Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI, MOTIVASI,

DISIPLIN,KEPUASAN KERJA DAN REMUNERASI


TERHADAP KINERJA PNS

Arumawan Mei Saputra dan Sutikno


Universitas Negeri Semarang
Gunungpati, Sekaran, Semarang
Email: sutikno_sa@yahoo.com

Abstrak

Pemerintah Indonesia terus-menerus melakukan reformasi demi menunjang program


manajemen aparatur negara berbasis kinerja. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai,
sehingga akan dibahas sebagian dari faktor-faktor tersebut antara lain: kompetensi pegawai, motivasi
kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja, dan remunerasi. Tujuan Penelitian ini untuk menganalisis
pengaruh kompetensi pegawai, motivasi kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja, dan remunerasi terhadap
kinerja PNS di Unnes.
Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 60 PNS Tenaga Kependidikan dan 56 PNS Dosen
yang bekerja di Unnes. Purposive sampling dipilih sebagai teknik dalam pengambilan sampel. Metode
statistik yang digunakan adalah analisis regresi dengan alat analisis SmartPLS v.3.2.1 dan
menggunakan pendekatan bootstrapping dalam pengujian statistik.
Untuk tenaga kependidikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan kepuasan
kerja berpengaruh terhadap kinerja PNS, namun kompetensi, disiplin dan remunerasi tidak
berpengaruh terhadap kinerja PNS. Sedangkan untuk PNS dosen hasil penelitian menunjukkan
kompetensi, motivasi dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja PNS, namun disiplin dan
remunerasi tidak berpengaruh terhadap kinerja PNS.

Kata kunci: kompetensi, motivasi, disiplin, kepuasan kerja, remunerasi dan kinerja PNS.

Abstract

The Indonesian government is doing reformation in order to support the of state


apparatus management program based on performance. Many factors influence the performance of
civil servant, so that will be discussed some of these factors include: employee’s competence,
motivation, work discipline, job satisfaction and remuneration. The purpose of this study is to analyze
the competence, motivation, work discipline, job satisfaction and remuneration that affect the
performance of civil servants in Semarang State University.
The study involved a sample of 60 administration personnel and 56 lecturers in Semarang
State University. Data were collected by a questionnaire survey using a purposive sampling method.

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
The statistical method used is regression analysis using the SmartPLS v.3.2.1 and bootstrapping
approach in statistical testing
The results of this study indicate that motivation and job satisfaction affect the
performance of administration personnel, but competence, discipline and remuneration that does not
affect the performance. And for lecturers results of this study indicate that competence, motivation and
job satisfaction affect the performance of lecturers, but discipline and remuneration does not affect the
performance of lecturers

Keywords : employee’s competence, motivation, work discipline, job satisfaction, remuneration, and
civil servant performance

Artikel dimulai dengan judul yang menggunakan font ukuran 16pt Times New Roman, huruf kapital
semua dan cetak tebal (bold), diikuti dengan nama penulis yang ditulis dengan ukuran font 12pt Times
New Roman dan cetak tebal (bold). Asal Perguruan Tinggi/ instansi, alamat dan email penulis ditulis
dengan ukuran 11pt Times New Roman tanpa cetak tebal (bold). Judul bab dan sub bab ditulis dengan
ukuran 12pt Times New Roman, huruf kapital setiap awal kata (capitalize each word) dan cetak tebal
(bold). Selain hal yang disebutkan di atas, penulisan naskah artikel dilakukan dengan ukuran font
12pt Times New Roman. Jika anda mengalami kesulitan dalam penulisan, anda dapat menghubungi
panitia melalui madic.unnes@gmail.com.

Keywords: Harus lebih dari 3 kata.

1. Latar Belakang Masalah aparatur pemerintah. Berkaitan dengan hal


tersebut banyak sekali faktor yang dapat
Reformasi Birokrasi adalah suatu berhubungan dengan kinerja seorang
perubahan signifikan elemen-elemen pegawai negeri sipil (PNS), salah satunya
birokrasi seperti kelembagaan, sumber daya adalah faktor kompetensi. Dalam hal ini
manusia aparatur, ketatalaksanaan, adalah seorang PNS harus mampu dalam
akuntabilitas, aparatur, pengawasan dan mengembangkan seluruh potensi yang
pelayanan publik, yang dilakukan secara terbaik dalam dirinya. Menurut Wirawan
sadar untuk memposisikan diri (birokrasi) (2009) kinerja mempunyai hubungan kausal
kembali, dalam rangka menyesuaikan diri dengan kompetensi. Kinerja merupakan
dengan dinamika lingkungan yang dinamis. fungsi dari kompetensi, sikap dan tindakan.
Reformasi birokrasi merupakan cara Kompetensi melukiskan karakteristik
pemerintah untuk mewujudkan good pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman
governance. Dengan penataan sistem untuk melakukan suatu pekerjaan atau peran
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih tertentu secara efektif. Sikap melukiskan
efektif dan efisien, diharapkan akan perasaan mengenai sesuatu, melukiskan
terwujud penyelenggaraan pemerintahan perasaan senang atau tidak senang mengenai
yang berdampak terhadap pelayanan suatu objek tertentu. Kompetensi dan sikap
terhadap masyarakat secara tepat, cepat, dan tidak akan menghasilkan kinerja tanpa
profesional. dioperasikan dalam tindakan.
Era reformasi dan persaingan global Motivasi kerja pegawai, khususnya
hendaknya lebih mendorong terjadinya PNS juga menentukan kinerja PNS tersebut.
percepatan perubahan perbaikan kinerja Tery dan Rue (1992) menyatakan bahwa

