linea parasternalis dextra – linea

midclavicularis sinistra.

- Auskultasi : Suara S1/S2 murni-reguler, murmur (-), gallop (-), S3/S4 (-)

Abdomen

- Inspeksi : distensi (-), massa (-)

- Auskultasi : peristaltik usus (+) normal pada keempat kuadran abdomen,

metallic sound (-)

- Perkusi : timpani

Hepar : pembesaran hepar (-), nyeri (-)

Lien : pembesaran lien (-), nyeri (-)

- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)

Hepar : massa (-), pembesaran hepar (-), nyeri tekan (-)

Lien : massa (-), pembesaran lien (-), nyeri tekan (-)

Ekstremitas

- Superior : edema (-), CRT < 2 detik, akral hangat

- Inferior : edema (-), CRT < 2 detik, akral hangat

- Kekuatan otot anggota gerak

5 5
5 5

4
2) Status Lokalis

Pemeriksaan Regio Skrotalis

- Inspeksi : Testis asimetris dan skrotum sinsitra tampak adanya benjolan

yang membuat skrotum terlihat membesar.

- Palpasi :

Skrotalis sinistra : Testis teraba normal, tanpa adanya massa selain testis

pada skrotum.

Skrotalis dextra : Skrotum membesar, teraba massa yang lunak, mobile,

terdapat nyeri tekan (+), transiluminasi (-)

- Auskultasi : peristaltik (+), metallic sound (+)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan Laboratorium (17 Juni 2018)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


Rujukan
2Haemoglobin 15.1 g% 11.7-15.5
Hematokrit 42.9 % 40-54
)
Angka Leukosit 14.48 103/µL 4.0-11.0
Angka Eritrosit 5.72 103/µL 4.5-6.5
Angka Trombosit 219 103/µL 150-450
PProtrombin Time 9.9 detik 9.9-11.8
ePT Kontrol 11.10 Detik 9.3-12.5
APTT Test 25 Detik 23.9-34.9
mAPTT Kontrol 23.7 Detik 21.2-28.9
eGDS 206 mg/dL 70-106
Ureum 21.6 mg/dL 20-43
r Creatinine 0.83 mg/dL 0.73-1.18
Natrium 135 mmol/L 136-146
i
Kalium 3.14 mmol/L 3.5-5.1
K

5
2) Pemeriksaan Laboratorium (18 Juni 2018)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


Rujukan
Masa Perdarahan 2.00 Menit.detik 1.00-6.00
3)Masa
P Pembekuan 7.00 Menit.detik 5.00-12.00
GDS 143 mg/dL 70-106
e

3) Pemeriksaan EKG

E. RESUME PEMERIKSAAN

Seorang laki-laki, usia 42 tahun datang ke IGD dengan keluhan merasakan

adanya benjolan pada skrotum kiri. Benjolan terasa nyeri. Ukuran benjolan

dirasakan tidak mengecil dengan perubahan posisi tubuh. Pasien mengeluhkan

adanya sulit BAB, BAK, mual, dan muntah. Pasien mengatakan bahwa tidak ada

benjolan di tempat lainnya. Pasien masih bisa buang angin.

6
Dari pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien sedang, kesadaran compos

mentis, GCS E4V5M6. Vital sign: Tekanan Darah:100/70 mmHg, nadi:

74x/menit, suhu: 370 C, nafas: 20x/menit skala nyeri: 6; status generalis dbn;

status lokalis: pada skrotalis: testis asimetris dan skrotum sinistra tampak adanya

benjolan yang membuat skrotum terlihat membesar, teraba massa yang lunak,

mobile, terdapat nyeri tekan (+), transiluminasi (-), metallic sound (+).

F. DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja:

Hernia Inguinalis Sinistra Irreponibilis

G. RINGKASAN STATUS PASIEN

S : Adanya benjolan yang terasa pada skrotum kanan. Benjolan ini terasa nyeri.

Ukuran benjolan tidak mengecil dengan perubahan posisi tubuh ataupun saat

mengejan. Disertai dengan sulit BAB, BAK, mual, dan muntah. Pasien masih bisa

buang angin.

O : KU Sedang, CM; Vital sign : Tekanan Darah :100/70 mmHg, nadi: 74x/menit,

suhu: 370 C, nafas: 20x/menit; skala nyeri: 6; status generalis dbn; status lokalis pada

region skrotalis: Testis asimetris dan skrotum sinistra tampak adanya benjolan yang

membuat skrotum terlihat membesar, teraba massa yang lunak, mobile, nyeri tekan

(+), transiluminasi (-), metallic sound (+).

A : Hernia Inguinalis Irreponibilis Sinistra

P : Operasi herniotomi.

