Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga, dan
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989
dikutip oleh Keliat, 1991).
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Proses keperawatan memiliki ciri dinamis,
siklik, saing bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbarui
jika keadaan klien berubah. Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling
bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika
data pengkajian belum ada.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat
dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan
berbagai macam gejala dan disebabkan berbagai hal. Implementasi praktik
keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebenarnya tidak harus dilakukan
di rumah sakit, klinik, ataupun di gedung puskesmas tetapi dapat juga
dilaksanakan dimasyarakat maupun dirumah pasien. Pelayanan keperawatan
yang dilkukan dirumah pasien disebut Home Care.
Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu
dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu
bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh
kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di
rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang mendorong perkembangannya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu melalui pelayanan keperawatan
kesehatan di rumah.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan merumuskan cara
pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
dan pendokumentasian keperawatan homecare.
2. Tujuan Khusus
a. Mendokumentasikan data pada tahap pengkajian
b. Mendokumentasikan data pada tahap diagnose
c. Mendokumentasikan data pada tahap intervensi
d. Mendokumentasikan data pada tahap implementasi
e. Mendokumentasikan data pada tahap evaluasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pendokumentasian Berdasarkan Area Psikiatrik


A. Definisi Keperawatan Gangguan Jiwa
Menurut American Nurses Associations (ANA) Keperawatan jiwa
adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara
teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan
mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada
(American Nurses Associations).
Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966 Keperawatan jiwa adalah
pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu
keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-
psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan
jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan
jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa
klien (individu, keluarga, kelompok komunitas).
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
1) Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak,
berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap
individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap
individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah
untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap
individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk
mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping
yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi

3
dalam pengambilan keputusan. Semua perilaku individu bermakna
dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan
tindakan.
2) Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari
dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok,
komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi.
Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan diri individu.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu,
setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang
sama melalui perawatan yang adekuat.
4) Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara
holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi
dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara
terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri,
lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini
merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan
situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan
masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat
memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara
penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi
berbagai masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama
antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991)

4
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan
jiwa yang telah diidentifikasi.
a. Psychiatric-mental health registered nurse (RN) adalah perawat
terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam
keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di
lapangan. Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang
keahlian klinis perawat.
b. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health
(APRN-PMH) adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal
berpendidikan tingkat master, memiliki pengetahuan mendalam
tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan
memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan.
Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk
memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau
bidang lain yang berhubungan.
B. Dokumen Proses Keperawatan
Dokumen keperawatan yang perlu disiapkan sebelum penerapan proses
keperawatan, adalah:
1) Standar, prosedur, dan pedoman asuhan keperawatan.
2) Semua petunjuk yang diperlukan dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan perlu didokumentasikan.
3) Standar yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI dapat
digunakan, tetapi perlu surat/SK pemberlakuannya di rumah sakit.
4) Tersedia petunjuk teknis penggunaan standar.
5) Prosedur tetap dan/atau pedoman tindakan keperawatan dapat dibuat
oleh perawat dan kemudian ditetapkan direktur untuk diberlakukan di
rumah sakit.\
6) Desiminasi standar, prosedur, dan pedoman asuhan keperawatan kepada
seluruh perawat melalui pertemuan rutin . Dokumentasi pertemuan
(notulen) dan absensi diarsipkan.
7) Formulir dokumentasi keperawatan

5
Formulir dokumentasi keperawatan belum seragam di setiap rumah
sakit jiwa. Forum Komunikasi Keperawatan Kesehatan Jiwa Indonesia
menyusun dokumen keperawatan yang dapat menjadi alternatif pilihan.
a) Tersedia formulir dokumentasi proses keperawatan, yaitu Unit
Rawat Jalan / UGD = Unit Gawat Darurat / Rehabilitasi /
Elektromedik:
 Satu lembar formulir proses keperawatan.
 Formulir bersatu dengan rekam medik.
b) Unit Rawat Inap :
 Satu lembar formulir pengkajian.
 Satu lembar rencana keperawatan, dapat pula berupa standar
sehingga perawat tidak perlu menulis lagi
 Satu lembar implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan.
c) Ada surat keputusan pemberlakuan formulir dokumentasi
keperawatan.
d) Tersedia petunjuk pengisian dokumentasi proses keperawatan.
e) Desiminasi dokumentasi proses keperawatan kepada seluruh perawat
melalui pertemuan rutin. Dokumentasi pertemuan (notulen) dan
absensi diarsipkan.
f) Pengkajian keperawatan. Selalu ada data sejak klien masuk sampai
pulang. Ada perumusan masalah keperawatan yang sesuai dengan
data yang ada.
g) Diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan dirumuskan
berdasarkan masalah keperawatan. Rumusan diagnosis keperawatan
berupa P.E. atau P.E.S.
h) Rencana keperawatan. Rencana keperawatan terdiri dari diagnosis
keperawatan, tujuan tindakan keperawatan, dan tindakan
keperawatan untuk setiap tujuan. Dapat pula berupa standar sehingga
perawat tidak perlu lagi menulis rencana keperawatan.
i) Implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan. Tertulis tanggal
dan waktu pelaksanaan tindakan. Tertulis semua tindakan

