Anda di halaman 1dari 15

KEBIJAKAN MFK

Kebijakan Tentang Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)


1. Rumah sakit mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan ketentuan tentang pemeriksaan fasilitas
2. Rumah sakit menyusun dan menjaga rencana tertulis yang
menggambarkan proses untuk mengelola risiko terhadap pasien,
keluarga, pengunjung dan staf
3. Seorang atau lebih individu yang kompeten mengawasi
perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko di
lingkungan pelayanan
4. Program monitoring yang menyediakan data insiden, cidera
dan kejadian lainnya yang mendukung perencanaan dan
pengurangan risiko lebih lanjut.
5. Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk
memberikan keselamatan dan keamanan lingkungan fisik
6. Rumah sakit melakukan pemeriksaan seluruh gedung
pelayanan pasien dan mempunyai rencana untuk mengurangi risiko
yang nyata serta menyediakan fasilitas fisik yang aman bagi pasien,
keluarga, staf dan pengunjung
7. Rumah sakit merencanakan dan menganggarkan untuk
meningkatkan atau mengganti sistem, bangunan atau komponen
berdasarkan hasil inspeksi terhadap fasilitas dan tetap mematuhi
peraturan perundangan
8. Rumah sakit mempunyai rencana tentang inventaris,
penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya serta
pengendalian dan pembuangan bahan dan limbah berbahaya.
9. Rumah Sakit menyusun dan memelihara rencana manajemen
kedaruratan dan program menganggapi bila terjadi kedaruratan
komunitas demikian, wabah dan bencana alam atau bencana
lainnya.
10. Rumah sakit melakukan uji coba/simulasi
penanganan/menanggapi kedaruratan, wabah dan bencana
11. Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk
memastikan bahwa seluruh penghuni di rumah sakit aman dari
kebakaran, asap atau kedaruratan lainnya.
12. Perencanaan meliputi pencegahan, deteksi dini,
penghentian/pemadaman (suppression), meredakan dan jalur
evakuasi aman (safe exit) dari fasilitas sebagai respon terhadap
kedaruratan akibat kebakaran atau bukan kebakaran.
13. Rumah sakit secara teratur melakukan uji coba rencana
pengamanan kebakaran dan asap, meliputi setiap peralatan yang
terkait untuk deteksi dini dan penghentian (suppression) dan
mendokumentasikan hasilnya.
14. Rumah sakit menyusun dan mengimplementasikan kebijakan
pelarangan merokok.
15. Rumah sakit merencanakan dan mengimplementasikan
program untuk pemeriksaan, uji coba dan pemeliharaan peralatan
medis dan mendokumentasikan hasilnya.
16. Rumah sakit mengumpulkan data hasil monitoring terhadap
program manajemen peralatan medis. Data tersebut digunakan
dalam menyusun rencana kebutuhan jangka panjang rumah sakit
untuk peningkatan dan penggantian peralatan.
17. Rumah sakit mempunyai sistem penarikan kembali
produk/peralatan
18. Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari
seminggu, melalui sumber reguler atau alternatif, untuk memenuhi
kebutuhan utama asuhan pasien.
19. Rumah sakit memiliki proses emergensi untuk melindungi
penghuni rumah sakit dari kejadian terganggunya, terkontaminasi
atau kegagalan sistem pengadaan air minum dan listrik
20. Rumah sakit melakukan uji coba sistem emergensi dari air
minum dan listrik secara teratur sesuai dengan sistem dan hasilnya
didokumentasikan.
21. Sistem listrik, limbah, ventilasi, gas medis dan sistem kunci
lainnya secara teratur diperiksa, dipelihara, dan bila perlu
ditingkatkan
22. Petugas atau otoritas yang ditetapkan memonitor mutu air
secara teratur.
23. Rumah sakit mengumpulkan data hasil monitoring program
manajemen sistem utiliti/pendukung. Data tersebut digunakan untuk
merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit untuk
peningkatan atau penggantian sistem utiliti/pendukung.
24. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi
seluruh staf tentang peran mereka dalam menyediakan fasilitas
asuhan pasien yang aman dan efektif.
25. Staf rumah sakit diberi pelatihan dan pengetahuan tentang
peran mereka dalam rencana rumah sakit untuk pengamanan
kebakaran, keamanan, bahan berbahaya dan kedaruratan.
26. Staf rumah sakit terlatih untuk mengoperasikan dan
memelihara peralatan medis dan sistem utiliti
27. Secara berkala rumah sakit melakukan tes pengetahuan staf
melalui peragaan, simulasi dan metode lain yang cocok. Tes ini
didokumentasikan.
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
RUMAH SAKIT
Kebijakan, MFK

