Anda di halaman 1dari 19

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI B Smp N 8 Sungai

Penuh Tahun Ajaran 2017/2018 Pada Materi Kesebangunan Dengan


Menggunakan Metode Kooperatif Jigsaw
Dewi Puspa Jelita
Abstrak :Penelitian ini berangkat dari latar belakang perlunya dilakukan pembaharuan
dalam peningkatan kreativitas mengajar guru dalam pengelolaan proses pembelajaran
matematika pada materi Kesebangunan di Sekolah Menengah Pertama sebagai respons
semakin melemahnya kualitas belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, materi
pelajaran tidak kontekstual, dan kinerja siswa rendah, baik pada proses maupun
produk belajarnya. Sebagian besar guru masih melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran tradisional.. Penelitian ini dilakukan di kelas XI B SMP
Negeri 8 Sungai Penuh dengan tiga siklus. Pada siklus pertama, sebagian siswa belum
terbiasa dengan kondisi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan
media benda asli, sehingga dilakukan tindakan dengan memberi penjelasan kepada
siswa tentang prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Di lain sisi guru
sebagai kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini juga belum maksimal dalam
mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam siklus kedua, siswa,
dan guru sudah mulai memahami implementasi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Dari hasil observasi aktivitas siswa
meningkat. Sedangkan hasil belajar Kesebangunan siswa menunjukkan peningkatan
dari rata-rata sebesar 53 pada siklus pertama menjadi 79 pada siklus kedua dan 80
pada siklus ketiga. Ketuntasan belajar siswa juga menunjukkan peningkatan dari 43%
pada siklus pertama menjadi 87% pada siklus kedua dan 90% pada siklus ketiga dari
nilai kriteria ketuntasan minimal 60. Dalam hal pelaksanaan penelitian tindakan kelas,
siklus pertama, kedua, dan ketiga dapat disimpulkan bahwa kombinasi pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan media benda asli dapat meningkatkan hasil
belajar Kesebangunan dan aktivitas siswa pada siswa kelas XI B SMP Negeri 8 Sungai
Penuh.
Kata Kunci : hasil belajar bilangan berpangkat dan Bentuk Akar, aktivitas siswa, dan
kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

A. PENDAHULUAN pembangunan di bidang pendidikan


Pembangunan nasional di bidang antara lain diperlukan peningkatan
pendidikan adalah upaya demi sumber daya manusia yang terlibat
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan dalam proses belajar mengajar, dalam
meningkatkan kualitas manusia hal ini guru dan siswa. Sebagai pendidik
Indonesia dalam mewujudkan guru harus selalu berusaha
masyarakat yang maju, adil, dan meningkatkan kemampuan dan
makmur. Sebagai upaya mewujudkan keterampilan dalam memberikan materi

1
dan pengelolaan belajar mengajar. siswa. Salah satu penyebab kesukaran
Sedangkan siswa berusaha memahami matematika adalah karakteristik
materi dengan baik sehingga dapat matematika yang abstrak, konseptual,
menyelesaikan tugas dan dapat dan prinsipnya berjenjang dan prosedur.
menerapkan dalam kehidupan sehari- pengerjaannya yang banyak
hari. memanipulasi bentuk-bentuk. Menurut
Matematika menurut Departemen Montimer J. Alder dan Charles Van
Pendidikan dan Kebudayaan (2003:6) Doren (2006:316) pada kenyataannya
merupakan suatu bahan kajian yang kondisi umum yang ditemui adalah
memiliki objek abstrak dan dibangun minimnya persiapan siswa dalam
melalui melalui proses penalaran menghadapi materi baru, banyak siswa
deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep yang datang ke sekolah tanpa persiapan
diperoleh sebagai akibat logis dari pengetahuan. Sebagai cara
kebenaran sebelumnya sehingga mengantisipasi masalah ini diupayakan
keterkaitan antar konsep dalam siswa agar mempunyai pengetahuan
matematika bersifat sangat kuat dan dasar terhadap bahan ajar, yaitu siswa
jelas. Dalam pembelajaran matematika didorong untuk memahami,
agar mudah dimengerti oleh siswa, mempelajari, dan menghafal kosa kata,
proses penalaran induktif dapat simbol, dan hubungan antar symbol
dilakukan pada awal pembelajaran dan dalam matematika.
kemudian dilanjutkan dengan proses Sebagai lembaga pendidikan
penalaran deduktif untuk menguatkan formal, SMP Negeri 8 Sungai Penuh
pemahaman yang sudah dimiliki oleh mengalami masalah rendahnya hasil
siswa. belajar matematika siswa. Hasil belajar
Menurut Muhammad Sholeh siswa pada mata pelajaran matematika
(1998:34) matematika sebagai ilmu masih rendah, khususnya siswa kelas IX
pengetahuan dasar sangat dibutuhkan B Pada hasil ulangan harian ke-2,
untuk mempersiapkan sumber daya semester 2, tahun pelajaran 2017/2018
manusia yang handal dan mampu di SMP Negeri 8 Sungai Penuh, yang
berkompetisi. Namun kenyataannya memuat materi bangun ruang sisi datar
matematika merupakan salah satu mata terlihat bahwa, siswa yang mendapatkan
pelajaran yang dianggap sukar oleh nilai di bawah 60 sebanyak 26 orang

