Anda di halaman 1dari 14

Penyelidikan Stabilitas Modifikasi Asbuton 55

PENYELIDIKAN STABILITAS MODIFIKASI ASBUTON

Sapto Budi Wasono

ABSTRAK
Di dalam lapisan perkerasan jalan pada umumnya menggunakan asphal
konvensional tanpa campuran asbuton. Apabila lebih jeli lagi dalam melihat potensi
asbuton yang kualitasnya setara dengan TLA (Trinidad Lake Asphalt) yang kualitasnya
telah diakui di dunia konstruksi jalan raya, maka sangat menguntungkan untuk
diaplikasikan pada perkerasan jalan di Indonesia apabila melihat wilayah Indonesia
khususnya Pulau Buton yang memiliki tambang aspal cukup besar, sehingga dapat
dimanfaatkan kedalam campuran laston lapis aus (AC – WC). Oleh karena itu diadakan
penelitian untuk mengetahui perhitungan campuran Aspal panas khususnya untuk
campuran laston lapis aus (AC–WC) modifikasi asbuton. dan mengetahui nilai
stabilitas yang dapat dicapai, sehingga dapat mengetahui dan memahami dari hasil
perhitungan penggunaan campuran laston lapis aus (AC – WC) Modifikasi Asbuton.
Hasil penelitian campuran laston (AC-WC) modifikasi asbuton memenuhi syarat –
syarat spesifikasi Bina Marga dan kadar aspal optimum sebesar 6.1 % namun kadar
aspal yang di pakai 5.6 % karena dari segi biaya semakin irit dan nilai stabilitasnya
juga sudah sangat memenuhi dari spesifikasi yang di keluarkan Bina Marga dengan
nilai stabilitas yang di peroleh 1331(Min 1000).

Kata kunci : Asbuton, Aspal Pertamina, Metode Bina Marga


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sesuai dengan informasi yang didapat dalam pelaksanaannya AC-WC +
Asbuton dapat dicampur dengan Aspal Pertamina dan sesuai dengan pengujian yang
dilakukan di Puslitbang Jalan dan Jembatan. Dengan hasil Lab Puslitbang Jalan dan
Jembatan diharapkan semakin banyak proyek–proyek perkerasan jalan yang
memanfaatkan Asbuton dengan cara memodifikasinya karena Bitumen Asbuton
mempunyai titik lembek dan daya adhesi yang tinggi sehingga diharapkan dapat
menaikkan stabilitas dinamis campuran dan meningkatkan umur rencana jalan. selain
itu Bitumen Asbuton memiliki kandungan filler hydrophobic dalam jumlah yang
optimal serta tersebar merata dalam akan membentuk mastic asphalt yang kuat dan lebih
kedap air diharapkan menaikkan ketahanan campuran terhadap pengaruh negatif air.
dengan karakteristik tersebut sangat cocok digunakan sebagai modifier aspal minyak
untuk menghasilkan lapis perkerasan yang lebih durable. Sebagai mahasiswa yang
masih awam dan ingin lebih mengerti dalam perhitungan campuran Aspal panas
khususnya untuk campuran laston lapis aus (AC – WC) Modifikasi Asbuton. dan
seberapa besar nilai stabilitas yang dapat dicapai. Sehingga dapat mengetahui dan
memahami dari hasil perhitungan penggunaan campuran laston lapis aus (AC – WC)
Modifikasi Asbuton.
Rumusan Masalah
Apakah perhitungan campuran laston lapis aus (AC – WC) Modifikasi Asbuton
stabilitasnya sesuai dan memenuhi dengan spesifikasi yang dikeluarkan Bina Marga?
56 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 55 - 68

TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan ukuran butirannya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat
halus, dan bahan pengisi (filler). Berdasarkan spesifikasi bina marga 2004 yaitu :
a. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari saringan No. 8
(2,36 mm).
b. Agregat Halus, adalah agregat dengan ukuran butir lebih halus dari saringan No. 8
(2,36 mm).
c. Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang lolos saringan No. 200
(0,075 mm)
Sifat Agregat Sebagai Material Perkerasan Jalan
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan
di antaranya gradasi, kebersihan, kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur
permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis, dan daya lekat
dengan aspal dan gradasi agregat merupakan sifat yang sangat luas pengaruhnya
terhadap kualitas perkerasan secara keseluruhan.
Gradasi Agregat Campuran
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen
terhadap berat agregat, harus memenuhi batas–batas dan harus berada di luar daerah
larangan (Retriction Zone) dan juga harus mempunyai jarak terhadap batas–batas
toleransi yang diberikan dan terletak di luar daerah larangan.
Tabel 1. Persyaratan Agregat Campuran Laston Ac-Wc Asbuton

