Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu
seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi, atau kajian. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang atau ilmu menganai makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal makhluk hidup (Inriyanto, 2006). Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah (tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan demikian ekologi biasanya diartinya sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Riberu, 2002). Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga kedua ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang dipakai dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan informasi. Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas atau beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti uang dalam ekonomi. Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk materi, energi, dan informasi (Riberu, 2002). Menurut Campbell (2004), komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spersies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies. Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya banyak ditemukan. Ekologi dapat dibagi menjadi empat tahap kajian yang semakin menyeluruh sifatnya, yaitu : 1. Ekologi organisme (organismal ecology), berhubungan dnegan cara-cara berperilaku, fisiologis dan morfologis yang digunakan suatu organisme individual dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan abiotiknya. 2. Populasi yaitu suatu kelompok individu dari spesies yang samma yang hidup dalam daerah yang geografis tertentu. Ekologi populasi sebagian besar terpusat pada faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan komposisi populasi. 3. Komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah tertentu. Komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan. 4. Ekosistem meliputi semua faktor-faktor abiotik selain komunitas spesies yang ada dalam suatu daerah tertentu. Menurut Riberu (2002), masing-masing komponen mempunyai fungsi (relung). Selama masing-masing komponen tetap melakukan fungsinya dan bekerjasama dengan baik, keteraturan ekosistem tetap terjaga. Apabila kita hanya melihat fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua komponen yaitu sebagai beriukut: a. Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu semua organisme yang mengandung klorofil disebut organisme autotrofik. b. Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahan bahan organik sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesis dan disediakan oleh organisme lain. Apabila dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan menjadi empat komponen yaitu: 1. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya: tanah, air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium (substrat) untuk berlangsungnya kehidupan. 2. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau) 3. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan organisme lainnya. 4. Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang mengurai bahan organik yang berasal dari organisme mati. Suatu wilayah berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri atas beberapa bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol sehingga terdapat berbagai tipe vegetasi.Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies tumbuhan dalam suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu. Tipe-tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan tumbuhan dominan tau paling besar atau paling melimpah dan tumbuhan karakteristik (Harjosuwarno, 1990) Habitat dan relung, dua istilah tentang kehidupan organisme. Habitat adalah tempat hidup suatu organisme. Habitat suatu organisme dapat juga disebut “alamat”. Relung (niche atau nicia) adalah profesi atau status suatu organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, sebagai akibat adaptasi struktural, tanggal fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Penyesuaian diri secara umum disebut adaptasi. Kemampuan adaptasi mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan adaptasi makin besar kementakan kelangsungan hidup organisme (Riberu, 2002). Banyak ahli ekologi berpendapat bahwa kompetisi atau persaingan merupakan suatu faktor utama yang membatasi keanekaragaman spesies yang dapat menempati suatu komunitas. Hipotesis ini sebagian besar didasarkan pada pengamatan perbedaan relung dan pembagian sumberdaya di antara spesies simpatrik. Para ahli ekologi tersebut berpendapar bahwa jumlah tertentu sumberdaya hanya dapat dibagi sedemikian kecilnya sebelum pengaruh dari kompetisi, yang tanpa dapat dihindarkan, mengakibatkan kepunahan pesaing yang lebih lemah, yang menentukan batas jumlah spesies yang dapat hidup bersama- sama (Campbell, 2004). Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914). Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas. Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut. Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-kornponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem (Anonima, 2010). Seperti yang dialami oleh berbagai disiplin ilmu lainnya, ekologi pun dalam perkembangannya telah mengalami diversifikasi dengan lahirnya cabang-cabang ilmu ekologi yang telah terspesialisasi, dengan materi bahasan yang lebig terbatas, khusus dan lebih mendalam. Pemilihan ekologi atas cabang ilmu yang lebih khusus dapat didasarkan atas kelompok organisme yang menjadi pokok bahasan misalnya: eklogi tumbuhan, ekologi hewan, ekologi parasit, ekologi gulma, ekologi serangga, dan sebagainya. Berdasarkan corak habitat ekologi dapat dibedakan atas ekologi perairan tawar, ekologi estuaria, ekologi tanah, ekologi bahari, dan sebagainya. Berdasarkan aspek-aspek tertentu yang menjad pokok bahasan ekologi dapat dibedakan menjadi ekologi perilaku, ekologi perkembangbiakan, ekologi populasi, ekologi komunitas, dan sebagainya. Berdasarkan pada corak pendekatan atau pembahasan ekologi dapat dibedakan menjadi ekologi eksperimental, ekologi teoritik, ekologi matematik, dan sebagainya. Masing-masing cabang ekologi tersebut diatas selanjutnya dapat dipilah-pilah lagi berdasarkan spesialisasi yang lebih sempit (Dharmawan, 2004:7). Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai decomposer (Anonima, 2010). Komunitas adalah kumpulan populasi dalam suatu wilayah. Komunitas memeilik ciri, sifat, dan kemampuan interaksi yang lebih kompleks dari popolasi dari interaksi dari suatu populasi hanya terbatas antara individu yang sejenis saja, sedangkan interaksi dalam komunitas dapat berlangsung antar populasi. Hubungan antar populasi dapat saling menguntungkan dan dapat pula saling merugikan. Namun demikian bila suatu komunitas telah terbentuk, mau tidak mau populasi satu dengan populasi lainnya harus dapat hidup secara berdampingan (Tim Dosen, 2007:65). Komunitas yang disebut juga biocenose adalah berbagai jenis organisme yang merupakan bagian dari suatu unit ekologis tertentu yang disebut ekosistem. Unit ekologis yang dimaksud disini adalah suatu satuan lingkungan hidup yang didalamnya terdapat bermacam-macam makhluk hidup, yang antar sesame makhluk hidup dan makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya membentuk hubungan timbale balik yang saling mepengaruhi. Komunitas dapat berupa komunitas hewan yang terdiri dari berbagai macam hewan, komunitas tumbuhan yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dalam suatu ekosistem, atau keseluruhan hewan dan tumbuhan yang disebut komunitas biotik. Komunitas dari suatu ekosistem tertentu mempunyai crri-ciri tertentu. Salah satu karakternya adalah keragaman jenis organisme yang menjadi penyusunnya. Namun, jika kita menyatakan keragaman komunitas dari dari suatu ekosistem, kita tidak cukup hanya menyebutkan berbagai jenis organisme yang ada (Susanto, 2000:59). Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya (Anonima, 2010). Populasi yang hidup pada suatu habitat dalam lingkungan, dapat memenuhi kebutuhannya karena lingkungan mempunyai kemampuan untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan populasi disebut daya dukung (carrying capacity). Daya dukung lingkungan tersebut merupakan sumber daya alam lingkungan. Kemampuan lingkungan mempunyai batas, sehingga apabila keadaan lingkungan berubah maka daya dukung lingkungan juga berubah. Hal ini karena daya dukung lingkungan dipengaruhi oleh faktor pembatas, seperti: cuaca, iklim, pembakaran, banjir, gempa, dan kegiatan manusia. Manusia mampu memodifikasi komunitas alami dan mengubah daya dukungnya. Akibatnya nilai daya dukung naik dengan menambah komponen lingkungan yang menjadi faktor pembatas. Contoh: pemupukan lahan pertanian. Makhluk hidup dari berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat membentuk kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelompok yang hidup secara bersama telah menyesuaikan diri dan menghuni suatu tempat alami disebut komunitas. Karakteristik komunitas pada suatu lingkungan adalah keanekaragaman. Makin beranekaragam komponen biotik (biodiversitas), maka makin tinggi keanekaragaman. Sebaliknya makin kurang beranekaragaman maka dikatakan keanekaragaman rendah (Anonimb, 2010). Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relatif spesies. Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang, smentara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan spesies yang semuanya umum ditemukan. Kelimpahan relatif spesies di dalam suatu komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri umumnya (Campbell, 2004:361). Konsep komunitas adalah suatu prinsip ekologi penting yang menekankan keteraturan yang ada dalam keragaman organisme yang hidup dalam habitat apa pun. Suatu komunitas bukan hanya merupakan pengelompokan secara serampangan hewan dan tumbuhan yang hidup secara mandiri satu sama lain namun mengandung komposisi kekhasan taksonomi, dengan pola hubungan tropic dan metabolic yang tertentu. Konsep komunitas sangatlah penting dalam penerapan praktis prinsip-prinsip ekologi karena cara terbaik untuk mendorong atau membasmi pertumbuhan suatu organisme adalah dengan memodifikasi komunitas dan bukannya menanganinya secara langsung. Ini telah terbukti dalam banyak usaha manusia untuk mengatur organisme yang berbahaya maupun yang berguna. Diantara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dar organisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan ole posisi taksonominya namun oleh jumlah, ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya (dominansi) (Michael, 1994:267). Tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami disuatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupya. Dalam kumpulan ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama serta hubungan timbale balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini berbentuk suatu derajat keterpaduan. Kelompok seperti ini yang secara bersama telah menyesuaikan diri dan memahami sautu tempat yang alami disebut komunitas (Lahay, 2010:15). Cara paling sederhana untuk menenukan karakter komunitas adalah dengan cara menghitung cacah individu dan jumlah spesies yang terdapat di lokasi pengamatan, dan mengoperasikannya dengan komunitas lainnya. Kesulitan yang seri ng kali dhadapi dalam pelaksanaan dilapangan adalah dalam hal penentuan kategori takson pada tingkat spesies. Kemungkinan muncul kesulitan yang lain adalah kesalahan pada saat pengambilan sample, karena boleh jadi kekayaan spesies sangat tergantung pada jumlah sample yang diambil. Spesies yang melimpah mempunyai peluang lebih besar untuk terambil pada jumlah sample yang relative kecil, namun tidak demikian untuk peluang spesies yang langkah. Untuk itu perlu dipertimbangkan pengambilan sample yang representative sehingga spesies yang langkah tersebut dapat terwakili dalam pengambilan sampel (Dharmawan, 2005:12). Adaptasi diartikan merupakan kemampuan individu untuk mengatasikeadaan lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam lebih banyak untukmempertahankan hidupnya dalam relung yang diduduki (Afzalani, 2010) Tiap-tiap hewan memerlukan alam sekitar untuk kehidupannya yangberbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh struktur dan keperluannya, makanan,perkembangan, dan lain-lain. Kondisi-kondisi itu menimbulkan hewan- hewanyang berbeda-beda. Perairan merupakan salah satu habitat yang digunakansebagai lingkungan hidup bagi organisme aquatik baik tumbuh- tumbuhanmaupun hewan (Sukarsono, 2012). Faktor lingkungan adalah setiap faktor yang berpengaruh padakehidupan suatu organisme dalam proses perkembangannya. Faktor padaumumnya dibagi menjadi faktor-faktor yang bersifat fisik dan biologis(Syafei:1990 dalam Husamah:2013). Faktor abiotik misalnya: tanah, udara,ruang, medium tempat menempel hewan, cuaca, iklim, suhu. Sedanglan faktorbiotik seperti hewan lain baik sesama spesies maupun berlainan spesies,tumbuhan dan mikroba yang terdapat diseputar hewan itu (Sukarsono, 2012).Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Suhu merupakan salah satufaktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaranorganisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebutmetabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempitbiasanya antara 0-40°C (Star, 2013).Ikan yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu,disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebutbersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampumentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhuyang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya.Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebihbaik (Herawati,2012). Antara hewan dan lingkungannya terdapat hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi. Bukan hanya lingkungan saja yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan hewan untuk hidup, dan bekembangbiak, namun sebaliknya lingkunganpun dapat berubah oleh karena kehadiran serta dampak aktivitas hidup hewan. Faktor lingkungan yangdapat memberi kesejahteraan pada hewan dan berubah kondisinya tersebut terjadi pada beberapa faktor lingkungan saja. Faktor lingkungan seperti inilah yang kemudian disebut sebagai sumber daya lingkungan bagi hewan tersebut (Sukarsono, 2012).