7
H. PLANNING

- Tidur dengan posisi trendelenburg, kompres dingin


- Operasi Herniotomi-herniorafi-hernioplasty bassini
- Pre-Op:
o Infus RL 20 tpm, stop makan/minum
o Inj Ketolorac 3x1 amp iv
o Inj Ceftriaxone 2x1 gr iv
o Puasa 6-8 jam

I. FOLLOW UP
 Hari perawatan ke 1 (19 Juni 2018)
S : Nyeri pada skrotum kiri (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), flatus (+),
BAB (-), nyeri pada luka op (+).
O : KU sedang, CM, kooperatif, Tekanan darah 115/70 mmHg, Nadi 88x/menit,
Nafas 16x/menit, suhu 36.5 0 C, skala nyeri 3.
Status lokalis regio abdomen :
Inspeksi : distensi (-), jahitan bekas op pus (-) darah (-)
Auskultasi : bising usus (+) lemah
Palpasi : Nyeri tekan regio kiri bawah (+), hepar lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Status lokalis regio skrotalis :
Inspeksi : massa (-), BAK dengan kateter (+)

A : Post op herniotomi
P : Tirah baring, pengobatan post op cefixime 100mg 2x1 tab, ketoprofen 100
mg 2x1 tab

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ABDOMEN
ANATOMI ABDOMEN
Lapisan dinding struktur dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam) :
1. Kulit
2. Fascia Superficialis
- Lapisan luar, panniculus adiposus (fascia camperi) : berhubungan dengan lemak
superfisial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat tebal.
- Lapisan dalam, stratum membranosum (fascia scarpae) : stratum membranosum
tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian inferior, stratum
membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu dengan fascia profunda
pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.
3. Otot – otot dinding anterior abdomen
- Musculus obliquus externus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh 2 lapisan yakni
superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus. Bersama dengan
aponeurosis otot obliquus internus dan transversus abdominis, akan membentuk
sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis obliquus eksternus menjadi
batas superfisisal dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinale berada di spina
illiaca anterior superior ke tuberculum pubicum. Ligamentum inguinale (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis musculus obliqus externus.
Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior os pubis. Lakunare
(Gimbernati) merupakan paling bawah dari lligamentum inguinale dan dibentuk
dari serabut tendon obliqus externus yang berasal dari daerah SIAS.
- Musculus obliquus internus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di profunda musculus
obliqus externus abdominis. Serabut tendon yang terbawah bergabung dengan
serabut – serabut yang sama dari musculus transversus abdominis membentuk
conjoined tendon.
- Musculus transversus abdominis

9
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda Musculus obliquus
internus abdominis dan serabut – serabutnya berjalan horizontal ke depan. Serabut
tendo terbawah bersatu dengan serabut tendo yang sama dari musculus obliqus
internus abdoominis membentuk conjoined tendon.
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selaput tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam jumlah yang
bervariasi dan terletak di antara fascia transversa dan peritoneum parietale.
6. Peritoneum parietale
Merupakan membrane serosa tipis (pelapis dinding abdomen) sampai ke bawah
dengan peritoneum parietal yang melapisi rongga pelvis.

TESTIS
ANATOMI TESTIS

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang
dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua buah testis
terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea
terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos.
Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan mendekati
rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.

Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri
atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel
Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia
pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi
makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis
berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di
tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis
setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan
vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan
cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat menbentuk
cairan semen.

10
Vaskularisasi : testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :

1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta


2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior

Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika. Pembuluh vena yang
meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis. Plesksus ini pada
beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel.

Gambar 1. Anatomi normal testis

HERNIA
DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas
cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen
yang berulang atau berkelanjutan.
Salah satu penanganan yang dilakukan pada klien Hernia adalah herniotomi atau
herniorafi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada pasien yang dilakukan herniorafi
diantaranya nyeri, aktivitas intoleran dan resiko terjadinya infeksi.

11
ANATOMI

Anatomi Regio Inguinalis


Kanalis Inguinalis pada bagian anterior dibatasi oleh aponeurosis musculus obliquus
abdominis eksternus dan obliquus abdominis internus. Pada bagian posterior dibatasi
aponeurosis transversus abdominis dan fascia transversal. Pada bagian superior dibatasi
oleh serabut yang melengkung dari musculus obliquus abdominis internus dan transversus
abdominis. Dan pada bagian inferior dibatasi oleh ligamentum inguinale dan ligamentum
lakunare. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum
pubicum.
Kanalis inguinalis berisi funiculus spermatikus pada pria atau ligamentum rotundum
pada wanita, isi dari funiculus spermatikus adalah vas deferens, arteri dan vena
spermatica, vena pampiniformis, nervus iliofemoral dan pembuluh lymph.
Pada Trigonum Inguinale (Hesselbach), pembuluh darah epigastric inferior menjadi
batas superolateralnya. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan
ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach
disebut sebagai direct hernia (medial), sedangkan hernia yang muncul lateral dari
trigonum adalah hernia indirect (lateral).

Gambar 2. Segitiga Hesselbach's

Pada kanalis inguinalis terdapat annulus pada masing – masing ujungnya


yakni anulus inguinalis superficialis dan annulus inguinalis profundus. Hernia disebut
lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh darah epigastrika inferior dan

12
disebut inderek karena keluar melalui 2 pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis
inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga
Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk.

Gambar 3. Hernia inguinalis direk dan indirek

ETIOLOGI
Pada orang sehat, terdapat mekanisme yang mencegah terjadinya hernia inguinalis,
yaitu 1) kanalis inguinalis yang berjalan miring, 2) struktur musculus obliquus abdominis
yang menutupi annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan 3) fascia transversalis
yang menutupi trigonum Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan
mekanisme ini menyebabkan hernia. Faktor lain yang dianggap berperan adalah adannya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot
dinding perut karena usia.
Ketika otot dinding perut berelaksasi, bagian yang membatasi annulus internus turut
kendur, pada keadaan ini, tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertical. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan
lebih datar dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan nervus
ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis setelah apendektomi.
Penyebab terjadinya hernia :
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.

13
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat – tempat tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada
tempat – tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 – 1 tahun) setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
4. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
 Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
 Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang sedikit.
Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaringan
lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada
LMR.
 Penyakit yang melemahkan dinding perut.
 Merokok
 Diabetes mellitus

BAGIAN DAN JENIS HERNIA


Bagian – bagian hernia :
1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)

14
Gambar 4. Bagian-bagian Hernia

JENIS HERNIA :
1. Menurut lokasinya :
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini merupakan yang
tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
b. Hernia umbilikus adalah di pusar.
c. Hernia femoralis adalah di paha.
2. Menurut isinya :
a. Hernia usus
b. Hernia omentum
3. Menurut penyebabnya :
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatic
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
4. Menurut terlihat dan tidaknya :
a. Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
b. Hernia interns misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi, hernia
obturaforia.
5. Menurut keadaannya :
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam
rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara
klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia irrenponibel.

15
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta
mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.
6. Menurut sifatnya :
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga
7. Jenis hernia lainnya :
a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu
sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis yang normal pada fetus pada bulan ke – 8 dari kehamilan, akan
terjadi desensus testis, yaitu turunnya testis dari abdomen ke skrotum melalui kanal
inguinalis, sehingga terjadi penarikan peritoneum ke daerah scrotum dan terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis
yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih
sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila pada anak – anak kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi
maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.

Gambar 5. Obliterasi prosesus vaginalis

16
Pada orang dewasa, hernia biasa terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua
otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan
jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup, namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan, kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui annulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk
ke dalam kanalis inguinalis, dan menonjol keluar dari annulus inguinalis eksternus lalu
terus berlanjut, maka isi hernia akan sampai ke skrotum yang disebut juga hernia
skrotalis. Kantong hernia berada di dalam otot cresmater, terletak antromedial terhadap
vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermatikus.

Gambar 6. Hernia Scrotalis

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara
isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Bila terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat semakin banyaknya usus
yang masuk, cincin hernia akan menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran
isi usus. Hal tersebut akan menimbulkan rasa nyeri dan gangguan untuk buang air besar
maupun buang angin.

17
DIAGNOSA
PEMERIKSAAN FISIK
Pada hernia skrotalis ireponible akan terlihat benjolan pada skrotum sehingga skrotum
tampak asimetri. Tonjolan ini yang merupakan tonjolan lanjutan dari hernia inguinalis
lateralis. Benjolan juga tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut dan benjolan
tidak menghilang dengan perubahan posisi (berdiri, berbaring, batuk, bersin atau mengedan).
Pemeriksaan dilakukan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi berdiri
tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi pada
tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hernia reponible. Bila tonjolan
tidak terlihat, lakukan valsava maneuver atau batuk untuk meningkatkan tekanan
intaabdominal.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum tidak menunjukkan bayangan merah dalam
tunika vaginalis atau tidak ditembusi sinar. Pemeriksaan auskultasi pada skrutom untuk
mendengarkan ada tidaknya bising usus.
Tiga teknik pemeriksaan untuk melihat hernia pada umumnya yaitu finger test, Ziemen test
dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Finger Test :
1) Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2) Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3) Penderita disuruh batuk:
- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 7. Finger Test

18
b. Pemeriksaan Ziemen Test :
1) Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2) Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3) Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
- jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
- jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
- jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 8. Ziement Test

c. Pemeriksaan Thumb Test :


1) Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
2) Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
3) Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 9. Thumb Test

19
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Transluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa
skrotum. Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat
ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang
mengandung cairan serosa, seperti hidrokel.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu
melihat adanya kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan
adanya tumor. Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi
supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan
spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk
membedakan hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain
dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri
inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis. CT
scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator.