Sumber : Spesifikasi Bina Marga (2004)


Catatan : Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas–
batas rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi–gradasi tersebut. Batas–batas
gradasi ditentukan pada ayakan ukuran nominal maksimum. Ayakan menengah (2.36
mm) dan ayakan terkecil (0.075 mm).
Penyelidikan Stabilitas Modifikasi Asbuton 57

Jenis Aspal
Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan atas Aspal Alam yang
diperoleh dari gunung-gunung seperti di Pulau Buton dan ada pula yang diperoleh dari
danau seperti di Trinidad, sedangkan Aspal Minyak adalah aspal yang merupakan residu
destilasi minyak bumi. Aspal minyak ini dibedakan lagi menjadi 3 bentuk sesuai pada
temperatur ruang yaitu Aspal Padat, Aspal Cair, Aspal Emulsi.
a. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang dan
menjadi car jika dipanaskan atau juga disebut (semen aspal).
b. Aspal cair adalah aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang. Aspal cair merupakan
semen aspal yang dicairkan dengan menggunakan bahan pencair dari hasil
penyulinag minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar.
c. Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi, yang
dilakukan di pabrik aspal emulsi, butir-butir aspal larut dalam air
Fungsi Aspal Sebagai Material Perkerasan Jalan
1) Bahan pengikat, memberikan katan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara
sesama aspal.
2) Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada di dalam
butir agregat itu sendiri.
Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka aspal haruslah
memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat dilaksanakan mempunyai
tingkat kekentalan tertentu.
Perencanaan Campuran
Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Laston (Lapis Beton Aspal) adalah lapisan
penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural. Sukirman Silvia.
1999. Laston (Lapis Aspal Beton) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang
terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus,
dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Spesifikasi Bina Marga. 2004.
Laston (AC-WC) memiliki kepanjangan dari, AC (Asphaltic Concrete) - WC (Wearing
Course). Sedangkan dalam Perkerasan Lentur Jalan Raya, Silvia Sukirman menjelaskan
WC (Wearing Course) sama artinya dengan Lapis Aus dan lapis aus adalah lapisan
yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga menjadi aus.
Lapis permukaan (surface course)

Lapis pondasi atas (base course)

Lapis pondasi bawah (subbase course)

Lapis tanah dasar (subgrade)

Gambar 1. Susunan Lapisan Perkerasan Lentur


Sumber : Sukirman (1999)
Perencanaan campuran (mix design) dimaksudkan untuk menentukan proporsi
campuran baik agregat kasar, agregat halus dan filler yang sesuai dengan
persyaratan/spesifikasi gradasi. Jika agregat dicampur dengan aspal maka:
58 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 55 - 68

1. Partikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal.
2. Rongga-rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara
3. Terdapat rongga antar butir yang terisi udara.
4. Terdapat lapisan aspal yang ketebalannya tergantung dan kadar aspal yang
dipergunakan untuk menyelimuti partikel-partikel agregat.
Oleh sebab itu, jika memakai gradasi rapat (densegraded) akan menghasilkan
kepadatan yang baik, yang berarti pula memberikan stabilitas yang baik, tetapi
mempunyai rongga pori yang kecil sehingga memberikan kelenturan (fleksibilitas)
yang kurang baik dan akibat tambahan pemadatan dari beban lalu lintas berulang serta
aspal yang mencair akibat pengaruh cuaca akan memberikan tahanan geser yang kecil.
Sebaliknya jika menggunakan gradasi tidak rapat, akan diperoleh kelenturan
yang baik, tetapi stabilitas yang kecil. Kadar aspal yang terlalu sedikit akan
mengakibatkan lapisan pengikat antar butir kurang, lebih-lebih jika kadar rongga yang
dapat diresapi aspal besar. Hal ini mengakibatkan lapisan aspal cepat lepas dan
durabilitas (keawetan/daya tahan) berkurang. Kadar aspal yang tinggi mengakibatkan
kelenturan yang baik tetapi dapat terjadi bleeding sehingga stabilitas dan tahanan geser
berkurang.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa haruslah ditentukan campuran
antara agregat dan aspal seoptimal mungkin sehingga dapat menghasilkan lapisan
perkerasan dengan kualitas yang seoptimal mungkin. Selain itu haruslah direncanakan
campuran yang meliputi gradasi agregat (dengan memperhatikan mutu agregat) dan
kadar aspal sehingga dihasilkan lapisan perkerasan yang baik, misalnya:
1. Kadar aspal cukup memberikan kelenturan.
2. Stabilitas cukup memberikan kemampuan memikul beban sehingga tidak terjadi
deformasi yang merusak.
3. Kadar rongga cukup memberikan kesempatan untuk pemadatan tambahan akibat
beban berulang dan flow dari aspal.
4. Dapat menghasilkan campuran yang akhirnya menghasilkan lapis perkerasan yang
sesuai dengan persyaratan dalam pemilihan lapis perkerasan.
Salah satu prosedur rancangan campuran yaitu (Spesifikasi Bina Marga, 2004):
Pengujian percobaan campuran di laboratorium harus dilaksanakan dalam tiga langkah
dasar sebagai berikut:
a. memperoleh gradasi agregat yang cocok
suatu gradasi agregat yang cocok diperoleh dari penentuan persentase yang
memadai dari setiap fraksi agregat. Untuk campuran aspal beton (AC) dapat
dibuat bergradasi halus (mendekati batas titik-titik kontrol atas).
b. membuat rumus campuran rancangan (design mix formula)
melakukan rancangan dan pemadatan marshall sampai membal (refusal).
Perkiraan awal kadar aspal rancangan dapat diperoleh dari rumus dibawah ini:
Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% Filler) + konstanta
Keterangan:
Pb = kadar aspal perkiraan
CA = agregat kasar tertahan saringan No. 8
FA = agregat halus lolos saringan No. 8 dan tertahan No 200
F = agregat halus lolos saringan No. 200
Penyelidikan Stabilitas Modifikasi Asbuton 59

Nilai konstanta sekitar 0,5-1,0 untuk (AC) dan 2,0-3,0 untuk (HRS). Benda uji
Marshall diambil tiga kadar aspal di atas nilai Pb dan dua kadar aspal di bawah
nilai Pb, dengan ketentuan masing-masing benda uji ditumbuk 2x75 tumbukan.
c. memperoleh persetujuan rumus campuran rancangan (DMF) sebagai rumus
perbandingan campuran (JMF)
menyatakan bahwa rancangan campuran Laboratorium telah memenuhi
ketentuan dengan membuat campuran aspal dan melakukan pengujian kepadatan
dengan marshall dan membal (refusal) pada benda uji.
Formula Campuran Rencana (FCR) harus mencantukan hal-hal sebagai berikut
(Departemen Pekerjaan Umum, 1999):
a. ukuran partikel maksimum nominal
b. sumber agregat
c. presentase masing – masing fraksi agregat
d. kombinasi gradasi agregat campuran sesuai dengan gradasi
e. kadar aspal total dinyatakan dalam persen berat total campuran
f. penyerapan aspal dinyatakan terhadap berat total agregat
FCR harus ditunjang dengan data percobaan campuran di laboratorium dan
grafik – grafik untuk menunjukkan bahwa campuran memenuhi seluruh ketentuan
sesuai dengan kriteria.Hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. memastikan bahwa usulan rencana campuran memenuhi spesifikasi.
b. jika rencana campuran tersebut tidak memenuhi spesifikasi, maka perlu dilanjutkan
untuk memperoleh rencana campuran yang sepenuhnya memenuhi spesifikasi.
Tabel 2. Persyaratan sifat Campuran Beraspal Panas dengan Asbuton

Sumber: Spesifikasi Bina Marga (2004)


60 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 55 - 68

Rumus-rumus Berat Jenis dan Perhitungan Volumetrik


Rumus untuk menghitung berat jenis dan volume rongga diambil dari Asphal Institute,
MS-2 (1995) sebagai berikut:

1. Berat Jenis Bulk Agregat


Terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi yang
masing masing mempunyai berat jenis yang berbeda maka berat jenis bulk
(Gsb)agregat total dapat di hitung sebagai berikut:

(a + b + c)

(a/Bj agg a) + (b/Bj agg b) + (c/Bj agg c)

Keterangan:
(a + b + c) = Persentase Berat Agregat Campuran.
Bj agregat a = Berat jenis agregat kasar.
Bj agregat b = Berat jenis agregat halus.
Bj agregat c = Berat jenis filler.
berat jenis bulk bahan pengisi sulit ditentukan dengan teliti. Namun demikian,
jika berat jenis nyata (apparent) bahan pengisi dimasukkan, maka
penyimpangan yang timbul dapat diabaikan.
2. Berat Jenis Effektif Agregat:
Bila berat jenis maksimum campuran (Gmm) diukur dengan AASHTO T-209-90,
maka berat jenis efektif campuran (Gse), kecuali rongga dalam partikel agregat
yang menyerap aspal, dapat ditentukan dengan rumus berikut:

. (a + b + c)/2
Gse =
(a/Bj agg a)+ (b/Bj agg b)+ (c/Bj agg c)+(Gsb/2)

Keterangan:
Gse = Berat jenis efektif agregat.
(a + b + c) = Proporsi campuran (% berat agregat gabungan).
(Bj app a) = Berat jenis apparent agregat a.

3. Berat Jenis Maksimum Campuran


Berat Jenis Maksimum Campuran, Gmm pada masing-masing kadar aspal
diperlukan untuk menghitung kadar rongga masing – masing kadar aspal. Berat
jenis maksimum dapat ditentukan dengan AASHTO T-209-90. Ketelitian hasil
uji terbaik adalah bila kadar aspal campuran mendekati kadar optimum.
Sebaknya pengujian berat jenis maksimum dilakukan dengan benda uji sebanyak
minimum dua sempel (duplikat) atau tiga sempel (triplikat).
4. Penyerapan Aspal
Penyerapan Aspal dinyatakan persen terhadap berat agregat total, tidak terhadap
berat campuran. Perhitungan penyerapan aspal (Pba) adalah sebagai berikut:
Penyelidikan Stabilitas Modifikasi Asbuton 61

Pba = 100 Gse- Gsb .Gb


Gsb . Gse

Pba
Pbe =Pb - x Ps
100
Keterangan:
Pbe = kadar aspal efektif, persen total campuran.
Pb = kadar aspal, persen total campuran.
Pba = penyerapan aspal, persen total agregat.
Gb = kadar agregat, persen total campuran.

5. Rongga di Antara Mineral Agregat (VMA):


Rongga di Antara Mineral Agregat (VMA) adalah ruang di antara partikel
agregat pada suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume
aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung
berdasarkan berat jenis bulk (Gsb) agregat dan dinyatakan sebagai persen volume
bulk campuran yang dipadatkan.
Rumus: terhadap berat campuran total
Gmb x Ps
VMA = 100
Gsb
Keterangan:
VMA = rongga di antara mineral agregat, persen volume bulk.
Gsb = berat jenis bulk agregat.
Gmb = berat jenis bulk campuran padat (AASHTO – T – 166).
Ps = kadar agregat, persen total campuran terhadap berat agregat total
Gmb 100
VMA = 100 - x . 100
Gsb (100 + Pb)
Keterangan:
VMA = rongga di antara mineral agregat,persen volume bulk.
Gsb = berat jenis bulk agregat.
Gmb = berat jenis bulk campuran padat (AASHTO – T – 166).
Pb = kadar aspal, persen total campuran.
6. Rongga di dalam Campuran (VIM):
Rongga Udara dalam Campuran (Va) atau VIM dalam campuran perkerasan
beraspal terdiri atas ruang di antara partikel agregat yang terselimuti aspal.
Volume rongga udara dalam persen dapat ditentukan dengan rumus berikut:

Gmm - Gmb
Va = 100 x
Gmm
62 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 55 - 68

Keterangan :
Va = rongga udara campuran, persen total campuran.
Gmb = berat jenis bulk campuran padat (AASHTO - T-160)
Gmm = berat jenis maksimum campuran.