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
motivasi menyangkut perilaku manusia dan Begitu penting kedisiplinan PNS
merupakan sebuah unsur yang vital dalam sehingga Pemerintah melalui Menteri
manajemen. Motivasi juga dapat Pendayagunaan Aparatur Negara selalu
didefinisikan sebagai dorongan yang berupaya agar pegawai selalu meningkatkan
membuat seseorang menyelesaikan tingkat kedisiplinannya yang juga
pekerjaan dengan semangat, karena orang itu merupakan upaya peningkatan prestasi
ingin melakukannnya. Motivasi kerja baik kerjanya. Masih adanya persepsi masyarakat
yang bersumber dari dalam diri sendiri yang menyebutkan bahwa selama ini PNS
(internal) maupun faktor eksternal dipersepsi sebagai aparat pemerintah yang
menjadikan para PNS memiliki semangat mempunyai tingkat disiplin yang rendah.
dan dedikasi yang tinggi untuk berhasil Meskipun tidak seluruhnya mewakili
dalam tugasnya. Dalam motivasi tercakup kebenaran namun pendapat masyarakat tidak
konsep-konsep, seperti kebutuhan pula dapat dikatakan seluruhnya salah.
berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan, Kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit
dan keingintahuan seseorang terhadap PNS yang tidak disiplin pada saat jam kerja.
sesuatu. Ditinjau dari sumbernya, motivasi Oleh karena itu, kedisiplinan pegawai perlu
terbagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dilakukan penanganan secara jelas karena
dan motivasi ektrinsik. Motivasi intrinsik pada dasarnya mencerminkan kinerja
adalah motivasi yang timbulnya tidak seorang pegawai itu sendiri.
memerlukan rangsangan dari luar karena Menurut Mangkunegara (2005),
memang telah ada dalam individu itu kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang
sendiri, yaitu sejalan dengan kebutuhannya. menyokong atau tidak menyokong diri
Sedangkan motivasi ektrensik timbul karena pegawai yang berhubungan dan pekerjaan
adanya rangsangan dari luar individu, maupun dengan kondisi dirinya. Adanya
misalnya dalam bidang pendidikan terdapat sikap positif dari diri pegawai itu sendiri
minat yang positif terhadap kegiatan maka akan dapat menjadikan pekerjaan
pendidikan timbul karena melihat menjadi lebih mudah dan cepat selesai.
manfaatnya. Motif intrinsik lebih kuat dari Kepuasan kerja PNS merupakan kajian
motif ekstrinsik. Oleh karena itulah tidak strategik, karena berhubungan langsung
heran jika pegawai mempunyai motivasi dengan PNS dan instansi yang menaunginya.
yang tinggi biasanya mempunyai kinerja Kepuasan kerja pegawai menjadi penting
yang tinggi pula. dan perlu mendapat perhatian dari pihak
Selain dari motivasi kerja, terdapat manajemen apabila ingin pencapaian tujuan
aspek lain yang juga mempengaruhi kinerja organisasi tanpa adanya hambatan yang
PNS yaitu kedisiplinan. Disiplin yang baik disebabkan perilaku dari pegawai yang
mencerminkan besarnya rasa tanggung bersifat kontra produktif sebagai dampak
jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang ketidakpuasannya terhadap pekerjaannya.
diberikan kepadanya. (Hasibuan, 2000) Sementara kinerja mempunyai
Seorang pegawai yang mempunyai tingkat pengertian hasil kerja secara kualitas dan
kedisiplinan yang tinggi akan bekerja kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
atasan. Seorang pegawai yang disiplin tidak tanggung jawab yang diberikan kepadanya
akan mencuri waktu untuk melakukan hal- (Mangkunegara, 2005). Kinerja aparatur
hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pemerintah merupakan suatu kegiatan yang
pekerjaan. sangat penting karena dapat digunakan
sebagai ukuran keberhasilan organisasi

