Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 17 No.

2, Hlm: 209-219, Juli 2016


Artikel ini tersedia di website: http://journal.umy.ac.id/index.php/ai
DOI: 10.18196/jai.2016.0056.209-219

Pengaruh Sikap dan Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Niat


Whistleblowing Internal-Eksternal dengan Persepsi Dukungan
Organisasi Sebagai Variabel Pemoderasi
Ilham Maulana Saud*
Prodi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jln. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, D. I. Yogyakarta

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history: This study aims to examine the influence of attitude and perceived behavior control
received 19 Mar 2016 empirically toward the whistleblowing intention of the internal-external with the perceived
revised 23 Jun 2016 organizational support as the moderating variables. This study using survey method with
accepted 30 Jun 2016 127 respondents of the permanent staffs of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(UMY) and employs hierarchical regression analysis. The results reveal the attitude has
Keywords: significant influence toward internal whistleblowing intention and the perceived of
Perceived Behavior organizational supporting has significant influence as moderating variable which strengthen
Control; Perceived the influence of the perceived behavior control toward the internal-external whistleblowing
Organizational Support; intention.
Whistleblowing
© 2016 JAI. All rights reserved
Intention

PENDAHULUAN mungkin akan mendapat penolakan dari karyawan


lainnya dalam organisasi (Elliston, 1982). Kondisi
Kebijakan whistleblowing kembali menjadi tran- tersebut menjadi dilema etis bagi whistleblower
ding topic setelah terungkapnya kasus perusahaan ketika berasal dari internal organisasi, sehingga
Enron, WorldCom, Anderson, dan Tyco yang penting bagi whistleblower memperoleh dukungan
mendorong regulator pasar modal Amerika Serikat dan perlindungan dari organisasi.
mengeluarkan regulasi, yaitu Sarbanes Oxley Act of Alleyne et al. (2013) menjelaskan pentingnya
2002 (SOX). Salah satu seruan SOX adalah peru- persepsi dukungan organisasi bagi individu untuk
sahaan publik diwajibkan untuk mengembangkan melaporkan tindakan tidak etis. Hal ini didasarkan
sistem whistleblowing yang merupakan bagian dari pada teori pertukaran sosial, organisasi yang mem-
sistem pengendalian internal (Brennan dan Kelly, perlakukan karyawan dengan baik menimbulkan
2007). rasa kewajiban dalam diri karyawan, sehingga untuk
Sama halnya di Indonesia, regulasi mengenai memenuhi perasaan kewajibannya, karyawan meres-
whistleblowing telah diatur dalam Undang-Undang pon dengan cara yang mengungtungkan organisasi.
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi Persepsi dukungan organisasi mengacu pada
dan Korban serta Surat Edaran Mahkamah Agung keyakinan luas yang dimiliki karyawan mengenai
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan terhadap sejauh mana organisasi menghargai kontribusi dan
Pelapor Tindak Pidana (whistleblower) dan Saksi peduli terhadap kesejahteraan karyawannya
Pelaku yang Bekerja Sama. Dengan adanya aturan (Eisenberger et al., 1986). Dengan demikian, persep-
tersebut, maka sistem whistleblowing sangat penting si dukungan organisasi yang tinggi menghasilkan
bagi organisasi, sehingga diperlukan sistem whistle- dampak positif terhadap sikap dan perilaku karya-
blowing yang efektif yang diharapkan dapat mening- wan untuk suatu kebaikan yang bermanfaat bagi
katkan partisipasi karyawan dalam melaporkan organisasi, misalnya melaporkan kecurangan yang
kecurangan. terjadi dalam organisasi. Meningkatnya partisipasi
Hal terpenting dalam penerapan sistem whistle- karyawan untuk melaporkan tindakan-tindakan
blowing adalah apakah karyawan yang mengetahui kecurangan dapat meningkatkan keefektifan sistem
terjadinya kecurangan mau melaporkan (whistle- pengendalian internal organisasi (Patel, 2003). Hasil
blower) atau tidak. Rothschild dan Miethe (1999) penelitian Adebayo (2005) mengenai sikap etis dan
menyatakan bahwa sebagian besar whistleblower perilaku prososial di kepolisian Nigeria menemukan
dinilai tidak loyal terhadap organisasi, dan mereka bahwa persepsi dukungan organisasi yang dirasakan