7. Rongga Terisi Aspal:


Rongga Terisi Aspal (VFA) adalah persen rongga yang terdapat di antara
partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak ternasuk aspal yang terserap
oleh agregat. Rumus VFA sebagai berikut:

100 (VMA – Va)


VFA =
VMA
Keterangan:
VFA = rongga terisi aspal, persen VMA
VMA = rongga di antara mneral agregat, persen volume bulk.
Va = rongga di dalam campuran, persen total campuran

Pemeriksaan dengan Alat Marshall


Kinerja campuran aspal beton dapat diperiksa dengan menggunakan alat
pemeriksaan Marshall. Pemeriksaan dimaksudkan untuk menentukan ketahanan
(stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dan agregat. Kelelehan
plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat suatu
beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”.
Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring
(cincin penguji) yang berkapasitas 2500 kg atau 5000 pon. Proving ring dilengkapi
dengan arloji pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Di samping
itu terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis. Benda uji
berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 7,5 cm dioperasiapkan di
laboratorium, dalam cetakan benda uji dengan mempergunakan hammer (penumbuk)
dengan berat 10 pon (4,536 kg) dan tinggi jatuh 18 inch (45,7 cm), dibebani dengan
kecepatan tetap 50 mm/menit.
Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaan dengan Alat Marshall,
diperoleh data-data sebagai berikut:
1. Kadar aspal.
2. Berat volume.
3. Stabilitas menunjukkan kekuatan, ketahanan terhadap terjadinya alur (ruting)
4. Kelelehan plastis (flow). Flow dapat merupakan indikator terhadap lentur.
5. VIM. VIM merupakan indikator dari durabilitas, kemungkinan bleeding.
6. VMA. VMA bersama dengan VIM merupakan indikator dan durabilitas.
7. Hasil bagi Marshall, merupakan hasil bagi stabilitas dan flow dan merupakan
indikator kelenturan yang potensial terhadap keretakan.
8. Penyerapan aspal, untuk memperoleh gambaran berapa kadar aspal efektifnya.
9. Tebal lapisan aspal (film aspal). Film aspal merupakan petunjuk tentang sifat
durabilitas campuran.
10. Kadar aspal efektif.
Penyelidikan Stabilitas Modifikasi Asbuton 63

ANALISA DAN PEMBAHASAN


Perhitungan Data Agregat
Data perhitungan agregat yang di perlukan sebagai persyaratan awal dalam
pembuatan benda uji perkerasan jalan antara lain:
a.mencari berat tertahan
a
x 100 %
b

601.20
x 100 % = 30.59
1,965.40

Keterangan
a = Jumlah berat agregat
b = Jumlah total berat agregat
b. Berat Jenis (Bulk) Agregat Kasar
Tabel 3. Lampiran halaman 9 perhitungan HOT - BIN II
No. Contoh 1

Berat benda uji kering oven BK gram 1218.4


Berat benda uji kering perm. Jenuh (SSD) BJ gram 1243.5
Berat benda uji didalam air BA gram 783.3
BK
Bj. Bulk (atas dasar kering oven) gr/cc 2.648
BJ - BA
BJ
Bj. Bulk (atas dasar kering permukaan) gr/cc 2.702
BJ - BA
BK
Berat jenis semu (Apparent) gr/cc 2.800
BK - BA
BJ - BK
Penyerapan (Absorption) x 100 % % 2.060
BK

c. Berat Jenis (Bulk) Agregat Halus


Tabel 4. Lampiran halaman 8 perhitungan HOT - BIN I
No. Contoh 1

Berat benda kering perm. Jenuh (SSD) 500 gram 500


Contoh Kering Oven BK gram 482.1
Picnometer + Air B gram 665.7
Picnometer + Air + Contoh B1 gram 975.4
BK
Bj. Bulk (atas dasar kering oven) gr/cc 2.533
B + 500 - B1
500
Bj. Bulk (atas dasar kering permukaan) gr/cc 2.627
B + 500 - B1
BK
Berat jenis semu (Apparent) gr/cc 2.796
B + BK - B1
500 - BK
Penyerapan (Absorption) x 100 % % 3.713
BK
64 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 55 - 68

Perhitungan Kadar Aspal Optimum Perkiraan


Dari perhitungan kadar aspal perkiraan dan berdasarkan rumus yang telah di
tentukan, maka diperoleh kadar aspal seperti perhitungan berikut dan untuk
perhitungannya sebagai berkut:
Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% Filler) + konstanta.
Pb = 0.035 (65.8) + 0.045 (28.5) + (0.18 (5.7) + 1 = 5.6 %
Keterangan
Pb = Kadar aspal perkiraan
CA = Agregat kasar tertahan saringan No. 8
FA = Agregat halus lolos saringan No. 8 dan tertahan No 200
F = Agregat halus lolos saringan No. 200

Maximum specific gravity of bituminous Paving mixture


Tabel 5. Berat Jenis Max Campuran Perkerasan Aspal
No. SAMPLE No. 1
A Weihgt of Sample and Bowl (berat sampel & picnometer) gram 1395.0
B Weight of Bowl (berat Picno) gram 802.0
C Weihgt of Sample (A-B) gram 593.0
D Weight of Bowl and Sample in water (dalam air) gram 2370.0
E Weight of Bowl in water (dalam air) gram 2019.3
F Weight of Sample in water (D-E) gram 350.7
G Volume Of Sample (C-F) gram 242.3
H Max Specific Gravity ( Gmm ) berat jenis ( C / G ) gram/cc 2.447
I Temperatur of water T º C ºC 25
J Correction of Temperatur ºC 1
K Max Specific Gravity ( Gmm ) maks berat jenis
( H x J ) gram/cc 2.447
Perhitungan Campuran Beraspal Dengan Alat Marshall
Dari perhitungan Marshall ini diperoleh hasil yang sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan dan persyaratan yang semestinya dipenuhi dalam pembuatan campuran
perkerasan jalan di antaranya adalah Stabilitas, Kelelahan, Rongga dalam Agregat
(VMA), Rongga Udara dalam Campuran (VIM), Rongga Terisi Aspal (VFA). Untuk
perhitungan dan hasil perhitungan terdapat pada lampiran. Berikut beberapa contoh
perhitungan:
Analisa Perhitungan dan Grafik
Rongga di dalam Campuran (VIM):
Rongga Udara dalam Campuran (Va) atau VIM dalam campuran perkerasan beraspal
terdiri atas ruang di antara partikel agregat yang terselimuti aspal. Volume rongga udara
dalam persen dapat ditentukan dengan rumus berikut:
Menurut persamaan ( 2.9 – Bab II)
E-J
Va = 100 x
E
2.444 – 2.318
Va = 100 x = 5.18 %
2.318
Penyelidikan Stabilitas Modifikasi Asbuton 65

Gambar 2. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Nilai VIM


Kecenderungan bentuk lengkung hubungan antara kadar aspal dan VIM adalah
lengkung VIM akan terus menurun dengan bertambahnya kadar aspal sampai secara
ultimit mencapai nilai minimum.
Rongga di antara Mineral Agregat (VMA)
Rongga di antara Mineral Agregat (VMA) adalah ruang di antara partikel agregat pada
suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif (tidak
termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung berdasarkan berat jenis
bulk (Gsb) agregat dan dinyatakan sebagai persen volume bulk campuran yang
dipadatkan.Rumus:
a. Terhadap berat agregat total
VMA = K + M
VMA = 11.3 + 5.18 = 16.20

Gambar 3. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Nilai VMA


Kecenderungan bentuk lengkung hubungan antara kadar aspal dan VMA adalah
lengkung VMA akan turun sampai mencapai nilai minimum dan kemudian kembali
bertambah dengan bertambahnya kadar aspal.
Rongga Terisi Aspal (VFA) adalah persen rongga yang terdapat di antara
partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang terserap oleh
agregat. Rumus VFA sebagai berikut:
Menurut persamaan (2.10 – Bab II)
11.03
VFA = = 68.06
16.20
66 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 55 - 68

Gambar 4. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Nilai VFA


Kecenderungan bentuk linier hubungan antara kadar aspal dan VFA adalah VFA akan
terus bertambah dengan bertambahnya kadar aspal.
Stabilitas Marshall

Stabilitas = Hasil Pembacaan Dial x Kali Brasi Proving Ring

Stabilitas = 113 x Kalibrasi Proving Ring (12.36) = 1397 Kg

Gambar 5. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Nilai Stabilitas


Kecenderungan bentuk lengkung hubungan antara kadar aspal dan stabilitas adalah
stabilitas akan meningkat jika kadar aspal bertambah, sampai mencapai nilai
maksimum, dan setelah itu stabilitas akan menurun.
Hasil Bagi Marshall:
Q
Mq =
R
Penyelidikan Stabilitas Modifikasi Asbuton 67

1331
Mq = = 319.4 Kg/mm
4.2

Gambar 6. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Nilai Hasil Bagi Marshall
Kecenderungan bentuk lengkung hubungan antara kadar aspal dan Hasil Bagi
Marshall adalah lengkung Hasil Bagi Marshall akan turun sampai mencapai nilai
minimum.
Kelelahan / Flow
Flow = pembacaan dial kelelahan
Flow = 4.2 mm

Gambar 7. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Kelelahan


Kecenderungan bentuk lengkung hubungan antara kadar aspal dan Kelelehan adalah
lengkung Kelelehan akan terus bertambah dengan bertambahnya kadar aspal.
Analisa Hasil Perhitungan
1. Untuk VFA dari hasil perhitungan diperoleh yang memenuhi spesifikasi Bina Marga
(Min 65) sedangkan dengan nilai VFA diperoleh (68.06).
2. Untuk VIM dari hasil perhitungan diperoleh yang memenuhi semua spesifikasi Bina
Marga (3,5 – 5,5) dengan nilai VIM yang diperoleh (5.18).
3. Untuk VMA dari hasil perhitungan diperoleh yang memenuhi spesifikasi Bina
Marga (Min 15) dengan nilai VMA yang diperoleh (16.20).
68 NEUTRON, VOL.10, NO.1, PEBRUARI 2010: 55 - 68

4. Untuk nilai stabilitas, dari hasil perhitungan semua kadar aspal memiliki nilai
stabilitas yang memenuhi persyaratan Bina Marga (Min 1000) dari nilai stabilitas
yang didapat (1331)
5. Untuk nilai MQ (Hasil Bagi Marshall) dari hasil perhitungan yang memenuhi
spesifikasi Bina Marga (Min 300) dengan nilai Hasil Bagi Marshall (319.4).
Dari hasil analisis yang telah diulas dalam Bab 4, maka kadar aspal optimum sebesar
6.1 % namun kadar aspal yang di pakai 5.6 % karena dari segi biaya semakin irit dan
nilai stabilitasnya juga sudah sangat memenuhi spesifikasi Bina Marga dengan nilai
stabilitas yang di peroleh 1331 (Min 1000).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bahwa hasil perhitungan campuran laston (AC-WC) Modifikasi Asbuton
memenuhi syarat – syarat spesifikasi Bina Marga dan kadar aspal optimum sebesar 6.1
% namun kadar aspal yang di pakai 5.6 % karena dari segi biaya semakin irit dan nilai
stabilitasnya juga sudah sangat memenuhi dari spesifikasi yang di keluarkan Bina
Marga dengan nilai stabilitas yang di peroleh 1331(Min 1000).
Saran
Untuk penggunaan campuran laston (AC-WC) Modifikasi Asbuton lebih baik sebesar 1
%.

DAFTAR PUSTAKA
Aly M. A., (2004), Teknologi Perkerasan Jalan Beton Semen, Jakarta: Yayasan
Pengembang Tekhnologi dan Manajemen,
Anonim (1971), Usaha Peningkatan, Pemanfaatan / Penggunaan Aspal Buton, Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
Anonim (1987), Peetunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya,
SKBI.2.4.26.1987
Asphalt Institute (1996), Superpave Mix Design, Superpave Series No. 2 (SP.2)
Atkins, Harold, N (2003), Highway Materials, Soils, and Concrete, Prentice Hall
Dwight Walker, Pam Turner, Mike Anderson (1998), Asphalt, Asphalt Institute
Summer/Spring, Vol. 12 No. 2
Huang, Y. H., (1993). Pavement Analysis and Design, Prentice Hall, Englewood Cliff,
New Jersey, USA.
Roberts, F.L., Kandhal, P.S., Dah Jiun Lee, Kennedy, T.W.(1991), Hot Mix Asphalt,
Materials, Mixture, Design and Construction, NAPA Education, Maryland
Sukirman, Silvia (2007), Beton Aspal Campuran Panas, Edisi 2, Jakarta: Penerbit
Yayasan Obor

Anda mungkin juga menyukai