Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, PENGAWASAN DAN

LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA


INSPEKTORAT KABUPATEN PULANG PISAU
Vivi Anggreini
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjarmasin
Jl. A. Yani Km. 5,5 Banjarmasin, Kalimantan Selatan
e-mail: AnggreiniVivi97@gmail. com

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the influence of the competence of human resources,
supervision and work environment on employee performance at the Pulang Pisau Regency Inspectorate.
This type of research is research. This type of research is quantitative causality research. Causality
approach is to examine the cause-and-effect relationship between two or more variables. Causal research
explains the effect of changes in the value of a variable on the variation of the value of another variable. The
data analysis technique used is using SPSS
The results showed that the Competence of Human Resources, Supervision and the Work Environment had
a simultaneous effect on the Performance of the Inspectorate of Pulang Pisau's employees. Human Resources
Competence, Supervision and Work Environment Partially Affect the Performance of Pulang Pisau Regency
Inspectorate Employees. The work environment has a dominant influence on the performance variable of the
Pulang Pisau Regency Inspectorate Employee.

Keywords: Human Resources Competence, Supervision and Work Environment, Performance

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pengawasan dan
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau
Jenis Penelitian ini adalah penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian kausalitas kuantitatif Pendekatan kausalitas
yaitu meneliti hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian kausal menjelaskan pengaruh perubahan
variasi nilai dalam suatu variabel terhadap variasi nilai variabel lain. Teknik analisis data yang digunakan adalah
menggunakan SPSS
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pengawasan dan Lingkungan Kerja
berpengaruh secara simultan Terhadap Kinerja Pegawai Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau. Kompetensi Sumber Daya
Manusia, Pengawasan dan Lingkungan Kerja berpengaruh secara Parsial Terhadap Kinerja Pegawai Inspektorat Kabupaten
Pulang Pisau. Lingkungan Kerja memiliki pengaruh yang dominan terhadap variabel Kinerja Pegawai Inspektorat
Kabupaten Pulang Pisau.

Kata kunci: Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pengawasan dan Lingkungan Kerja, Kinerja

LATAR BELAKANG dalam mengemban misi nasional, faktor teknologi modern


Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset dan pegawai negeri sebagai pelaksananya tidak dapat
penting untuk menunjang keberhasilan suatu organisasi. diabaikan demikian saja. Jadi kedudukan dan peranan
Sumber daya manusia adalah pelaksana seluruh kebijakan pegawai dalam setiap organisasi pemerintahan adalah
organisasi sehingga perlu dibekali dengan pengetahuan sebagai penentu, sebab pegawai negeri merupakan tulang
yang memadai. Pentingnya sumber daya manusia ini perlu punggung pemerintah dalam melaksanakan pembangunan
disadari oleh semua tingkatan manajemen di perusahaan nasional.
dan instansi pemerintah. Bagaimanapun majunya Namun demikian di dalam pelaksanaan dan
teknologi saat ini, namun faktor manusia tetap memegang penyelenggaraannya yang bermacam-macam dan banyak
peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi. Telah seginya mengalami kesulitan-kesulitan karena masalah
banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai negeri adalah masalah manusia sehingga
sumber daya manusia, diantaranya pengembangan sumber memerlukan pengaturan dan pembinaan yang sebaik-
daya manusia dengan memberikan kegiatan pendidikan baiknya.1 Sesuai dengan tuntutan nasional dan global
dan pelatihan. Kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik diperlukan
merupakan suatu proses dengan memberikan atau pegawai negeri sipil yang mempunyai kompetensi jabatan
meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.
menanamkan sikap baik kepada pegawai dimana proses Untuk memperoleh kompetensi dilakukan peningkatan
tersebut akan sangat membantu pegawai dalam kualitas kemampuan profesional, sikap pengabdian dan
mengoreksi kekurangan-kekurangan kerjanya di masa kesetiaan pada perjuangan bangsa dan negara, semangat
silam sehingga pegawai tersebut dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, serta pengembangan
kinerjanya. Demikian juga dalam bidang pemerintahan wawasan pegawai negeri sipil.
Kinerja sebagai suatu efisiensi dari penggunaan Dari uraian diatas mendorong peneliti untuk
sumber daya untuk menghasilkan keluaran. Kinerja melakukan penelitian ilmiah yang bertujuan untuk
didefinisikan sebagai suatu pencapaian hasil atau tingkat mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
pencapaian pada tingkat instansi, dan kinerja disebut kinerja Inspektorat. Berdasarkan uraian pada latar
sebagai performance yang memiliki arti suatu hasil kerja belakang, dapat diketahui bahwa kompetensi sumber daya
yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang manusia dan sistem pengendalian internal dan lingkungan
dalam suatu instansi sesuai dengan wewenang dan kerja diperkirakan sebagai faktor penyebab kinerja
tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai pegawai Inspektorat yang belum maksimal. Untuk itu
tujuan instansi secara legal, tidak melanggar hukum dan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
sesuai dengan moral maupun etika. (Mangkunegara, berikut ‘Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia,
2011:67). Kinerja yang baik dalam suatu instansi Pengawasan dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya Pegawai pada Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau”
yakni Kompetensi dalam suatu instansi. Mengelola sumber
daya manusia berdasarkan kompetensi diyakini bisa lebih STUDI LITERATUR
menjamin keberhasilan mencapai tujuan. Sebagian besar Manajemen Sumber Daya Manusia
instansi memakai kompetensi sebagai dasar dalam Menurut Rivai (2003:6) sumber daya manusia adalah
memilih orang, mengelola kinerja, pelatihan dan seorang yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan
pengembangan serta pemberian kompensasi. Proses usaha pencapaian tujuan organisasi. Selain itu sumber
rekrutmen dan seleksi diarahkan untuk mencari orang daya manusia merupakan salah satu unsur masukan
yang mendekati kompetensinya, demikian pula halnya (input) yang bersama unsur lainnya seperti modal, bahan,
untuk pengembangan kinerja dan karir pegawai. Setiap mesin dan metode/teknologi diubah menjadi proses
kali diadakan uji kompetensi (assessment) untuk manajemen menjadi keluaran (output) berupa barang atau
mencocokkan apakah pegawai bisa memenuhi model jasa dalam usaha mencapai tujuan perusahaan untuk
kompetensinya atau tidak. Bila terjadi kekurangan maka mengatur perilaku manusia di dalam organisasi tersebut
pegawai tersebut harus dilatih dan dibina lebih lanjut. diperlukan manajemen sumber daya manusia.
Permasalahan mengenai kinerja yang ditemui pada Manajemen kepegawaian dan sumber daya manusia
fase pra penelitian yakni laporan hasil audit yang sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola,
dilaksanakan oleh aparat Inspektorat kabupaten pulang mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat
pisau saat ini masih menjadi sorotan, karena masih berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan
terdapat temuan audit yang tidak terdeteksi oleh aparat perusahaan. Sumber daya manusia di perusahaan perlu
inspektorat sebagai auditor internal, akan tetapi ditemukan dikelola secara professional agar terwujud keseimbangan
oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan
(BPK). Permasalahan terkait dengan bagian perencanaan kemampuan organisasi perusahaan.
yakni bagian perencanaan masih belum optimal dalam Menurut Hasibuan (2003:9) perbedaan manajemen
merencanakan kegiatan pengawasan rutin yang sumber daya manusia dengan manajemen kepegawaian
dilaksanakan pada SKPD di Kabupaten Pulang Pisau. (personalia) sebagai berikut:
Sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja APIP yang ada di 1. MSDM dikaji secara makro, sedangkan manajemen
Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau masih belum optimal personalia dikaji secara mikro.
dan perlu untuk dibenahi sehingga kedepannya pihak 2. MSDM menganggap pegawai adalah asset utama
inspektorat akan mampu untuk memaksimalkan fungsinya organisasi, jadi harus dipelihara dengan baik.
sebagai pengawas dari Pemerintahan. 3. MSDM pendekatannya secar moderen
Lingkungan kerja yang baik dapat membantu sedangkan manajemen personalia pendekatan secara
pegawai bekerja dengan tenang dan tidak membuat klasik.
mereka cepat jenuh dalam bekerja, sehingga akan merasa Sedangkan persamaan manajemen sumber daya
puas dengan hasil kerjanya. Sebaliknya, lingkungan kerja manusia dengan manajemen kepegawaian (personalia)
yang kurang baik dapat membuat personil merasa cepat adalah keduanya merupakan ilmu yang mengatur unsur
bosan dan merasa tegang tentu akan menghambat manusia dalam suatu organisasi, agar mendukung
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Bentuk fisik terwujudnya tujuan (Hasibuan, 2003:9).
lingkungan kerja yang baik meliputi penerangan yang
cukup, tempat yang bersih, tersedianya alat-alat Prilaku Organisasi
pengaman, sirkulasi udara yang baik, suara bising yang Menurut Rivai dan Mulyadi (2011:170) dalam
dapat di tekan seminimal mungkin, tersedianya fasilitas sebuah organisasi perlu adanya manusia, karena manusia
pendukung lainya.Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang adalah pendukung utama setiap organisasi apapun bentuk
diberikan instansi, maka hal ini sangat berpengaruh dari organisasi tersebut. Perilaku manusia yang berada
langsung terhadap kinerja pegawai sehingga akan dalam suatu kelompok atau organisasi adalah awal dari
memberikan implikasi yang baik pula bagi Inspektorat perilaku organisasi. Perilaku organisasi adalah suatu studi
Lingkungan Kerja Non Fisik juga berpengaruh terhadap yang menyangkut aspek- aspek tingkah laku manusia
Kinerja pegawai lingkungan yang bersifat batiniah seperti dalam suatu kelompok tertentu. Hal ini meliputi aspek
hubungan pertemanan atau hubungan sosial antara anggota yang ditimbulkan oleh pengaruh organisasi terhadap
organisasi. Instansi hendaknya mencerminkan kondisi manusia demikian pula aspek yang ditimbulkan dari
kerja yang mendukung kerja satu sama lain, kondisi yang pengaruh manusia terhadap organisasi (Rivai dan
diciptakan hendaknya bersifat kekeluargaan, komunikasi Mulyadi, 2011:171).
yang baik dan pengendalian diri.
Menurut Wijaya (2017, hlm 1) mengemukakan jabatan struktural, perbedaan ini menunjukkan karena
bahwa perilaku organisasi suatu disiplin ilmu yang tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggungjawabnya
mempelajari tingkah laku individu dalam organisasi serta amat berbeda satu sama lain. Menurut Syahroni
dampaknya terhadap kinerja baik kinerja individual, mengemukakan bahwa, kompetensi adalah sekumpulan
kelompok ataupun organisasi. Sedangkan teori umum dari dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai.
perilaku organisasi yang dikemukakan oleh Robbins Sumber daya manusia merupukan salah satu unsur
(2016, hlm. 6) “perilaku organisasi adalah studi mengenai yang sangat penting dalam suatu organisasi dimana
apa yang orang-orang lakukan dalam sebuah organisasi suamber daya manusia merupakan satu dari sekian banyak
dan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kinerja faktor yang menentukan keberhasilan suatu organisasi
organisasi”. dalam mencapai tujuan. Ada banyak definisi Sumber Daya
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan Manusia menurut para ahli, Menurut Nawawi dalam
bahwa perilaku organisasi yaitu suatu sikap dan tingkah Adventana (2014) ada tiga pengertian sumber daya
laku individu yang diharapkan dapat memberikan dampak manusia, yaitu:
baik bagi diri sendiri maupun organisasi. Perilaku a) Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di
organisasi merupakan hakikat mendasar pada ilmu lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil,
perilaku itu sendiri yang dikembangkan dengan pusat tenaga kerja, pekerja, atau pegawai).
perhatiannya pada tingkah laku manusia dalam suatu b) Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan
organisasi cocok dengan kepentingan dan tujuan aset dan berfungsi sebagai modal (non material/non
organisasi, seperti yang kita ketahui bahwa orang-orang finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat
yang ada di organisasi berasal dari latar belakang mewujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan
pendidikan dan karakter yang berbeda. Demikian juga non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi
mengendalikan perilaku manusia bukan sekadar c) Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi
mengawasi atau mengarahkannya, tetapi sekaligus, jika sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan
diperlukan, mengubahnya manakala perilaku tersebut eksistensinya. Hutapea dan Nurianna (2018)
disfungsional. pegawai adalah faktor produksi, jadi harus mengemukakan standar kompetensi yang mencakup
dimanfaatkan secara produktif tiga aspek yang selanjutnya akan menjadi indikator
kompetensi yaitu sebagai berikut:
Kompetensi Sumber Daya Manusia Pengetahuan (knowledge), yang berkaitan dengan
Manusia merupakan komponen penting dalam pekerjaan, yaitu mengetahui dan memahami pengetahuan
organisasi yang akan bergerak dan melakukan aktifitas di bidangnya masing-masing yang menyangkut tugas dan
untuk mencapai tujuan. Keberhasilan suatu organisasi tanggung jawab, mengetahui pengetahuan yang
ditentukan dari kualitas orang-orang yang berada di berhubungan dengan peraturan, prosedur dan teknik.
dalamnya. Sumber Daya Manusia (SDM ) akan bekerja a) Keterampilan (skills), kemampuan dalam
secara optimal jika organisasi dapat mendukung kemajuan berkomunikasi dengan baik secara tulisan maupun
karir mereka dengan melihat apa sebenarnya kompetensi secara lisan.
mereka. Biasanya pengembangan SDM berbasis b) Sikap (attitude), memiliki kemampuan dalam
kompetensi akan mempertinggi produktivitas pegawai berkreativitas dalam bekerja, semangat kerja yang
sehingga kualitas kerja pun lebih tinggi pula dan berujung tinggi dan memiliki kemampuan dalam perencanaan.
pada puasnya pelanggan dan organisasi akan diuntungkan. Sumber daya manusia merupakan asset organisasi
Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan sebagai semua yang sangat vital, karena itu peran dan fungsinya tidak
manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi dalam bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Betapapun
mengupayakan terwujudnya tujuan organisasi tersebut. modern teknologi yang digunakan, atau seberapa banyak
Nawawi membagi pengertian SDM menjadi dua, yaitu dana yang disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia
pengertian secara makro dan mikro. Pengertian SDM yang professional semuanya menjadi tidak bermakna.
secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk Eksistensi sumber daya manusia dalam kondisi lingkungan
atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah yang terus berubah tidak dapat dipungkiri, oleh karena itu
tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik dituntut kemampuan beradaptasi yang tinggi agar mereka
yang sudah maupun belum memperoleh pekerjaan tidak tergilas oleh perubahan itu sendiri. Sumber daya
(lapangan kerja). manusia dalam organisasi harus senantiasa berorientasi
Sumber daya yang paling penting bagi suatu terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi di mana
organisasi adalah orang yang memberikan kerja, bakat, dia berada di dalamnya.
kreativitas, dan semangat kepada organisasi. Oleh karena Manfaat Kompetensi Sumber Daya Manusia
itu kesulitan sumber daya manusia merupakan sumber 1. Bagi Pegawai
masalah dalam organisasi. Konsekuensi dari hal ini adalah a) Adanya kesempatan bagi pegawai mendapat
tersedianya sumber daya manusia yang mempunyai pendidikan dari pelatihan standar yang ada.
kapasitas sebagai perencana dan pelaksana program b) Memberikan nilai tambah pada pembelajaran dan
kegiatan. Kapasitas ini ditentukan oleh kapabilitas, pertumbuhan
kompetensi dan produktivitas kerja. c) Meningkatkan keterampilan dan marketability sebagai
Menurut Purwanto mengemukakan bahwa pegawai
kompetensic adalah suatu persyaratan kemampuan alam d) Kejelasan relevansi pembelajaran sebelumnya
melaksanakan jabatan. Biasanya kemampuan ini dikaitkan e) Pilihan perubahan karir
dengan keahlian, keterampilan atau profesionalisme, f) Penempatan sasaran sebagai sarana pengembangan
kompetensi jabatan fungsional, demikian juga dengan karir
kompetensi jabatan negara/politik jauh berbeda dengan g) Penilaian kinerja yang lebih objektif
Jenis – Jenis Kompetensi c. Pengawasan umpan balik yaitu pengawasan yang
1) Kompetensi Inti: kompetensi ini berada pada level megukur hasil-hasil dari kegiatan tertentu yang telah
organisasi Kita mengikuti definisi yang diberikan oleh diselesaikan. Menurut Handayaningrat Pengawasan
Hamel dan Prahalad. ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui
2) Kompetensi Fungsional: kompotensi yang apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
mendeskripsikan kegiatan kerja output, seperti oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah,
pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk tujuan atau kebijaksanaan yang telah ditentukan
melakukan sebuah pekerjaan. Kompetensi ini Melihat dari tipe-tipe pengawasan tersebut maka
berhubungan dengan level Posisi suatu pemerintah yang baik perlu melakukan pengawasan
3) Kompetensi Perilaku: kompetensi Perilaku adalah terhadap bawahanya dengan melihat proses pelaksanaan
karakteristik dasar yang diperlukan untuk melakukan program atau hasil dari kegiatan yang telah diselesaikan.
sebuah pekerjaan. Maksud dan Tujuan Pengawasan
4) Kompetensi Peran: kompetensi Peran berkaitan dengan a. Untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan,
level Posisi. Kompetensi peran merujuk pada peran penyimpangan, ketidaksesuaian penyelenggaraan yang
yang harus dijalankan oleh seseorang di dalam sebuah lain-lain yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang
tim. yang telah ditentukan.
b. Agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara
Indikator Kepemimpinan berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan rencana
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2013 yang telah ditentukan sebelumnya. .
mengenai Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi c. Pengawasan umpan balik yaitu pengawasan yang
Manajerial Pegawai Negeri Sipil, kompetensi adalah megukur hasil-hasil dari kegiatan tertentu yang telah
karakteristik dan kemampuan kerja yang mencakup aspek diselesaikan. Menurut Handayaningrat Pengawasan
pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai tugas dan/atau ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui
fungsi jabatan. Senada dengan pendapat Kamariah (2012) apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
bahwa kapasitas sumber daya manusia dapat diukur oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah,
melalui pengetahuan, keterampilan dan perilaku. Ketiga tujuan atau kebijaksanaan yang telah ditentukan
hal tersebut yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh d. Untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan,
setiap orang untuk menunjang keberhasilan dalam penyimpangan, ketidaksesuaian penyelenggaraan yang
melaksankan tugas. lain-lain yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang
yang telah ditentukan.
Pengawasan e. Agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan rencana
menjamin bahwa tujuan organisasi dan manajemen yang telah ditentukan sebelumnya.
tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat Proses Pengawasan Pemerintah
kegiatan-kegiatan sesuai yang di rencanakan dengan 1. Pengawasan Preventif dan Refressif
instruksi yang telah diberikan dan dengan prinsip-prinsip Pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah
yang telah digariskan. Pengawasan yang dijeRobert J. M daerah dilakukan secara preventif dan secara represif.
Ockler berikut ini telah menjelaskan unsur-unsur esensial Pengawasan prefentif dilakukan sebelu suatu keputusan
proses pengawasan yaitu suatu usaha sistematika untuk pemernerintah daerah mulai berlaku dan terhadap
menetapkan standar pelaksanaan dan tujuan-tujuan peraturan Daerah sebelum peraturan itu diundangkan
perencanaan merancang sistem informasi, umpan balik, pengawasan preventif tidak dilakukan terhadap semua
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah keputusan atau peraturan mengenai hal-hal tertentu, yang
ditetapkan sebelumnya.Islilah pengawasan dalam bahasa menurut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah atau
Indonesia asal katanya adalah “awas”, sehingga Undang-Undangbaru dapat berlaku sesudah memperoleh
pengawasan merupakan kegiatan mengawasi saja. Sarwoto pengesahan dari pejabat yang berwenang. Wujud dari
memberikan definisi tentang pengawasan sebagai pengawasan preventif ialah memberi pengesahan atau
berikut:“Pengawasan adalah kegiatan manajer yang tidak pengesahan.Pengawasan secara repressif dapat
mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dilakukan pada setiap saat dan terhadap semua keputusan
dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dan Peraturan Daerah. Wujud dari pengawasan represif
dikehendaki”. ialah membatalkan atau menangguhkan berakunya suatu
Tipe – Tipe Pengawasan Peraturan Daerah. Menangguhkan merupakan suatu
a. Pengawasan pendahuluan (steering controls). tindakan persiapan dari suatu pembatalan, akan tetapi yang
Pengawasan ini direncanakan untuk mengatasi demikian itu tidak berarti bahwa setiap pembatalan harus
masalah-masalah atau penyimpanganpenyimpangan selalu didahului oleh suatu penangguhan, ataudengan
dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi perkataan lain, pembatalan dapat dilakukan tanpa adanya
dibuat sebelum suatu kegiatan tertentu diselesaikan. penangguhan lebih dahulu. Instansi yang berwenang
b. Pengawasan yang dilakukan bersama dengan menjalankan pengawasan adalah pejabat berwenang.
pelaksanaan kegiatan (Concurrent Contrls). 2. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan ini dilakukan selama suatu kegiatan Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk
berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses “Pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang
dimana aspek tertentu harus dipenuhi dahulu sebelum bersangkutan “Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh
kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan atau menjadi yang dilakukan melalui, “ Penelitian dan pengujian
semacam peralatan “double check” yang lebih terhadap surat-surat pertanggungjawaban yang diserttai
menjamin ketetapan pelaksanaan suatu kegiatan dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran”. Disisi
lain, Pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran organisasi adalah adanya hubungan yang harmonis
formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan diantara rekan kerja.
terhadappengeluaran apakah telah sesuai dengan c. Hubungan antara bawahan dengan pimpinan
peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti Hubungan antara pegawai dengan pimpinan yaitu
kebenaranya”. Sementara, hak berdasarkan kebenaran hubungan dengan pegawai yang baik dan harmonis
materil mengenai maksaud tujuan pengeluaran dengan pimpinan tempat kerja. Hubungan yang baik
( doelmatighid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran dan harmonis dengan pimpinan tempat kerja
apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi
pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang kinerja pegawai.
sederhana mungkin dapat meningkatkan melampaui dari d. Tersedianya fasilitas kerja
integritas dan nilai etika yang menciptakan, pengurus dan Hal ini dimaksudkan bahwa peralatan yang digunakan
memantau. untuk mendukung kelancaran kerja lengkap/mutakhir.
Tersedianya fasilitas kerja yang lengkap, walaupun
Lingkungan Kerja tidak baru merupakan salah satu penunjang proses
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di dalam bekerja.
sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya Nitisemito (1992) juga menguraikan bahwa faktor-
dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja adalah
misalnya kebersihan, musik, penerangan dan lain-lain sebagai berikut:
(Sunyoto, 2013). Sutrisno (2010) menyatakan bahwa a. Warna merupakan faktor yang penting untuk
lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana memperbesar efisiensi kerja para pegawai. Khususnya
kerja yang ada di sekitar pegawai yang sedang melakukan warna akan memengaruhi keadaan jiwa mereka.
pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan Dengan memakai warna yang tepat pada dinding
pekerjaan, lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja, ruangan dan alat-alat lainnya, kegembiraan dan
fasilitas, dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, ketenangan bekerja para pegawai akan terpelihara.
pencayahaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja b. Kebersihan lingkungan kerja secara tidak langsung
antar pegawai. dapat memengaruhi seseorang dalam bekerja, karena
Lingkungan kerja menjadi salah satu hal yang apabila lingkungan kerja bersih maka pegawai akan
memengaruhi produktivitas dan semangat kerja pegawai. merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya
Tanpa lingkungan kerja yang baik, pegawai akan mudah c. Penerangan dalam hal ini bukan terbatas pada
bosan dan tidak betah untuk bekerja di tempat tersebut. penerangan listrik saja, tetapi juga penerangan sinar
Secara umum, ada dua jenis lingkungan kerja: fisik dan matahari. Dalam melaksanakan tugas pegawai
non-fisik. Dua jenis lingkungan kerja ini sama-sama membutuhkan penerangan yang cukup, apabila
berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Tapi sebenarnya, pekerjaan yang dilakukan tersebut menuntut ketelitian.
apa pengertian lingkungan kerja dan penjelasan dua jenis d. Pertukaran udara yang cukup dari ventilasi udara yang
lingkungan kerja di atas penjelasannya berikut ini. tersedia akan meningkatkan kesegaran fisik para
Secara umum, lingkungan kerja adalah kehidupan pegawai. Selain ventilasi, konstruksi gedung dapat
fisik, sosial, dan psikologi dalam perusahaan yang berpengaruh pula pada pertukaran udara. Misalnya
memengaruhi kinerja dan produktivitas pegawai. Beberapa gedung yang mempunyai atap tinggi akan
ahli mendeskripsikan lingkungan kerja sebagai segala hal menimbulkan pertukaran udara yang lebih baik dari
yang ada di sekitar pegawai dan yang memengaruhi pada gedung yang mempunyai atap rendah. Hal lain
mereka dalam bekerja dan menjalankan tugas. Lingkungan yang perlu menjadi perhatian adalah volume ruangan
kerja yang baik dan bersih, mendapat cahaya yang cukup, harus sebanding dengan jumlah pegawai yang ada agar
bebas dari kebisingan dan gangguan, jelas akan pertukaran udara yang berlangsung lebih baik.
memotivasi tersendiri bagi para pegawai dalam melakukan e. Jaminan terhadap keamanan menimbulkan ketenangan.
pekerjaan dengan baik. Namun lingkungan kerja yang Keamanan akan keselamatan diri sendiri sering
buruk, kotor, gelap, pengap, lembab, dan sebagainya akan ditafsirkan terbatas pada keselamatan kerja, padahal
menimbulkan cepat lelah dan menurunkan kreativitas. lebih luas dari itu termasuk di sini keamanan milik
Nitisemito (1992) mengemukakan indikator pribadi pegawai dan juga konstruksi gedung tempat
lingkungan kerja sebagai berikut: mereka bekerja. Sehingga akan menimbulkan
a. Suasana kerja ketenangan yang akan mendorong pegawai dalam
Suasana kerja adalah kondisi yang ada disekitar bekerja.
pegawai yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat f. Kebisingan Merupakan suatu gangguan terhadap
memengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. seseorang karena adanya kebisingan, maka konsentrasi
Suasana kerja ini akan meliputi tempat kerja, fasilitas dalam bekerja akan terganggu. Dengan terganggunya
dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukan akan
ketenangan termasuk juga hubungan kerja antara banyak menimbulkan kesalahan atau kerusakan. Hal
orang-orang yang ada ditempat tersebut (Saydam, ini jelas akan menimbulkan kerugian
1996). g. Tata ruang merupakan penataan yang ada di dalam
b. Hubungan dengan rekan kerja ruang kerja yang biasa memengaruhi kenyamanan
Hubungan dengan rekan kerja yaitu hubungan dengan pegawai dalam bekerja.
rekan kerja harmonis dan tanpa ada saling intrik
diantara sesama rekan sekerja. Salah satu faktor yang Kinerja
dapat memengaruhi pegawai tetap tinggal dalam satu Istilah kinerja berasal dari kata job perfomance atau
actual perfomance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). 1. Jenis Data
Mangkunegara (2015:67) pengertian kinerja (prestasi a. Data Kualitatif
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang Data kualitatif adalah data naratif atau deskriptif
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan yang menjelaskan tentang kualitas suatu fenomena.
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan Kualitas suatu fenomena tersebut biasanya tidak
kepadanya. Menurut Wirawan dalam Abdullah (2014:3) mudah atau tidak bisa diukur secara numerik.
kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja Sebagaimana sudah disinggung di awal, data kualitatif
yang padanannya dalam bahasa inggris adalah digunakan untuk riset kualitatif di mana objek yang
perfomance, kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh diteliti tidak bisa diukur dengan mudah.
fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau Data kualitatif biasanya diperoleh melalui
suatu profesi dalam waktu tertentu. Nawawi dalam pertanyaan. Ketika informan memberikan jawaban
Widodo (2015:131) kinerja adalah hasildari suatu Jawaban tersebut kita transkrip menjadi narasi yang
pekerjaan yang telah dilakukan, baik berupa fisik atau siap untuk dianalisis. Rangkaian huruf-huruf yang
material maupun non fisik atau non material. Menurut sudah ditranskrip merupakan jawaban yang pada
Simanjutak dalam Widodo (2015:131) kinerja merupakan umumnya berupa deskripsi atas jawaban dari
tingkatan pecapaian hasil atas tugas tertentu yang pertanyaan kita.
dilaksanakan. Simanjutak juga mengartikan kinerja b. Data Kuantitatif
individu sebagai tingkat pencapaian atau hasil kerja Data kuantitatif merupakan data numerik yang
seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang biasanya menunjukkan pengukuran suatu fenomena
harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. tertentu dengan angka.
Menurut Simanjutak dalam Widodo (2015:133) Data kuantitatif, pada umumnya diperoleh dengan
kinerja dipengaruhi oleh: survei menggunakan angket atau kuesioner. Metode
a. Kualitas dan kemampuan pegawai, hal-hal yang survei dilakukan untuk mencari jawaban rigid berupa
berhubungan dengan pendidikan/pelatihan, etos kerja, angka. Oleh karena itu penelitian ini jenis datanya
motivasi kerja, sikap mental, dan kondisi fisik ialah data kuantitatif.
pegawai. 2. Jenis Data
b. Sarana pendukung, yaitu hal yang berhubungan dengan a. Data Primer ( Data Asli )
lingkungan kerja (keselamatan kerja, kesehatan kerja, Menurut (Indriantoro, dalam sani dan Masyuri,
sarana produksi, teknologi) dan hal yang berhubungan 2010,191), data primer merupakan sumber data peneliti
dengan kesejahteraan pegawai (upah/gaji, jaminan yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak
sosial, keamanan kerja) melalui media perantara).
c. Supra sarana, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
kebijaksanaan pemerintah dan hubungan industrial data yang diperoleh langsung dari responden melalui
manajemen. daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden
Menurut Mangkunegara (2011:75) menyebutkan masing-masing. Data primer biasa berasal dari
indikator dari kinerja pegawai adalah sebagai berikut: kuesioner, wawancara atau hasil pengamatan terhadap
a. Pelayanan yang tepat waktu dan berkualitas. obyek tertentu. Namun kelemahan dari instrument ini
b. Tingkat keterampilan pendidikan yang sesuai dengan adalah tidak mampu digeneralisasi. Artinya hasilnya
bidang kerja. hanya dapat melihat kejadian pada waktu pengambilan
c. Kehadiran/keterlambatan data itu, tidak dapat disimpulkan lebih jauh di tahun
d. Kerjasama. yang akan datang.
e. Berhasil dan tidaknya dalam memecahkan kasus. b. Data Sekunder
f. Waktu Kerja Sumber data sekunder disini dimaksudkan data
g. Kedisiplinan dan Ketertiban. yang diperoleh bukan dari sumber utama atau sumber
h. Inisiatif. yang berasal dari pihak-pihak yang memberikan data
i. sistem pengawasan dan pengendalian. secara tidak langsung yaitu berupa dokumen, brosur
dan laporan yang berkaitan dengan penelitian ini.
METODOLOGI Data sekunder adalah data yang mengacu pada
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada pegawai informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah
inspektorat kabupaten pulang pisau adapun alasan ada. Data ini diperoleh dengan jalan mengumpulkan
pemilihan obyek penelitian ini adalah belum adanya dokumen-dokumen serta literatur-literatur yang erat
penelitian mengenai hubungan variabel Peningkatan hubungannya dengan penelitian,
kompetensi sumber daya manusia,pengawasan dan Pengumpulan data ini ditujukan untuk memperoleh
lingkungan kerja dengan Berorientasi Kinerja pegawai skor yang berfungsi sebagai arah hubungan antara
inspektorat kabupaten pulang pisau sehingga tertarik untuk Peningkatan, kompetensi sumber daya manusia,system
melakukan penelitian dengan kajian tersebut. Pada pengendalian intern dan Lingkungan Kerja Terhadap
penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan pengaruh Kinerja pegawai. Teknik pengumpulan data yang
antar variabel melalui pengujian hipotesis dan sekaligus dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan eksplanasi terhadap beberapa variabel, maka menggunakan beberapa cara yaitu:
sifat penelitian ini adalah penelitian eksplanatori 1. Daftar Pertanyaan (Kuesioner), adalah daftar sejumlah
(explanatory research). pertanyaan yang tertulis yang berguna untuk
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini memperoleh informasi dari pegawai inspektorat pulang
terbagi menjadi 2 (dua) sumber data yaitu: pisau yang berkaitan dengan penelitian ini.
a. Type isian, digunakan untuk memperoleh data Instrumen yang baik digunakan sebagai syarat dalam
tentang pribadi responden, yang meliputi nama, pengumpulan data untuk pernyataan suatu instrument yang
pendidikan, lama bekerja dan status responden serta dipakai adalah validitas dan realibilitas.
informasi tambahan lainnya. 1. Uji Instrumen
b. Type pilihan, dalam type pilihan ini responden a. Uji Validitas
diharuskan memilih beberapa alternatif jawaban Instrument disebut valid bila mampu mengukur apa
yang sesuai dengan yang dialaminya atau yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari
dirasakannya. variabel yang diteliti dengan tepat. Tinggi rendahnya
2. Observasi, metode pengumpulan data dengan validitas instrument menunjukkan sejaumana data yang
melakukan pengamatan langsung pada objek yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran variabel
akan diteliti dengan mencatat sesuatu yang berkaitan yang diteliti.
dengan penelitian ini. Hasil penelitian yang valid apabila terdapat
3. Dokumentasi, mencari data mengenai hal-hal atau kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat sesungguhnya yang terjadi pada objek yang diteliti.
kabar, majalah prasasti, notulen rapat, agenda, data Ujivaliditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
visual atau foto dokumentasi, berupa gambaran umum pendekatan validitas konstruk dengan teknik korelasi
wilayah penelitian yang sesuai dengan relevansi Product Moment Pearson’s (Pearson Correlation) dengan
penelitian. rumus sebagai berikut:
4. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumplan
data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal- Dengan keteranagan:
hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah rxy = koefesien korelasi
respondennya sedikit atau kecil. X = skor pernyataan untuk setiap subjek
5. Study Kepustakaan, agar penelitian dapat berjalan Y = skor total
dengan baik, maka terlebih dahulu peneliti XY = skor pernyataan x skor total
mempelajari kepustakaan, yaitu pengumpulan data N = total pernyataan
dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur- Dengan melihat pearson correlation yang
literatur, dengan maksud untuk mendapatkan teori- menunjukkan lebih dari 0,30 dan melakukan korelasi
teori dan bahan-bahan yang ada kaitannya dengan antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk
penelitian ini, menurut (Irawan, 2015,175) atau variabel dengan kriteria sebagai berikut:
menyebutkan bahwa metode kepustakaan biasanya 1) Jika korelasi antara skor masing-masing item
lebih obyektif sebagai data yang telah tersimpan dalam pertanyaan terhadap skor nilai signifikan ϸ value lebih
berbagai dokumen baku. kecil α < 5%, berarti pernyataan-pernyataan dalam
Dalam penelitian ini instrumen yang paling utama kuesioner tersebut mempunyai validitas atau
digunakan, adalah kuesioner, yaitu dilakukan pada seluruh kesahihan, yaitu bahwa pernyataan dalam kuesioner itu
pegawai selaku responden terpilih. Sedangkan wawancara, dapat melakukan fungsi ukurnya.
observasi, dokumen dan pustaka dipergunakan untuk 2) Jika korelasi antara skor masing-masing item
melengkapi dan menyempurnakan data yang telah pertanyaan terhadap skor nilai tidak signifikan ϸ value
terkumpul. Dan wawancara dalam penelitian ini hanya lebih besar α > 5%, berarti pernyataan-pernyataan
dilakukan terhadap pegawai selaku responden yang dalam kuesioner tersebut dapat dikatakantidak valid
terpilih yang ada kaitannya dengan penelitian tesis ini. atau tidak sahih, yaitu bahwa pernyataan dalam
kuesioner itu tidak dapat melakukan fungsi ukurnya,
Teknik Analisa Data (Ghozali, 2005,92).
Dalam kegiatan penelitian, data mempunyai b. Uji Reliabilitas
kedudukan yang sangat penting, dianggap penting karena Uji reliabilitas merupakan uji kehandalan untuk
data merupakan gambaran variabel data yang diteliti dan mengetahui seberapa jauh suatu alat ukur dapat diandalkan
berfungsi sebagai alat untuk membuktikan hipotesis. atau dipercaya. Alat ukur handal apabila digunakan untuk
Untuk itulah data yang didapat dari penelitian mengukur dua kali atau lebih gejala yang sama hasilnya
dikumpulkan pada suatu instrument. akan cendrung sama. Uji reliabilitas diterapkan untuk
Instrument penelitian ini dilakukan guna memperoleh mengetahui responden telah menjawab pertanyaan-
data deskriptif yang akan dipakai untuk menguji hipotesis pertanyaan secara konsisten atau tidak, sehingga
dengan model kajian skala indeks dengan 5 alternatif kesungguhan dari jawaban dapat dipercaya. Untuk
jawaban untuk masing-masing pertanyaan. Skala yang menguji reliabilitas instrumen digunakan formula Alpha
dipergunakan tersebut menggunakan Skala Likert. Dengan Cronbach. (Ghozali, 2005,95).
demikian, maka penetuan skala dalam penelitian ini 1) Jika nilai Alpha Cronbach α > 0,6 maka dikatakan
adalah: bahwa instrument yang digunakan dalam penelitian ini
1. Sangat Setuju dengan skor 5 reliable.
2. Setuju dengan skor 4 2) Jika nilai Alpha Cronbach α < 0,6 maka dikatakan
3. Cukup Setuju dengan skor 3 bahwa instrument yang digunakan dalam penelitian ini
4. Tidak Setuju dengan skor 2 tidak reliable.
5. Sangat Tidak Setuju dengan skor 1 Menurut Arikunto (2005,56) ada kriteria tersendiri
untuk dapat menetukan bahwa penelitian ini dinyatakan
reliable dengan memperhatikan tabel Indeks Kriteria heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Reliabilitas, yaitu seperti tabel dibawah ini: homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel-1 Indeks Kriteria Reliabilitas Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
No Interval Alpha Cronbach Kriteria heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik scatterplots
1. <0,200 Sangat Rendah dan menggunakan Uji Glejser. Analisis dengan grafik
2. 0,200 – 0,399 Rendah plots memiliki kelemahan yang sangat signifikan oleh
3. 0,400 – 0,599 Cukup sebab itu diperlukan uji statistik yang dapat digunakan
4. 0,600 – 0,799 Tinggi untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu
5. 0,800 – 0,999 Sangat Tinggi dengan Uji Glejser. (Ghozali,2016:139-141)
Dengan memakai perhitungan rumus sebagai berikut: 3. Model Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian
ini dilakukan dengan metode resgresi linier berganda yang
digunkan untuk memprediksi seberapa jauh perubahan
nilai variabel dependen, bila variabel independen di
manipulasi/diubah-ubah atau dinaik turunkan (Sugiyono,
2014:260). serta bantuan program SPSS for Windows
Versi.25 dengan persyaratan apabila nilai hitung validitas
setiap item pernyataan lebih besar dari 0,3 dengan tingkat
kepercayaan atau signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
2. Uji Asumsi Klasik pernyataan tersebut dapat dikatakan valid yaitu bahwa
Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mengetahui pernyataan dalam kuesioner tersebut dapat melakukan
apakah model regresi yang dibuat dapat digunakan sebagai fungsi ukurnya.
alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang akan Rumus linier berganda:
dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, dan Y = a + b1X1 + b2X2 + b3x3+ e
uji heteroskedastisitas.
Dimana:
a. Uji Normalitas
Y = Kinerja
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
A = Konstanta
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
X1 = kompetensi sumber daya manusia
memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti X2 = Pengawasan
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji X3 = Lingkungan Kerja
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. b1 = Koefisien kompetensi sumber daya manusia
(Ghozali, 2016:160). b2 = Koefisien system pengendalian intern
Dengan melihat normal probality plot yang b2 =Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja pegawai
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi e = standar kesalahan
normal, normalitas residual akan terlihat. Distribusi 4. Uji Hipotesis
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan a. Uji – F (Uji Serentak / Simultan
ploting data residual akan dibandingkan dengan garis Uji – F ini digunakan untuk mngetahui seberapa jauh
diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian
garis diagonalnya (Ghozali, 2016:161). diawali dengan membuat formulasi hipotesis sebagai
Selain itu, uji statistik lain yang dapat digunakan berikut:
untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non- 1) Menentukan hipotesis nihil (H0) dan hipotesis
parametik Kolmogorov- Smirnov (K-S). Jika nilai alternatif (Ha)H0: b1 = b2 = 0, artinya variabel
signifikan dari pengujian Kolmogorov- Smirnov lebih dari independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
0,05 berarti data normal. (Ghozali, 2016:164) terhadap variabel dependen.
b. Uji Multikolinearitas 2) Menentukan tingkat Signifikan dengan F – tabel .
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji 3) Mencari F – hitung dengan rumus: Dengan hasilnya
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar adalah:
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik H0: diterima bila F – hitung < F – tabel, Ha ditolak
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel Ha: diterima bila F – hitung < F – tabel, H0 ditolak.
independen. Nilai tolerance yang rendah sama dengan b. Uji-t test (Uji secara parsial)
nilai variance inflation factor (VIF) tinggi (karena VIF = Untuk membuktikan bahwa variabel independen
1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk secara parsial mempengaruhi variabel dependen,
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai menggunakan uji t statistik dengan ketentuan apabila nilai
Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10 t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel maka variabel
(Ghozali, 2016:105-106). tersebut dinyatakan berpengaruh, sedangkan untuk
c. Uji Heterokedastisitas mencari perhitungan dimaksud melalui tahapan-tahapan
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji sebagai berikut:
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan 1) Membuat formulasi hipotesis,
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan H0: b = 0 (hipotesis nihil)
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke Yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
pengamatan yang lain tetap, maka disebut dari variabel independen terhadap variabel dependen.
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Ha: b ≠ 0 (Hipotesis Alternatif)
Yang artinya ada pengeruh yang signifikan dari Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan
variabel independen terhadap variabel dependen. ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang meliputi
2) Menentukan level of significant dengan t-tabel Pengawasan Umum, Pengawasan Teknis dan Pengawasan
3) Menghitung nilai t statistik dengan rumus Kepala Daerah terhadap Perangkat Daerah Kabupaten/
Kota dan Desa serta Kegiatan Pengawasan Lainnya. Salah
satu outcome yang hendak dicapai oleh Inspektorat adalah
tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good
4) Dengan Keputusan yang didapat, yaitu: governance and clean goverment), yang diwujudkan
H0 : diterima bila t-hitung < t-table, berarti Ha dalamkinerja pengawasan secara profesional, akuntabel
ditolak. dan independen yang menjamin dikembangkan dan
Ha : diterima bila t-hitung < t-tabel, berarti H0 ditolak diterapkannya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
5. Uji Variabel Dominan Pemerintah (Sistem SAKIP).
Untuk mengkaji variabel yang dominan digunakan Dalam laporan kinerja ini, dapat diketahui capaian
indikator koefisien beta standardized dari variabel-variabel kinerja serta gambaran mengenai tingkat pencapaian
model regresi. Koefisien beta standardized diperoleh dari pelaksanaan kegiatan, program dan kebijakan dalam
hasil perkalian antara koefisien parsial korelasi mewujudkan visi, misi dan tujuan Instansi Inspektorat
(SDx1/Sdy) dan koefisien variabelnya (bi). Dengan hasil Kabupaten Pulang Pisau yang disampaikan kepada Bupati
dari perhitungan Coeffisientsα regresi linier berganda Pulang Pisau.
untuk nilai Standardized Coefficients Beta yang lebih Susunan Organisasi Inspektorat Kabupaten Pulang
besar maka variabel independen tersebut yang dinyatakan Pisau untuk LKIP ini berpedoman pada Peraturan Daerah
sebagai variabel yang dominan berpengaruh terhadap Kabupaten Pulang Pisau No. 04 Tahun 2016 tentang
variabel dependen. Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Pulang Pisau dan Peraturan Bupati Pulang Pisau nomor 13
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati
Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau sebagai Pulang Pisau 33 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Lembaga Pengawasan dalam melaksanakan tugas dan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Inspektorat
fungsinya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Kabupaten Pulang Pisau. Adapun susunan
Pulang Pisau No. 04 Tahun 2016 tentang Pembentukan organisasi Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau tersebut
dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Pulang Pisau sebagai berikut:
dan Peraturan Bupati Pulang Pisau nomor 13 Tahun 2020 1. Inspektur
tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Pulang Pisau 33 Inspektur Kabupaten Pulang Pisau mempunyai tugas
tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, membina, mengkoordinasikan, mengendalikan,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Inspektorat Daerah merencanakan, menyusun kebijakan serta
Kabupaten Pulang Pisau. Dalam Pasal 218 Undang – mengembangkan semua kegiatan pengawasan serta
Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan bertanggung jawab atas terlaksananya tugas pokok
Daerah dijelaskan pada ayat berikut: Inspektorat kepada Bupati Pulang Pisau melalui
Ayat (1) Pengawasan atas penyelenggaraan Sekretaris Daerah.
Pemerintahan Daerah dilaksanakan oleh Pemerintah 2. Sekretariat
Daerah yang meliputi: - Sekretaris Inspektorat Kabupaten sebagai pimpinan
1. Pengawasan atas pelaksanaan urusan Pemerintahan di dalam Sekretariat mempunyai tugas menyiapkan bahan
daerah koordinasi pengawasan dan memberikan pelayanan
2. Pengawasan terhadap Peraturan Daerah dan Peraturan administratif dan fungsional kepada semua unsur di
Kepala Daerah lingkungan Inspektorat Kabupaten.
Ayat (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada 3. Inspektur Pembantu
ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Inspektur Pembantu mempunyai tugas melaksanakan
Intern Pemerintah sesuai Peraturan Perundang – pembinaan dan pengawasan fungsional terhadap
Undangan. pengelolaan keuangan, kinerja dan urusan
1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun pemerintahan daerah pada perangkat daerah pada
2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan masing-masing wilayah kerjanya.
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dijelaskan
sebagai berikut: Pengawasan terhadap Urusan
2. Pemerintahan di Daerah dilaksanakan oleh Aparat
Pengawas Intern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan
kewenangannya.
Aparat Pengawas Intern Pemerintah sebagaimana
dimaksudadalah Inspektorat Jenderal Departemen, Unit
Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/ Kota.
Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau merupakan salah satu
Lembaga Daerah yang berada dalam lingkup wilayah Gambar-1 Struktur Organisasi Inspekorat
Kabupaten/ Kota merupakan sebuah lembaga teknis yang
berperan aktif untuk membantu Bupati Pulang Pisau di Karakteristik Responden
bidang pengawasan dengan berpedoman pada dengan 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
tujuan untuk menjamin penyelenggaraan Pemerintahan
Seperti yang telah dibabas dalam bab sebelumnya rentang skala yang kategori penilaian responden terhadap
bahwa sampel dalam penelitian ini adalah pegawai variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
Inspektorat Kabupaten Pulang Pisua. Adapun data 1,00 – 1,80 : Sangat Tidak Setuju
mengenai responden berdasarkan jenis kelamin dapat 1,81 – 2,82 : Tidak Setuju
dilihat pada tabel berikut: 2,61 – 3,40 : Antara Setuju & Tidak Setuju
Tabel-1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis 3,41 – 4,20 : Setuju
Kelamin Pegawai Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau 4,21 – 5,00 : Sangat Setuju
No Keterangan Jumlah/Orang Presentase 2. Analisis Deskriptif Variabel Pengawasan (X2)
1 Laki-Laki 18 52,43% Analisis deskriptif jawaban responden tentang
2 Perempuan 14 47,56% variabel Pengawasan didasarkan pada jawaban responden
atas pertanyaan-pertanyaan seperti yang terdapat dalam
Jumlah 32 100% kuesioner yang disebarkan pada responden. Variasi
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja jawaban responden untuk variabel pengawasan dapat
Karakteristik responden berdasarkan masa kerja dilihat pada tabel berikut ini:
dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel-4 Tanggapan Responden Mengenai pengawasan
Tabel-2 Lama Masa Kerja Responden Pada pegawai Pertanyaan Skor
Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau / Indikator STS TS CS S SS mean
MASA KERJA JUMLAH PERSENTASE F % F % F % F % F %
NO
(thn) (Org) (%)
0 0 1 1.2 8 9.8 43 52.4 30 36.6 4.2439
1 <3 4 8,53% X2.1
0 0 2 2.4 4 4.9 42 51.2 34 41.5 4.3171
2 3 s/d 5 10 15,85% X2.2
0 0 2 2.4 10 12.2 43 52.4 27 32.9 4.1585
3 5 s/d 10 8 39,02% X2.3
4 > 10 10 36,58% X2.4 0 0 0 0 2 3.6 41 74.5 12 21.8 4.1818
Jumlah 32 100% Total 4,23
Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa responden dengan Pengawasan dalam penelitian ini adalah variabel
masa kerja di bawah 3 tahun sebanyak 4 orang, masa kerja bebas X2. pengawasan merupakan suatu sikap yang sesuai
3 s/d 5 tahun sebanyak 10 orang, masa kerja 5 s/d 10 tahun dengan standart peraturan dan norma yang berlaku di
sebanyak 8 orang, sedangkan responden dengan masa organisasi, dan jika ada yang melanggar maka akan diberi
kerja diatas 10 tahun sebanyak 10 orang. Rata-rata sanksi. Berdasarkan tabel di atas, rata-rata dari kempat
pegawai bekerja di atas 5 s/d 10 tahun, dengan demikian indikator pertanyaan mengenai Pengawasan adalah sebesar
pegawai cukup memiliki pengalaman kerja yang baik, 4,23 dengan jawaban setuju. Untuk mengetahui intensitas
sehingga diyakini dapat memberikan informasi sesuai variabel penelitian digunakan rentang skala yang kategori
dengan apa yang dialami, dirasakan dan dipersepsikan. penilaian responden terhadap variabel.
1,00 – 1,80 : Sangat Tidak Setuju
Rekapitulasi Jawaban Responden 1,81 – 2,82 : Tidak Setuju
1. Analisis Deskriptif Variabel Kompetensi Sumber Daya 2,61 – 3,40 : Antara Setuju & Tidak Setuju
Manusia (X1) 3,41 – 4,20 : Setuju
Analisis deskriptif jawaban responden tentang 4,21 – 5,00 : Sangat Setuju
variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia didasarkan 3. Analisis Deskriptif Variabel Lingkungan Kerja (X3)
pada jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan Analisis deskriptif jawaban responden tentang
seperti yang terdapat dalam kuesioner yang disebarkan variabel Lingkungan Kerja didasarkan pada jawaban
pada responden. Variasi jawaban responden untuk variabel responden atas pertanyaan-pertanyaan seperti yang
Penempatan Kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini: terdapat dalam kuesioner yang disebarkan pada responden.
Tabel-3Tanggapan Responden Mengenai Kompetensi Variasi jawaban responden untuk variabel Lingkungan
Sumber Daya Manusia (X1) Kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pertanyaa Skor Tabel-5 Tanggapan Responden Mengenai Lingkungan
n/ STS TS CS S SS mean Kerja (X3)
Indikator
F % F % F % F % F % Pertanyaa Skor
n/ STS TS CS S SS mean
X1.1 0 0 0 0 9 11.0 46 56.1 27 32.9 4.2195 Indikator
F % F % F % F % F %
0 0 0 0 6 7.3 51 62.2 25 30.5 4.2317
X1.2 0 0 0 0 9 11.0 51 62.2 22 26.8 4.1585
0 0 1 1.2 15 18.3 40 48.8 26 31.7 4.1098 X3.1
X1.3 0 0 0 0 8 9.8 50 61.0 24 29.3 4.1951
Total 4,18 X3.2
X3.3 0 0 1 1.2 9 11.0 49 59.8 23 28.0 4.1463
Kompetensi Sumber Daya Manusia dalam penelitian
Total 4,16
ini adalah variabel bebas X1. kompetensi Sumber Daya
Manusia adalah kekuatan daya fikir dan berkarya manusia Lingkungan Kerja dalam penelitian ini adalah
yang masih tersimpan dalam dirinya yang dibina dan variabel bebas X3. Menurut Subono (2013:235) bahwa
digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik- lingkungan kerja didesain sedemikian rupa agar dapat
baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia. tercipta hubungan kerja yang mengikat pekerja dengan
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata dari pertanyaan lingkungan. Berdasarkan tabel di atas, bahwa rata-rata dari
mengenai kompetensi Sumber Daya Manusia adalah kelima indikator pertanyaan mengenai Lingkungan Kerja
sebesar 4,18 dengan jawaban sangat setuju. Untuk adalah adalah sebesar 4,16 dengan jawaban setuju. Untuk
mengetahui intensitas variabel penelitian digunakan mengetahui intensitas variabel penelitian digunakan
rentang skala yang kategori penilaian responden terhadap Validitas
Variabel Item
variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: R hitung R tabel Ket
1,00 – 1,80 : Sangat Tidak Setuju Kompetensi X1.1 0,788 0,3 Valid
1,81 – 2,82 : Tidak Setuju Sumber Daya X1.2 0,725 0,3 Valid
2,61 – 3,40 : Antara Setuju & Tidak Setuju Manusia (X1) X1.3 0,753 0,3 Valid
3,41 – 4,20 : Setuju X2.1 0,871 0,3 Valid
4,21 – 5,00 : Sangat Setuju Pengawasan (X2) X2.2 0,890 0,3 Valid
4. Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Pegawai (Y) X2.4 0,847 0,3 Valid
Analisis deskriptif jawaban responden tentang X3.1 0,861 0,3 Valid
variabel Kinerja seperti yang terdapat dalam kuesionerLingkungan Kerja X3.2 0,906 0,3 Valid
yang sudah disebarkan kepada responden. Variasi jawaban (X3)
X3.3 0,867 0,3 Valid
responden untuk variabel Kinerja dapat dilihat pada table. Y1 0,510 0,3 Valid
Tabel-6 Tanggapan Responden Kinerja pegawai (Y)
Item STS TS KS S SS
Y2 0,644 0,3 Valid
Pertanyaan F % F % F % F % F % Y3 0,786 0,3 Valid
Y1 0 0 0 0 0 0 27 90.0 3 10.0 Kinerja pegawai Y4 0,743 0,3 Valid
Y2 0 0 0 0 1 3.3 21 70.0 8 26.7 (Y) Y5 0,859 0,3 Valid
Y3 0 0 0 0 1 3.3 19 63.3 10 33.3 Y6 0,377 0,3 Valid
Y4 0 0 0 0 6 20.0 22 73.3 2 6.7 Y7 0,761 0,3 Valid
0 0 0 0 1 3.3 22 73.3 7 23.3 Y8 0,770 0,3 Valid
Y5
1 3.3 0 0 4 13.3 21 70.0 4 13.3 Berdasarkan Tabel 5.7, menunjukkan bahwa seluruh
Y6
0 0 1 3.3 8 26.7 14 46.7 7 23.3
item pertanya an yang ada pada instrumen penelitian dapat
Y7
dinyatakan valid karena nilai rhitung lebih besar dari nilai
Y8 0 0 0 0 0 0 19 63.3 11 36.7
rtabel 0.3, selain itu nilai signifikansi yang kurang dari nilai
Total a = 0,05
Kinerja dalam penelitian ini adalah variabel bebas Y. 2. Uji Reliabilitas
Kinerja hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang Uji reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
kepadanya. Pada variabel Kinerja yang memperoleh handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
jawaban tertinggi pada pertanyaan Saya Pekerjaan yang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk
saya lakukan sudah mencapai target yang telah mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach’s
ditentukan dengan rata-rata 4,3667, sedangkan jawaban Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
terendah pada pertanyaan Saya mampu untuk bekerjasama memberikan Cronbach’s Alpha > 0,6. Untuk lebih
dengan rekan kerja yang lainnya demi terselesainya jelasnya mengenai nilai Cronbach’s Alpha dapat dilihat
pekerjaan dengan rata-rata sebesar 3,8667. Untuk pada Tabel berikut:
mengetahui intensitas variabel penelitian digunakan Tabel-8 Hasil Uji Reliabilitas
rentang skala yang kategori penilaian responden terhadap Variabel Cronbach’s Reliability
variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: Alpha
1,00 – 1,80 : Sangat Tidak Setuju Kompetensi Sumber
1,81 – 2,82 : Tidak Setuju 0,616 Reliabel
Daya Manusia
2,61 – 3,40 : Antara Setuju & Tidak Setuju Pengawasan 0,837 Reliabel
3,41 – 4,20 : Setuju Lingkungan Kerja 0,850 Reliabel
4,21 – 5,00 : Sangat Setuju Kinerja pegawai 0,848 Reliabel
Hasil uji reliabilitas terhadap kuisioner yang
Uji Instrumen
disebarkan, diperoleh hasil bahwa seluruh faktor atau butir
1. Uji Validitas
adalah reliabel karena memiliki Cronbach’s Alpha lebih
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah besar dari 0,6.
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan Uji Asumsi Klasik
pada kuesioner mampu untuk 1. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model
mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
oleh kuesioner tersebut. Instrument distribusi normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan
dikatakan valid apabila terdapat korelasi uji F mengansumsi bahwa nilai residual mengikuti
yang signifikan yang ditunjukkan dengan distribusi normal. Untuk menguji apakah data berdistribusi
nilai signifikansi yang kurang dari nilai a = normal atau tidak dilakukan uji statistik One Sampel
Kolmogrov Smirnov Test. Residual berdistribusi normal
0,05 dan dan nilai r hitung lebih besar dari
jika memiliki signifikan > 0,05. Uji Normalitas ini
nilai r-tabel. Untuk lebih jelasnya mengenai bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi
uji data secara validitas dapat dilihat pada ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
Tabel berikut: (independen). Untuk mengetahuinya dilakukan dengan
Tabel-7 Hasil Uji Validitas menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
dari hasil output SPSS sebagai berikut:
Tabel-9 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Kompetensi Sumber 0.754 Tidak ada gejala
Unstandardized Daya Manusia
Residual Pengawasan 0.748 Tidak ada gejala
N 32
Lingkungan Kerja 0.229 Tidak ada gejala
Normal .0000000 .0000000
Parameters a,b
.90367463 1.16704256 Tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh faktor
.056 .077 penelitian memiliki nilai signifikan di atas 0,05, sehingga
Most Extreme seluruh faktor tersebut memenuhi syarat dan dinyatakan
.056 .070
Differences tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
-.052 -.077
Kolmogorov-Smirnov Z .503
Asymp. Sig. (2-tailed) .962 Uji Regresi Linier Berganda
Berdasarkan nilai signifikan yang ditunjukkan pada Tabel-12 Hasil Uji-t
hasil output SPSS sebesar 0,962 dapat dinyatakan bahwa Model Unstandardized Standardized T Sig.
data adalah berdistribusi normal, karena memiliki nilai Coefficients Coefficients
lebih besar dari taraf signifikan 0,05. B Std. Beta
2. Uji Multikolinearitas Error
Uji ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya (Constant) 2.647 1.057 2.504 0.014
korelasi diantara variabel bebas, untuk mendeteksi ada Kompetensi 0.185 0.078 0.169 2.381 0.020
tidaknya multikolonieritas didalam model regresi, yakni Sumber Daya
dengan melihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu Manusia
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini Pengawasan 0.158 0.062 0.178 2.532 0.013
menunjukkan bahwa setiap variabel bebas manakah yangLingkungan Kerja 0.796 0.075 0.800 10.665 0.000
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance
Persamaan Regresi
mengukur variabelitas variabel bebas yang terpilih yang
Y = 2.647+ 0,185 X1 + 0,158 X2 + 0,796 X3 + e
tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai
Dimana
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi
a. Nilai koefisien regresi variabel kompetensi Sumber
(karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum
Daya Manusia (X1) 0,185 adalah positif, yang berarti
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas
bahwa adanya hubungan searah antara Kompetensi
adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥
Sumber Daya Manusia dan variabel Kinerja Pegawai.
10. Apabila di dalam model regresi tidak ditemukan
Artinya jika variabel Sumber Daya Manusia meningkat
asumsi deteksi seperti diatas, maka model regresi yang
satu satuan maka kinerja pegawai juga akan meningkat
digunakan dalam penelitian ini bebas dari
b. Nilai koefisien regresi variabel Pengawasan (X2) 0,158
multikolonieritas, dan demikian pula sebaliknya. Untuk
adalah positif, yang berarti bahwa adanya hubungan
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
searah antara variabel pengawasan dan variabel
Tabel-10 Uji Multikolinearitas
Kinerja pegawai Artinya jika variabel pengawasan
Variance Inflation meningkat satu satuan maka kinerja juga akan
Variabel Tolerance
Factor meningkat
Kompetensi Sumber 0.803 1.245 c. Nilai koefisien regresi variabel Lingkungan Kerja (X3)
Daya Manusia 0,796 adalah positif, yang berarti bahwa adanya
Pengawasan 0.815 1.228 hubungan searah antara variabel Lingkungan Kerja dan
Lingkungan Kerja 0.717 1.396 variabel Kinerja Pegawai. Artinya jika variabel
Berdasarkan Tabel 5.9, menunjukkan bahwa Lingkungan Kerja meningkat satu satuan maka Kinerja
penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas. pegawai juga akan meningkat
Karena semua pertimbangan dan syarat-syarat penelitian
uji multikolinearitas sudah terpenuhi. Uji Hipotesis
3. Uji Heteroskedasitisitas 1. Uji-F
Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model Uji statistik F ditujukan untuk menguji apakah secara
regresi terjadi ketidaksamaan variance sari residual satu simultan variabel independen X1, X2 dan X3 mempunyai
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari pengaruh terhadap variabel dependen Y. Hasil nilai
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, signifikansi pengujian (Sig.F) sebagai berikut:
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka Tabel-13 Hasil Uji-F
disebut dengan heteroskedastisitas, metode pengujian Model Sum of Df Mean F Sig.
yaang digunakan adalah dengan metode Uji Glester Squares Square
(Ghozali, 2013: 139). Uji Glester dilakukan dengan cara Regression 144.402 3 48.134 56.759 .000b
meregresikan antara variabel independen dengan nilai 1 Residual 66.147 15 0.848
absolut residualnya. Jika nilai signifikan antara variabel
Total 210.549 14
independen dengan absolut residual lebih dari> 0,05 maka
tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.
Adapun hasil output uji Glejser adalah sebagai berikut: Dari Uji Anova atau F test, diperoleh nilai Sig. F
Tabel-11 Uji Heteroskedastisitas lebih kecil dari α (0,000< 0,05) maka model regresi bisa
dipakai untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama
Variabel Signifikan Keterangan terhadap Kinerja pegawai.
2. Uji-t
Uji t ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sangat tinggi karena berada di antara 0,800 sampai dengan
pengaruh X1, X2 dan X3 secara parsial terhadap Y. 1,000 (berdasarkan tabel intrepretasi r).
Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
Tabel-8 Tabulasi Interprestasi Nilai r
perbandingan nilai t hitung masing – masing koefisien
No Interval Koefisien Tingkat Hubungan
dengan t tabel, dengan tingkat signifikan 5%.
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima, ini berarti 1. 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi
variabel independen tidak berpengaruh terhadap nilai 2. 0,600 – 0,799 Tinggi
variabel dependen. Sedangkan jika t hitung > t tabel maka 3. 0,400 – 0,599 Sedang
Ho ditolak dan menerima Ha, ini berarti variabel 4. 0,200 – 0,399 Rendah
independen berpengaruh terhadap variabel dependen. 5. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah
Pada penelitian ini memiliki t-tabel sebesar 1.66365
Berdasarkan hasil uji t yang tercantum pada tabel 5.12 Nilai Adjusted R Square model regresi ini adalah
diatas dapat dilihat bahwa: sebesar 0,674 yang menunjukkan bahwa variasi atau
a. Variabel X1 Kompetensi Sumber Daya Manusia naik-turunnya Variabel Dependen (Y) dipengaruhi oleh
didapatkan nilai sig. = 0.020 (Nilai Sig. < 0,05) dan Variabel Independen (X) sebesar 67,4%.dan 1-0,674 =
juga memiliki nilai t-hitung sebesar 2.381 lebih besar 0,326 di pengaruhi oleh variabel lain yang di teliti
dari nilai t-tabel, dengan demikian dapat diketahui dalam penelitian ini .
variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel Pembahasan
Kinerja pegawai Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pengawasan dan
b. Variabel X2 Pengawasan didapatkan nilai sig. = 0.013 Lingkungan Kerja berpengaruh secara simultan
(Nilai Sig. < 0,05) dan juga memiliki nilai t-hitung Terhadap Kinerja Pegawai Pada Inspektorat
sebesar 2.532 lebih besar dari nilai t-tabel, dengan Kabupaten Pulang Pisau
demikian dapat diketahui variabel Pengawasan secara Dari Uji Anova atau F test, diperoleh nilai Sig. 0,000
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel lebih kecil dari 0,000, dengan demikian Kompetensi
Kinerja pegawai. Sumber Daya Manusia, Pengawasan dan Lingkungan
c. Variabel X3 Lingkungan Kerja didapatkan nilai sig. = Kerja berpengaruh secara simultan Terhadap Kinerja
0.000 (Nilai Sig. < 0,05) dan juga memiliki nilai t- Pegawai Pada Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau, maka
hitung sebesar 10.665 lebih kecil dari nilai t-tabel, model regresi bisa dipakai untuk mengetahui pengaruh
dengan demikian dapat diketahui variabel Lingkungan secara bersama-sama terhadap kinerja. Hal ini
Kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap mengandung arti bahwa semakin baik penerapan Sumber
variabel Kinerja pegawai Daya ManusiaPengawasan dan Lingkungan Kerja secara
bersama-sama, maka kecenderungan pelaksanaan Kinerja
Uji Dominan akan semakin baik.
Pengujian variabel bebas yang dominan Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh
mempengaruhi variabel terikat dalam satu model regresi kompetensi teknik terhadap kinerja inspektorat adalah
linier berganda dengan menggunakan nilai Standardized positif dan signifikan. Positif terlihat dari koefisien regresi
Coefficients Beta. Dengan penentuan hasil, semakin tinggi kompetensi teknik dan signifikan dan berengaruh positif
nilai Beta, maka semakin besar pengaruhnya terhadap menunjukkan bahwa pengaruh kompetensi adalah searah
variabel terikat. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui dengan kinerja inspektorat atau dengan kata lain
bahwa variabel X1 memiliki nilai standarized coefficient kompetensi teknik yang baik/tinggi akan berpengaruh
sebesar 0,169, variabel X2 memiliki nilai 0,178, dan terhadap kinerja inspektorat yang baik/tinggi, demikian
variabel X3 memiliki nilai sebesar 0,800 dengan pegawai sebaliknya bila kompetensi teknik rendah/buruk maka
adalah variabel Lingkungan kerja (X3). kinerja inspektorat akan rendah/buruk. Pengaruh
signifikan menunjukkan bahwa kompetensi teknik
Uji Koefisien determinasi (R2) mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur kinerja inspektorat. Hal tersebut menunjukkan kompetensi
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan Inspektorat Kabupaten pulang pisau sesuai dengan
variasi variabel dependen. R2 menunjukkan koefisien Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
determinasi. angka ini akan diubah ke bentuk persen, Nomor: ER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit
artinya persentase sumbangan pengaruh variabel bebas, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, dan sudah dipatuhi
terhadap terikat. Nilai R2 merupakan persentase dan sejalan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan
sumbangan pengaruh variabel independen terhadap Aparatur Negara Nomor: ER/05/M.PAN/03/2008 tentang
variabel dependen. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
Tabel-14 Koefisien Determinasi Sehingga justifikasi pemeriksa Inspektorat kabupaten
Model R R Adjusted R Std. Error of the pulang pisau baik dan perlu dipertahankan serta untuk
Square Square Estimate kedepan lebih dapat ditingkatkan keberadaannya.
Dalam organisasi publik, peran SDM lebih
1 .828a .686 .674 .92089 ditekankan pada kemampuan memberikan pelayanan yang
Nilai R dengan nilai sebesar 0,828 atau 82,8% adalah terbaik bagi masyarakat, sehingga organisasi tetap
koefisien korelasi yang menunjukkan tingkat hubungan memiliki reputasi kinerja yang unggul dan akuntabel
antara variabel X1 dan X2 dengan variabel Y. Nilai dimata masyarakat.Oleh karenanya, kompetensi SDM
korelasi tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang pada setiap level manajemen menjadi urgen baik level
pimpinan maupun staf pemerintahan.
Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh kreativitas, dan semangat kepada organisasi. Oleh karena
secara parsial Terhadap Kinerja Pegawai Pada itu kesulitan sumber daya manusia merupakan sumber
Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau masalah dalam organisasi. Konsekuensi dari hai ini adalah
Sumber Daya Manusia didapatkan nilai sig. = 0.020 tersedianya sumber daya manusia yang mempunyai
(Nilai Sig. > 0,05) dan juga memiliki nilai t-hitung sebesar kapasitas sebagai perencana dan pelaksana program
2.381 lebih besar dari nilai t-tabel, dengan demikian dapat kegiatan. Kapasitas ini ditentukan oleh kapabilitas,
diketahui variabel Sumber Daya Manusia secara parsial kompetensi dan produktivitas kerja.
berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja Kapabilitas sumber daya manusia yang berorientasi
Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh pada pengetahuan dan keterampilan yang akan
kompetensi teknik terhadap kinerja inspektorat adalah menentukan berhasilnya seseorang menyeiesaikan
positif dan signifikan. Positif terlihat dari koefisien regresi pekerjaan yang dibebankan kepadanya secara optimal.
kompetensi teknik dan signifikan dan berengaruh positif Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan
menunjukkan bahwa pengaruh kompetensi adalah searah tumpuhan bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan di
dengan kinerja inspektorat atau dengan kata lain era globalisasi. Sumber daya manusia mempunyai peran
kompetensi teknik yang baik/tinggi akan berpengaruh utama dalam setiap kegiatan perusahaan. Walaupun
terhadap kinerja inspektorat yang baik/tinggi, demikian didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana
sebaliknya bila kompetensi teknik rendah/buruk maka yang beriebihan, tetapi tanpa dukungan sumber daya
kinerja inspektorat akan rendah/buruk. Pengaruh manusia yang andal kegiatan perusahaan tidak akan
signifikan menunjukkan bahwa kompetensi teknik terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa
mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus
kinerja inspektorat. Hal tersebut menunjukkan kompetensi diperhatikan dengan segala kebutuhannya.
Inspektorat Kabupaten pulang pisau sesuai dengan Pengawasan berpengaruh secara parsial Terhadap
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Kinerja Pegawai Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau
Nomor: ER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Pengawasan didapatkan nilai sig. = 0.013 (Nilai Sig.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, dan sudah dipatuhi < 0,05) dan juga memiliki nilai t-hitung sebesar 2.532
dan sejalan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan lebih besar dari nilai t-tabel, dengan demikian dapat
Aparatur Negara Nomor: ER/05/M.PAN/03/2008 tentang diketahui variabel pengawasan secara parsial berpengaruh
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. signifikan terhadap variabel kinerja pegawai. Hal ini
Sehingga justifikasi pemeriksa Inspektorat kabupaten mengandung arti bahwa semakin baik penerapan
pulang pisau baik dan perlu dipertahankan serta untuk pengawasan di organisasi, maka kecenderungan
kedepan lebih dapat ditingkatkan keberadaannya. pelaksanaan kinerja akan semakin baik. pengawasan yang
Hal ini mengandung arti bahwa semakin baik baik dan profesional akan sangat mempengaruhi kinerja
penerapan Sumber Daya Manusia di organisasi, maka yang akan diberikan kepada masyarakat. Sebaliknya, bila
kecenderungan pelaksanaan kinerja akan semakin baik. pengawasan kerja pegawai rendah akan mengakibatnkan
Kemampuan kerja pegawai yang baik dan profesional kinerja yang tidak maksimal sehingga masyarakat tidak
akan sangat mempengaruhi pelayanan prima yang akan merasa puas terhadap kinerja yang diberikannya
diberikan kepada masyarakat. Sebaliknya, bila Dengan adanya komitmen pemerintah untuk
kemampuan kerja pegawai rendah akan mengakibatnkan mewujudkan good governance maka kinerja atas
pelayanan yang tidak maksimal sehingga masyarakat tidak penyelenggaraan organisasi pemerintah menjadi perhatian
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikannya pemerintah untuk dibenahi, salah satunya melalui sistem
Dibentuknya suatu pemerintahan, pada hakekatnya pengawasan yang efektif, dengan meningkatkan peran dan
adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. fungsi dari Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP).
Pemerintahan tidaklah dibentuk melayani diri sendiri Pengawasan intern ini dilakukan mulai dari proses audit,
tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain
yang memungkinkan setiap individu dapat terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya untuk dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
tujuan bersama. Pemerintah merupakan manifestasi dari bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan indikator
kehendak rakyat, karena itu harus memperhatikan yang telah ditetapkan.
kepentingan rakyat dan melaksanakan fungsi rakyat Untuk itu, APIP harus terus melakukan transformasi
melalui proses dan mekanisme pemerintahan. Pendekatan dalam menjalankan tugasnya guna memberi nilai tambah
lain yang sering dilupakan dalam upaya memperbaiki bagi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/PD)
kualitas penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini sejalan
adalah pendekatn dilihat dari aspek manusia (human dengan fungsi dan peran APIP, yaitu melakukan
approach). Salah satu faktor utamanya adalah motivasi pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
manusia dalam melakukan pekerjaannya. Seseorang dapat dan mendorong peningkatan efektivitas manajemen
melakukan tugasnya tentu harus memiliki kemampuan risiko (risk management), pengendalian (control) dan tata
yang handal dan kompeten didalmnya. Kemampuan yang kelola (governance) organisasi sebagaimana diamanatkan
dimaksud adalah tingkat kecakapan atau keterampilan dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pegawai untuk tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
menjalankan tugasnya dlam rangka mencapai tujuan Penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih
organisasi ditujukan dalam meningkatkan kinerja pegawai di setiap
Hasil ini didukung oleh tiori Buchori (2006) sektor. Oleh karena itulah salah satu cara yang dilakukan
Kompetensi Sumber daya yang paling penting bagi suatu dalam pencapaian kinerja pembangunan adalah melalui
organisasi adalah orang yang memberikan kerja, bakat, pengawasan dimana fungsi dan peran pengawasan
merupakan kegiatan yang dilakukan apabila aktivitas yang lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya
dilakukan oleh aparat pemerintahan daerah telah sesuai sehari-hari.
dengan yang direncanakan, dan selain itu dilakukan Lingkungan kerja instansi alangkah baiknya
tindakan korektif dari hasil pekerjaan yang tidak sesuai memberikan fasilitas baik dan memadai untuk mendukung
dengan yang direncanakan. Salah satu instansi yang aktivitas kerja pegawai. Seperti memperhatikan kondisi
memiliki wewenang dalam melakukan fungsi pengawasan ruang kerja yang nyaman dan tenang. Memenuhi alat kerja
terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah yang kurang dan mempebaiki alat kerja (software maupun
Inspektorat Kota pulang pisau. Dimana fungsi dan peran Hardware). Dan juga memperhatikan dekorasi tata letak
kantor Inspektorat adalah perencanaan program ruang kerja yang cukup luas dan rapi agar pegawai dapat
pengawasan, perumusan kebijakan dan fasilitasi bekerja lebih nyaman. Tidaknya hanya dilihat dari kondisi
pengawasan, pelaksanaan pengawasan, pelaksanaan fisiknya, kondisi non fisik juga perlu diperhatikan seperti
administrasi, penyusunan laporan hasil pengawasan, hubungan pimpinan antar pegawai dan hubungan pegawai
pengelolaan barang milik, pengawasan atas pelaksanaan antar pegawai lainnya. Dimana setiap pimpinan maupun
tugas, pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh pegawai harus memiliki komunikasi yang baik.
Walikota, serta penyampaian laporan hasil pengawasan, Lingkungan kerja juga mempengaruhi kinerja
evaluasi, saran dan pertimbangan kepada Walikota. pegawai. Menurut penelitian Bushiri (2014), lingkungan
Inspketorat Kota pulang pisau selain melakukan kerja memiliki pengaruh terhadap penurun kinerja
pengawasan khusus juga melakukan pengawasan berkala pegawai yang disebabkan oleh kurangnya fleksibilitas
yang dilaksanakan setiap tahun terhadap semua satuan lingkungan kerja, gangguan kebisingan kerja, kurangnya
kerja perangkat daerah mulai dari Dinas, Badan, hubungan interpersonal antara atasan dengan bawahan.
Kecamatan sampai Kelurahan. Tabel 2. menunjukkan bahwa ruangan, peneranan,
Lingkungan Kerja berpengaruh secara parsial keadaan udara, kebersihan ruangaan serta peralatan kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Inspektorat Kabupaten Inspektorat Kabupaten Badung dalam kondisi cukup
Pulang Pisau memadai yang berdampak pada kinerja pegawai. Hasil
Lingkungan Kerja didapatkan nilai sig. = 0.000 wawancara dengan pegawai diketahui bahwa suhu
(Nilai Sig. > 0,05) dan juga memiliki nilai t-hitung sebesar ruangan kurang sejuk disebkan oleh pendingin rungan
10.665 lebih kecil dari nilai t-tabel, dengan demikian dapat yang tidak berfungsi maksimal, kebersihan yang kurang
diketahui variabel Lingkungan Kerja secara parsial terjaga saat istirahat siang yang berakibat pada
berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja pegawai menurunnya semangat pegawai dalam menyelesaikan
Hal ini mengandung arti bahwa semakin baik Lingkungan pekerjaan. Sampai saat ini jumlah pegawai Inspektorat
Kerja di organisasi, maka kinerja pegawai juga akan Kabupaten pulang pisau adalah sebanyak 32 orang.
semakin baik. Lingkungan Kerja yang baik dan nyaman Inspektorat Kabupaten pulang pisau untuk memperhatikan
sangat mempengaruhi kinerja yang akan diberikan kepada lingkungan kerja berupa peningkatan kualitas kondisi
masyarakat. Sebaliknya, bila Lingkungan Kerja kurang udara di ruangan tempat kerja agar memberikan kesan
nyaman akan mengakibatnkan kinerja yang tidak nyaman dan betah kepada pegawai dalam melaksanakan
maksimal sehingga masyarakat tidak merasa puas terhadap pekerjaan. Kepada pegawai Inspektorat Kabupaten
kinerja yang diberikannya. Badung perlu meningkatkan kinerja terutama dalam hal
Hubungan antar pegawai merupakan hal yang sangat peningkatan keterampilan serta kemampuan untuk
penting dalam meningkatkan kinerja karena berkaitan menyelesaikan pekerjaan kelompok maupun individu
dengan komunikasi yang meliputi pikiran, perasaan dan dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi.
kerja sama dalam melakukan pekerjaan Jadi Variabel yang berpengaruh dominan Terhadap
pentingnya hubungan antar pegawai di Kinerja Pegawai Inspektorat Kabupaten Pulang Pisau
sebuah organisasi ini dengan adanya hubungan antar Pengujian variabel bebas yang dominan
manusia yang baik akan tercipta saling pengertian dan mempengaruhi variabel terikat dalam satu model regresi
kerjasama yang baik antar pegawai yang selanjutnya akan linier berganda dengan menggunakan nilai Standardized
memperlancar organisasi mencapai tujuan yang telah Coefficients Beta. Dengan penentuan hasil, semakin tinggi
ditentukan sebelumnya.Dengan adanya hubungan nilai Beta, maka semakin besar pengaruhnya terhadap
antar sesama manusia, kebutuhan dari individu yang satu variabel terikat. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
dengan individu yang lainnya dapat saling terpenuhi sebab bahwa variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia
dapat saling memberikan pengetahuan dan informasi yang memiliki nilai standarized coefficient sebesar 0,169,
mungkin dibutuhkan oleh salah satu individu tersebut, variabel Pengawasan memiliki nilai 0,178, dan variabel
dengan adanya hubungan antar sesama manusia juga dapat Lingkungan Kerja memiliki nilai sebesar 0,800 dengan
membangun demikian variabel yang berpengaruh dominan terhadap
Lingkungan kerja dari para pegawai akan Kinerja Pegawai adalah variabel lingkungan kerja
mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap suatu lingkungan kerja, setiap perusahaan/instansi
intansi pemerintahan Lingkungan kerja ini yang akan alangkah baiknya memberikan fasilitas baik dan memadai
mempengaruh para pegawai sehingga dengan demikian untuk mendukung aktivitas kerja pegawai. Seperti
baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi memperhatikan kondisi ruang kerja yang nyaman dan
kinerja pegawai. Lingkungan kerja yang baik dan tenang. Memenuhi alat kerja yang kurang dan mempebaiki
memuaskan para pegawainya tentu akan meningkatkan alat kerja (software maupun Hardware). Dan juga
produktivitas kerja daripada pegawai. Sebaliknya memperhatikan dekorasi tata letak ruang kerja yang cukup
lingkungan kerja yang tidak baik akan menurunkan luas dan rapi agar pegawai dapat bekerja lebih nyaman.
produktivitas kinerja karena lingkungan kerja adalah Tidaknya hanya dilihat dari kondisi fisiknya, kondisi non
fisik juga perlu diperhatikan seperti hubungan pimpinan
antar pegawai dan hubungan pegawai antar pegawai yang kurang dan mempebaiki alat kerja (software
lainnya. Dimana setiap pimpinan maupun pegawai harus maupun Hardware). Dan juga memperhatikan dekorasi
memiliki komunikasi yang baik. Pimpinan harus tata letak ruang kerja yang cukup luas dan rapi agar
memberikan arahan kepada bawahannya atas segala segala pegawai dapat bekerja lebih nyaman. Tidaknya hanya
tugas yang diberikan dan begitu pula dengan pegawai dilihat dari kondisi fisiknya, kondisi non fisik juga
yang menuruti perintah pimpinan dalam menjalankan perlu diperhatikan seperti hubungan pimpinan antar
tugasnya. Apabila lingkungan sudah terasa nyaman dan pegawai dan hubungan pegawai antar pegawai lainnya.
mengyenangkan akan mempengaruhi pegawai dalam Dimana setiap pimpinan maupun pegawai harus
peningktan kinerja. memiliki komunikasi yang baik.
Lingkungan kerja juga mempengaruhi kinerja 3. Bagi peneliti selanjutnya bagi peneliti berikutnya
pegawai. Menurut penelitian Bushiri (2014), lingkungan disarankan untuk menambahkan variabel yang lain dan
kerja memiliki pengaruh terhadap penurun kinerja berpengaruh tehadap kinerja pegawai seperti adanya
pegawai yang disebabkan oleh kurangnya fleksibilitas insentif yang diterima oleh Pegawai Inspektorat
lingkungan kerja, gangguan kebisingan kerja, kurangnya Kabupaten Pulang Pisau
hubungan interpersonal antara atasan dengan bawahan.
menunjukkan bahwa ruangan, peneranan, keadaan udara,
kebersihan ruangaan serta peralatan kerja Inspektorat UCAPAN TERIMA KASIH
Kabupaten Badung dalam kondisi cukup memadai yang Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua
berdampak pada kinerja pegawai. Hasil wawancara dan bapak/ibu dosen yang telah memberi dukungan dalam
dengan pegawai diketahui bahwa suhu ruangan kurang bentuk finansial, fasilitas, atau legalitas terhadap
sejuk disebkan oleh pendingin rungan yang tidak berfungsi penelitian ini.
maksimal, kebersihan yang kurang terjaga saat istirahat
siang yang berakibat pada menurunnya semangat pegawai DAFTAR PUSTAKA
dalam menyelesaikan pekerjaan. Sampai saat ini jumlah Admin. 2009, Pelayanan Prima untuk Pelanggan. On-line:
pegawai Inspektorat Kabupaten pulang pisau adalah http//:Journalskripsi.com . diakses pada 13 Januari
sebanyak 32 orang. Inspektorat Kabupaten pulang pisau 2013
untuk memperhatikan lingkungan kerja berupa Arianto. Suharsimi. 2005, Prosedur Penelitian Suatu
peningkatan kualitas kondisi udara di ruangan tempat kerja Pendekatan Praktik, PT. Rineka Cipta. Jakarta s
agar memberikan kesan nyaman dan betah kepada Asri. 2015. pengaruh kualitas sumber daya manusia
pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. terhadap pelayanan administrasi kependudukan
( Studi Kasus pada Dinas Kependudukan dan
KESIMPULAN DAN SARAN Pencatatan Sipil Kabupaten Buton Utara). Tesis
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada Program Studi Magister Sains.
uraian diatas, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/24
sebagai berikut: 54/1/TESIS%20DHIFA%20UDAYANA
1. Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pengawasan dan %20PUTRA.pdf
Lingkungan Kerja berpengaruh secara simultan Carly Sinaga, Pengaruh motivasi terhadap kinerja dan
Terhadap Kinerja Pegawai Inspektorat Kabupaten kualitas pelayanan publik di kecamatan pancur
Pulang Pisau. batu, http://carlysinaga.blogspot.com (diakses 7 Mei
2. Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pengawasan dan 2019).
Lingkungan Kerja berpengaruh secara Parsial https://repository.uir.ac.id/8309/1/177322032.pdf
Terhadap Kinerja Pegawai Inspektorat Kabupaten Christian Paul Raymond1, Samuel Hatane2, Julianus
Pulang Pisau. Hutabarat3.2015. Analisis Kualitas Sumber Daya
3. Lingkungan Kerja memiliki pengaruh yang dominan Manusia, Kualitas Pelayanan, Kinerja Organisasi,
terhadap variabel Kinerja Pegawai Inspektorat Kepercayaan Masyarakat Dan Kepuasan
Kabupaten Pulang Pisau. Masyarakat. Jurnal Teknologi dan Manajemen
Industri, Vol. 1 No. 1, Pascasarjana Institut
Berdasarkan hasil penelitian diatas dengan melihat Teknologi Nasional Malang. http://e-
indikator dari variable yang ada, maka saran-saran yang journal.uajy.ac.id/1246/1/0MIH01590.pd
dapat disampaikan sebagai berikut: Ghozali, Imam.2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan
1. Bagi Kepala Dinas Inspektorat Ciptakan suasana yang Program SPSS. Badan Penerbit Universitas
baik dan nyaman, sehingga diharapkan Kinerja Diponeoro. Semarang.
Pegawai dan lebih memperhatikan lingkungan kerja Hadari Nawawi, Perencanaan Sumber Daya Manusia,
agar hubungan antar pegawai terjalin dengan baik agar (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003),
suasana yang baik dan nyaman, sehingga diharapkan h.37
pegawai Kinerja Pegawai Inspektorat Kabupaten Maddy, Khairul, 2009, Hakikat dan Pengertian Pelayanan
Pulang Pisau.mampu peduli terhadap pekerjaan Prima, Jakarta ; Chama Digit
kemudian dapat meningkatkan Kinerja Moenir, H.AS, 2000, Pendekatan Manusiawi dan
2. Bagi Pegawai perlunya Peningkatan lingkungan kerja, Organisasi terhadap Pembinaan Kepegawaian,
setiap perusahaan alangkah baiknya memberikan Jakarta Gunung Agung.
fasilitas baik dan memadai untuk mendukung aktivitas Ofelia Robescu, Alina-Georgiana Iancu. 2016. The Effects
kerja pegawai. Seperti memperhatikan kondisi ruang of Motivation on Employees Performance in
kerja yang nyaman dan tenang. Memenuhi alat kerja
Organizations. Valahian Journal of Economic
Studies.
Sani, A. Supriyanto, dan H. Mansyuri Machfudz. 2010,
Metodelogi Riset Manajemen sumber daya manusia.
Cetakan Pertama, September 2010. UIN MALIKI
PRESS, Malang
Sayuti Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia:
pendekatan non sekuler, (Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2000),h. 3
Singarimbun, Masri, Effendi. S, 2001, Metode Penelitian
Survey, Jakarta. LP3ES, Cet.II
Suhandana, Anggan, 1997, Pendidikan Nasional sebagai
Instrumen Pengembangan Sumber Daya Manusia,
bandung. Mizan, Cet, III.
https://repository.uir.ac.id/8309/1/177322032.pdf
Triguno.2004. Budaya Kerja PT. Golden Trayon Press.
Jakarta.
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2004), h. 6.
Wibowo.2011. Manajemen Kinerja, Edisi Ketiga, Cetakan
Keempat, Februari 2011. PT Rajagrafindo
Persada,Jakarta Utara.
Yonela Gantsho and Nita Sukdeo. 2018. Impact of
Organizational Culture on Service Quality.
Proceedings of the International Conference on
Industrial Engineering and Operations Management
Paris, France.

Anda mungkin juga menyukai