KEBIJAKAN DIREKTUR RUMAH SAKIT

NOMOR : 31/KBJ/KKK/RS/VI/2013

TENTANG

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

RUMAH SAKIT

MENIMBANG: 1. Bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan


Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehaabilitasi.
2. Bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bertujuan bagi terciptanya
cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan karyawan.
3. Bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan sebuah kebijakan
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit

MENGINGAT: 1. Undang-undang Nomor : 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan


Kerja
2. Undang-undang Nomor : 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Undang-undang Nomor : 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit berisi
akreditasi RS dan syarat fisik RS
4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
5. Permenaker Nomor 5/Men/1996 tentang SMK3
6. Permenkes Nomor 432/Menkes/ SK/IV/2007 tentang pedoman Manajemen
K3 Rumah Sakit
7. Permenkes Nomor 432/Menkes/ SK/VIII/2010 tentang Standar K3 Rumah
Sakit

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : Mencabut Surat Keputusan Direktur Nomor : 03B/KPTS/RS/I/2007
tentang Kebijakan Kesehatan Kerja, Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja Rumah Sakit

KEDUA :
Memberlakukan Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ruma Sakit
sebagai berikut :

1) Kebijakan K3 dan Keamanan RS


Rumah Sakit berkomitmen untuk menjaga keselamatan dan kesehatan setiap
pasien, karyawan dan pengunjung serta lingkungan RS, memenuhi peraturan
perundangan dan persyaratan lain yang relevan dengan RS, menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, serta
mencegah dan mengantisipasi terjadinya potensi kecelakaan kerja, kebakaran
dan kegawatdaruratan dengan tujuan peningkatan efisiensi dan produktivitas
kerja secara berkesinambungan.

Komitmen tersebut difasilitasi dengan dibentuknya Komite K3RS yang


bertanggung jawab untuk merencanakan, mengkoordinir, memonitor, dan
mengevaluasi program-program terkait K3 di Rumah Sakit serta
mengimplementasikannya melalui pelatihan K3 kepada karyawan.

Komite K3RS berwenang untuk melakukan identifikasi bahaya dan analisa resiko
K3 yang ada di lingkungan RS serta memberikan rekomendasi perbaikan
dan/atau improvement agar kondisi kerja dan lingkungan kerja yang aman dan
sehat tercapai.

Setiap karyawan bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan dirinya


sendiri, orang-orang di sekitarnya serta keselamatan lingkungan kerjanya.

2) Kebijakan Pengelolaan Material B3 dan Limbah/Sampah Rumah Sakit


berupaya seoptimal mungkin untuk melaksanakan pengelolaan terhadap
material B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) serta Limbah/Sampah yang berada
di lingkungan RS melalui:
a. Melakukan identifikasi dan pendataan terhadap seluruh bahan kimia terutama
yang tergolong B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang dipergunakan di RS
serta lokasi penggunaannya;
b. Melakukan review terhadap hasil identifikasi dan pendataan bahan kimia
secara berkala;
c. Memastikan bahwa setiap bahan kimia terutama yang tergolong B3 dilengkapi
dengan simbol dan label sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
d. Memastikan bahwa setiap bahan kimia terutama yang tergolong B3 dilengkapi
dengan MSDS (Material Safety Data Sheet), termasuk jika terdapat
pengadaan/pembelian bahan kimia yang baru;
e. Memastikan pelaksanaan pemantauan/inspeksi terhadap kondisi kemasan
pada saat penerimaan dan penyimpanan untuk setiap bahan kimia terutama
yang tergolong B3;
f. Memastikan bahwa penyimpanan bahan kimia terutama yang tergolong B3
sesuai dengan sifat bahayanya;
g. Memastikan bahwa MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk setiap bahan
kimia terutama yang tergolong B3 tersedia di setiap area yang menggunakan
dan/atau menyimpan bahan tersebut;
h. Memastikan bahwa masing-masing pengguna termasuk penanggung jawab di
area penyimpanan bahan kimia, memahami isi, maksud, tujuan dan kegunaan
dari MSDS untuk setiap bahan;
i. Memastikan bahwa jika terdapat tumpahan bahan kimia terutama yang
tergolong B3 ditangani sesuai standar yang berlaku;
j. Melakukan pemilahan terhadap limbah/sampah yang ada di area RS menjadi:
limbah B3, sampah umum non infeksius (organik & non organik), sampah
klinis/infeksius, sampah benda tajam, limbah/sampah sitotoksik, Limbah Cair;
k. Melakukan pengolahan untuk limbah medis dengan proses insenerasi dan
penyimpanan sementara untuk limbah B3 di TPS Limbah B3;
l. Melakukan pengolahan untuk limbah cair dengan menggunakan IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah);
m. Melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap proses pengolahan limbah
yang dilakukan di RS serta melaksanakan evaluasinya.

3) Kebijakan Manajemen Kegawatdaruratan/Kewaspadaan Bencana &


Kebakaran
Rumah Sakit berupaya seoptimal mungkin untuk mengelola kondisi gawat
darurat/bencana/kejadian luar biasa serta kebakaran melalui:
a. Melaksanakan identifikasi potensi kedaruratan dan kebakaran;
b. Menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk penanganan kedaruratan
dan kebakaran;
c. Menetapkan tim tanggap darurat termasuk tugas dan tanggung jawabnya
serta kompetensi yang dibutuhkan;
d. Menetapkan rencana/prosedur penanggulangan kedaruratan dan kebakaran
yang meliputi pencegahan, deteksi dini/early warning, penghentian (supresi),
pemadaman, evakuasi, mitigasi, sampai dengan penanganan pasca
bencana/kedaruratan dan kebakaran;
e. Melakukan uji coba/simulasi secara berkala untuk setiap potensi
kedaruratan/bencana dan kebakaran termasuk menguji setiap infrastruktur yang
terkait dengan deteksi dini/early warning dan penghentian (supresi) serta
mendokumentasikan pelaksanaan uji coba/simulasi tersebut;
f. Melaksanakan pelatihan ataupun edukasi secara berkala kepada seluruh staf
RS dan penghuninya mengenai kesiapan menghadapi kedaruratan/bencana dan
kebakaran.
4) Kebijakan Manajemen Fasilitas Fisik RS & Peralatan Medis Rumah Sakit
berupaya seoptimal mungkin untuk melakukan pengelolaan terhadap fasilitas
fisik rumah sakit dan peralatan medis melalui:
a. Pelaksanaan identifikasi dan pendataan terhadap seluruh fasilitas fisik dan
peralatan medis yang dimiliki oleh RS
b. Pelaksanaan upaya pemeliharaan, pemantauan/inspeksi dan pengukuran
terhadap kondisi setiap fasilitas fisik dan peralatan medis yang dimiliki oleh RS
termasuk memastikan status kalibrasi dari setiap peralatan medis;
c. Pelaksanaan tindakan perbaikan untuk setiap fasilitas fisik dan peralatan
medis yang mengalami kerusakan.
d. Jika terdapat upaya perbaikan maupun proses konstruksi untuk fasilitas fisik
RS yang melibatkan pihak ke-3 (seperti kontraktor), maka harus dipastikan
bahwa setiap pihak ke-3 (kontraktor) yang bekerja di area RS mengetahui dan
mengikuti peraturan RS terkait Standart Infektion Control dan juga K3,
menggunakan APD yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan,
menginformasikan kepada penanggung jawab K3 RS jika terdapat material B3
yang digunakan saat bekerja, serta memastikan penyediaan shield (pelindung)
selama proses pekerjaan konstruksi.