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
dalam mencapai visi dan misi organisasi. untuk bekerja keras menciptakan sebuah
Aparatur pemerintah dalam hal ini adalah perubahan tata kelola pemerintahan yang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dituntut bekerja baik yang berujung pada penyelenggaraan
lebih profesional, bermoral, bersih dan pelayanan publik yang lebih baik. Menurut
beretika dalam mendukung reformasi Peraturan Kementerian Pendayagunaan
birokrasi dan menunjang kelancaran tugas Aparatur Negara (2011) sebagai ukuran
pemerintahan dan pembangunan. keberhasilan reformasi birokrasi adalah (1)
Kinerja PNS memang sering kali tidak ada korupsi (2) tidak ada
mendapat sorotan dari berbagai kalangan, pelanggaran/sanksi; (3) APBN dan APBD
bahkan, berbagai media massa hampir setiap baik; (4) semua program selesai dengan
hari memberitakan tentang buruknya kinerja baik; (5) semua perizinan selesai dengan
oknum PNS. Terlalu sering para pegawai cepat dan tepat; (6) komunikasi dengan
tidak mengetahui betapa buruknya kinerja publik baik; (7) penggunaan waktu (jam
telah merosot sehingga organisasi dalam kerja) efektif dan produktif; (8) penerapan
suatu instansi pemerintahan menghadapi reward dan punishment secara konsisten dan
krisis yang serius. Melati (2011) berkelanjutan;dan (9) hasil pembangunan
mengungkapkan bahwa kinerja aparat dapat nyata (propertumbuhan, prolapangan kerja,
dipengaruhi oleh faktor individual yang dan propengurangan kemiskinan; artinya,
meliputi jenis kelamin, kesehatan, menciptakan lapangan pekerjaan,
pengalaman dan karakteristik psikologis mengurangi kemiskinan, dan memperbaiki
yang terdiri dari motivasi, kepribadian, kesejahteraan rakyat).
orientasi tujuan (motivasi) dan locus of Remunerasi dalam program
control, serta faktor situasional yang reformasi birokrasi adalah bentuk reward
meliputi kepemimpinan, prestasi kerja, terhadap prestasi atau kerja keras suatu
hubungan sosial dan budaya organisasi. instansi dalam melaksanakan reformasi
Untuk meningkatkan motivasi kerja birokrasi, yang diberikan kepada pegawai
pegawai, banyak lembaga atau institusi yang sesuai dengan kinerjanya masing-masing.
memberikan insentif sebagai tambahan Remunerasi adalah penghasilan selain gaji
kompensasi atas kinerja yang memenuhi yang diberikan kepada pegawai yang aktif
target. Tujuan pemberian insentif adalah berdasarkan kompetensi dan kinerja.
sebagai perangsang motivasi pegawai demi Remunerasi menjadi kunci keberhasilan
peningkatan kinerja. Terdapat lima indikator pelaksanaan reformasi birokrasi untuk
kinerja, yaitu: produktivitas, kualitas meningkatkan motivasi kerja pegawai
layanan, responsivitas, responsibilitas, dan sebagai imbalan atas kinerja yang memenuhi
akuntabilitas (Dwiyanto, 2008). Menurut target sebagai perangsang motivasi pegawai
Mulyadi (2012) kebijaksanaan kompensasi demi peningkatan kinerja.
baik besarnya, susunannya, maupun waktu Program reformasi birokrasi dalam
pembayarannya dapat mendorong gairah hal ini pemberian remunerasi di lingkungan
kerja dan keinginan karyawan untuk Kementerian Riset Teknologi dan
mencapai prestasi kerja yang optimal Pendidikan Tinggi yang dulu bernama
sehingga membantu terwujudnya sasaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
perusahaan atau organisasi. ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden
Pemerintah Indonesia terus-menerus (Perpres) Nomor 88 tahun 2013 tertanggal
mereformasi diri demi menunjang program 11 Desember 2013. Penetapan ini
manajemen aparatur negara berbasis kinerja. merupakan satu paket dengan program
Inti dari reformasi birokrasi adalah kemauan reformasi birokrasi di 27

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
kementrian/lembaga lainnya. Pemberian Remunerasi Universitas Negeri Semarang
tunjangan kinerja untuk Kementerian terdiri dari 17 grade kelas jabatan.
Pendidikan dan Kebudayaan ini sempat Remunerasi untuk kelas jabatan terendah
menimbulkan harapan besar bagi pegawai (grade 1) mencapai maksimal Rp 5.786.000
yang diangkat menjadi pejabat fungsional per bulan. Sedangkan remunerasi tertinggi
guru dan dosen. Sebab mereka akan untuk kelas jabatan Rektor ditetapkan
mendapatkan banyak tunjangan, karena sebesar Rp 41.650.000 per bulan. Untuk
sebelumnya sudah mendapatkan Tunjangan mendapatkan tunjangan kinerja tersebut,
Sertifikasi Dosen. Tetapi di dalam Perpres setiap pegawai harus memenuhi target atau
tersebut ditegaskan bahwa pemberian kontrak kinerja. Kinerja pegawai yang baik
tunjangan kinerja atau remunerasi merupakan suatu langkah untuk mencapai
dikecualikan untuk pegawai Kementerian tujuan organisasi. Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang diangkat Keuangan ini mendapat respon positif dari
menjadi pejabat fungsional guru dan dosen. pihak manajemen dan terutama dosen PNS
Pengecualian juga berlaku untuk pegawai pada Universitas Negeri Semarang.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yang ditempatkan di lembaga atau instansi 2. Landasan Teori
lain.
Universitas Negeri Semarang 2.1 Teori Pengharapan (Expectancy
sebagai Badan Layanan Umum diwajibkan Theory)
memberikan remunerasi kepada dosen dan
tenaga kependidikan dan bukan tunjangan Teori pengharapan yang dikedepankan oleh
kinerja. Hal ini didasari oleh Peraturan Vroom (Vroom dikutip oleh Bonner dan
Pemerintah No 74 tahun 2012 jo Pasal 9 Sprinkle 2002) menyatakan bahwa
Peraturan Menteri Keuangan Nomor seseorang akan bertindak untuk memperoleh
10/PMK.02/2006 tentang Pedoman hasil atau memaksimalkan kepuasan yang
Penetapan Remunerasi bagi Pejabat diharapkan. Hal ini akan memunculkan
Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai
motivasi yang akan mendorong orang
Badan Layanan Umum sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan tersebut untuk memberikan usaha terbaiknya
Nomor 73/PMK.05/2007, Menteri Keuangan demi memperoleh hasil yang diharapkan itu.
menetapkan besaran Remunerasi untuk Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang
Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan memotivasi seseorang untuk bekerja giat
Pegawai Badan Layanan Umum atas dasar dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung
usulan Menteri/Pimpinan Lembaga, melalui dari hubungan timbal balik antara apa yang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah
mengajukan usulan penetapan Remunerasi diinginkan dan dibutuhkan dari hasil
sebagai pengganti Tunjangan Kinerja kepada pekerjaan itu.
Menteri Keuangan. Sehingga terbit
Keputusan Menteri Keuangan Republik 2.1.1 Teori Dua Faktor Herzberg
Indonesia Nomor 513/KMK.05/2014 tentang
Penelitian Herzberg (dikutip oleh
Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat
Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Mangkunegara, 2005) berkaitan dengan
Badan Layanan Umum Universitas Negeri motivasi dan kepuasan kerja. Hubungan
Semarang pada Kementerian Pendidikan dan individu dengan pekerjaannya adalah hal
Kebudayaan. yang mendasar dan sikap yang diarahkan