DIAGNOSIS BANDING
 Hidrokel

Adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara lapisan


parietalis dan viseralis tunika vaginalis.

Anamnesa :

1. Terdapat benjolan yang tidak nyeri.

2. Terasa berat pada testis

Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava), pada tes
transluminasi terdapat trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga
yang mengandung cairan serosa. Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti massa
teraba lunak di dalam kantung. Pada posisi berbaring, benjolan tidak hilang.

20
 Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran
darah balik vena spermatika interna.

Anamnesa :

1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun


menikah.

2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.

3. Terasa berat pada testis

Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava)


Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam kantung,
yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis.
Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang.

 Torsi Testis

Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi


gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan aliran
darah daripada testis.

Anamnesa :

1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.

2. Sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.

3. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.

Pemeriksaan Fisik :

1. Inspeksi
Testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus
spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan
lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi yang sehat.
2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus

21
Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah hilangnya
reflex kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores atau mencubit
paha bagian medial, menyebabkan kontraksi musculus cremaster yang akan
mengangkat testis. Refleks kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah
atas minimal 0.5 cm.
Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-3 mm di
ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang dikenal dengan “blue dot
sign”.

Prehn’s sign negative mengindikasikan nyeri tidak berkurang dengan


pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio testis, merupakan operasi CITO
dan harus dikoreksi dalam 6 jam.
 Hematocele
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh
trauma.

Gambaran klinik : benjolan pada testis

Pemeriksaan Fisik : Terdapat massa kistik, Transiluminasi (-)

 Tumor Testis

Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.

Anamnesa :

1. Keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.

2. Terasa berat pada kantong skrotum

Pemeriksaan Fisik : Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.

PENATALAKSANAAN

Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Karena potensinya menimbulkan
komplikasi inkarserasi atau strangulasi lebih berat dibandingkan resiko yang minimal dari
operasi hernia (khususnya bila menggunakan anastesi local). Tatalaksana operatif yang dapat
dilakukan adalah dengan herniotomi yakni pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,

22
kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengketan kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Hernioplasti yakni tindakan untuk
memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding posterior kanalis
inguinalis. Herniorraphy yakni dengan mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen
dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan muskulus transversus internus
dan muskulus oblikus internus abdominalis ke ligament inguinale.

Teknik operasi

1. Open Anterior Repair

Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan


pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan funikulus
spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis,
celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di
rekonstruksi.

Teknik Bassini : Pada metode bassini, memperkecil annulus inguinalis dengan


jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa dan menjahitkan pertemuan
otot transversus intenus abdominis dan musculus obliquus internus abdominis ke
ligamentum inguinalis. Komponen utama dari teknik bassini adalah :

- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis ingunalis hingga


ke cincin ekternal
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia
transversalis)
- Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
- Rekonstuksi di dinding posterior dengan menjahit fascia tranversalis, otot transversalis
abdominis dan otot obliquus abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan
memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang tejadi
akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis otot
yang akan menyebakan jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.

23
Gambar 10. Teknik Bassini

2. Open Posterior Repair

Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis.
Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adalah rekonrtuksi dilakukan
dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan
karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya
dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi umum.

3. Tension-Free Repair With Mesh

Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan


pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit
lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang
tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan
ditempatkan disekitar fascia gambar 6. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan
angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.

Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan implant


prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalaman yang
luas dengan mesh hernia telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus
populer. Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi local, regional atau general.

24
Gambar 11. Open mesh repair

4. Laparoscopic

Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir,


tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia
diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang besar di region inguinal diatas
peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan
pembentukan fistel karena paparan usus terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik
laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan
transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP
dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomendan
memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan
kemudian ditutupi dengan peritoneum.sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.

Komplikasi Post Operasi

Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri,
hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi yang lebih
serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1 persen pada pasien
yang menjalani herriorraphy. Perbandingan komplikasi berat dan ringan dari teknik open dan
laparoscopic herniorrhaphies.

25
Gambar 12. Komplikasi dari Open dan Laparoscopic Hernia Repair

26
DAFTAR PUSTAKA

R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718

A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi


III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2000. Hal 313-317

Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach). Edisi
I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery Institute.
New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 juli 2010)

H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356

C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit GEM


Foundation. 2004. Hal 39-58

Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit Hodder Arnold.
2006.

Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis). Edisi I. Penerbit
William & Wilkins, a Waverly Company. 1997.

Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005.

R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias (Principles and


Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New York. 2001. (Ebook, di akses
10 Juli 2010)

Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit Harwood Academic


Publishers. Amsterdam. 1997. (Ebook, diakses 3 Januari 2017)

27

Anda mungkin juga menyukai