5) Kebijakan Manajemen Sistem Utiliti & Sistem Kunci Rumah Sakit berkomitmen
untuk melakukan pengelolaan terhadap sistem utiliti dan sistem kunci rumah
sakit melalui:
a. Memastikan ketersediaan air minum dan listrik selama 24 jam sehari, 7 hari
seminggu baik melalui sumber reguler maupun sumber alternatif;
b. Melakukan identifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling tinggi jika
terjadi kegagalan listrik ataupun kontaminasi air minum;
c. Melakukan uji coba sumber air minum dan listrik alternatif sekurang-kurangnya
setahun sekali atau lebih sering jika dipersyaratkan oleh peraturan perundangan
yang berlaku atau oleh kondisi sumber air dan sumber listrik itu sendiri;
d. Melakukan upaya pemeliharan, pemantauan, pemeriksaan/pengukuran, dan
improvement untuk seluruh sistem kunci di RS, seperti: sistem listrik, sistem
pengolahan limbah, ventilasi, air minum, gas medis, sistem RO, dan sistem
pendukung utiliti lainnya;
e. Melakukan upaya perbaikan dengan segera terhadap sistem kunci jika terjadi
kerusakan.

6) Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok


Sesuai Peraturan Walikota 12/2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Rumah
Sakit menetapkan kebijakan bahwa seluruh area Rumah Sakit adalah kawasan
tanpa rokok. Pemberlakuan ketentuan ini berlaku untuk di dalam area Rumah
Sakit, meliputi halaman parkir, ruang terbuka hijau, fasilitas umum,
gedung/instalasi. Penerapan kebijakan ini dilakukan dengan cara:
a. Penetapan gugus tugas pengawas kawasan tanpa rokok.
b. Pembuatan & pemasangan tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok.
c. Monitoring/inspeksi untuk melihat kesesuaian dari kebijakan ini di lapangan.

7) Kebijakan Recall/Penarikan Alat Rumah Sakit menetapkan bahwa proses


Recall/Penarikan Alat dilakukan jika:
a. terdapat regulasi yang mengatur terhadap ketentuan recall alat;
b. kompetensi pengguna/user dari alat tersebut tidak sesuai;
c. terdapat alat rusak tidak dapat dipergunakan kembali;
d. terdapat penarikan alat dari vendor/suku cadang tidak lagi diproduksi oleh
produsen.

Proses recall/penarikan alat dilakukan dengan cara bagian umum mengajukan


surat permohonan recall kepada Direktur yang selanjutnya ditindaklunjuti oleh
Bagian Umum untuk memberikan instruksi kepada Unit Sarana Prasarana untuk
segera melakukan penarikan alat.

Apabila alat tersebut critical untuk unit yang bersangkutan, maka sebelum
dilakukan penarikan harus diberikan alat penggantinya terlebih dahulu.

KETIGA : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun sejak tanggal diterbitkan dan
dilakukan evaluasi setiap tahunnya
KEEMPAT : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan dan
perbaikan, maka akan dilakukan perubahan dan perbaikan sebaimana mestinya

Ditetapkan Di :
Pada Tanggal :
RUMAH SAKIT

Direktur Utama

TEMBUSAN Yth :
1. Semua unit kerja RS
2. Tim K3 RS
3. Arsip

Lampiran Kebijakan Direktur


Nomor : 31/KBJ/KKK/RS/VI/2013
Tentang : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

KEBIJAKAN K3 Rumah Sakit

8) Kebijakan K3 dan Keamanan RS


Rumah Sakit berkomitmen untuk menjaga keselamatan dan kesehatan setiap
pasien, karyawan dan pengunjung serta lingkungan RS, memenuhi peraturan
perundangan dan persyaratan lain yang relevan dengan RS, menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, serta
mencegah dan mengantisipasi terjadinya potensi kecelakaan kerja, kebakaran
dan kegawatdaruratan dengan tujuan peningkatan efisiensi dan produktivitas
kerja secara berkesinambungan.

