Anda di halaman 1dari 18

PENENTUAN GUGUS FUNGSI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui beberapa gugus

fungsi pada senyawa – senyawa organik.

B. Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah penentuan suatu gugus fungsi

berdasarkan kelarutannya dalam suatu pelarut yang ditentukan oleh polar dan

nonpolarnya.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah :

1. Bagaimana penentuan gugus fungsi?


BAB II
LANDASAN TEORI

Telah dilakukan penelitian untuk mengamati aktivitas antiplasmodium dari

ekstrak metanol kulit kayu mimba (Azadirachta indica). Fraksi yang diamati adalah

fraksi nonpolar, semipolar dan polar yang diperoleh dengan metode kromatografi cair

vakum dengan eluen n-heksana-etilasetat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi

nonpolar memiliki aktivitasantiplasmodium yang paling tinggi terhadap P. falciparum

strain D10 secara in vitro, dengan nilai IC50 6,23 ìg/mL, sedangkan fraksi semipolar

dan polar memiliki aktivitas antiplasmodium yang makin menurun, dengan nilai IC50

masing-masing 10,25 dan 11,37 mg/mL. Hasil analisis KLT dan uji fitokimia

menunjukkan bahwa fraksi nonpolar dan semipolar memiliki kandungan senyawa

kelompok triterpenoid, alkaloid dan flavonoid, sedangkan fraksi polar hanya

teridentifikasi adanya senyawa flavonoid. Aktivitas antiplasmodium sangat

dipengaruhi oleh keberadaan senyawa-senyawa nonpolar (triterpenoid)

(Muhtadi,2008).

Alkana termasuk dalam hidrokarbon jenuh ( asiklik). Jenis alkana yang paling

sederhana adalah metana. Alkana tidak larut dalam air dan senyawa ini berbentuk

cairan yang lebih ringan dari air, karena itu alkana terapung di atas air. Hal ini

disebabkan karena alkana yang bersifat non polar.

Alkana mempunyai titik didih yang rendah dibandingkan dengan senyawa

organik lain dengan berat molekul yang sama. Hal ini disebabkan karena daya tarik
menarik diantara molekul non polar lemah, sehingga proses pemisahan molekul satu

dengan yang lainnya (sama dengan proses perubahan dari fase cair ke fase gas)

relative memerlukan sedikit energy (Anonim,2008).

Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang menyebabkan suatu

senyawa kimia dapat bersatu. Macam-macam ikatan kimia yang dibentuk oleh atom

tergantung dari struktur elektron atom. Misalnya, energi ionisasi dan kontrol afinitas

elektron dimana atom menerima atau melepaskan elektron. Ikatan kimia dapat dibagi

menjadi dua kategori besar : ikatan ion dan ikatan kovalen. Ikatan ion terbentuk jika

terjadinya perpindahan elektron di antara atom untuk membentuk partikel yang

bermuatan listrik dan mempunyai daya tarik-menarik. Daya tarik menarik di antara

ion-ion yang bermuatan berlawanan merupakan suatu ikatan ion. Ikatan kovalen

terbentuk dari terbaginya (sharing) elektron di antara atom-atom. Dengan perkataan

lain, daya tarik-menarik inti atom pada elektron yang terbagi di antara elektron itu

merupakan suatu ikatan kovalen.

Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif dan negatif. Atom yang melepaskan

elektron akan menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima akan menjadi ion

negatif. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun selang

seling membentuk molekul raksasa (Parlan,1999).

Jika suatu radiasi gelombang elektromagnetik mengenai suatu materi, maka

akan terjadi suatu interaksi, diantaranya berupa penyerapan energi (absorpsi) oleh

atom-atom atau molekulmolekul dari materi tersebut. Absorpsi sinar ultraviolet dan

cahaya tampak akan mengakibatkan tereksitasinya elektron. Sedangkan absorpsi


radiasi inframerah, energinya tidak cukup untuk mengeksitasi elektron, namun

menyebabkan peningkatan amplitudo getaran (vibrasi) atom-atom pada suatu

molekul. Hal yang sangat unik pada penyerapan radiasi gelombang elektromagnetik

adalah bahwasuatu senyawa menyerap radiasi dengan panjang gelombang tertentu

bergantung pada struktur senyawa tersebut. Absorpsi khas inilah yang

mendorongpengembangan metode spektroskopi, baik spektroskopi atomik maupun

molekuler yang telah memberikan sumbangan besar bagi dunia ilmu pengetahuan

terutama dalam usaha pemahaman mengenai susunan materi dan unsur-unsur

penyusunnya. Salah satu metode spektroskopi yang sangat populer adalah metode

spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared), yaitu metode spektroskopi

inframerah yang dilengkapi dengan transformasi Fourier untuk analisis hasil

spektrumnya. Metode spektroskopi yang digunakan adalah metode absorpsi, yaitu

metode spektroskopi yang didasarkan atas perbedaan penyerapan radiasi inframerah.

Absorbsi inframerah oleh suatu materi dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat, yaitu

kesesuaian antara frekuensi radiasi inframerah dengan frekuensi vibrasional molekul

sampel dan perubahan momen dipol selama bervibrasi (Anam, 2007).

Kelarutan sering digunakan dalam beberapa faham. Kelarutan menyatakan

pengertian secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga di gunakan secara

kuantitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan. Suatu larutan dinyatakan

merupakan ”larutan tidak jenuh” jika solute dapat ditambahkan untuk memperoleh

berbagai larutan yang berbeda dalam konsentrasinya. Dalam banyak hal, ternyata

proses penambahan solute tidak dapat berlangsung secara tidak terbatas. Suatu
keadaan akan dicapai dimana penambahan solute pada sejumlah solvent yang tertentu

tidak akan menghasilkan larutan lain yang memiliki konsentrasi lebih tinggi (

Handayani,1999 ).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat – alat yang digunakan pada praktikum pembuatan larutan

adalah sebagai berikut:

 Pipet volume @ 1 buah

 Filer @ 1 buah

 Pipet tetes @ 1 buah

 Spatula @ 1 batang

 Gelas kimia 20 mL @ 1 buah

 Corong @ 1 buah

 Botol semprot @ 1 buah

 Tabung reaksi @ 4 buah

2. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan larutan

adalah sebagai berikut:

 Heksana 1 mL

 Etanol
 Aquades

 Fenol

 Larutan KMnO4 2%

 Larutan HCl pekat

 Larutan FeCl3

 K2CrO2

B. Prosedur Kerja

1. Ketidak Jenuhan

a. 2 mL n-Heksana

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Dilarutkan dalam 1 mL aquades

- Ditambahkan 1 mL larutan KMnO4 2%

- Dikocok

- Dipanaskan

- Diamati

Hasil Pengamatan
b.
2 mL n-Heksana

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Dilarutkan dalam 1 mL alkohol

- Ditambahkan 1 mL larutan KMnO4 2%

- Dikocok

- Dipanaskan

- Diamati

Hasil Pengamatan

2. Alkohol

a.
5 gram Kromar

- Dilarutkan dalam 5 mL HCl pekat

- Dituang dalam gelas kimia yang berisi

15 mL aquades

- Diaduk

- Diamati

Hasil Pengamatan

- Didinginkan

- Diamati
b. 1 – 2 tetes fenol
1 – 2 tetes alkohol

- Dilarutkan dalam - Dilarutkan dalam

5 mL aquades 5 mL aquades

- Ditambahkan 1 - Ditambahkan 1

tetes FeCl3 tetes FeCl3

- Diamati - Diamati

Hasil Pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengukuran

1. Ketidak Jenuhan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. 2 mL n-heksana ke dalam alcohol 70% Terdapat 2 lapisan

berwarna bening

2. Ditambahkan 1 mL larutan KMnO4 0,1 N Larutan terdapat 2

lapisan, berwarna coklat,

lapisan bawah lebih

pekat

3. dipanaskan Berwarna coklat,

terdapat endapan

No `Perlakuan Pengamatan

1. Dilarutkan 2 mL heksana ke dalam 1 Larutan bening,terdapat dua

mL air lapisan, lapisan atas lebih pekat

(heksana)

2. Ditambahkan 1 mL larutan KMnO4 0,1 Larutan terdapat 2 lapisan.

N Lapisan bawah lebih pekat dan


tidak terjadi pemutusan ikatan

3. Dipanaskan Larutan atas bening, terdapat

endapan

2. Alkohol

No Perlakuan Pengamatan

Dilarutkan 5 gram kromat dalam 5 mL Berwarna orange, terdapat


1.
HCl pekat endapan

Dituang secara perlahan-lahan ke dalam


Berwarna merah, terdapat
2. gelas kimia yang berisi 15 mL air
endapan
sambil diaduk

Berwarna merah, terdapat


3. Larutan didinginkan
endapan

No Perlakuan Pengamatan

1. Dilarutkan 1-2 tetes alkohol dalam 5 mL air Bening

2. Ditambah 1 tetes FeCl3/ H2O berwarna kuning


No Perlakuan Pengamatan

Dilarutkan 5 mL air dengan


1. Terdapat dua fasa jenih
phenol 2 tetes

Larutan berwarna ungu, terdapat


2. Ditambahkan FeCl3/ H2O
endapan

3. Dipanaskan Berwarna ungu


2 Pembahasan

Suatu senyawa karbon terdiri atas dua bagian, bagian gugus alkil atau

radikal, yaitu rantai atom C dari alkana dan gugus fungsi. Rantai atom C

Sebagai gugus alkil tidak reaktif, cenderung bersifat non polar. Gugus fungsi

menentukan sifat senyawa yang bersangkutan. Oleh karena itu, nama gugus

fungsi menjadi nama senyawa. Gugus fungsi juga sebagai penunjuk

kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa dengan

gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama.

Untuk mengidentifikasi senyawa organik yang tidak diketahui maupun

hasil suatu reaksi memerlukan pendekatan yang menyeluruh dari suatu

analisis kualitatif senyawa organik. Secara umum, identifikasi suatu senyawa

organik yaitu: Pertama, menentukan sifat fisiknya, misalnya warna, bau,

indeks refraksi, massa jenis, titik leleh dan atau titik didihnya. Kedua,

menganalisis unsur penyusun. Ketiga, menentukan kelompok kelarutan.

Pada praktikum penentuan gugus fungsi pengelompokkan senyawa

oraganik berdasarkan tingkat kelarutannya yaitu berdasarkan Ksp larutan yang

diuji dimana kelarutannya dipengaruhi oleh kepolaran dan ketidak polaran

larutan itu sendiri, atau jenis larutan, suhu dan tekanan. Dimana kelarutan itu

sendiri adalah adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah

tertentu pelarut. Biasanya dinyatakan dalam satuan gram / liter atau mol / liter.

Pada praktikum yang telah dilakukan ditemukan tiga kondisi larutan yaitu
Larutan jenuh adalah suatu keadaan ketika suatu larutan telah mengandung

suatu zat terlarut dengan konsentrasi maksimum.

Pada pengelompokkan gugus fungsi ketidakjenuhan yaitu pada

pelarutan n-Heksana pada aquades yang kemudian ditambahkan KMnO4

terbentuk lapisan hal ini disebabkan adanya perbedaan kepolaran sehingga

terbentuk larutan yang tidak homogen.

Pada pengelompokkan gugus fungsi ketidak jenuhan didapati pula

Larutan kurang jenuh, dimana larutan kurang jenuh itu sendiri adalah larutan

yang masih dapat melarutkan zat terlarut yaitu pada pelarutan n-heksana dan

KMnO4 dengan pelarut alkohol, yang ketika larutan ini dipanaskan terbentuk

larutan yang homogen hal ini disebabkan kedua zat ini bersifat nonpolar

dimana kita ketahui bahwa senyawa nonpolar hanya dapat larut secara

sempurna pada senyawa nonpolar pula.

Pada suhu yang semakin tinggi, umumnya suatu zat akan semakin

mudah larut. Adanya kalor menyebabkan semakin renggangnya jarak antar

partikel zat padat tersebut. Akibatnya, kekuatan gaya antar partikel tersebut

menjadi lemah sehingga partikel tersebut mudah terlepas oleh adanya gaya

tarik molekul-molekul air ( pelarut ). Namun ada beberapa zat yang justru

berkurang kelarutannya jika suhu dinaikkan.

Pada percobaan pelarutan phenol dengan 5 mL air didapatkan dua fasa

yang bersifat jenuh. Larutan lewat jenuh adalah larutan yang sudah tidak

dapat lagi melarutkan zat terlarut, sehingga menyebabkan terbentuknya


endapan saat ditambahkan FeCl3/H2O. Pada saat larutan tersebut dipanaskan,

terbentuk warna ungu. Hal ini disebabkan karena Phenol mempumyai titik

cair dan titik didih yang relatif tinggi. Pada suhu kamar, phenol suhu rendah

berbentuk cairan yang bersifat suhu sedang berupa cairan kental, sedangkan

suhu tinggi berbentuk padatan.


BAB V
SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penentuan gugus fungsi dapat dilakukan dengan melihat zat-zat dengan struktur

kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat

yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like

dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar,

sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.


DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul. 2007. Vol 10. , No.1, April 2007, hal 79-85.Analisis Gugus Fungsi
Pada Sampel Uji, Bensin Dan Spiritus Menggunakan Metode Spektroskopi
Ftir. MIPA UNDIP. Semarang. [Akses (Vol. 10. No. 1) 27 desember 2011]

Anonim, 2008, Pembuatan Senyawa Alkana, Laboratorium Dasar Universitas


Trunojoyo. (http:), (Akses:20-12-2011/10.03).

Handayani, R dan Joko, S., 2008, “Sintesis Senyawa Flavonoid-α-Glikosida secara


Reaksi Transglikosilasi Enzimatik dan Aktivitasnya sebagai Antioksidan
(Synthesis of flavonoid-α-glicoside through transglycosylation by enzyme and
its activities as antioxidant)”, Biodiversitas, Vol.9(1): 1-4.

Muhtadi, 2008, “Pemisahan Fraksi dan Senyawa-Senyawa yang Berkhasiat


Antiplasmodium dari Ekstrak Metanol Kulit Kayu Mimba (Azadirachta Indica
Juss) (The Separation Of Compounds And Fraction Virtuing Antiplasmodium
From Methanol Extracts Of Mimba Tree Bar (Azadirachta indica Juss)”,
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 9(2): 117-136.

Parlan, Drs., M.Si. 2003. Kimia Organik I. JICA. Malang.


TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

Soal :

1. Tuliskan reaksi-reaksi yang terjadi!

2. Mengapa untuk mendeteksi ketak jenuhan senyawa organic dapat digunakan

oksidator KMnO4?

3. Apakah hasil reaksi antara FeCl3 dengan phenol akan membentuk warna? Jika

ya/tidak, mengapa. Jelaskan!

Jawab :

1. Reaksi-reaksi yang terjadi :

Anda mungkin juga menyukai