*Corresponding author, e_mail address: ilhammaulanasaud@gmail.com


Saud, I. M. – Whistleblowing Internal-Eksternal

memoderasi hubungan antara sikap dan perilaku persepsi kontrol perilaku. Sikap merupakan suatu
prososial. Hooks et al. (1994), Kaplan dan disposisi untuk merespon secara positif atau negatif
Whitecotton (2001) menunjukkan adanya hubungan perilaku tertentu. Sikap terhadap perilaku diten-
antara tingkat persepsi dukungan organisasi dengan tukan oleh kombinasi antara keyakinan perilaku dan
akses untuk mengungkapkan kecurangan. evaluasi hasil. Keyakinan perilaku adalah keyakinan
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Park dan individu mengenai konsekuensi positif atau negatif
Blenkinsopp (2009) dan Winardi (2013) telah mene- dari perilaku tertentu, sedangkan evaluasi hasil
mukan beberapa faktor individu yang mempe- merupakan evaluasi individu terhadap konsekuensi
ngaruhi niat whistleblowing dengan menggunakan yang didapatkan dari suatu perilaku (Ajzen, 1991).
teori perilaku terencana yang dikembangkan oleh Sikap merupakan suatu disposisi untuk meres-
Ajzen (1991). Hasil penelitian Winardi (2013) pon secara positif atau negatif perilaku tertentu.
menemukan bahwa sikap dan persepsi kontrol peri- Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh kombinasi
laku berpengaruh positif terhadap niat whistle- antara keyakinan perilaku dan evaluasi hasil. Keya-
blowing internal. Park dan Blenkinsopp (2009) juga kinan perilaku adalah keyakinan individu mengenai
menemukan bahwa sikap dan kontrol perilaku konsekuensi positif atau negatif dari perilaku terte-
berpengaruh positif terhadap niat whistleblowing ntu, sedangkan evaluasi hasil merupakan evaluasi
internal, tetapi tidak berpengaruhi positif terhadap individu terhadap konsekuensi yang didapatkan dari
niat whistleblowing eksternal. suatu perilaku (Ajzen, 1991). Hal ini menunjukkan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji bahwa individu yang percaya bahwa suatu perilaku
apakah sikap dan persepsi kontrol perilaku berpe- dapat memberikan hasil yang positif maka individu
ngaruh positif terhadap niat whistleblowing internal- tersebut memiliki sikap positif terhadap perilaku
eksternal dan apakah persepsi dukungan organisasi tersebut dan sebaliknya, jika individu meyakini
memoderasi hubungan pengaruh sikap dan kontrol bahwa suatu perilaku dapat memberikan hasil yang
perilaku terhadap niat whistle-blowing internal- negatif maka individu tersebut memiliki sikap negatif
ekstenal. Penelitian ini penting karena, pertama, terhadap perilaku tersebut.
beberapa penelitian sebelumnya belum menggu- Persepsi kontrol perilaku sebagai fungsi yang
nakan variabel persepsi dukungan organisasi. Kedua, didasarkan oleh keyakinan yang disebut sebagai
pada penelitian sebelumnya oleh Winardi (2013) keyakinan kontrol, yaitu keyakinan individu meng-
hanya menggunakan jalur whistleblowing internal enai ada atau tidak adanya faktor yang mendukung
untuk menggungkap kecurangan, sedangkan pene- atau menghambat individu untuk melakukan suatu
litian ini menggunakan konteks niat whistleblowing perilaku. Keyakinan ini didasarkan pada pengalaman
internal-eksternal. Ketiga, dengan menggunakan res- masa lalu serta informasi dari pengalaman orang lain
ponden yang berbeda, penelitian ini ingin mengkon- (Ajzen, 1991). Ajzen (1991) menjelaskan bahwa
firmasi dan menindaklanjuti hasil penelitian yang semakin individu merasakan banyak faktor pendu-
dilakukan oleh Park dan Blenkinsopp (2009) yang kung dan sedikit faktor penghambat untuk dapat
juga menggunakan jalur pelaporan internal-eksternal. melakukan suatu perilaku, maka lebih besar kontrol
Kontribusi teoritis penelitian ini adalah mem- yang mereka rasakan atas perilaku tersebut dan
berikan penjelasan bahwa sikap individu berpe- sebaliknya, jika semakin sedikit individu merasakan
ngaruh positif terhadap niat whistleblowing internal. faktor pendukung dan banyak faktor penghambat
Selain itu, persepsi dukungan organisasi menjadi untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka
aspek yang dapat memperkuat pengaruh persepsi individu cenderung mempersepsikan diri sulit untuk
kontrol perilaku terhadap niat whistleblowing melakukan perilaku tersebut.
internal-eksternal. Secara praktik, penelitian ini
memberikan informasi bagi organisasi bahwa Teori Pertukaran Sosial
pentingnya dukungan organisasi bagi karyawan untuk
mengungkapkan kecurangan. Cropanzano dan Mictchell (2005) menjelaskan
bahwa dasar teori pertukaran sosial adalah hubungan
yang meningkat dari waktu ke waktu menjadi
TINJAUAN LITERATUR DAN hubungan yang saling mempercayai, loyal, dan saling
PERUMUSAN HIPOTESIS berkomitmen selama kedua belah pihak menaati
aturan-aturan pertukaran. Peraturan mengenai
Teori Perilaku Direncanakan pertukaran umumnya melibatkan hubungan timbal
Ajzen (1991) mendefinisikan bahwa intensi balik atau aturan membayar kembali dalam bentuk
tindakan dari suatu pihak sebagai respon dari
merupakan pencerminan dari tiga faktor utama yaitu
tindakan pihak lain (Cropanzano dan Mictchell,
sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan

210
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 17 (2), 209-219, Juli 2016

2005). Pedekatan pertukaran sosial meng- niat peserta dalam hal jalur anonim atau teriden-
integrasikan keyakinan karyawan tentang bagaimana tifikasi berpengaruh ketika adanya pertimbangan
mereka diperlakukan oleh organisasinya dan tindakan pembalasan.
bagaimana organisasi berkomitmen kepada mereka
(Eisenberger et al., 1986). Dengan demikian, jika Sikap dan Niat Whistleblowing
karyawan percaya bahwa organisasi berkomitmen
kepadanya maka karyawan juga akan berkomitmen Sikap terhadap whistleblowing menurut Park
kepada organisasi. dan Blenkinsopp (2009) mengenai sejauh mana indi-
vidu memiliki evaluasi menguntungkan atau tidak
Whistleblowing menguntungan dari whistleblowing adalah jumlah
keyakinan yang dimiliki karyawan tentang konse-
Miceli dan Near (1985) mendefinisikan whistle- kuensi dari whistleblowing dan evaluasi subjektif
blowing adalah suatu pengungkapan oleh anggota terhadap konsekuensi tersebut. Dengan demikian,
organisasi tentang praktik ilegal, tidak bermoral atau seseorang untuk dapat menjadi whistleblower harus
tidak sah di bawah kendali atasan mereka kepada memiliki kompenen keyakinan bahwa whistle-
orang-orang atau organisasi yang dapat mempe- blowing adalah tindakan yang memiliki konsekuensi
ngaruhi tindakan. Whistleblowing juga dapat positif misalnya pencegahan yang dapat merugikan
didefinisikan sebagai upaya anggota saat ini atau organisasi, kontrol terhadap tindakan korupsi,
masa lalu dari suatu organisasi untuk memberikan peningkatan kepentingan umum, kepuasan moral
peringatan kepada top management organisasi atau dan tugas karyawan (Callahan dan Dworkin, 2000).
kepada publik mengenai sebuah kesalahan serius Selanjutnya keyakinan terhadap konsekuensi positif
yang dibuat atau disembunyikan oleh organisasi tersebut dievaluasi oleh sistem nilai individu
(Ahern dan McDonald, 2002; Putri, 2016). seseorang dan menghasilkan sikap, sikap positif yang
Individu yang melakukan whistleblowing dise- mampu mendorong kecenderungan seseorang untuk
but whistleblower, Miceli dan Near (1985) menje- melakukan whistleblowing. Sehingga, semakin besar
laskan bahwa yang dapat disebut sebagai whistle- kecenderungan sikap positif seseorang untuk mela-
blower memiliki empat karakteristik, yaitu (1) karya- kukan whistleblowing semakin besar kemungkinan
wan atau mantan karyawan organisasi yang organisa- niat seseorang untuk melakukan whistleblowing.
sinya mengalami kecurangan; (2) tidak memiliki Sejalan dengan konsep yang dikemukakan di
otorisasi untuk mengubah atau menghentikan atas, secara empiris beberapa penelitian telah mem-
kecurangan yang berada di bawah kendalinya; (3) buktikan konsep sikap memiliki hubungan positif
diizinkan atau tidak diizinkan membuat laporan; (4) terhadap niat whistleblowing. Park dan Blenkinsopp
tidak menduduki posisi yang tugasnya mensyaratkan (2009) menemukan bahwa sikap petugas kepolisian
untuk melakukan pelaporan kecurangan korporat. terhadap whistleblowing memiliki efek positif sig-
Whistleblowing dapat terjadi melalui jalur nifikan terhadap niat whistleblowing. Trongmateerut
internal maupun eksternal. Whistleblowing internal dan Sweeney (2013) yang membanding budaya
terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecura- Amerika Serikat dan Thailand juga menjelaskan
ngan yang dilakukan karyawan lainnya kemudian bahwa niat whistleblowing dipengaruhi oleh sikap.
melaporkan kecurangan tersebut kepada atasannya. Winardi (2013) juga menemukan bahwa sikap
Sedangkan, whistleblowing eksternal terjadi ketika berpengaruh positif terhadap niat whistleblowing
seorang karyawan mengetahui kecurangan yang internal. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif
dilakukan organisasi atau anggota dalam organisasi, seseorang terhadap tindakan kecurangan semakin
kemudian memberitahukannya kepada pihak di luar besar kemungkinan seseorang untuk melakukan
organisasi atau penegak hukum karena kecurangan whistleblowing. Berdasarkan penjelasan di atas,
tersebut merugikan masyarakat (Elias, 2008). maka hipotesis pertama penelitian ini adalah:
Park dan Blenkinsopp (2009) menjelaskan H1: Sikap terhadap whistleblowing berpengaruh
bahwa jalur pelaporan whistleblowing tidak hanya positif terhadap niat whistleblowing internal-
sebatas internal dan eksternal, tetapi terdiri dari tiga eksternal.
dimensi, yaitu formal dan informal, anonim dan
teridentifikasi, internal dan eksternal, setiap dimensi Persepsi Kontrol Perilaku dan Niat Whistleblowing
tersebut merupakan pilihan bagi karyawan. Kaplan
(2012) menemukan bahwa whistleblower berpe- Persepsi Kontrol perilaku yang dirasakan dalam
rilaku berbeda dalam membuat pilihan jalur whistleblowing dapat diperkirakan dengan cara
pelaporan yang sesuai untuk mereka. Secara khusus, faktor kontrol dan evaluasi hasil (Park dan
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelaporan Blenkinsopp, 2009). Salah satu faktor kontrol dari

211
Saud, I. M. – Whistleblowing Internal-Eksternal

whistleblowing berasal dari keyakinan tentang ham- et al. (2013) menyatakan bahwa persepsi dukungan
batan organisasi, yaitu menggagalkan atau dengan organisasi yang dirasakan merupakan salah satu
sengaja mengabaikan laporan tersebut. Terkait faktor yang mendukung seorang individu untuk
dengan keyakinan negatif individu, seperti kekha- melaporkan tindakan tidak etis dalam organisasinya.
watiran individu tentang pembalasan karena pela- Individu harus menilai tingkat dukungan yang
poran yang dilakukan, faktor ini merupakan salah diharapkan ketika akan memutuskan untuk mela-
satu faktor paling penting yang dapat mencengah porkan kesalahan apapun, mengingat berbagai dam-
karyawan untuk melaporkan perbuatan tidak sah pak negatif yang timbul jika kurangnya dukungan
atau etis (Miceli dan Near, 1992; Mesmer-Magnus dari organisasi.
dan Viswesvaran, 2005). Sehingga sangat penting Sejalan dengan teori pertukaran sosial dan
bagi karyawan yang berniat untuk melakukan norma timbal balik, persepsi dukungan organisasi
whistleblowing dilindungi dari pembalasan (Gorta menciptakan perasaan balas budi karyawan terhadap
dan Fornell, 1995). organisasi dan dapat dikurangi dengan usaha yang
Penelitian sebelumnya oleh Winardi (2013) timbal balik (Gouldner, 1960). Hal ini menunjukkan
menemukan bahwa persepsi kontrol perilaku bahwa persepsi dukungan organisasi yang tinggi
berpengaruh positif terhdap niat whistleblowing menghasilkan dampak positif terhadap sikap dan
internal. Park dan Blenkinsop (2009) menemukan perilaku karyawan untuk suatu kebaikan yang
bahwa persepsi kontrol perilaku yang dirasakan bermanfaat bagi organisasi, misalnya melaporkan
memiliki pengaruh positif signifikan pada niat kecurangan yang terjadi dalam organisasi. Dengan
whistleblowing internal. Teori ini memprediksi demikian, dukungan organisasi yang dirasakan
bahwa semakin besar kontrol perilaku yang diharapkan dapat memperkuat hubungan faktor
dirasakan, maka semakin kuat niat seseorang untuk sikap dan persepsi kontrol perilaku terhadap niat
melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 1991). Dengan seseorang untuk melaporkan tindakan kecurangan.
demikian, seseorang yang meyakini bahwa ia Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis
memiliki kesempatan besar dan tidak menghadapi ketiga penelitian ini adalah:
hambatan besar untuk melaporkan tindakan H3: Persepsi dukungan organisasi yang dirasakan
kecurangan, maka semakin kuat persepsi individu memoderasi hubungan sikap dan persepsi
terhadap kontrol untuk melaporkan tindakan kontrol perilaku terhadap niat whistleblowing
kecurangan tersebut. Berdasarkan dari penjelasan di internal-eksternal.
atas, maka hipotesis kedua penelitian ini adalah:
H2: Persepsi kontrol perilaku yang dirasakan
berpengaruh positif terhadap niat whistle- METODE PENELITIAN
blowing internal-eksternal.
Desain Penelitian dan Pemilihan Sampel
Persepsi Dukungan Organisasi dan Niat
Whistleblowing Penelitian ini menggunakan metode survei
dalam bentuk kuesioner. Sampel yang digunakan
Mengadopsi kerangka teori pertukaran sosial, adalah karyawan tetap (tenaga kependidikan)
Eisenberger et al. (1986) berpendapat bahwa keya- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan
kinan tersebut mendasari kesimpulan karyawan masa kerja lebih dari dua tahun dengan teknik
mengenai komitmen organisasi mereka terhadap pemilihan sampel menggunakan non probability
persepsi dukungan organisasi yang dirasakan, sampling yaitu convenience sampling. Penentuan
sehingga berkontribusi terhadap komitmen karyawan ukuran jumlah sampel penelitian ini mengacu
untuk organisasi. Karyawan merasa nyaman atas ketentuan Isaac dan Michael yang berdasarkan
pengambilan keputusannya yang terkait dengan tingkat kesalahan (Sugiyono, 2013). Tingkat
pelaporan tindakan tidak etis ketika organisasi kesalahan yang digunakan adalah 5%.
mendukung tindakan karyawan (Alleyne et al.,
2013). Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Wayne et al. (1997) menjelaskan bahwa besar- Sikap
nya persepsi dukungan organisasi yang dirasakan
oleh karyawan menciptakan perasaan kewajiban, Sikap adalah derajat individu untuk menge-
karyawan tidak hanya merasa bahwa mereka harus valuasi dan menilai sesuatu yang menguntungkan
berkomitmen untuk atasan mereka, tetapi juga atau tidak menguntungkan (Ajzen, 1991). Untuk
merasakan suatu kewajiban dengan terlibat dalam mengukur sikap dalam penelitian ini menggunakan
perilaku yang mendukung tujuan organisasi. Alleyne

212
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 17 (2), 209-219, Juli 2016

H1
Sikap

H3
Whistleblowing
Dukungan Organisasi Internal-Eksternal

H3
Kontrol Perilaku
H2

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

model Park dan Blenkinsopp (2009) yang diadopsi karyawan dengan 5 skala Likert dari sangat setuju
oleh Winardi (2013). Responden diminta menjawab hingga sangat setuju.
dua pertanyaan, yaitu pertanyaan untuk menilai
kepercayaan terhadap perilaku (behavioral belief) Niat Whistleblowing
dengan menggunakan 5 skala Likert dari sangat tidak
setuju hingga sangat setuju dan pertanyaan untuk Niat whistleblowing adalah suatu tindakan yang
mengevaluasi seberapa penting jika melakukan mungkin dilakukan individu untuk melaporkan
perilaku tersebut (evaluation of important) dengan suatu kesalahan atau perbuatan yang tidak etis
menggunakan 5 skala Likert dari sangat tidak penting (Miceli dan Near, 1985). Niat whistleblowing dalam
hingga sangat penting. penelitian ini merupakan variabel dependen yang
diukur dengan menggunakan model Park dan
Persepsi Kontrol Perilaku Blenkinsopp (2009) yang diadopsi Winardi (2013).
Responden diminta untuk menilai dua bentuk kasus
Persepsi kontrol perilaku adalah persepsi korupsi yang diberikan yaitu serius dan kurang
individu tentang tingkat kesulitan dalam melakukan serius, dengan menggunakan jalur pelaporan anonim
perilaku tertentu (Ajzen, 1991). Untuk mengukur dan terindentifikasi, apakah responden melaporkan
kontrol perilaku dalam penelitian ini menggunakan kasus tersebut ke pihak internal organisasi dan ke
model Park dan Blenkinsopp (2009) yang diadopsi pihak eksternal di luar organisasi dengan meng-
Winardi (2013). Responden diminta menjawab dua gunakan 5 skala Likert dari sangat rendah hingga
pertanyaan, yaitu pertanyaan untuk menilai keya- sangat tinggi.
kinan mengenai kemampuan dalam mengendalikan
(control belief) dengan menggunakan 5 skala Likert Analisis Bias Metoda Umum
dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju dan
pertanyaan untuk menilai persepsi tentang kekuatan Analisis bias metoda umum dilakukan karena
jika melakukan perilaku (perceived power) dengan penelitian ini menggunakan sumber yang sama
menggunakan 5 skala Likert dari tidak berpengaruh untuk menjawab variabel independen maupun
hingga sangat berpengaruh. dependen sehingga dapat menimbulkan self report
bias dan menyebabkan kesalahan pengukuran. Self
Persepsi Dukungan Organisasi report bias dalam penelitian ini dikontrol dengan
menjamin anonimitas responden dan dijelaskan
Persepsi dukungan organisasi adalah keyakinan bahwa tidak ada jawaban yang benar ataupun salah
karyawan mengenai penghargaan, dukungan, dan (Hartono dan Abdillah, 2008).
perhatian yang diberikan organisasi atas kontribusi Untuk mengontrol bias keinginan sosial,
yang telah diberikan karyawan serta kepedulian orga- penelitian ini menggunakan pertanyaan-pertanyaan
nisasi terhadap kesejahteraan karyawan (Eisenberger dengan third-person wording dalam keusioner agar
et al., 1986). Persepsi dukungan organisasi dalam bias keinginan sosial dapat diminimalkan, serta
penelitian ini merupakan variabel moderasi yang menggunakan beberapa item pertanyaan dikodekan
diukur dengan menggunakan model Eisenberger et terbalik (reverse-coded items) dengan tujuan untuk
al. (1986). Responden diminta untuk menilai mengontrol bias motif konsistensi terhadap item
persepsi dukungan organisasi yang diterima oleh pertanyaan (Hartono dan Abdillah, 2008).

213
Saud, I. M. – Whistleblowing Internal-Eksternal

HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukkan bahwa tidak terjadi non-response bias


dalam penelitian ini (lihat Tabel 2).
Responden Penelitian
Pengujian Validitas
Kuesioner yang terkumpul sebanyak 133 dari
149 kuesioner yang dibagikan, sehingga tingkat Berdasarkan hasil uji validitas yang ditampilkan
respon sebesar 89%. Dari 133 yang kembali hanya pada Tabel 3, 4 dan 5, nilai factor loading untuk
127 kuesioner yang dapat digunakan untuk setiap item memiliki nilai > 0,5. Hal ini
keperluan penelitian dengan karakteristik demografis menunjukkan bahwa item pertanyaan belief factors
responden ditunjukkan pada Tabel 1. dan evaluation factors untuk variabel sikap dan
persepsi kontrol perilaku, serta item pertanyaan
Tabel 1. Karakteristik Demografis Responden variabel persepsi dukungan organisasi adalah valid,
Jumlah Persentase sehingga dapat digunakan untuk analisis selanjutnya
(Orang) (%) (Hair et al., 2010; Evanauli dan Nazaruddin, 2013).
Jenis Kelamin Laki-laki 97 76
Perempuan 30 24 Pengujian Reliabilitas
127 100
Umur 29 – 30 4 3
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang
31 – 40 35 28
41 – 50 63 50
ditampilkan pada Tabel 6, nilai cronbach alpha
> 50 25 20 variabel sikap, persepsi kontrol perilaku, dan
127 100 persepsi dukungan organisasi > 0,60. Hal ini
Lama Kerja 4 – 10 23 18 menunjukkan bahwa item-item pertanyaan semua
11 – 20 63 50 variabel tersebut reliabel, sehingga dapat digunakan
21 – 30 38 30 untuk analisis selanjutnya (Hair et al., 2010).
> 30 3 2
Jumlah 127 100
Hasil Pengujian Hipotesis
Uji Non-Response Bias
Pengujian hipotesis pada penelitian ini
Uji non-response bias bertujuan untuk melihat menggunakan Hierarchical Regression Analysis
perbedaan jawaban responden berdasarkan waktu Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 7
pengembalian kuesioner. Non-response bias perlu menunjukkan bahwa sikap berpengaruh positif
diuji untuk melihat apakah respon yang terlambat signifikan terhadap niat whistleblowing internal.
dari responden memberikan hasil yang bias Hasil ini mengkonfirmasi teori perilaku terencana,
dibandingkan respon yang tepat waktu, atau dapat jika seseorang memiliki keyakinan bahwa
juga respon yang terlambat bias karena responden memutuskan menjadi whistleblower memberikan
mengisi kuesioner sekenanya karena sudah konsekuensi positif dan meyakini pentingnya
terlambat (Hartono dan Abdillah, 2008; Sofyani dan konsekuensi tersebut, maka seseorang akan memiliki
Akbar, 2013; 2015). Terdapat 107 kuesioner yang kecenderungan sikap yang positif untuk mendukung
diterima pada awal waktu pengembalian dan 20 tindakan whistleblowing, dengan demikian kondisi
kuesioner yang diterima pada akhir waktu pengem- tersebut dapat meningkatkan niat seseorang untuk
balian. Nilai sig pada levene’s test > 0,05 yang artinya melakukan whistleblowing. Temuan ini sesuai
tidak ada perbedaan signifikan jawaban antara kedua dengan hasil beberapa penelitian sebelumnya, yaitu
kelompok tersebut. Secara keseluruhan, hasil Park dan Blenkinsopp (2009) menemukan bahwa

Tabel 2. Hasil Uji Non-response Bias


Konstruk Tepat Terlambat (N = Levene's Test for Equality of
Waktu 20) Variances
(N = 107) F Sig.
Sikap 41,98 43,75 ,499 ,481
Kontrol Perilaku 29,28 27,70 1,464 ,229
Persepsi Dukungan Organisasi 17,56 17,85 ,181 ,672
Whistleblowing Internal 13,76 14,35 ,350 ,555
Whistleblowing Eksternal 12,06 11,40 ,003 ,956

214
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 17 (2), 209-219, Juli 2016

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Belief Factors


Item Rotasi Factor Loading
Sikap Persepsi Kontrol Perilaku
1. Sikap 1 -,077 ,697
2. Sikap 2 -,074 ,639
3. Sikap 3 -,054 ,786
4. Sikap 4 -,150 ,599
5. Sikap 5 -,141 ,693
6. Persepsi Kontrol Perilaku 1 ,600 -,273
7. Persepsi Kontrol Perilaku 2 ,721 -,147
8. Persepsi Kontrol Perilaku 3 ,722 -,235
9. Persepsi Kontrol Perilaku 4 ,701 ,087
10. Persepsi Kontrol Perilaku 5 ,845 -,057
Persentase Varian 26,632 51,765
KMO ,765
Sig. ,000

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Evaluation Factors


Item Rotasi Factor Loading
Sikap Persepsi Kontrol Perilaku
1. Sikap 6 ,695 -,097
2. Sikap 7 ,815 ,015
3. Sikap 8 ,752 -,061
4. Sikap 9 ,772 ,072
5. Sikap 10 ,803 -,043
6. Persepsi Kontrol Perilaku 6 ,150 ,769
7. Persepsi Kontrol Perilaku 7 -,015 ,797
8. Persepsi Kontrol Perilaku 8 ,065 ,641
9. Persepsi Kontrol Perilaku 9 -,220 ,691
10. Persepsi Kontrol Perilaku 10 -,137 ,755
Persentase Varian 30,475 57,523
KMO ,731
Sig. ,000

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Persepsi Dukungan Organisasi


Item Rotasi Factor Loading
1. Persepsi Dukugan Organisasi 1 ,705
2. Persepsi Dukugan Organisasi 2 ,806
3. Persepsi Dukugan Organisasi 3 ,601
4. Persepsi Dukugan Organisasi 4 ,559
5. Persepsi Dukugan Organisasi 5 ,780
Persentase Varian 48,558
KMO ,706
Sig. ,000

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas ding budaya Amerika Serikat dan Thailand juga
Item Cronbach Alpha menjelaskan bahwa niat whistleblowing dipengaruhi
Sikap: oleh sikap.
Behavioral Beliefs ,704 Tidak terdukungnya pengaruh sikap terhadap
Evaluation of Importance ,820 niat whistleblowing eksternal menunjukkan bahwa
Persepsi Kontrol Perilaku: responden yang memiliki sikap positif terhadap
Control Beliefs ,779
tindakan kecurangan lebih cenderung memilih jalur
Perceived Power ,782
Persepsi Dukungan Organisasi ,724 internal untuk melaporkan tindakan kecurangan.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Park dan
sikap petugas kepolisian memiliki efek positif Blenkinsopp (2009) yang menemukan bahwa sikap
signifikan terhadap niat whistleblowing internal. tidak berpengaruh terhadap niat whistleblowing
Trongmateerut dan Sweeney (2013) yang memban- eksternal.

215
Saud, I. M. – Whistleblowing Internal-Eksternal

Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis


WB-Internal WB-Eksternal
Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
Konstanta ,075 ,658 ,141 ,560
Sikap ,002* ,001 ,324 ,236
Persepsi Kontrol Perilaku ,455 ,813 ,657 ,768
Persepsi Dukunagan Organisasi ,898 ,265 ,819 ,635
SKP_PDO (Moderasi) ,293 ,626
KP_PDO (Moderasi) ,015* ,033*
R2
,159 ,249 ,047 ,109
R ,399 ,499 ,218 ,330
F-value 3,226 2,890 ,846 1,061
*p < 0,05

Hasil pengujian persepsi kontrol perilaku yaitu sikap dapat digunakan untuk menprediksi niat
menunjukkan tidak adanya berpengaruh positif seseorang melakukan whistleblowing internal dan
terhadap niat whistleblowing internal dan whistle- persepsi dukungan organisasi yang dirasakan terbukti
blowing eksternal. Namun, untuk pengujian mode- sebagai sebagai variabel pemoderasi yang mem-
rasi variabel persepsi dukungan organisasi dengan perkuat pengaruh persepsi kontrol perilaku terhadap
variabel persepsi kontrol perilaku terhadap niat niat whistleblowing internal-eksternal.
whistleblowing internal dan eksternal menghasilkan Implikasi penelitian ini adalah sistem whistle-
bahwa persepsi dukungan organisasi merupakan blowing akan efektif jika seluruh elemen dalam
variabel pemoderasi yang memperkuat pengaruh organisasi dari tingkat terendah hingga top manage-
persepsi kontrol perilaku terhadap niat whistle- ment organisasi mendukung dan melindungi karya-
bowing internal-eksternal. Temuan ini menunjukkan wan yang ingin melaporkan tindakan kecurangan,
bahwa ketika seseorang meyakini bahwa tidak ada mengingat berbagai ancaman atau pembalasan yang
hambatan dan memiliki kesempatan besar untuk dapat diterima. Secara khusus, untuk menin-
melaporkan tindakan kecurangan, maka semakin daklanjuti salah satu rekomendasi hasil Mukatamar
besar pula niat seseorang tersebut untuk melakukan Muhammadiyah ke 47 poin kesembilan yaitu
tindakan whistleblowing, terlebih jika seseorang gerakan berjamaah melawan korupsi, penting bagi
tersebut merasa bahwa organisasi mendukung dan UMY atau lembaga-lembaga perserikatan Muham-
memberikan perlindungan. madiyah untuk membuat dan menerapkan suatu
Hasil tersebut sesuai dengan teori pertukaran kebijakan mengenai sistem whistleblowing dan seca-
sosial dan norma timbal balik, ketika karyawan ingin ra umum bagi lembaga-lembaga pemerintah maupun
melaporkan kecurangan dan karyawan meyakini swasta sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
bahwa mereka tidak akan mendapatkan ancaman sistem pengendalian internal, mengingat masih
atau sanksi baik secara ekonomi maupun sosial dari banyaknya kasus korupsi yang terungkap sampai saat
organisasi, maka akan menimbulkan dampak positif ini.
terhadap sikap dan perilaku karyawan dan mening- Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang
katkan niat karyawan untuk melakukan whistle- dapat diperbaiki pada penelitian selanjutnya. Per-
blowing yang merupakan suatu tindakan yang ber- tama, responden dalam penelitian ini hanya terbatas
manfaat bagi organisasi. Dengan demikian, penting pada tenaga kependidikan UMY yang memiliki
bagi whistleblower untuk memastikan dukungan budaya organisasi berbeda dengan perguruan tinggi
organisasi mengingat berbagai jenis ancaman yang atau instansi lainnya, sehingga generalisasi hasil
mungkin diterima. Hasil ini sejalan dengan penelitian ini harus dilakukan secara hati-hati. Oleh
penelitian Adebayo (2005), Hooks et al. (1994), karena itu pada penelitian mendatang sebaiknya
Kaplan dan Whitecotton (2001) yang menunjukkan menambahkan responden dari perguruan tinggi lain,
adanya hubungan antara tingkat persepsi dukungan misalnya dari perguruan tinggi dari instansi peme-
organisasi dengan akses untuk mengungkapkan rintahan atau swasta. Kedua, sampel organisasi atau
kecurangan. perusahaan sebaiknya yang sudah menerapkan
sistem whistleblowing secara penuh. Ketiga, ren-
dahnya nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan
SIMPULAN masih banyak variabel-variabel lain diluar model
penelitian ini dapat mempengaruhi niat untuk
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilaku- melakukan whistleblowing.
kan dapat disumpulkan bahwa faktor individual,

216
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 17 (2), 209-219, Juli 2016

LAMPIRAN menyiapkan faktur dan kuitansi kosong. Andi


menuliskan nominal Rp 1 juta pada faktur dan
Kasus 1 kuitansi kosong tesebut lengkap dengan stempel dan
tanda tangan palsu. Dengan demikian, Andi
Wawan terlibat dalam sebuah proyek untuk memperoleh kelebihan senilai Rp 500 ribu yang
membuat anggaran pengadaan komputer yang akan diambil untuk dirinya. Karena hanya Dedi yang
digunakan untuk kantornya, yaitu Perguruan Tinggi mengetahui tindakan tersebut, maka jika Dedi mela-
ABC. Anto sebagai atasan Wawan meminta kepa- porkan, Andi mengetahui siapa yang melaporkan.
danya untuk menaikkan nilai anggaran proyek Hal ini akan memperburuk hubungan kerja Dedi
pengadaan komputer (mark-up) dari Rp 5 milyar dengan Andi. Seandainya Anda adalah Dedi.
menjadi Rp 9 milyar. Wawan mengetahui bahwa (1) Bagaimana tingkat kemungkinan Anda akan
mark-up lebih besar dari harga total komputer. melaporkan kasus tersebut kepada PIHAK
Selain itu, Anto mengatakan bahwa lelang akan INTERNAL di Perguruan Tinggi ABC (missal-
diatur supaya pemenangnya adalah perusahaan milik nya atasan Anda atau pihak manajemen yang
kerabat dekatnya. Wawan mengetahui yang dilaku- lebih tinggi) TANPA memberitahukan identitas
kan Anto melanggar hukum dan tidak etis. Namun Anda?
saat mengingatkan Anto, Wawan mendapat anca- (2) Bagaimana tingkat kemungkinan Anda akan
man penundaan kenaikan pangkatnya jika melapor- melaporkan kasus tersebut kepada PIHAK
kan mark-up dan peraturan pengadaan komputer EKSTERNAL di luar Perguruan Tinggi ABC
tersebut. Seandainya Anda adalah Wawan. (misalnya penegak hukum) TANPA memberi-
(1) Bagaimana tingkat kemungkinan Anda akan tahukan identitas Anda?
melaporkan kasus tersebut kepada PIHAK (3) Bagaimanakah tingkat kemungkinan Anda akan
INTERNAL di Perguruan Tinggi ABC (missal- melaporkan kasus tersebut kepada PIHAK
nya atasan Anda atau pihak manajemen yang INTERNAL di Perguruan Tinggi ABC (missal-
lebih tinggi) TANPA memberitahukan identitas nya atasan Anda atau pihak manajemen yang
Anda? lebih tinggi) DENGAN memberitahukan iden-
(2) Bagaimana tingkat kemungkinan Anda akan titas Anda?
melaporkan kasus tersebut kepada PIHAK (4) Bagaimanakah tingkat kemungkinan Anda akan
EKSTERNAL di luar Perguruan Tinggi ABC melaporkan kasus tersebut kepada PIHAK
(misalnya penegak hukum) TANPA memberi- EKSTERNAL di luar Perguruan Tinggi ABC
tahukan identitas Anda? (misalnya penegak hukum) DENGAN membe-
(3) Bagaimanakah tingkat kemungkinan Anda akan ritahukan identitas Anda?
melaporkan kasus tersebut kepada PIHAK
INTERNAL di Perguruan Tinggi ABC (missal- Item Pertanyaan Variabel Sikap
nya atasan Anda atau pihak manajemen yang
lebih tinggi) DENGAN memberitahukan iden- (1) Setujukah Anda terhadap manfaat pelaporan
titas Anda? korupsi yang Anda lakukan di bawah ini?
(4) Bagaimanakah tingkat kemungkinan Anda akan a) Melindungi organisasi dari dampak negatif
melaporkan kasus tersebut kepada PIHAK yang lebih besar akibat perilaku korupsi
EKSTERNAL di luar Perguruan Tinggi ABC b) Membantu memberantas korupsi
(missalnya penegak hukum) DENGAN mem- c) Melindungi kepentingan umum
beritahukan identitas Anda? d) Menjalankan kewajiban sebagai karyawan
e) Menegakkan kewajiban etis dan keyakinan
Kasus 2 moral
(2) Seberapa pentingkah hasil berikut jika Anda
Andi adalah rekan kerja Dedi yang lebih senior melaporkan korupsi?
di Divisi Keuangan Perguruan Tinggi ABC. Kedua- a) Melindungi organisasi dari dampak negatif
nya sedang menyiapkan dokumen pertanggung- yang lebih besar akibat perilaku korupsi
jawaban keuangan (SPJ) untuk sebuah proyek b) Membantu memberantas korupsi
pelatihan. Dedi mengetahui bahwa kebutuhan c) Melindungi kepentingan umum
dokumen laporan keuangan seperti faktur dan d) Menjalankan kewajiban sebagai karyawan
kuitansi pembelian harus lengkap dengan stempel e) Menegakkan kewajiban etis dan keyakinan
asli dan tanda tangan pada bukti transaksi. Sayangnya moral
dokumen untuk pembelian konsumsi senilai Rp 500
ribu tidak lengkap. Andi mengatakan bahwa ia sudah

217
Saud, I. M. – Whistleblowing Internal-Eksternal

Item Pertanyaan Variabel Persepsi Kontrol Perilaku Alleyne, P., M. Hudaib, dan R. Pike. 2013. Towards
a Conceptual Model of Whislte-blowing
(1) Jika Anda melaporkan korupsi di, setujukah Intention Among External Auditors. The
Anda dengan pernyataan berikut ini? British Accounting Review, 45: 10-23.
a) Organisasi akan mengabaikan laporan saya Brennan, N. Dan J. Kelly. 2007. A study of whistle-
b) Saya akan menghadapi banyak kesulitan blowing among trainee auditors. British
dalam proses pelaporan Accounting Review, 39 (1), 61–87.
c) Laporan adanya korupsi tidak akan mem- Callahan, E.S. dan T. M. Dworkin. 2000. The state
buat perbedaan apapun di organisasi ini of state whistleblower protection, American
d) Pelaku korupsi akan melakukan balas Business Law Journal, 38 (1), 99-175.
dendam kepada saya Cropanzano, R. dan M. S. Mitchell. 2005. Social
e) Saya akan memperoleh pandangan negatif Exchange Theory: An Interdisciplinary
dari rekan kerja Review. Journal of Management, 31, 874-900.
(2) Seberapa besar pengaruh isu-isu di bawah ini Eisenberger, R., R. Huntington, S. Hutchinson, dan
terhadap niat Anda untuk melaporkan korupsi? D. Sowa. 1986. Perceived organizational
a) Pengabaian laporan korupsi oleh organi- support. Journal of Applied Psychology,
sasi 71(3), 500–507.
b) Kesulitan dalam proses pelaporan Elias, R. Z. 2008. Auditing Students’ Professinal
c) Laporan korupsi tidak berpengaruh bagi Commitment and Anticipatory Socialization
organisasi and Their Relationship to Whistleblowing.
d) Balas dendam oleh pelaku korupsi The Managerial Auditing Journal , 23 (3), 283-
e) Pandangan negatif dari rekan kerja 294.
Elliston, F. A. 1982. Anonymity and
Item Pertanyaan Variabel Persepsi Dukungan Whistleblowing. Journal of Business Ethics. 1
Organisasi (3), 167-177.
Evanauli, R. P., dan I. Nazaruddin. 2013.
(1) Organisasi ini peduli terhadap kepuasan kerja Penerimaan Auditor atas Dysfunctional Audit
Saya ditempat kerja Behavior: Sebuah Pendekatan Karakteristik
(2) Organisasi ini tidak peduli terhadap pendapat Personal Auditor. Jurnal Akuntansi dan
yang Saya utarakan* Investasi, 14(2), 158-167.
(3) Organisasi ini akan memberikan bantuan jika Gorta, A. dan S. Forell. 1995. Layers of Decision:
Saya memerlukan bantuan dalam kasus tertentu Linking Social Definitions of Corruption and
yang penting Willingness to Take Action, Crime, Law &
(4) Pertolongan tidak selalu tersedia dari organisasi Social Change, 23, 315–343.
ini ketika saya menghadapi masalah dalam Gouldner, A. W. 1960. The norm of reciprocity: a
pekerjaan* preliminary statement. American Sociological
Review, 25 (2).
(5) Organisasi ini secara maksimal mempertim-
Hair, J. R., F. Joseph, W. C. Black, B. J. Babin, dan
bangkan tujuan karyawan dan nilai karyawan
R. E. Anderson. 2010. Multivariate Data
Analysis, Seventh Edition. Pearson Prentice
Hall.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, J. dan W. Abdillah. 2008. Pedoman Survei
Kuesioner: Mengembangkan Kuesioner,
Adebayo, D. O. 2005. Ethical attitudes and prosocial
Mengatasi Bias dan Meningkatkan Respon.
behaviour in the Nigeria police: moderator
Yogyakarta: BPFE UGM.
effects of perceived organizational support
Hooks, K. L., S. E. Kaplan dan J. J. Schultz Jnr.
and public recognition. Policing: An
1994. Enhancing communication to assist in
International. Journal of Police Strategies and
fraud prevention and detection. Auditing: A
Management, 28 (4), 684–705.
Journal of Practice & Theory, 13 (2), 86–117.
Ahern, K. M. dan S. McDonald. 2002. The Beliefs
Kaplan, S. E. 2012. An Examination of Anonymous
of Nurses Who Were Involved in A
and Non-Anonymous Fraud Reporting
Whistleblowing Event, Journal of Advanced
Channels. Advances in accounting, 28 (1), 88-
Nursing, 38 (3), 303–309.
95.
Ajzen, I. 1991. The theory of planned behaviour.
Kaplan, S. E. dan S. M. Whitecotton. 2001. An
Organizational Behaviour and Human
examination of the auditors’ reporting
Decision Processes, 50 (2), 179–211.

218
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 17 (2), 209-219, Juli 2016

intentions when another auditor is offered Wayne, S. J., L. M. Shore dan R. C. Liden. 1997.
client employment. Auditing: A Journal of Perceived organizational support and leader-
Practice and Theory, 20 (1), 45–63. member exchange: a social exchange
Mesmer-Magnus, J. R. dan C. Viswesvaran. 2005. perspective. Academy of Management
Whistleblowing in Organizations: An Journal, 40 (1), 82–111.
Examination of Correlates of Whistleblowing Winardi, R. D. 2013. The Influence of Individual
Intentions, Actions, and Retaliation, Journal and Situational Factors on Lower-Level Civil
of Business Ethics, 62 (3), 277-297. Servants’ Whistle-Blowing Intention in
Miceli, M. P. dan J. P. Near. 1985. Characteristics of Indonesia. Journal of Indonesian Economy
Organizational Climate and Perceived and Business. 28 (3); 361-376.
Wrongdoing Associated with Whisde-Blowing
Decisions, Personnel Psychology, 38, 525-
544.
Miceli, M. P. dan J. P. Near. 1992. Situation
variables affecting the whistle-blowing
decision: a review of the literature. Advances
In Management Accounting, 1, 109–139.
Park, H. dan J. Blenkinsopp. 2009. Whistle-blowing
as planned behavior – a survey of South
Korean police officers. Journal of Business
Ethics, 85(4), 545–556.
Patel, C. 2003. Some Cross-cultural Ovidence on
Whistle-blowing as an Internal Control
Mechanism. Journal of International
Accounting Research, 2, 69-96.
Putri, C. M. 2016. Pengaruh Jalur Pelaporan dan
Tingkat Religiusitas terhadap Niat Seseorang
Melakukan Whistleblowing. Jurnal Akuntansi
dan Investasi, 17 (1), 42-52.
Rothschild, J. dan D. Miethe. 1999. Whistle-Blower
Disclosures and Management Retaliation.
Work and Occupations. 26, 107–128.
Sofyani, H., dan R. Akbar. 2013. Hubungan Faktor
Internal Institusi dan Implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) di Pemerintah Daerah. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 10 (2),
184-205.
Sofyani, H. dan R. Akbar. 2015. Hubungan
Karakteristik Pegawai Pemerintah Daerah dan
Implementasi Sistem Pengukuran Kinerja:
Perspektif Ismorfisma Institusional. Jurnal
Akuntansi & Auditing Indonesia, 19 (2), 153-
173.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Trongmateerut, P. dan J. T. Sweeney. 2013. The
Influence of Subjective Norms on Whistle-
Blowing: A Cross-Cultural Investigation.
Journal of Business Ethics, 112 (3), 437-451.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban.

219

Anda mungkin juga menyukai