Komitmen tersebut difasilitasi dengan dibentuknya Komite K3RS yang


bertanggung jawab untuk merencanakan, mengkoordinir, memonitor, dan
mengevaluasi program-program terkait K3 di RS serta mengimplementasikannya
melalui pelatihan K3 kepada karyawan.

Komite K3RS berwenang untuk melakukan identifikasi bahaya dan analisa resiko
K3 yang ada di lingkungan RS serta memberikan rekomendasi perbaikan
dan/atau improvement agar kondisi kerja dan lingkungan kerja yang aman dan
sehat tercapai.

Setiap karyawan bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan dirinya


sendiri, orang-orang di sekitarnya serta keselamatan lingkungan kerjanya.

9) Kebijakan Pengelolaan Material B3 dan Limbah/Sampah


Rumah Sakit berupaya seoptimal mungkin untuk melaksanakan pengelolaan
terhadap material B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) serta Limbah/Sampah
yang berada di lingkungan RS melalui:
a. Melakukan identifikasi dan pendataan terhadap seluruh bahan kimia terutama
yang tergolong B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang dipergunakan di RS
serta lokasi penggunaannya;
b. Melakukan review terhadap hasil identifikasi dan pendataan bahan kimia
secara berkala;
p. Memastikan bahwa setiap bahan kimia terutama yang tergolong B3 dilengkapi
dengan simbol dan label sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
q. Memastikan bahwa setiap bahan kimia terutama yang tergolong B3 dilengkapi
dengan MSDS (Material Safety Data Sheet), termasuk jika terdapat
pengadaan/pembelian bahan kimia yang baru;
r. Memastikan pelaksanaan pemantauan/inspeksi terhadap kondisi kemasan
pada saat penerimaan dan penyimpanan untuk setiap bahan kimia terutama
yang tergolong B3;
s. Memastikan bahwa penyimpanan bahan kimia terutama yang tergolong B3
sesuai dengan sifat bahayanya;
t. Memastikan bahwa MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk setiap bahan
kimia terutama yang tergolong B3 tersedia di setiap area yang menggunakan
dan/atau menyimpan bahan tersebut;
u. Memastikan bahwa masing-masing pengguna termasuk penanggung jawab di
area penyimpanan bahan kimia, memahami isi, maksud, tujuan dan kegunaan
dari MSDS untuk setiap bahan;
v. Memastikan bahwa jika terdapat tumpahan bahan kimia terutama yang
tergolong B3 ditangani sesuai standar yang berlaku;
w. Melakukan pemilahan terhadap limbah/sampah yang ada di area RS menjadi:
limbah B3, sampah umum non infeksius (organik & non organik), sampah
klinis/infeksius, sampah benda tajam, limbah/sampah sitotoksik, Limbah Cair;
x. Melakukan pengolahan untuk limbah medis dengan proses insenerasi dan
penyimpanan sementara untuk limbah B3 di TPS Limbah B3;
y. Melakukan pengolahan untuk limbah cair dengan menggunakan IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah);
z. Melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap proses pengolahan limbah
yang dilakukan di RS serta melaksanakan evaluasinya.

10) Kebijakan Manajemen Kegawatdaruratan/Kewaspadaan Bencana &


Kebakaran
Rumah Sakit berupaya seoptimal mungkin untuk mengelola kondisi gawat
darurat/bencana/kejadian luar biasa serta kebakaran melalui:
g. Melaksanakan identifikasi potensi kedaruratan dan kebakaran;
h. Menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk penanganan kedaruratan
dan kebakaran;
i. Menetapkan tim tanggap darurat termasuk tugas dan tanggung jawabnya serta
kompetensi yang dibutuhkan;
j. Menetapkan rencana/prosedur penanggulangan kedaruratan dan kebakaran
yang meliputi pencegahan, deteksi dini/early warning, penghentian (supresi),
pemadaman, evakuasi, mitigasi, sampai dengan penanganan pasca
bencana/kedaruratan dan kebakaran;
k. Melakukan uji coba/simulasi secara berkala untuk setiap potensi
kedaruratan/bencana dan kebakaran termasuk menguji setiap infrastruktur yang
terkait dengan deteksi dini/early warning dan penghentian (supresi) serta
mendokumentasikan pelaksanaan uji coba/simulasi tersebut;
l. Melaksanakan pelatihan ataupun edukasi secara berkala kepada seluruh staf
Rumah Sakit dan penghuninya mengenai kesiapan menghadapi
kedaruratan/bencana dan kebakaran.