2
atau sebanyak 65%, belum tuntas, siswa Pembelajaran matematika
yang mendapatkan nilai di atas atau memerlukan media yang sesuai, karena
sama dengan 60 sebanyak 14 orang atau menurut Mulyasa (2005:47) suatu faktor
sebanyak 35% yang tuntas. yang menyebabkan rendahnya kualitas
Di kelas IX B, SMP Negeri 8 pembelajaran antara lain belum
Sungai Penuh, selain masalah hasil dimanfaatkannya sumber belajar secara
belajar yang masih rendah, khususnya maksimal, baik oleh guru maupun oleh
pada kompetensi dasar bangun ruang peserta didik. Menurut Djamarah
sisi datar, terdapat pula kendala dalam (2002:136) bahan ajar merupakan
proses pembelajaran, contohnya selama wahana penyalur informasi belajar.
proses pembelajaran berlangsung hanya Menurut Suharta (2001:1) dalam
sedikit siswa yang berani bertanya pembelajaran matematika selama ini,
kepada guru, hanya sedikit siswa yang dunia nyata hanya dijadikan tempat
berani mengajukan diri untuk mengaplikasikan konsep. Siswa
mengerjakan soal ke depan kelas mengalami kesulitan belajar matematika
kecuali ditunjuk oleh guru, saat di kelas. Akibatnya, siswa kurang
pembelajaran berlangsung banyak siswa menghayati atau memahami konsep-
yang tidak tahu beberapa istilah konsep matematika, dan siswa
matematika atau pengetahuan prasyarat mengalami kesulitan untuk
yang sebenarnya didapatkan pada mengaplikasikan matematika dalam
pelajaran sebelumnya, pembelajaran kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
matematika di kelas masih berjalan matematika di kelas ditekankan pada
monoton, belum ditemukan strategi keterkaitan antara konsep-konsep
pembelajaran yang tepat, belum ada matematika dengan pengalaman anak
kolaborasi antara guru dan siswa, sehari-hari. Selain itu, perlu
metode yang digunakan bersifat menerapkan kembali konsep
konvensional. Selain itu juga buku matematika yang telah dimiliki anak
paket yang disediakan sekolah yang pada kehidupan sehari-hari atau pada
diijinkan untuk dipakai dan dibawa bidang lain sangat penting dilakukan.
pulang tidak dimanfaatkan siswa untuk Model pembelajaran kooperatif
mempelajari materi baru. tipe Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif, dengan siswa

3
belajar dalam kelompok kecil yang yang lain tentang apa yang telah mereka
terdiri dari 4-6 orang secara heterogen pelajari. Pembangunan nasional di
dan bekerja sama saling ketergantungan bidang pendidikan adalah upaya demi
yang positif dan bertanggung jawab atas mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ketuntasan bagian materi pelajaran yang meningkatkan kualitas manusia
harus dipelajari dan menyampaikan Indonesia dalam mewujudkan
materi tersebut kepada anggota masyarakat yang maju, adil, dan
kelompok yang lain (Arends: 1997). makmur. Sebagai upaya mewujudkan
Menurut Lie, A. (1994), model pembangunan di bidang pendidikan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw antara lain diperlukan peningkatan
didesain untuk meningkatkan rasa sumber daya manusia yang terlibat
tanggung jawab siswa terhadap dalam proses belajar mengajar, dalam
pembelajarannya sendiri dan juga hal ini guru dan siswa. Sebagai pendidik
pembelajaran orang lain. Siswa tidak guru harus selalu berusaha
hanya mempelajari materi yang meningkatkan kemampuan dan
diberikan, tetapi mereka juga harus siap keterampilan dalam memberikan materi
memberikan dan mengajarkan materi dan pengelolaan belajar mengajar.
tersebut pada anggota kelompok yang Sedangkan siswa berusaha memahami
lain. materi dengan baik sehingga dapat
Dengan demikian ”siswa saling menyelesaikan tugas dan dapat
tergantung satu dengan yang lain dan menerapkan dalam kehidupan sehari-
harus bekerja sama secara kooperatif hari.
untuk mempelajari materi yang Matematika menurut
ditugaskan”. Para anggota dari Departemen Pendidikan dan
kelompok-kelompok yang berbeda Kebudayaan (2003:6) merupakan suatu
dengan topik yang sama bertemu untuk bahan kajian yang memiliki objek
diskusi (kelompok ahli) saling abstrak dan dibangun melalui melalui
membantu satu sama lain tentang topik proses penalaran deduktif, yaitu
pembelajaran yang ditugaskan kepada kebenaran suatu konsep diperoleh
mereka. Kemudian siswa-siswa itu sebagai akibat logis dari kebenaran
kembali pada kelompok asal untuk sebelumnya sehingga keterkaitan antar
menjelaskan kepada anggota kelompok konsep dalam matematika bersifat

4
sangat kuat dan jelas. Dalam didorong untuk memahami,
pembelajaran matematika agar mudah mempelajari, dan menghafal kosa kata,
dimengerti oleh siswa, proses penalaran simbol, dan hubungan antar symbol
induktif dapat dilakukan pada awal dalam matematika.
pembelajaran dan kemudian dilanjutkan Sebagai lembaga pendidikan
dengan proses penalaran deduktif untuk formal, SMP Negeri 8 Sungai Penuh
menguatkan pemahaman yang sudah mengalami masalah rendahnya hasil
dimiliki oleh siswa. belajar matematika siswa. Hasil belajar
Menurut Muhammad Sholeh siswa pada mata pelajaran matematika
(1998:34) matematika sebagai ilmu masih rendah, khususnya siswa kelas IX
pengetahuan dasar sangat dibutuhkan B Pada hasil ulangan harian ke-2,
untuk mempersiapkan sumber daya semester 2, tahun pelajaran 2017/2018
manusia yang handal dan mampu di SMP Negeri 8 Sungai Penuh, yang
berkompetisi. Namun kenyataannya memuat materi bangun ruang sisi datar
matematika merupakan salah satu mata terlihat bahwa, siswa yang mendapatkan
pelajaran yang dianggap sukar oleh nilai di bawah 60 sebanyak 26 orang
siswa. Salah satu penyebab kesukaran atau sebanyak 65%, belum tuntas, siswa
matematika adalah karakteristik yang mendapatkan nilai di atas atau
matematika yang abstrak, konseptual, sama dengan 60 sebanyak 14 orang atau
dan prinsipnya berjenjang dan prosedur. sebanyak 35% yang tuntas.
pengerjaannya yang banyak Di kelas IX B, SMP Negeri 8
memanipulasi bentuk-bentuk. Menurut Sungai Penuh, selain masalah hasil
Montimer J. Alder dan Charles Van belajar yang masih rendah, khususnya
Doren (2006:316) pada kenyataannya pada kompetensi dasar bangun ruang
kondisi umum yang ditemui adalah sisi datar, terdapat pula kendala dalam
minimnya persiapan siswa dalam proses pembelajaran, contohnya selama
menghadapi materi baru, banyak siswa proses pembelajaran berlangsung hanya
yang datang ke sekolah tanpa persiapan sedikit siswa yang berani bertanya
pengetahuan. Sebagai cara kepada guru, hanya sedikit siswa yang
mengantisipasi masalah ini diupayakan berani mengajukan diri untuk
siswa agar mempunyai pengetahuan mengerjakan soal ke depan kelas
dasar terhadap bahan ajar, yaitu siswa kecuali ditunjuk oleh guru, saat

5
pembelajaran berlangsung banyak siswa konsep matematika, dan siswa
yang tidak tahu beberapa istilah mengalami kesulitan untuk
matematika atau pengetahuan prasyarat mengaplikasikan matematika dalam
yang sebenarnya didapatkan pada kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
pelajaran sebelumnya, pembelajaran matematika di kelas ditekankan pada
matematika di kelas masih berjalan keterkaitan antara konsep-konsep
monoton, belum ditemukan strategi matematika dengan pengalaman anak
pembelajaran yang tepat, belum ada sehari-hari. Selain itu, perlu
kolaborasi antara guru dan siswa, menerapkan kembali konsep
metode yang digunakan bersifat matematika yang telah dimiliki anak
konvensional. Selain itu juga buku pada kehidupan sehari-hari atau pada
paket yang disediakan sekolah yang bidang lain sangat penting dilakukan.
diijinkan untuk dipakai dan dibawa Model pembelajaran kooperatif
pulang tidak dimanfaatkan siswa untuk tipe Jigsaw merupakan model
mempelajari materi baru. pembelajaran kooperatif, dengan siswa
Pembelajaran matematika belajar dalam kelompok kecil yang
memerlukan media yang sesuai, karena terdiri dari 4-6 orang secara heterogen
menurut Mulyasa (2005:47) suatu faktor dan bekerja sama saling ketergantungan
yang menyebabkan rendahnya kualitas yang positif dan bertanggung jawab atas
pembelajaran antara lain belum ketuntasan bagian materi pelajaran yang
dimanfaatkannya sumber belajar secara harus dipelajari dan menyampaikan
maksimal, baik oleh guru maupun oleh materi tersebut kepada anggota
peserta didik. Menurut Djamarah kelompok yang lain (Arends: 1997).
(2002:136) bahan ajar merupakan Menurut Lie, A. (1994), model
wahana penyalur informasi belajar. pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Menurut Suharta (2001:1) didesain untuk meningkatkan rasa
dalam pembelajaran matematika selama tanggung jawab siswa terhadap
ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat pembelajarannya sendiri dan juga
mengaplikasikan konsep. Siswa pembelajaran orang lain. Siswa tidak
mengalami kesulitan belajar matematika hanya mempelajari materi yang
di kelas. Akibatnya, siswa kurang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
menghayati atau memahami konsep- memberikan dan mengajarkan materi

6
tersebut pada anggota kelompok yang pembelajaran, termasuk karakteristik
lain. siswa. Meskipun demikian, dapat
Dengan demikian ”siswa saling dikatakan bahwa salah satu fungsi
tergantung satu dengan yang lain dan utama media pembelajaran adalah
harus bekerja sama secara kooperatif sebagai alat bantu mengajar yang turut
untuk mempelajari materi yang mempengaruhi iklim, kondisi dan
ditugaskan”. Para anggota dari lingkungan belajar yang ditata dan
kelompok-kelompok yang berbeda diciptakan oleh guru.
dengan topik yang sama bertemu untuk Mau tak mau sebagai guru atau
diskusi (kelompok ahli) saling instruktur harus mengakui bahwa guru
membantu satu sama lain tentang topik bukanlah satu-satunya sumber belajar.
pembelajaran yang ditugaskan kepada Istilah proses belajar mengajar atau
mereka. Kemudian siswa-siswa itu kegiatan belajar mengajar hendaknya
kembali pada kelompok asal untuk diartikan sebagai proses belajar dalam
menjelaskan kepada anggota kelompok diri siswa terjadi baik secara langsung
yang lain tentang apa yang telah mereka (guru, instruktur) ataupun secara tidak
pelajari. langsung. Belajar tak langsung artinya
siswa secara aktif berinteraksi dengan
B. KAJIAN TEORI media atau sumber belajar yang lain.
Dalam suatu proses belajar Seperti yang dikemukakan oleh
mengajar, dua unsur yang amat penting Latuheru (1993:4) yang dikutip oleh
adalah media mengajar dan metode Arsyad (2006:4) memberi batasan
pengajaran. Kedua aspek ini sangat media sebagai sebuah bentuk perantara
berkaitan. Pemilihan salah satu media yang digunakan oleh manusia untuk
mengajar tentu akan mempengaruhi menyampaikan atau menyebar ide,
jenis media pembelajaran yang sesuai, gagasan, atau pendapat, sehingga ide,
meskipun masih ada berbagai aspek lain gagasan atau pendapat yang
yang harus diperhatikan dalam memilih dikemukakan itu sampai kepada
media, antara lain tujuan pembelajaran, penerima yang dituju.
jenis tugas dan respon yang diharapkan Media juga seringkali diartikan
dikuasai siswa setelah pembelajaran sebagai alat yang dapat dilihat dan di
yang berlangsung dan kontak dengar. Alat-alat ini dipakai dalam

7
pengajaran dengan maksud untuk tercetak maupun audio visual serta
membuat cara berkomunikasi lebih peralatannya dan media hendaknya
efektif dan efisien. Dengan dapat dimanipulasi, dapat dilihat,
menggunakan alat-alat ini, guru dan didengar dan dibaca, dan batasan yang
siswa dapat berkomunikasi lebih diberikan dari pengertian media disini
mantap, hidup dan interaksinya bersifat yaitu bahwa media adalah segala
banyak arah. Seperti yang dikemukakan sesuatu yang dapat digunakan untuk
oleh Hamalik (1986:4) bahwa hubungan menyalurkan pesan dari pengirim ke
komunikasi akan berjalan lancar penerima sehingga dapat merangsang
dengan hasil yang maksimal apabila pikiran, perasaan, perhatian dan minat
menggunakan alat bantu yang disebut serta perhatian siswa sedemikian rupa
dengan media komunikasi, dalam sehingga proses belajar terjadi.
Arsyad (2006:4). Sedangkan menurut Dari beberapa pendapat diatas
Gagne dan Briggs (1975:4) , media tentang pengertian media dapat diambil
pembelajaran meliputi alat yang secara kesimpulan bahwa: (1) media adalah
fisik digunakan untuk menyampaikan alat yang dapat membantu proses
isi materi pengajaran, yang terdiri dari: belajar mengajar yang berfungsi
buku, tape recorder, benda asli atau memperjelas makna pesan yang
nyata, video camera, video recorder, disampaikan sehingga tujuan
film, slide (gambar bingkai), foto, pengajaran dapat tercapai dengan
gambar, grafik, televisi, dan komputer. sempurna, (2) media berperan sebagai
Dengan kata lain media adalah perangsang belajar dan dapat
komponen sumber belajar atau wahana menumbuhkan motivasi belajar
fisik yang mengandung materi sehingga siswa tidak menjadi bosan
instruksional di lingkungan siswa yang dalam meraih tujuan-tujuan belajar, (3)
dapat merangsang siswa untuk belajar, adapun yang disampaikan oleh guru
dalam Arsyad (2006:4). mesti menggunakan media, paling tidak
Sedangkan pengertian media yang digunakan adalah media verbal
menurut Asosiasi Pendidikan Nasional yaitu berupa kata-kata yang
(National Education Association/NEA) diucapkannya dihadapan siswa, (4)
yang dikutip oleh Wijaya (1991:137) segala sesuatu yang terdapat di
adalah bentuk-bentuk komuniaksi baik lingkungan sekolah, baik berupa

8
manusia ataupun bukan manusia yang tidak dapat menyajikan benda nyata,
pada permulaannya tidak dilibatkan guru dapat menyajikan menggunakan
dalam proses belajar mengajar setelah media tiruan benda nyata. Contoh
dirancang dan dipakai dalam kegiatan penyajian dengan menggunakan benda
tersebut. Lingkungan itu berstatus nyata dalam materi bangun ruang maka
media sebagai alat perangsang belajar. kita bisa mempergunakan kardus kue
Penggunaan media benda asli dalam dan pembungkus pasta gigi untuk
pembelajaran memegang peranan membuktikan bangun balok secara
penting sebagai alat bantu untuk langsung. Karena metode ini dapat
menciptakan kegiatan pembelajaran memberikan motivasi siswa dan
yang efektif, karena dapat mendorong memperjelas penyampaian materi
motivasi dan meningkatkan hasil sehingga siswa dengan mudah
prestasi belajar siswa. Setiap proses memahami materi balok yang
pembelajaran dilandasi dengan adanya disampaikan dalam pembelajaran.
beberapa unsur antara lain tujuan, Penggunaan topi pesta juga membantu
bahan, metode, media, alat, serta siswa dalam memahami kerucut.
evaluasi. Dalam pencapaian tujuan, Penggunaan berbagai jenis
peranan media pembelajaran merupakan media pembelajaran dapat membawa
bagian terpenting pembelajaran yang dampak yang positif dalam proses
dapat membantu siswa lebih mudah pembelajaran. Dimana hubungan antara
untuk memahami materi. Dalam proses guru dan siswa dapat berlangsung lebih
belajar mengajar media benda asli atau interaktif, karena pemakaian media
nyata dipergunakan dengan tujuan pembelajaran dapat membangkitkan
membantu guru agar proses belajar motivasi dan rangsangan kegiatan
siswa lebih efektif dan efisien. belajar terhadap siswa.
Berdasarkan hal tersebut, Dalam Hamalik (1994:15)
dalam pembelajaran matematika media seperti yang dikutip oleh Arsyad
benda asli atau benda nyata sebenarnya (2006:25) merinci manfaat media
sangat diharapkan dapat membantu pendidikan sebagai berikut: (1)
mengatasi kesulitan dalam memahami meletakkan dasar-dasar yang konkrit
materi dalam proses belajar mengajar. untuk berfikir, oleh karena itu
Jika dalam pembelajaran matematika mengurangi verbalisme, (2)

9
memperbesar perhatian siswa, (3) meningkatkan kematangan rasional dari
meletakkan dasar-dasar yang penting tindakan-tindakan dalam melakukan
untuk perkembangan belajar, oleh tugas, memperdalam pemahaman
karena itu membuat pelajaran lebih terhadap tindakan-tindakan yang
mantap, (4) memberikan pengalaman dilakukan itu, serta memperbaiki
nyata yang dapat menumbuhkan kondisi tempat praktik pembelajaran
kegiatan berusaha sendiri dikalangan tersebut dilakukan.
siswa, (5) menumbuhkan pemikiran Dalam penelitian ini memakai
yang teratur dan kontinyu, terutama penelitian tindakan kelas karena
melalui gambar hidup, (6) membantu merupakan bentuk kajian yang bersifat
tumbuhnya pengertian yang dapat reflektif. Pada penelitian ini disamping
membantu perkembangan kemampuan untuk memantau permasalahan belajar
berkarya, (7) memberikan pengalaman yang dihadapi siswa juga membantu
yang tidak mudah diperoleh dengan guru dalam upaya memperbaiki cara
cara lain dan membantu efisiensi dan mengajarnya selama kegiatan belajar
keragaman yang lebih banyak dalam mengajar berlangsung. Penelitian
belajar. tindakan kelas dilakukan secara
kolaboratif, untuk kemantapan rasional
C. METODE PENELITIAN dalam pelaksanaan tugas, serta
Penelitian ini dilaksanakan memperbaiki kondisi tempat praktik
mengikuti tahap-tahap penelitian pembelajaran sendiri.
tindakan kelas (classroom action Dalam penelitian ini yang
research) yang dikemukakan oleh menjadi subyek penelitian adalah siswa
Kemmis dan Mc Taggart, dengan kelas IX B SMP Negeri 8 Sungai
komponen tindakannya adalah Penuh, semester ganjil, tahun pelajaran
perencanaan (planning), tindakan 2017-2018. Jumlah siswa kelas IX B
(acting), pengamatan (observing), dan seluruhnya ada 40 siswa, terdiri dari 19
refleksi (reflecting). Penelitian siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IX
Action Research yang merupakan B SMP Negeri 8 Sungai Penuh, untuk
bentuk kajian yang bersifat reflektif mata pelajaran matematika pada materi
oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk Kesebangunan dan dilaksanakan pada

10
bulan Agustus 2018sampai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
bulan September 2018. (RPP),
Pelaksanaan tindakan kelas ini 2). Menyiapkan Lembar Kerja
mengikuti model dari Kemmis dan Mc Siswa
Taggart (1999: 6) yang terdiri dari Guru menyiapkan lembar kerja
empat komponen utama yaitu: (a) siswa tentang kompetensi dasar (KD)
perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan untuk digunakan dalam diskusi pada
tindakan, (c) observasi tindakan, (d) kelompok ahli dan juga pada kelompok
refleksi tindakan. Tindakan yang asal.
digunakan adalah penerapan kombinasi
pendekatan pembelajaran kooperatif
2 Refleksi (Reflecting)
tipe Jigsaw dan media benda asli.
Selanjutnya disusunlah prosedur Penelitian tindakan kelas ini
penelitian sebagai berikut : berhasil apabila memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut :
1. Siklus Pertama
1. Siswa aktif berpartisipasi dalam
Rencana Tindakan (Planning) proses pembelajaran yang terlihat
dari berani dan mampu menjawab
Pada kegiatan penelitian
pertanyaan dari guru.
tindakan kelas upaya peningkatan hasil
2. Siswa aktif berpartisipasi dalam
belajar Kesebangunan dengan
proses pembelajaran yang terlihat
menggunakan kombinasi pendekatan
dari berani menanggapi dan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
mengemukakan pendapat tentang
media benda asli siswa kelas IX B SMP
jawaban siswa yang lain.
Negeri 8 Sungai Penuh, peneliti
3. Siswa aktif berpartisipasi dalam
membuat perencanaan yaitu :
proses pembelajaran yang terlihat
1). Membuat Rencana
dari berani dan mampu untuk
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
bertanya tentang materi pelajaran
Sebelum penelitian tindakan
pada hari itu.
kelas dilaksanakan peneliti
4. Siswa aktif berpartisipasi dalam
mengidentifikasi materi yang akan
proses pembelajaran yang terlihat
dilakukan dalam penelitian tindakan
dari setiap anggota kelompok aktif
kelas Kemudian peneliti menyusun

11
dalam mengerjakan tugas 2 Pelaksanaan ( Acting )
kelompoknya. Guru melaksanakan kombinasi
5. Penyelesaian tugas kelompok pendekatan pembelajaran kooperatif
sesuai dengan waktu yang tipe Jigsaw dan media benda asli
disediakan. berdasarkan rencana pembelajaran
6. Siswa mengalami peningkatan hasil hasil refleksi pada siklus pertama.
belajar bangun ruang sisi datar, 3. Pengamatan ( Observation )
dengan kriteria ketuntasan minimal Tim peneliti (guru dan kolaborator)
(KKM) perorangan sama dengan 60 melakukan pengamatan terhadap
untuk masing-masing kompetensi aktivitas siswa saat diberi tindakan
dasar (KD) dan secara klasikal kombinasi pendekatan pembelajaran
untuk masing kompetensi dasar kooperatif tipe Jigsaw dan media
(KD), hasil belajar bangun ruang benda asli.
sisi datar siswa mencapai lebih atau 4. Refleksi ( Reflecting )
sama dengan 85% dari seluruh Peneliti melakukan refleksi terhadap
siswa di kelas itu mendapat nilai 60 pelaksanaan siklus kedua dan
atau lebih. menyusun rencana (replanning)
7. Guru dalam melaksanakan untuk siklus ketiga.
penggunaan kombinasi metode
pembelajaran dan media
pembelajaran sudah sesuai dengan 3. Siklus Ketiga
prosedur yang telah direncanakan.
Siklus ketiga merupakan putaran
.2. Siklus Kedua ketiga dari kombinasi pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
Seperti halnya siklus pertama,
media benda asli dengan tahapan yang
siklus keduapun terdiri dari
sama seperti pada siklus pertama dan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
kedua.
dan refleksi.
1. Perencanaan ( Planning )
1. Perencanaan ( Planning )
Peneliti membuat rencana pembelajaran
Peneliti membuat rencana
berdasarkan hasil refleksi pada
pembelajaran berdasarkan hasil refleksi
siklus kedua.
pada siklus
2. Pelaksanaan ( Acting )

12
Guru melaksanakan kombinasi dengan indikator keberhasilan proses
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
kooperatif tipe Jigsaw dan media perencanaan. Data yang muncul dalam
benda asli berdasarkan rencana pelaksanaan tindakan kemudian diamati
pembelajaran hasil refleksi pada dan dipaparkan.
siklus kedua.
1. Siklus I
3. Pengamatan ( Observation )
Tim peneliti (guru dan Siklus I adalah Kondisi awal
kolaborator) melakukan dilaksanakannya metode pembelajaran
pengamatan terhadap aktivitas Kooperatif Jigsaw. Untuk mengetahui
siswa saat diberi tindakan nilai kemampuan awal dari siswa kelas
kombinasi pendekatan IX B SMP N 8 Sungai Penuh. Siklus
pembelajaran kooperatif tipe pertama terdiri dari empat tahap, yakni
Jigsaw dan media benda asli. perencanaan, pelaksanaan, observasi,
4. Refleksi ( Reflecting ) dan refleksi serta replanning.
Tim peneliti melakukan refleksi Untuk mengetahui keadaan nilai
terhadap pelaksanaan siklus ketiga awal siswa kelas IX B SMP Negeri 8
dan menganalisis serta membuat Sungai Penuh soal yang digunakan
kesimpulan atas pelaksanaan berupa tes tertulis, yaitu tes berupa apa
kombinasi pendekatan yang di pahami siswa saat dia belajar
pembelajaran kooperatif tipe memahami sendiri tentang
Jigsaw dan media benda asli Kesebangunan .
dalam peningkatan aktivitas siswa Hasil observasi ketepatan
dan hasil belajar bangun ruang sisi prosedur pelaksanaan tindakan yang
datar. dilakukan dalam kegiatan belajar
mengajar pada siklus pertama masih
D. HASIL PENELITIAN tergolong rendah dengan perolehan skor
Hasil penelitian ini meliputi hasil 38 atau 63,33 % sedangkan skor
tes dan hasil nontes. Hasil tes dari dikatakan berhasil harus mencapai lebih
peningkatan hasil belajar dengan atau sama dengan 85%.
metode Kooperatif Jigsaw. Pengamatan
terhadap data proses dilakukan sesuai 2 Siklus II

13
Siklus II adalah sisklus Memasuki kegiatan inti, siswa di
penerapan metode Kooperatif Jigsaw bagi kedalam beberapa kelompok kecil
dalam proses pembelajaran. yang terdiri atas 5 orang masing masing
Terjadi beberapa peningkatan kelompok. Maka terciptalah 8
hasil belajar siswa dalam tiap –tiap kelompok kecil dalam kelas tersebut.
kelompok yang cukup baik, pada siklus Setiap perwakilan kelompok mengambil
II ini nilai rata rata tertinggi di dapat soal yang sudah di buat pada kertas
oleh kelompok 11 yaitu sebesar 88% selembar, lalu tiap kelompok di minta
mengalami kenaikan sebesar 19% dari untuk memperhatikan penjelasan guru
nilai rata-rata kelompok tertinggi pada mengenai materi Kesebangunan, dengan
siklus I. Dan nilai rata – rata terendah beberapa contoh yang mendukung, lalu
mengalami kenaikan nilai 14% dari setiap kelompok diminta untuk
nilai rata-rata kelompok terendah pada memahami Materi tersebut, lalu
siklus I. Dan pada siklus II ini diperoleh menerapkannya pada beberapa contoh
nilai rata-rata seluruh kelompok dalam soal yang berbeda beda.
proses pembelajaran menggunakan Kemudian setelah waktu
metode Kooperatif Jigsaw adalah berjalan 1 jam pelajaran, baru lah guru
sebesar 75% yang artinya mengalami membagikan lembaran soal tes masing
peningkatan sebesar 22% dari Siklus I. masing kelompok.
Pada kegiatan akhir, peneliti
3. Siklus III memberikan penguatan terhadap hasil
Dalam tes siklus III tindakan pembelajaran. Guru bersama siswa
yang dilakukan di awal proses mengevaluasi hasil pembelajaran
pembelajaran adalah guru terlebih dengan cara peneliti memberikan
dahulu melakukan apersepsi dengan evaluasi pada setiap siswa yaitu berupa
menyapa dan menanyakan keadaan soal pilihan ganda sebanyak 5 soal.
siswa, sehingga tercipta suasana yang Selanjutnya, siswa bersama guru
kondusif dan komunikatif di dalam melakukan refleksi terhadap proses
kelas. Selanjutnya, guru menjelaskan pembelajaran menemukan gagasan
tujuan dan manfaat pembelajaran yang utama dan menyimpulkan isi teks
akan dilaksanakan pada hari tersebut bacaan pada hari tersebut.
secara singkat.

14
Jadi dalam siklus III tes oleh ketua kelompoknya
dilakukan di akhir siklus III. Hasil tes masing-masing, serta format soal
tersebut selanjutnya dikumpulkan pada dan Tes Formatif yang cocok
guru dan kemudian hasil tes tersebut untuk siswa.
dikoreksi dan dinilai oleh guru untuk 2. Tindakan penelitian
mengetahui hasil pembelajaran siswa 3. Pengamatan
apakah ada peningkatan atau tidak. tiap a.Cara guru dalam menjelaskan materi
– tiap kelompok yang mengalamai pelajaran.
kenaikan yang cukup siknifikan,,, b.Siswa diarahkan untuk berani
dimana nilai rata- rata tertinggi mencpai bertanya.
90% atau dalam kategori sangat Baik, c.Menggunakan alat peraga yang
yang mengalami kenaikan sebesar 2%. menunjang pelajaran saat itu.
Dan yang terendah sebesar 76% yang d.Peneliti berusaha agar situasi kelas
artinya mengalami kenaikan sebesar selalu menyenangkan.
15% dari siklkus II. Dengan rata- rata e. Peneliti menggunakan
nilai keseluruhan kelompok sebesar Quantum Teaching dimaksudkan setiap
84% dalam kategori sangat Baik. keberhasilan perlu dirayakan, misalnya
ada satu kelompok kecil yang
Pembahasan dalam penelitian ini menjawab pertanyaan guru dengan
berdasarkan hasil penelitian selama tiga jawaban benar, maka kelompok yang
siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus lain perlu bertepuk tangan dan
III. Pembahasan hasil tiga siklus itu seterusnya.
meliputi hasil tes Hal ini menunjukkan f. Peneliti memilih buku pelajaran
bahwa hasil belajar siswa SMP 8 Sungai yang bermutu tinggi.
Penuh kelas IX B meningkat. Faktor- g. Khusus pada pembuktian
faktor keberhasilan ini antara lain Kesebangunan siswa
disebabkan oleh: mempraktikannya dengan
1. Perencanaan dari siklus ke siklus karton yang diguntingsesuai
lainnya sangat tepat, yaitu dengan ukuran yang
pembuatan Rencana dikehendaki, kemudian
Pembelajaran, diskusi antar menempelkan pada karton lain
kelompok kecil yang dipimpin

15
sesuai dengan yang 1. Meningkatkan aktivitas serta ke
direncanakan. aktifan secara langsung siswa kelas
XI B SMP Negeri 8 Sungai Penuh
Dari siklus III dapat pula untuk belajar mata pelajaran
dijelaskan bahwa dari 40 orang siswa, Matematika pada pokok bahasan
36 siswa sudah memiliki bobot Kesebangunan melalui kombinasi
kualitatif B (baik), artinya hasil belajar antara metode Kooperatif Jigsaw
matematika siswa , khususnya pada dengan media Benda Asli. Dimana
pokok bahasan Kesebangunan mereka dapat memiliki rasa
meningkat yaitu nilai yang dihasilkan partisipasi yang tinggi dan rasa
kian meningkat, dilihat dari kenaikan kompetisi yang dapat mendorong
presentase rata rata nilai setiap tes soal mereka untuk berusaha sebisa
yang di berikan , yaitu menunjukkan mungkin memperoleh nilai yang
hasil rata – rata nilai tiap siswa dalam memuaskan.
tiap – tiap kelompok yang mengalamai 2. Meningkatkan prestasi belajar siswa
kenaikan yang cukup siknifikan,,, kelas IX B SMP Negeri 8 Sungai
dimana nilai rata- rata tertinggi mencpai Penuh pada pokok Kesebangunan
90% atau dalam kategori sangat Baik, melalui kombinasi antara metode
yang mengalami kenaikan sebesar 2%. Kooperatif Jigsaw dengan media
Dan yang terendah sebesar 76% yang Benda Asli.
artinya mengalami kenaikan sebesar 3. Membuat mereka dapat belajar
15% dari siklkus II. Dengan rata- rata dengan pemahaman yang mereka
nilai keseluruhan kelompok sebesar peroleh sendiri bersama teman teman
84% dalam kategori sangat Baik mereka, dimana pengalam yang di
dapat sendiri itu akan lebih lama
E. KESIMPULAN DAN SARAN. tertanam dalam ingatan mereka.
Berdasarkan hasil pembahasan 4. Membuat mereka untuk lebih berani
dari siklus I, siklus II dan siklus III mengemukakan pendapat, serta
dapat disimpulkan bahwa melalui mengajukan pertanyaan pada teman
diskusi dalam kelompok-kelompok maupun Guru mereka.
kecil dapat: 5. Tercipta suasana belajar yang
menyenangkan serta kondusif.

16
6. Siswa dapat menjadi lebih kreatif dan sebagai suatu alternatif untuk
belajar untuk bersosialisasi dengan meningkatkan keaktifan maupun
teman yang lain dalam memahami aktivitas siswa dan hasil belajar
serta menyelesaikan soal – soal yang siswa dalam pembelajaran
di berikan oleh guru, atau pun soal – kesebangunan.
soal lain yang akan mereka temui di 2. Karena kegiatan ini sangat
kehidupan nyata mereka. bermanfaat khususnya bagi guru dan
siswa, maka diharapkan kegiatan ini
Telah terbuktinya kombinasi dapat dilakukan secara
pendekatan pembelajaran kooperatif berkesinambungan dalam pelajaran
tipe Jigsaw dan media benda asli dapat matematika maupun pelajaran lain.
meningkatkan keaktifan maupun 3. Mari bersama untuk berinivasi
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa menciptakan suasana belajar yang
dalam pembelajaran bangun ruang sisi menyenangkan di dalam kelas,
datar, maka kami sarankan hal-hal dengan menerapkan beberapa
sebagai berikut : metode pembelajaran yang
1.Dalam kegiatan belajar mengajar guru menyenangkan, salah satunya adalah
diharapkan menjadikan kombinasi dengan melalui Diskusi dalam
pendekatan pembelajaran kooperatif Kelompok – Kelompok kecil.
tipe Jigsaw dan media benda asli

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Budijastuti, Widowati. 2001. Strategi Pembelajaran Dalam Pelatihan. Surabaya:


Universitas Negeri Surabaya

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran


Matematika SMP & MTs Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kalender Pendidikan Nasional.

Dick, W & Carey, L. 1985. The Sistematic Design of Instruction. Illionis, CH:
Scott, Foreman & Company.

17
Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo. 2006. Materi Pengembangan Profesi Guru
Tahun 2006. Sidoarjo: Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta. Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar.Jakarta. PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka

Cipta.

Gagne, RM & Briggs, L. 1979. Principles of Instructional Design. Holt, Rinehart and
Winston.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.


Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


Sistem . Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara.

Heinch, Robert. 1996. Media and Technologies for Learning. Englewood Cliffs, N.J, :
Merrill, c 1996.

Heinich. 1982. Research in Distance Education.

http://www.depdiknas.go.id/inlink.php?to=kalender

J.Alder, Montimer dan Van Doren, Charles. 2006. How to Read a book, cara jitu
mencapai puncak tujuan membaca. Jakarta: iPublishing .

Mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran. Bumi Aksara.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta.: PT Rineka Cipta.

18
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sadiman, Arief Sukadi. 2006. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,


dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sekolah Indonesia. 2005. Mading. http://www.sekolahindonesia.com/sidev /mading


/mading.asp?iid_mading=72&iid _Sekolah=1

Sholeh, Muhammad. 1998. Pokok-pokok Pengajaran Matematika Sekolah.


Jakarta: Depdikbud.

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice (2 nd


ed). Boston: Allyn & Bacon.

Soekowati, July Tri. 2006. Pengembangan Bahan Ajar Sains Biologi dengan
Pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas VII SMP
Negeri 1 Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Tesis. Surabaya: UNIPA

Sudjana & Rivai. 2005. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru.

Sugiono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suharta, I Gusti Putu.2001. Matematika Realistik : Apa dan Bagaimana?. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/38/Matematika%20Realistik.htm

Wijaya, Tresna Sastra. 2000. Pengembangan Program Pengajaran. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Yusuf. 2003. Proses Dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif
(Jigsaw). Tesis. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Program Pasca Sarjana.
Program Studi Pendidikan Sains.

19

Anda mungkin juga menyukai