6
keperawatan yang disertai analisis dan rencana lanjutan (SOAP).
Rencana (P) dibuat untuk klien dan perawat.
j) Resume keperawatan. Tertulis resume asuhan keperawatan pada saat
pulang, pindah / meninggal yang dapat digunakan untuk klien,
rujukan, dan tindak lanjut.
k) Semua dokumentasi ditandatangani oleh perawat dengan nama jelas.
C. Pengorganisasian Peserta
Semua perawat yang bekerja di unit pelayanan wajib mengikuti
pelatihan. Perawat baru yang sedang menjalani orientasi juga disertakan
pelatihan. Pelatihan dilakukan secara bertahap, tidak mengganggu
pelayanan dan dimulai dari perawat mengambil keputusan. Kelompok
pertama terdiri dari kepala bidang, kepala seksi, pengawas, dan kepala
ruangan. Kelompok kedua terdiri dari wakil kepala ruangan atau tim ketua.
Kelompok berikutnya adalah perawat pelaksana. Pengorganisasian seperti
ini bertujuan agar kelompok pertama dapt menjadi fasilitator bagi
kelompok berikutnya, tanpa menimbulkan konflik peran. Jika tiga
kelompok telah berjalan, di tingkat ruangan sudah dapat dibentuk
kelompok fasilitator untuk perawat pelaksana.
Pelatihan dilaksanakan dua jam dalam seminggu selama dua belas
minggu, didalam kelas yang dibimbing oleh narasumber, dan
penerapannya di ruang masing-masing sesuai dengan jadwal dinas. Semua
perawat yang mengikuti pelatihan harus menandatangani perjanjian untuk
menghindari masalah yang mungkin terjadi. Jika ada calon peserta yang
tidak bersedia menjadi peserta, ia harus menandatangani perjanjian dan
menyebutkan alasannya.
D. Evaluasi Dokumentasi Keperawatan
Sebelum melaksanakan pelatihan penerapan proses keperawatan, perlu
dilakukan evaluasi dokumentasi keperawatan untuk mendapatkan data
dasar. Oleh karena itu, digunakan Instrumen A: Studi dokumentasi (Dep.
Kes. RI, 1995). Rekam medik klien diambil secara acak 5-10 buah dari
setiap ruangan, kemudian dinilai sesuai instrumen. Penilai atau evaluator

7
adalah tim narasumber. Kemudian dilakukan analisis data yang
ditampilkan dalam bentuk tabel di tingkat ruangan serta tingkat rumah
sakit. Hasil analisis digunakan sebagai data dasar (pre-test).
E. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Dalam melakukan evaluasi dokumentasi keperawatan, peserta
menggunakan rekam medik klien sebagai latihan. Evaluastor adalah tim
narasumber yang menggunakan instrumen A. Hasil analisis dipaparkan
melalui tabel yang sama dengan pre-test. Hasil post-test (setelah latihan)
dibandingkan dengan pre-test (data dasar).
Rencana tindak lanjut dibuat untuk kelompok yang baru selesai dan
untuk kelompok berikutnya. Kelompok yang baru selesai difokuskan pada
penerapan proses keperawatan dengan jumlah yang lebih banyak secara
terus-menerus, dan menjadi fasilitator diruangan untuk perawat yang akan
mengikuti pelatihan atau perawat yang belum mengikuti pelatihan. Semua
rencana kegiatan (POA) dan jadwal kegiatan ditulis secara rinci dan jelas
karena akan berguna sebagai alat pemantau proses kegiatan.

2. Pendokumentasian Home Care


A. Pengertian Home Care
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care
adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka
yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit.
Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga
yang direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf
yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan
Mc Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada

8
orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah
karena kondisi kesehatannya.
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan
layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric
B.L, 1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan
keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang.
Di beberapa negara maju,” home care “ (perawatan di rumah ), bukan
merupakan konsep yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William
Rathbon sejak tahun 1859 yang dia namakan perawatan di rumah dalam
bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati klien
yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.
Dari beberapa literatur pengertian “home care” adalah:
1) Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah
sakit yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan (discharge
planning ) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit
semula, oleh perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim
keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah.
2) Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan
keluarga, sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau
puskesmas.
3) Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen
rentang keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.
4) Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga,
direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan
yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau
pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak) (warola,1980 dalam

9
Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan dirumah yang
disusun oleh PPNI dan Depkes).\
B. Konsep / Model Teori Keperawatan Yang Mendukung Home Care
1) Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik
eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang
meliputi lima komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan
kesehatan individu yang meliputi:
a) Udara bersih
b) Air yang bersih
c) Pemeliharaan yang efisien
d) Kebersihan
e) Penerangan/pencahayaan
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada
lingkungan sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci
dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas
melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah
kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah,
kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.
2) Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)
Dalam memahami konsep model dan teori ini,Rogers berasumsi
bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat
dan karakter yang berbeda – beda. Dalam proses kehidupan manusia
yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia setiap individu
akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan
karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada
kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan
lingkungan,kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang
utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep
homeodinamik yang terdiri dari integritas, resonansi dan helicy.

10
Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan
yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara
individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan
frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan proses terjadinya
interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik
perlahan – lahan maupun berlangsung dengan cepat. Menurut Rogers
(1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta
merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan
humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979 Kerangka Kerja
Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara
terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.
3) Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan
pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus
bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai
”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup
memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia
meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara
pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan
profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan
saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-
faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti
kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan
signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi
kesejahteraan dan kondisi sakit.
4) Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan
transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk

11
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki
empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya
kebutuhan dasar biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi
kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan
ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan
psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal
(kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
5) Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan
ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan
keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya.
6) Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan
sehat sakit yang ditetapkan oleh pasien. (Aziz Alimul Hidayat, 2004)
C. Landasan Hukum Home Care
Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat :
1) Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana
yang sesuai dengan hukum.
2) Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3) Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri.
4) Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

Landasan Hukum :
1) UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

12
2) PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
3) UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
4) UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
5) Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik
perawat.
6) Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.
7) Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas.
8) SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal
perawat.
9) PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
10) Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.
D. Skill Dasar Yang Harus Dikuasai Perawat Home Care
SK Dirjen Dirjen YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311 menyebutkan ada
23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home
care antara lain :
1) Vital sign
2) Memasang nasogastric tube
3) Memasang selang susu besar
4) Memasang cateter
5) Penggantian tube pernafasan
6) Merawat luka dekubitus
7) Suction
8) Memasang peralatan o2
9) Penyuntikan (iv,im, ic,sc)
10) Pemasangan infus maupun obat
11) Pengambilan preparat
12) Pemberian huknah/laksatif
13) kebersihan diri
14) Latihan dalam rangka rehabilitasi medis

13
15) Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostic
16) Penkes
17) Konseling kasus terminal
18) Konsultasi/telepon
19) Fasilitasi ke dokter rujukan
20) Menyiapkan menu makanan
21) Membersihkan tempat tidur pasien
22) Fasilitasi kegiatan sosial pasien
23) Fasilitasi perbaikan sarana klien.
E. Kompetensi Dasar
1) Memahami dasar-dasar anatomi, fisiologi, patologi tubuh secara umum.
2) Melaksanakan pemberian obat kepada klien/pasien
3) Memahami jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan oleh
klien/pasien
4) Menunjukan kemampuan melakukan komunikasi terapeutik
5) Menunjukan kemampuan mengasuh bayi, balita, anak, dan lansia
sesuai tingkat perkembangan
6) Menunjukan kemampuan melayani klien/pasien berpenyakit ringan
7) Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
(K3LH)
8) Memahami kontinum sehat- sakit
9) Memahami dasar-dasar penyakit sederhana yang umum di masyarakat
10) Memahami peningkatan kesehatan dan pelayanan kesehatan utama
11) Memahami pemberian obat
12) Memahami kemampuan interpersonal dan massa
13) Prinsip-prinsip perkembangan manusia
14) Memahami tahap-tahap perkemangan manusia
15) Dewasa muda
16) Memahami sikap pelayanan perawat sesuai dengan tahapan
perkembangan
17) Memahami tentang stress

14
18) Menjelaskan proses keperawatan dan adaptasi terhadap stres.
19) Memahami kebutuhan dasar manusia
20) Memahami tentang kesehatan reproduksi
21) Memahami perilaku empatik.
22) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
23) Melakukan mobilisasi pasif terhadap klien/pasien
24) Melakukan pemberian nutrisi
25) Melaksanakan dokumentasi tindakan keperawatan
26) Melaksanakan tugas sesuai dengan etika keperawatan, dan kaidah
hokum
F. Lingkup Pelayanan Home Care
Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home
care adalah:
1) Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2) Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3) Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4) Pelayanan informasi dan rujukan
5) Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6) Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7) Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social
G. Isu Dan Legal Aspek
Secara legal perawat dapat melakukan aktivitas keperawatan mandiri
berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang di miliki. Perawat dapat
mengevaluasi klien untuk mendapatkan pelayanan perawatan di rumah
tanpa program medis tetapi perawatan tersebut harus diberikan di bawah
petunjuk rencana tindakan tertulis yang ditandatangani oleh dokter.
Perawat yang memberi pelayanan di rumah membuat rencana
perawatan dan kemudian bekerja sama dengan dokter untuk menentukan
rencana tindakan medis.
Isu legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah
antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:

15
1) Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik
yang tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui
IV di rumah.
2) Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada klien seperti
pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota
keluarga karena kesalahan informasi dari perawat.
3) Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya
tentang perawatan di rumah.
H. Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah
Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan
perinatal, asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak,
asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan
keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya.
Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan perawatan dirumah
1) Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau
menjadi pendamping bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola
2) Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi
(Informedconsent)
3) Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan
kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan
haknya dalam menerima pelayanan.
Berikut tahapan mekanisme pelayanan Home Care :
Proses penerimaan kasus
1) Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas, sarana lain,
keluarga
2) Pimpinan home care menunjuk menejer kasus untuk mengelola kasus
3) Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus
Proses pelayanan home care

16
Persiapan
1) Pastikan identitas pasien
 Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien
 Lengkap kartu identitas unit tempat kerja
 Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah
 Siapkan file asuhan keperawatan
 Siapkan alat bantu media untuk pendidikan
2) Pelaksanaan
 Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan.
 Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat
 Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien
 Membuat rencana pelayanan
 Lakukan perawatan langsung
 Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll
 Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan
dilakukan
 Dokumentasikan kegiatan
3) Monitoring dan evaluasi
 Keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal
 Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan
 Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksanan
4) Proses penghentian pelayanan home care, dengan kreteria :
 Tercapai sesuai tujuan
 Kondisi pasien stabil
 Program rehabilitasi tercapai secara maximal
 Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien
 Pasien di rujuk
 Pasien menolak pelayanan lanjutan
 Pasien meninggal dunia

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dokumentasi yang baik mencerminkan tidak hanya kualitas perawatan
tetapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim perawatan
dalam memberikan perawatan. Perawat mendokumentasikannya perlu
ditekankan pada penulisannya, untuk menghindari salah persepsi dan
kejelasan dalam menyusun tindakan perawatan lebih lanjut.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan
pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh
gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi
keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan
kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah
kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ). home care
merupakan bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat mencapai
kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi.
Perawatan di rumah selain dapat mengurangi kecemasan juga dapat
menghemat biaya dari beberapa segi misal biaya kamar, biaya transpor dan
biaya lain-lain yang terkait dengan penjaga yang sakit.Tetapi perlu diingat
bahwa pasien yang dapat layananhome care adalah pasien yang secara medis
dinyatakan aman untuk dirawat di rumah dengan kondisi rumah yang
memadai.
B. Saran
1. Diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan penulisan
makalah ini.
2. Diharapkan hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan
bacaan.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L.J. (1996). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik
Klinik, ed. ke-6. Jakarta, EGC Penerbit Buku Kedokteran.
2. Fortinash, K. M., dan Holoday – Warret, P.A. (1995). Psychiatric Nursing
Care Plans. Ed. ke-2. St. Louis, Mosby Year Book.
3. Keliat, B. A. Dkk. (1997). Dokumentasi Proses Keperawatan Jiwa di
Rumah Sakit Jiwa.Jakarta, tidak dipublikasikan.
4. A. Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
5. http://www.rajawana.com/artikel/pendidikan-umum/453-home-care.ht
6. http://diponegoronursesassociation.blogspot.com/2008/05/home-care-agency-
prespektik-sistem.html
7. http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/12/18/home-care-seminar/
8. http://wwwdagul88.blogspot.com/2009/12/home-care-bab-i-pendahuluan-
untuk.html
9. http://e-learning-keperawatan.blogspot.com/2008/12/teori-leininger.html
http://egithink.multiply.com/journal/item/5

19

Anda mungkin juga menyukai