11) Kebijakan Manajemen Fasilitas Fisik RS & Peralatan Medis

Rumah Sakit berupaya seoptimal mungkin untuk melakukan pengelolaan


terhadap fasilitas fisik rumah sakit dan peralatan medis melalui:
e. Pelaksanaan identifikasi dan pendataan terhadap seluruh fasilitas fisik dan
peralatan medis yang dimiliki oleh RS
f. Pelaksanaan upaya pemeliharaan, pemantauan/inspeksi dan pengukuran
terhadap kondisi setiap fasilitas fisik dan peralatan medis yang dimiliki oleh
Rumah Sakit termasuk memastikan status kalibrasi dari setiap peralatan medis;
g. Pelaksanaan tindakan perbaikan untuk setiap fasilitas fisik dan peralatan
medis yang mengalami kerusakan.
h. Jika terdapat upaya perbaikan maupun proses konstruksi untuk fasilitas fisik
RS yang melibatkan pihak ke-3 (seperti kontraktor), maka harus dipastikan
bahwa setiap pihak ke-3 (kontraktor) yang bekerja di area RS mengetahui dan
mengikuti peraturan RS terkait Standart Infektion Control dan juga K3,
menggunakan APD yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan,
menginformasikan kepada penanggung jawab K3 RS jika terdapat material B3
yang digunakan saat bekerja, serta memastikan penyediaan shield selama
proses pekerjaan konstruksi.

12) Kebijakan Manajemen Sistem Utiliti & Sistem Kunci RS


Rumah Sakit berkomitmen untuk melakukan pengelolaan terhadap sistem utiliti
dan sistem kunci rumah sakit melalui:
f. Memastikan ketersediaan air minum dan listrik selama 24 jam sehari, 7 hari
seminggu baik melalui sumber reguler maupun sumber alternatif;
g. Melakukan identifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling tinggi jika
terjadi kegagalan listrik ataupun kontaminasi air minum;
h. Melakukan uji coba sumber air minum dan listrik alternatif sekurangkurangnya
setahun sekali atau lebih sering jika dipersyaratkan oleh peraturan perundangan
yang berlaku atau oleh kondisi sumber air dan sumber listrik itu sendiri;
i. Melakukan upaya pemeliharan, pemantauan, pemeriksaan/pengukuran, dan
improvement untuk seluruh sistem kunci di RS, seperti: sistem listrik, sistem
pengolahan limbah, ventilasi, air minum, gas medis, sistem RO, dan sistem
pendukung utiliti lainnya;
j. Melakukan upaya perbaikan dengan segera terhadap sistem kunci jika terjadi
kerusakan.

13) Kebijakan Recall/Penarikan Alat


Rumah sakit menetapkan bahwa proses Recall/Penarikan Alat dilakukan jika:
e. terdapat regulasi yang mengatur terhadap ketentuan recall alat;
f. kompetensi pengguna/user dari alat tersebut tidak sesuai;
g. terdapat alat rusak tidak dapat dipergunakan kembali;
h. terdapat penarikan alat dari vendor/suku cadang tidak lagi diproduksi oleh
produsen.

Proses recall/penarikan alat dilakukan dengan cara bagian umum mengajukan


surat permohonan recall kepada Direktur yang selanjutnya ditindaklunjuti oleh
Bagian Umum untuk memberikan instruksi kepada Unit Sarana Prasarana untuk
segera melakukan penarikan alat.
Apabila alat tersebut critical untuk unit yang bersangkutan, maka sebelum
dilakukan penarikan harus diberikan alat penggantinya terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai