5-Sapto BW PDF
5-Sapto BW PDF
ABSTRAK
Di dalam lapisan perkerasan jalan pada umumnya menggunakan asphal
konvensional tanpa campuran asbuton. Apabila lebih jeli lagi dalam melihat potensi
asbuton yang kualitasnya setara dengan TLA (Trinidad Lake Asphalt) yang kualitasnya
telah diakui di dunia konstruksi jalan raya, maka sangat menguntungkan untuk
diaplikasikan pada perkerasan jalan di Indonesia apabila melihat wilayah Indonesia
khususnya Pulau Buton yang memiliki tambang aspal cukup besar, sehingga dapat
dimanfaatkan kedalam campuran laston lapis aus (AC – WC). Oleh karena itu diadakan
penelitian untuk mengetahui perhitungan campuran Aspal panas khususnya untuk
campuran laston lapis aus (AC–WC) modifikasi asbuton. dan mengetahui nilai
stabilitas yang dapat dicapai, sehingga dapat mengetahui dan memahami dari hasil
perhitungan penggunaan campuran laston lapis aus (AC – WC) Modifikasi Asbuton.
Hasil penelitian campuran laston (AC-WC) modifikasi asbuton memenuhi syarat –
syarat spesifikasi Bina Marga dan kadar aspal optimum sebesar 6.1 % namun kadar
aspal yang di pakai 5.6 % karena dari segi biaya semakin irit dan nilai stabilitasnya
juga sudah sangat memenuhi dari spesifikasi yang di keluarkan Bina Marga dengan
nilai stabilitas yang di peroleh 1331(Min 1000).
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan ukuran butirannya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat
halus, dan bahan pengisi (filler). Berdasarkan spesifikasi bina marga 2004 yaitu :
a. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari saringan No. 8
(2,36 mm).
b. Agregat Halus, adalah agregat dengan ukuran butir lebih halus dari saringan No. 8
(2,36 mm).
c. Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang lolos saringan No. 200
(0,075 mm)
Sifat Agregat Sebagai Material Perkerasan Jalan
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan
di antaranya gradasi, kebersihan, kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur
permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis, dan daya lekat
dengan aspal dan gradasi agregat merupakan sifat yang sangat luas pengaruhnya
terhadap kualitas perkerasan secara keseluruhan.
Gradasi Agregat Campuran
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen
terhadap berat agregat, harus memenuhi batas–batas dan harus berada di luar daerah
larangan (Retriction Zone) dan juga harus mempunyai jarak terhadap batas–batas
toleransi yang diberikan dan terletak di luar daerah larangan.
Tabel 1. Persyaratan Agregat Campuran Laston Ac-Wc Asbuton
Jenis Aspal
Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan atas Aspal Alam yang
diperoleh dari gunung-gunung seperti di Pulau Buton dan ada pula yang diperoleh dari
danau seperti di Trinidad, sedangkan Aspal Minyak adalah aspal yang merupakan residu
destilasi minyak bumi. Aspal minyak ini dibedakan lagi menjadi 3 bentuk sesuai pada
temperatur ruang yaitu Aspal Padat, Aspal Cair, Aspal Emulsi.
a. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang dan
menjadi car jika dipanaskan atau juga disebut (semen aspal).
b. Aspal cair adalah aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang. Aspal cair merupakan
semen aspal yang dicairkan dengan menggunakan bahan pencair dari hasil
penyulinag minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar.
c. Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi, yang
dilakukan di pabrik aspal emulsi, butir-butir aspal larut dalam air
Fungsi Aspal Sebagai Material Perkerasan Jalan
1) Bahan pengikat, memberikan katan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara
sesama aspal.
2) Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada di dalam
butir agregat itu sendiri.
Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka aspal haruslah
memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat dilaksanakan mempunyai
tingkat kekentalan tertentu.
Perencanaan Campuran
Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Laston (Lapis Beton Aspal) adalah lapisan
penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural. Sukirman Silvia.
1999. Laston (Lapis Aspal Beton) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang
terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus,
dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Spesifikasi Bina Marga. 2004.
Laston (AC-WC) memiliki kepanjangan dari, AC (Asphaltic Concrete) - WC (Wearing
Course). Sedangkan dalam Perkerasan Lentur Jalan Raya, Silvia Sukirman menjelaskan
WC (Wearing Course) sama artinya dengan Lapis Aus dan lapis aus adalah lapisan
yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga menjadi aus.
Lapis permukaan (surface course)
1. Partikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal.
2. Rongga-rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara
3. Terdapat rongga antar butir yang terisi udara.
4. Terdapat lapisan aspal yang ketebalannya tergantung dan kadar aspal yang
dipergunakan untuk menyelimuti partikel-partikel agregat.
Oleh sebab itu, jika memakai gradasi rapat (densegraded) akan menghasilkan
kepadatan yang baik, yang berarti pula memberikan stabilitas yang baik, tetapi
mempunyai rongga pori yang kecil sehingga memberikan kelenturan (fleksibilitas)
yang kurang baik dan akibat tambahan pemadatan dari beban lalu lintas berulang serta
aspal yang mencair akibat pengaruh cuaca akan memberikan tahanan geser yang kecil.
Sebaliknya jika menggunakan gradasi tidak rapat, akan diperoleh kelenturan
yang baik, tetapi stabilitas yang kecil. Kadar aspal yang terlalu sedikit akan
mengakibatkan lapisan pengikat antar butir kurang, lebih-lebih jika kadar rongga yang
dapat diresapi aspal besar. Hal ini mengakibatkan lapisan aspal cepat lepas dan
durabilitas (keawetan/daya tahan) berkurang. Kadar aspal yang tinggi mengakibatkan
kelenturan yang baik tetapi dapat terjadi bleeding sehingga stabilitas dan tahanan geser
berkurang.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa haruslah ditentukan campuran
antara agregat dan aspal seoptimal mungkin sehingga dapat menghasilkan lapisan
perkerasan dengan kualitas yang seoptimal mungkin. Selain itu haruslah direncanakan
campuran yang meliputi gradasi agregat (dengan memperhatikan mutu agregat) dan
kadar aspal sehingga dihasilkan lapisan perkerasan yang baik, misalnya:
1. Kadar aspal cukup memberikan kelenturan.
2. Stabilitas cukup memberikan kemampuan memikul beban sehingga tidak terjadi
deformasi yang merusak.
3. Kadar rongga cukup memberikan kesempatan untuk pemadatan tambahan akibat
beban berulang dan flow dari aspal.
4. Dapat menghasilkan campuran yang akhirnya menghasilkan lapis perkerasan yang
sesuai dengan persyaratan dalam pemilihan lapis perkerasan.
Salah satu prosedur rancangan campuran yaitu (Spesifikasi Bina Marga, 2004):
Pengujian percobaan campuran di laboratorium harus dilaksanakan dalam tiga langkah
dasar sebagai berikut:
a. memperoleh gradasi agregat yang cocok
suatu gradasi agregat yang cocok diperoleh dari penentuan persentase yang
memadai dari setiap fraksi agregat. Untuk campuran aspal beton (AC) dapat
dibuat bergradasi halus (mendekati batas titik-titik kontrol atas).
b. membuat rumus campuran rancangan (design mix formula)
melakukan rancangan dan pemadatan marshall sampai membal (refusal).
Perkiraan awal kadar aspal rancangan dapat diperoleh dari rumus dibawah ini:
Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% Filler) + konstanta
Keterangan:
Pb = kadar aspal perkiraan
CA = agregat kasar tertahan saringan No. 8
FA = agregat halus lolos saringan No. 8 dan tertahan No 200
F = agregat halus lolos saringan No. 200
Penyelidikan Stabilitas Modifikasi Asbuton 59
Nilai konstanta sekitar 0,5-1,0 untuk (AC) dan 2,0-3,0 untuk (HRS). Benda uji
Marshall diambil tiga kadar aspal di atas nilai Pb dan dua kadar aspal di bawah
nilai Pb, dengan ketentuan masing-masing benda uji ditumbuk 2x75 tumbukan.
c. memperoleh persetujuan rumus campuran rancangan (DMF) sebagai rumus
perbandingan campuran (JMF)
menyatakan bahwa rancangan campuran Laboratorium telah memenuhi
ketentuan dengan membuat campuran aspal dan melakukan pengujian kepadatan
dengan marshall dan membal (refusal) pada benda uji.
Formula Campuran Rencana (FCR) harus mencantukan hal-hal sebagai berikut
(Departemen Pekerjaan Umum, 1999):
a. ukuran partikel maksimum nominal
b. sumber agregat
c. presentase masing – masing fraksi agregat
d. kombinasi gradasi agregat campuran sesuai dengan gradasi
e. kadar aspal total dinyatakan dalam persen berat total campuran
f. penyerapan aspal dinyatakan terhadap berat total agregat
FCR harus ditunjang dengan data percobaan campuran di laboratorium dan
grafik – grafik untuk menunjukkan bahwa campuran memenuhi seluruh ketentuan
sesuai dengan kriteria.Hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. memastikan bahwa usulan rencana campuran memenuhi spesifikasi.
b. jika rencana campuran tersebut tidak memenuhi spesifikasi, maka perlu dilanjutkan
untuk memperoleh rencana campuran yang sepenuhnya memenuhi spesifikasi.
Tabel 2. Persyaratan sifat Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton
(a + b + c)
Keterangan:
(a + b + c) = Persentase Berat Agregat Campuran.
Bj agregat a = Berat jenis agregat kasar.
Bj agregat b = Berat jenis agregat halus.
Bj agregat c = Berat jenis filler.
berat jenis bulk bahan pengisi sulit ditentukan dengan teliti. Namun demikian,
jika berat jenis nyata (apparent) bahan pengisi dimasukkan, maka
penyimpangan yang timbul dapat diabaikan.
2. Berat Jenis Effektif Agregat:
Bila berat jenis maksimum campuran (Gmm) diukur dengan AASHTO T-209-90,
maka berat jenis efektif campuran (Gse), kecuali rongga dalam partikel agregat
yang menyerap aspal, dapat ditentukan dengan rumus berikut:
. (a + b + c)/2
Gse =
(a/Bj agg a)+ (b/Bj agg b)+ (c/Bj agg c)+(Gsb/2)
Keterangan:
Gse = Berat jenis efektif agregat.
(a + b + c) = Proporsi campuran (% berat agregat gabungan).
(Bj app a) = Berat jenis apparent agregat a.
Pba
Pbe =Pb - x Ps
100
Keterangan:
Pbe = kadar aspal efektif, persen total campuran.
Pb = kadar aspal, persen total campuran.
Pba = penyerapan aspal, persen total agregat.
Gb = kadar agregat, persen total campuran.
Gmm - Gmb
Va = 100 x
Gmm
62 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 55 - 68
Keterangan :
Va = rongga udara campuran, persen total campuran.
Gmb = berat jenis bulk campuran padat (AASHTO - T-160)
Gmm = berat jenis maksimum campuran.
601.20
x 100 % = 30.59
1,965.40
Keterangan
a = Jumlah berat agregat
b = Jumlah total berat agregat
b. Berat Jenis (Bulk) Agregat Kasar
Tabel 3. Lampiran halaman 9 perhitungan HOT - BIN II
No. Contoh 1
1331
Mq = = 319.4 Kg/mm
4.2
Gambar 6. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Nilai Hasil Bagi Marshall
Kecenderungan bentuk lengkung hubungan antara kadar aspal dan Hasil Bagi
Marshall adalah lengkung Hasil Bagi Marshall akan turun sampai mencapai nilai
minimum.
Kelelahan / Flow
Flow = pembacaan dial kelelahan
Flow = 4.2 mm
4. Untuk nilai stabilitas, dari hasil perhitungan semua kadar aspal memiliki nilai
stabilitas yang memenuhi persyaratan Bina Marga (Min 1000) dari nilai stabilitas
yang didapat (1331)
5. Untuk nilai MQ (Hasil Bagi Marshall) dari hasil perhitungan yang memenuhi
spesifikasi Bina Marga (Min 300) dengan nilai Hasil Bagi Marshall (319.4).
Dari hasil analisis yang telah diulas dalam Bab 4, maka kadar aspal optimum sebesar
6.1 % namun kadar aspal yang di pakai 5.6 % karena dari segi biaya semakin irit dan
nilai stabilitasnya juga sudah sangat memenuhi spesifikasi Bina Marga dengan nilai
stabilitas yang di peroleh 1331 (Min 1000).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bahwa hasil perhitungan campuran laston (AC-WC) Modifikasi Asbuton
memenuhi syarat – syarat spesifikasi Bina Marga dan kadar aspal optimum sebesar 6.1
% namun kadar aspal yang di pakai 5.6 % karena dari segi biaya semakin irit dan nilai
stabilitasnya juga sudah sangat memenuhi dari spesifikasi yang di keluarkan Bina
Marga dengan nilai stabilitas yang di peroleh 1331(Min 1000).
Saran
Untuk penggunaan campuran laston (AC-WC) Modifikasi Asbuton lebih baik sebesar 1
%.
DAFTAR PUSTAKA
Aly M. A., (2004), Teknologi Perkerasan Jalan Beton Semen, Jakarta: Yayasan
Pengembang Tekhnologi dan Manajemen,
Anonim (1971), Usaha Peningkatan, Pemanfaatan / Penggunaan Aspal Buton, Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
Anonim (1987), Peetunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya,
SKBI.2.4.26.1987
Asphalt Institute (1996), Superpave Mix Design, Superpave Series No. 2 (SP.2)
Atkins, Harold, N (2003), Highway Materials, Soils, and Concrete, Prentice Hall
Dwight Walker, Pam Turner, Mike Anderson (1998), Asphalt, Asphalt Institute
Summer/Spring, Vol. 12 No. 2
Huang, Y. H., (1993). Pavement Analysis and Design, Prentice Hall, Englewood Cliff,
New Jersey, USA.
Roberts, F.L., Kandhal, P.S., Dah Jiun Lee, Kennedy, T.W.(1991), Hot Mix Asphalt,
Materials, Mixture, Design and Construction, NAPA Education, Maryland
Sukirman, Silvia (2007), Beton Aspal Campuran Panas, Edisi 2, Jakarta: Penerbit
Yayasan Obor