Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

A. PENGERTIAN

Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis ) bronkus lokal
yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan
oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen
elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil
(medium size ), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. (anonim, 2009)
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang
minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada
pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (anonim, 2009).
Bronchitis kronik merupakan suatu definisi klinis yaitu batuk-batuk hampir setiap hari
disertai keluarny dahak, sekurang-kurangnya dalam 3 bulan dalam satu tahun dan
paling sedikit 2 tahun berturut-turut.

B. ETIOLOGI
1. Bronkitis Akut
Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah virus seperti rhinovirus,respiratory
sincytial virus (RSV), virus influenza, virus pada influenza, dan coxsakie virus.
2. Bronkitis kronis
Penyebab-penyebab bronkitis kronis misalnya asma atau infeksi kronik saluran nafas
dan sebagainya. Faktor-faktor predisposisi dari bronkitis adalah alergi, perubahan
cuaca, populasi udara dan infeksi saluran nafas
atas kronik (Ngastiyah,2003).

C. PATOFISIOLOGI

Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas oleh virus
dan infeksi bakteri sekunder oleh S. Pneumonia atau hemophilus influenza. Adanya
bahan-bahan pencemar udara juga memperburuk keadaan penyakit begitu juga dengan
menghisap rokok. Anak menampilkan batuk-batuk yang sering, kering tidak
produktif dan dimulai berkembang berangsur-angsur mulai hari 3 – 4 setelah
terjadinya rinitis. Penderita diganggu oleh suara-suara meniup selama bernafas (ronki)
rasa sakit pada dada dan kadang-kadang terdapat nafas pendek. Batuk-batuk
proksimal dan penyumbatan oleh sekreasi kadang-kadang berkaitan dengan terjadinya
muntah-muntah. Dalam beberapa hari, batuk tersebut akan produktif dan dahak akan
dikeluarkan penderita dari jernih dan bernanah. Dalam 5 – 10 hari lendir lebih encer
dan berangsur-angsur menghilang. Temuan-temuan fisik berbeda-beda sesuai dengan
usia penderita serta tingkat penyakit. Pada mulanya anak tidak demam atau demam
dengan suhu rendah serta terdapat tanda-tanda nasofaringtis. Infeksi konjungtiva dan
rinitis. Kemudian auskultasi akan mengungkapkan adanya suara pernafasan bernada
tinggi, menyerupai bunyi-bunyi pernafasan pada penyakit asma. Pada anak-anak
dengan
malnutrisi atau keadaan kesehatan yang buruk, maka otitis, sinusitis dan penumonia
merupakan temuan yang sering dijumpai (Ngastiyah, 2003).
D. PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Ngastiyah (2003), gambaran klinik dari bronkitis biasanya dimulai dengan
tanda-tanda infeksi saluran nafas akut atas yang disebabkan oleh virus, batuk mula-
mula kering setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lendir.
Pada anak, dahak yang mukoid (kental) sudah ditemukan karena sering ditelan.
Mungkin dahak berwarna kuning dan kental
tetapi tidak selalu berarti terjadi infeksi sekunder. Anak besa sering mengeluh
rasa sakit retrosternal dan pad anak kecil dapat terjadi sesak nafas.
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada tetapi
kemunduran dapat timbul ronki basah kasar dan suaraf nafas kasar. Batuk biasanya
akan menghilang setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada
kemungkinan terjadi kolaps dan sgmental atau terjadi infeksi paru sekunder.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikrobiologis, spesimen usap tenggorok, sekresi nasafaring, biasan
bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru (Rahajoe,
1998).
o Foto Thorax
Foto thorak pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow
berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apekspar
daan corakan paru yang bertambah.
o Laboratorium : leukosit > 17.500.
o X-ray
o Kultur dahak/lendir
o Pulmonary fuction (PFT)
o AGD (anlisa gas darah)
o Polisitemia
o EKG

G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:

1. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.


2. Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.
H. PENATALAKSAAN

1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.30 Menurut
Soegito (2007), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak
bertambah parah.
a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa hingga
sampe leher
c. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin (es),
dll.
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan anak dengan
air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit agar
sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan
mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan:
 Diagnosis
Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien mempunyai gejala
batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti pasien
menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi akut. Pada
pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya
demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan
dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dapat terdengar ronki,
wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan
tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia
pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita
bronkitis, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:
1. Denyut jantung > 100 kali per menit
2. Frekuensi napas > 24 kali per menit
3. Suhu badan > 380 C
4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara
napas.
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan
untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya
akan seperti nanah.29 Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan dengan tes C-
reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin
untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus.
Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya dilakukan dengan cara
tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.
 Pengobatan
1. Antibiotika
Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada protein
pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri,
penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari peptidoglikan,
dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan kerusakan
sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan
adalah amoksisilin.
Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang dramatis
dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang menjadi
asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal mempunyai
peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi berikutnya yaitu
generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin,
lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi
infeksi community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi
ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparatparenteral yang
memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan
agen lain.
Mukolitik dan Ekspektoran
Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar dikeluarkan
secara alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan pengeluaran mukus.
Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan/eksudat infeksi.
Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi molekul-molekul yang
lebih kecil sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak dikeluarkan pada
saat batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.
Ekspektoran
Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam bronkus sehingga mudah
dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin. Guaifenesin bekerja
dengan cara mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum sehingga meningkatkan
efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari saluran pernapasan.
2. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita bronkitis
dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan.30 Pencegahan tersier untuk
penderita bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan terapi non-
farmakologi yaitu:
a. Terapi Farmakologi
1. Bronkodilatori
Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran pernapasan.
Ada tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika, metilsantin, dan antikolinergik.
2. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)
Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa dengan
aktifitas simpatis. Sistem saraf simaptis memgang peranan penting dalam menentukan
ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan norephinepherin,
epinefrin dan isoproterenol disebut adrenergik (Dipiro, et al., 2008).
Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri beta 1 dan
beta 2. Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat pada kelenjar
dan otot halus bronkus. Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi
bronkodilatasi.
3. Metilxantin
Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan, disamping kafein
dan dyphylline. Kafein dan dyphylline kurang paten dibandingkan dengan teofilin.Obat
golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan penghambatan ini
penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga kadat cAMP seluler meningkat.
Peningkatan ini menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin antara lain
aminofilin dan teofilin.
b. Terapi Non-farmakologi.
Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :
1. Pasien harus berhenti merokok
2. Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah sangat sesak,
biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.
3. Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah kompres lembab
di atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.
4. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan pernapasan
sesuai yang diajarkan tenaga medis.
5. Istirahat yang cukup.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Bersihan jalan Tujuan : Mempertahankan 1. Auskultasi bunyi nafas 1. Rasional : Beberapa derajat spasme
jalan nafas paten. bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas tidak
nafas dan dapat dimanifestasikan
efektif dengan adanya bunyi nafas.
berhubungan
2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan 2. Rasional : Tachipnoe biasanya ada
dengan pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan selama / adanya proses
peningkatan
. infeksi akut.
produksi sekret. 3. Dorong/bantu latihan nafas abdomen 3. Rasional : Memberikan cara untuk
atau bibir mengatasi dan mengontrol dispoe dan
menurunkan jebakan udara
2 Kerusakan Tujuan: 1. Kaji frekuensi, kedalaman Rasional : Berguna dalam evaluasi
Menunjukkan perbaikan pernafasan. derajat distress pernafasan dan
pertukaran gas
ventilasi dan oksigenasi kronisnya proses penyakit
berhubungan jaringan yang adekuat 2. Rasional : Pengiriman oksigen dapat
dengan GDA dalam 2. Tinggikan kepala tempat tidur, diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dengan
rentang normal dan bebas dorong nafas dalam.. dan latihan nafas untuk menurunkan
obstruksi jalan gejala distress pernafasan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja
nafas
nafas oleh
sekresi, spasme 3. Rasional : Bunyi nafas makin redup
3. Auskultasi bunyi nafas. karena penurunan aliran udara atau area
bronchus.
konsolidasi

4. Rasional : Takikardia, disritmia dan


4. Awasi tanda vital dan irama jantung perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung.
5. Rasional : PaCO2 biasanya
5. Awasi GDA meningkat, dan PaO2 menurun
sehingga hipoksia terjadi derajat lebih
besar/kecil.

6. Berikan O2 tambahan sesuai dengan


indikasi hasil GDA 6. Rasional : Dapat
memperbaiki/mencegah buruknya
hipoksia.

Pola nafas tidak Tujuan : perbaikan dalam 1. Ajarkan pasien pernafasan 1. Rasional : Membantu pasien
pola nafas. diafragmatik dan pernafasan bibir memperpanjang waktu ekspirasi.
efektif
2. Berikan dorongan untuk menyelingi Dengan teknik ini pasien akan bernafas
berhubungan aktivitas dan periode istirahat. lebih efisien dan efektif.
3. Berikan dorongan penggunaan 2. Rasional : memungkinkan pasien
dengan
pelatihan otot-otot pernafasan jika untuk melakukan aktivitas tanpa distres
broncokontriksi, diharuskan berlebihan
3. Rasional : menguatkan dan
mukus.
mengkondisikan otot-otot pernafasan.

Perubahan Tujuan : 1. Kaji kebiasaan diet. 1. Rasional : Pasien distress pernafasan


Menunjukkan peningkatan 2. Auskultasi bunyi usus akut, anoreksia karena dispnea,
nutrisi kurang
berat badan. 3. Berikan perawatan oral produksi sputum.
dari kebutuhan 4. Timbang berat badan sesuai indikasi. 2. Rasional : Penurunan bising usus
5. Konsul ahli gizi menunjukkan penurunan motilitas
berhubungan
gaster.
dengan dispnoe, 3. Rasional : Rasa tidak enak, bau
adalah pencegahan utama yang dapat
anoreksia, mual
membuat mual dan muntah.
muntah.
4. Rasional : Berguna menentukan
kebutuhan kalori dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
5. Rasional : Kebutuhan kalori yang
didasarkan pada kebutuhan individu
memberikan nutrisi maksimal.
Resiko tinggi Tujuan : 1. Awasi suhu. 1. Rasional : Demam dapat terjadi
karena infeksi atau dehidrasi.
terhadap infeksi mengidentifikasi 2. Observasi warna, bau sputum.
2. Rasional : Sekret berbau, kuning dan
berhubungan intervensi untuk 3. Tunjukkan dan bantu pasien tentang kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
3. Rasional : mencegah penyebaran
dengan mencegah resiko pembuangan sputum.
patogen.
menetapnya tinggi 4. Diskusikan kebutuhan masukan 4. Rasional : Malnutrisi dapat
sekret, proses nutrisi adekuat. mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tekanan darah terhadap
penyakit kronis. infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2009) http://satriaperwira.livejournal.com/tag/bronchiectasis Jum’at 23 november


2013 , pukul 19.30 WIB

Anonim, (2009) http://satriaperwira.wordpress.com/ jum’at 23 november 2013, pukul 20.00


WIB

Asih nilah gede yasmin, Effendy cristantie, Este monica (2003) KMB: kien dengan gangguan
sistem pernafasan. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Pearce, Evelyn. ( 2000). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia

Anda mungkin juga menyukai