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
kepada pekerjaan tersebut dapat dengan Dalam penerapan SKP, setiap PNS wajib
sangat baik menentukan apakah seseorang menyusun SKP sebagai rancangan
itu sukses atau gagal. Berdasarkan yang pelaksanaan Kegiatan Tugas Jabatan sesuai
dengan rincian tugas, tanggung jawab dan
dikemukakan oleh Herzberg, kepuasan kerja
wewenangnya sesuai dengan struktur dan
disebabkan oleh hadirnya serangkaian faktor tata kerja organisasi. SKP disusun dan
yang disebut sebagai motivator, sedangkan ditetapkan sebagai rencana operasional
ketidakpuasan kerja disebabkan oleh pelaksanaan Tugas Jabatan dengan mengacu
ketidakhadiran rangkaian yang berbeda dari pada Renstra dan Renja. SKP yang telah
motivator yang disebut sebagai hygiene disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh
factors. pejabat penilai dan ditetapkan setiap tahun
pada bulan Januari dan digunakan sebagai
2.1.2. Penilaian Kinerja Pegawai Negeri dasar penilaian prestasi kerja. Kinerja PNS
Sipil dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara
Penilaian kinerja adalah salah satu tugas kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai
penting untuk dilakukan oleh seorang oleh seseorang PNS dalam melaksanakan
manajer atau pimpinan. Walaupun demikian, tugas sesuai dengan tanggung jawab yang
pelaksanaan kinerja yang obyektif bukanlah diberikan kepadanya.
tugas yang sederhana. Penilaian harus
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
dihindarkan adanya "like dan dislike" dari
pegawai, dalam penelitian ini faktor-faktor
penilai, agar obyektifitas penilaian dapat
yang digunakan untuk menilai kinerja
terjaga. Kegiatan penilaian ini adalah suatu
meliputi:
hal yang penting, karena dapat digunakan
untuk memperbaiki keputusan-keputusan 1. Kompetensi pegawai
personalia dan memberikan umpan balik Kompetensi adalah kemampuan dan
kepada para karyawan tentang kinerja karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS
mereka. Penilaian kinerja PNS diatur dalam berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 perilaku yang diperlukan dalam
tentang penilaian prestasi kerja PNS.Di melaksanakan tugas jabatannya. Ciri-ciri
peraturan tersebut disebutkan bahwa pegawai yang kompeten adalah pegawai
penilaian prestasi kerja PNS adalah suatu yang memiliki pengetahuan, kapabilitas dan
proses penilaian secara sistematis yang sikap inisiatif dan inovatif dalam berbagai
dilakukan oleh pejabat penilai terhadap dimensi pekerjaan Mangkuprawira (2009).
sasaran kerja pegawai (SKP) dan perilaku Pulungan (2012) mengemukakan indikator
kerja PNS. Sedangkan prestasi kerja adalah kompetensi tersiri dari: tingkat pendidikan,
hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS kesesuaian tingkat pendidikan dengan beban
pada satuan organisasi sesuai dengan sasaran kerja, latar belakang pendidikan,
kerja pegawai dan perilaku kerja. Penilaian pengalaman, pelatihan, dan kreativitas.
sasaran kerja pegawai meliputi aspek-aspek 2. Motivasi kerja
seperti kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya Motivasi kerja adalah pemberian daya
sementara penilaian perilaku kerja meliputi penggerak yang menciptakan kegairahan
orientasi pelayanan, integritas, komitmen, kerja seseorang, agar mereka mau bekerja
disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan. sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan segala daya upayanya untuk mencapai
berdasarkan prinsip objektif; terukur; kepuasan kerja (Hasibuan, 2007). Menurut
akuntabel; partisipatif; dan transparan. Putra (2010), indikator motivasi adalah:

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
Memiliki tingkat tanggung jawab, berani Penelitian ini menggunakan pendekatan
memikul resiko, memiliki tujuan, kesediaan kuantitatif, yaitu pendekatan yang
melakukan tugas lain, memanfaatkan umpan menekankan pada pengujian teori-teori
balik, dan mencari kesempatan untuk
melalui pengukuran variabel-variabel
merealisasikan rencana.
3. Disiplin kerja penelitian dengan angka dan melakukan
Kedisiplinan diartikan jika pegawai datang analisis data dengan prosedur statistik.
tepat waktu, mengerjakan semua Metode Pengumpulan data dalam penelitian
pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua ini diperoleh dengan metode kuesioner yang
peraturan organisasi dan norma-norma yang berisi daftar yang berisikan rangkaian
berlaku (Hasibuan, 2000). Pulungan (2012) pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau
mengemukakan indikator disiplin adalah
bidang yang akan diteliti untuk memperoleh
mengerjakan tugas sesuai jadwal, ketepatan
waktu, tidak pulang mendahului, data. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
kesanggupan kerja lembur, melaksanakan menggunakan data yang diperoleh dari
aturan jabatan, mendahulukan urusan kantor, kuesioner kepada PNS tenaga kependidikan
dan menjaga perlengkapan kantor dan PNS dosen di Universitas Negeri
4. Kepuasan kerja Semarang sebagai responden.
Hasibuan (2000) menyatakan kepuasan kerja
adalah sikap emosional yang menyenangkan Populasi dalam penelitian ini adalah PNS
dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini aktif di Universitas Negeri Semarang
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, sejumlah 1.478 orang yang terdiri dari 999
dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati
dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan orang Dosen PNS dan 479 PNS Tenaga
kombinasi antara keduanya. Sedangkan Kependidikan. Teknik pengambilan sampel
menurut Rivai (2014) kepuasan merupakan yang digunakan adalah proportionate
evaluasi yang menggambarkan seseorang stratified random sampling. Proportionate
atas perasaan sikapnya senang atau tidak stratified random sampling ini dilakukan
puas dalam bekerja. Maulana (2012) dengan cara membuat lapisan-lapisan
menyebutkan indikator kepuasan kerja: rasa
(strata), kemudian dari setiap lapisan diambil
aman, keadilan, menikmati pekerjaan,
kebanggan, kesesuaian minat, dukungan sejumlah subjek secara acak. Jumlah sampel
atasan, dan kesesuaian penghasilan sebanyak 60 orang, yang terdiri dari 60
5. Tunjangan atau Remunerasi dosen PNS dan 60 PNS Tenaga
Remunerasi adalah penghasilan selain gaji Kependidikan.
yang diberikan kepada pegawai yang aktif
berdasarkan kompetensi dan kinerja. Dalam penelitian ini analisis data
Indikator remunerasi pada penelitian ini menggunakan pendekatan Partial Least
adalah grade atau tingkat remunerasi, Square (PLS). PLS adalah model persamaan
keadilan, kesejahteraan, motivasi untuk Structural Equation Modeling (SEM) yang
berprestasi, proses pembayaran dan bentuk
berbasis komponen atau varian. Menurut
tunjangan.
Ghozali (2006), PLS merupakan pendekatan
alternatif yang bergeser dari pendekatan
3. Metodologi Penelitian SEM berbasis kovarian menjadi berbasis
varian. SEM yang berbasis kovarian

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
umumnya menguji kausalitas atau teori jawaban tidak setuju. Perhitungan standar
sedangkan PLS lebih bersifat predictive deviasi memperlihatkan bahwa semakin
model. PLS merupakan metode analisis yang tinggi standar deviasinya maka akan
powerfull (Ghozali, 2006), karena tidak semakin heterogen jawaban yang diberikan.
didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya, Semakin rendah tingkat standar deviasinya
data harus terdistribusi normal, sampel tidak maka semakin homogen yang artinya
harus besar. Selain dapat digunakan untuk variansinya semakin sedikit. Variasi
mengkonfirmasi teori. tertinggi terlihat pada variabel remunerasi.

4. Hasil dan Pembahasan Sementara hasil uji statistik deskriptif untuk


dosen disajikan pada tabel 4.6.
Hasil uji statistik deskriptif untuk tenaga
kependidikan disajikan pada Tabel 1. Tabel 2
Statistik Deskriptif Responden Dosen
Tabel 1 Rata- Rata-
Mi Mak rata rata
Statistik Deskriptif Responden Tenaga Variabel N
n s Teoriti Aktu
SD
Kependidikan s al
5 0,6
Rata-rata
Kinerja PNS Rata-rata
31 45Standar
27 36,70
Variabel N Min Maks 6 1
Teoritis Aktual Deviasi
Kinerja PNS 60 30 45 27
Kompetensi 536,60
20 28 0,6218 25,00 0,6
Kompetensi 60 13 30 18 623,23 0,97 2

Motivasi 60 19 30 18
Motivasi 525,53
19 30 0,6818 25,59 0,6
Disiplin 60 20 34 21 627,97 0,71 7
Kepuasan Kerja 60 11 35 21 25,52 0,87
Disiplin 5 24 35 21 28,88 0,6
Remunerasi 60 5 21 15 614,10 1,04 7
Sumber: Data Primer Diolah, 2015
Kepuasan 5 20 35 21 27,59 0,7
Kerja 6 3
Berdasarkan Tabel 1 dapat disajikan bahwa
untuk variabel kinerja PNS mempunyai Remunerasi 5 8 25 15 19,09 0,7
6 6
nilai-rata kisaran aktual yang lebih tinggi
dari nilai rata-rata kisaran teoritis Sumber: Data Primer Diolah (2015)
mengindikasikan bahwa persepsi tentang
kinerja sangat baik. Begitu pula untuk Berdasarkan Tabel 2 dapat disajikan bahwa
variabel kompetensi, motivasi, disipin, dan untuk variabel kinerja PNS mempunyai
kepuasan kerja mempunyai nilai-rata kisaran nilai-rata kisaran aktual yang lebih tinggi
aktual yang lebih tinggi dari nilai rata-rata dari nilai rata-rata kisaran teoritis
kisaran teoritis mengindikasikan bahwa mengindikasikan bahwa persepsi tentang
persepsi responden adalah baik untuk kinerja sangat baik. Begitu pula untuk
variabel-variabel tersebut. Untuk variabel variabel kompetensi, motivasi, disipin,
remunerasi nilai rata-rata aktual lebih kecil kepuasan kerja dan remunerasi mempunyai
daripada rata-rata teoritis mengindikasikan nilai-rata kisaran aktual yang lebih tinggi
bahwa persepsi responden tentang dari nilai rata-rata kisaran teoritis
remunerasi tidak baik dan mengarah pada mengindikasikan bahwa persepsi responden

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
adalah baik untuk variabel-variabel tersebut SmartPLS untuk responden dosen sebagai
dan mengarah pada jawaban setuju. berikut:
Perhitungan standar deviasi untuk Tabel 4
responden dosen memperlihatkan bahwa Koefisien Jalur dan T Statistik Dosen
tingkat standar deviasinya maka semakin
homogen variabel tersebut dibandingkan HUBUNGA Origina Sampl Standar
N l e d Error T Statistics
dengan responden tenaga kependidikan. KONSTRU Sample Mean (STERR (|O/STERR|
K (O) (M) ) )
Tabel 3 Dis -> Kin 0,059 0,054 0,096 0,618
Koefisien Jalur dan T Statistik Tendik Kep -> Kin
0,254 0,250 0,112 2,278
Kom -> Kin
0,355 0,347 0,099 3,580
Mot -> Kin
T 0,295 0,287 0,108 2,733
Statisti Rem -> Kin
Original Sample Standard cs 0,199 0,221 0,136 1,455
HUBUNGAN Sample Mean Error (|O/ST Sumber: Output SmartPLS v.3.2.1, 2015
KONSTRUK (O) (M) (STERR) ERR|)
Dis -> Kin 0,152 0,152 0,137 1,107 Pada tabel 4.20 di atas dapat
Kep -> Kin dilihat bahwa Disiplin memiliki pengaruh
0,326 0,320 0,103 3,175
Kom -> Kin
0,014 0,021 0,098 0,139
positif terhadap Kinerja PNS memiliki nilai
Mot -> Kin koefisien jalur 0,059 namun tidak signifikan
0,387 0,389 0,131 2,956
Rem -> Kin pada p T 0,05 (T statistik < T tabel 2,00).
0,157 0,171 0,109 1,446
Kepuasan Kerja memiliki pengaruh positif
.
Sumber: Output SmartPLS v.3.2.1, 2015
terhadap Kinerja PNS dengan koefisien jalur
0,254 dan signifikan pada p T 0,05 (T
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa Disiplin
statistik > T tabel 2,00). Kompetensi
memiliki pengaruh positif terhadap Kinerja
memiliki pengaruh positif terhadap Kinerja
PNS memiliki nilai koefisien jalur 0,152
PNS dengan koefisien jalur 0,355 dan
namun tidak signifikan pada p T 0,05 (T
signifikan pada p T 0,05 (T statistik > T
statistik < T tabel 2,00). Kepuasan Kerja
tabel 2,00). Motivasi memiliki pengaruh
memiliki pengaruh positif terhadap Kinerja
positif terhadap Kinerja PNS dengan
PNS dengan koefisien jalur 0,326 dan
koefisien jalur 0,295 dan signifikan pada p T
signifikan pada p T 0,05 (T statistik > T
0,05 (T statistik > T tabel 2,00). Remunerasi
tabel 2,00). Kompetensi memiliki pengaruh
memiliki pengaruh positif terhadap Kinerja
positif terhadap Kinerja PNS dengan
PNS memiliki nilai koefisien jalur 0,199 dan
koefisien jalur 0,014 namun tidak signifikan
tidak signifikan pada p T 0,05 (T statistik <
pada p T 0,05 (T statistik < T tabel 2,00).
T tabel 2,00).
Motivasi memiliki pengaruh positif terhadap
Kekuatan untuk menjelaskan (explanatory
Kinerja PNS dengan koefisien jalur 0,387
power) yang dimiliki model, atau validitas
dan signifikan pada p T 0,05 (T statistik > T
nomologis (nomological validity), dapat
tabel 2,00). Remunerasi memiliki pengaruh
dinilai dengan melihat R-Square (R2) dari
positif terhadap Kinerja PNS memiliki nilai
konstruk-konstruk endogen atau variabel
koefisien jalur 0,157 namun tidak signifikan
dependen yakni: variabel kompetensi,
pada p T 0,05 (T statistik < T tabel 2,00).
variabel motivasi, variabel disiplin, variabel
kepuasan kerja dan variabel remunerasi.
Sedangkan Tabel 4 menunjukkan koefisien
Nilai R-Square di gunakan untuk menilai
untuk tiap jalur hipotesis dan nilai T-
pengaruh variabel laten independen tertentu
Statistiknya yang diperoleh dari hasil output

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
terhadap variabel laten dependen, apakah Dari hasil olah data menggunakan SmartPLS
mempunyai pengaruh yang substantif. R- v.3.2.1 pada responden tenaga kependidikan
Square untuk konstruk-konstruk dependen didapatkan nilai original sampel (O) yang
dari responden tenaga kependidikan merupakan nilai koefisien jalur dan nilai t
menunjukkan nilai 0,674. Menurut statistik untuk menunjukan signifikansinya
Kurniawan dan Yamin (2009) batasan nilai pada tabel 4.21. Nilai original sample
R square yaitu 0,67 sebagai substansial. motivasi tenaga kependidikan sebesar 0,387
Hasil empiris dari pengujian model ini pada dan T statistik 2,956 yang lebih tinggi
tabel 4.21 di atas menunjukkan bahwa daripada T tabel 2,00, sehingga dapat
kinerja PNS tenaga pendidikan terbukti disimpulkan bahwa H2, motivasi
secara signifikan dipengaruhi oleh berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kompetensi, motivasi, disiplin, kepuasan kinerja PNS tenaga kependidikan dapat
kerja dan remunerasi sebesar 67,4%. diterima. Untuk dosen nilai original sample
R-Square untuk konstruk-konstruk dependen motivasi sebesar 0,295 dan T statistik 2,733
dari responden tenaga dosen menunjukkan yang lebih tinggi daripada T tabel 2,00,
nilai 0,760, hal ini menunjukkan bahwa sehingga dapat disimpulkan bahwa H2,
motivasi berpengaruh positif dan signifikan
kinerja PNS dosen terbukti secara signifikan
terhadap kinerja PNS dosen dapat diterima
dipengaruhi oleh kompetensi, motivasi, Disiplin berpengaruh positif terhadap
disiplin, kepuasan kerja dan remunerasi Kinerja PNS
sebesar 76%. Dari hasil olah data menggunakan SmartPLS
v.3.2.1 pada responden tenaga kependidikan
Hubungan Kompetensi dengan Kinerja didapatkan nilai original sampel (O) yang
PNS merupakan nilai koefisien jalur dan nilai t
Dari hasil olah data menggunakan SmartPLS statistik untuk menunjukan signifikansinya
v.3.2.1 pada responden tenaga kependidikan pada tabel 4.21. Nilai original sample
didapatkan nilai original sampel (O) yang disiplin tenaga kependidikan sebesar 0,152
merupakan nilai koefisien jalur dan nilai t dan T statistik 1,107 yang kurang daripada T
statistik untuk menunjukan signifikansinya tabel 2,00, sehingga dapat disimpulkan
pada tabel 4.21. Nilai original sample bahwa H3, disiplin berpengaruh positif
kompetensi tenaga kependidikan sebesar terhadap kinerja PNS tenaga kependidikan
0,014 dan T statistik 0,139 yang kurang tidak signifikan dan ditolak.Nilai original
daripada T tabel 2,00, sehingga dapat sample disiplin dosen sebesar 0,059 dan T
disimpulkan bahwa H1, kompetensi statistik 0,618 yang kurang daripada T tabel
berpengaruh positif terhadap kinerja PNS 2,00 dapat disimpulkan bahwa H3, disiplin
untuk responden tenaga kependidikan tidak berpengaruh positif terhadap kinerja PNS
signifikan dan ditolak. dosen tidak signifikan dan ditolak.
Untuk PNS dosen, nilai original sample Kepuasan kerja berpengaruh positif
kompetensi dosen sebesar 0,355 dan T terhadap Kinerja PNS
statistik 3,580 yang lebih tinggi daripada T Dari hasil olah data menggunakan SmartPLS
tabel 2,00, sehingga dapat disimpulkan v.3.2.1 pada responden tenaga kependidikan
bahwa H1, kompetensi berpengaruh positif didapatkan nilai original sampel (O) yang
terhadap kinerja PNS untuk responden dosen merupakan nilai koefisien jalur dan nilai t
dapat diterima.. statistik untuk menunjukan signifikansinya
Motivasi berpengaruh positif terhadap pada tabel 4.21. Nilai original sample
Kinerja PNS kepuasan kerja tenaga kependidikan sebesar

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
0,326 dan T statistik 3,175 yang lebih tinggi sesuainya tingkat pendidikan, latar
daripada T tabel 2,00, sehingga dapat belakang pendidikan dan
disimpulkan bahwa H4, kepuasan kerja pengalaman kerja dengan apa yang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap dikerjakan; maupun sangat
kinerja PNS tenaga kependidikan dapat terbatasnya pelatihan untuk tenaga
diterima. Untuk dosen nilai original sample kependidikan.
motivasi sebesar 0,254 dan T statistik 2,278 Untuk dosen Output PLS
yang lebih tinggi daripada T tabel 2,00, mengindikasikan bahwa secara
sehingga dapat disimpulkan bahwa H4, statistik terdapat pengaruh
kepuasan kerja berpengaruh positif dan kompetensi dosen terhadap Kinerja
signifikan terhadap kinerja PNS dosen dapat PNS. Hasil penelitian ini
diterima menunjukkan bahwa semakin tinggi
Remunerasi kerja berpengaruh positif Kompetensi dosen maka semakin
terhadap Kinerja PNS tinggi Kinerjanya. Temuan ini
Dari hasil olah data menggunakan SmartPLS konsisten dengan penelitian
v.3.2.1 pada responden tenaga kependidikan terdahulu yang dilakukan oleh
didapatkan nilai original sampel (O) yang Safwan, dkk (2014), dan Subroto
merupakan nilai koefisien jalur dan nilai t (2008). Seorang pegawai yang
statistik untuk menunjukan signifikansinya memiliki kompetensi yang tinggi
pada tabel 4.21. Nilai original sample seperti pengetahuan, ketrampilan,
disiplin tenaga kependidikan sebesar 0,157 kemampuan, dan sikap yang sesuai
dan T statistik 1,445 yang kurang daripada T dengan pekerjaan dan jabatan yang
tabel 2,00, sehingga dapat disimpulkan diembannya selalu terdorong untuk
bahwa H5, remunerasi berpengaruh positif bekerja secara efektif, efesien dan
terhadap kinerja PNS tenaga kependidikan produktif
tidak signifikan dan ditolak. 2. Output PLS mengindikasikan bahwa
Nilai original sample disiplin dosen sebesar secara statistik terdapat pengaruh
0,199 dan T statistik 0,1455 yang kurang motivasi tenaga kependidikan dan
daripada T tabel 2,00 dapat disimpulkan dosen terhadap kinerjanya. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
bahwa H5, remunerasi berpengaruh positif
semakin tinggi motivasi maka
terhadap kinerja PNS dosen tidak signifikan semakin tinggi kinerjanya.
dan ditolak. Sebagaimana penelitian Herzberg
(dikutip oleh Mangkunegara, 2005)
5. Simpulan berkaitan dengan motivasi dan
kepuasan kerja. Kepuasan kerja
Berdasarkan hasil pengujian dan
disebabkan oleh hadirnya
pembahasan sebagaimana telah disajikan,
serangkaian faktor yang disebut
maka dapat ditarik beberapa simpulan
sebagai motivator. Motivasi
sebagai berikut:
merupakan satu penggerak dari
1. Untuk tenaga kependidikan output dalam hati seseorang untuk
PLS mengindikasikan bahwa secara melakukan atau mencapai sesuatu
statistik tidak terdapat pengaruh tujuan.
kompetensi tenaga kependidikan 3. Output PLS mengindikasikan bahwa
terhadap kinerja PNS. Hal ini karena secara statistik tidak terdapat
beberapa faktor antara lain, tidak pengaruh disiplin tenaga

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
kependidikan dan dosen terhadap membaik dan remunerasi tidak
kinerjanya. Dapat dilihat rendahnya menjadi semangat pendorong untuk
jawaban responden karena beberapa kinerja yang lebih baik.
faktor antara lain, kehadiran tepat
waktu, komitmen untuk tidak
mennggalkan pekerjaan sebelum jam 6. Saran
kerja berakhir dan akan
Saran yang didasarkan pada beberapa
menyelesaikan tugas kantor sebelum
keterbatasan sebagaimana telah disebutkan
mengerjakan urusan pribadi.
di atas adalah:
4. Output PLS mengindikasikan bahwa
secara statistik terdapat pengaruh 1. Temuan dalam penelitian ini
kepuasan kerja tenaga kependidikan diharapkan mampu memberikan
dan dosen terhadap kinerjanya. Hasil kontribusi bagi manajemen dan
penelitian ini menunjukkan bahwa pengambil kebijakan di Universitas
semakin tinggi kepuasan kerja dosen Negeri Semarang dalam kajian
maka semakin tinggi kinerjanya. kebijakan penempatan pegawai yang
Sebagaimana diungkapkan oleh sesuai dengan latar belakang dan
Davis (dalam Mangkunegara, 2005) tingkat pendidikan, pengalaman serta
yaitu kepuasan yang tinggi akan pelatihan yang memadai untuk
memberikan suatu pilihan untuk meningkatkan kompetensi
menyokong (favorableness) atau pegawainya.
tidak menyokong (unfavorableness) 2. Kebijakan yang tegas dan menyeluruh,
pada pekerjannya. Tentu saja pilihan dengan pimpinan menjadi teladan
tersebut akan mempengaruhi dalam meningkatkan kedisiplinan PNS
bagaimana PNS tersebut 3. Hasil penelitian ini juga dapat
melaksanakan pekerjaannya. dijadikan sebagai masukan bagi
5. Output PLS mengindikasikan bahwa Universitas Negeri Semarang dalam
secara statistik tidak terdapat upaya perbaikan pemberian
pengaruh remunerasi tenaga remunerasi yang harus diterapkan di
kependidikan dan dosen terhadap Perguruan Tinggi BLU.
kinerjanya. Temuan ini konsisten dan
mendukung temuan Tarigan, dkk
(2011). Sebagaimana dikatakan oleh REFERENSI
Vroom dalam Expectancy Theory-
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis
nya bahwa “Changing the pay system
can modify employees' behaviour, Multivariate dengan Program
which in turn can impact on SPSS. Semarang: Badan Penerbit
performance”. Kaitan antara prestasi Universitas Diponegoro.
kerja dan imbalan adalah tingkat
keyakinan seseorang tentang Hui, C., Wong, A., & Tjosvold, D. 2007.
hubungan antara tingkat prestasi Turnover Intention and Performance
kerjanya dengan pencapaian hasil in China: The Role of Positive
tertentu. Belum adanya persepsi Affectivity, Chinese Values,
bahwa remunerasi akan
Perceived Organizational Support
meningkatkan kesejahteraan
sehingga PNS behaviour juga belum and Constructive Controversy.

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
Journal of Occupational and
Organizational Psychology, Vol. 80,
pp: 735-751

Jones, G. R. 2001. Organizational Theory


Text and Cases 3rd. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc

Scott, S. G., & Bruce, R. A. 1994.


Determinants of Innovative
Behavior: a Path Model of Individual
Innovation in the Workplace.
Academy of Management Journal,
Vol. 37, No. 3, pp: 580-607

Seminar and call for paper 2015


MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015
Seminar and call for paper 2015
MADIC 2015
Strategic Agility: Thrive in Turbulent Environment
(Research and Practices)
Hotel Grasia, Semarang 7 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai