I. DEFINISI
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu.
(Rukiyah, 2010 : 2)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.
(Mochtar, 2013 : 87)
Puerperium ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan, yang lamanya 6 minggu.
(Wirakusumah, 2012 : 187)
Masa pascapartum merupakan suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Berbagai perubahan anatomi dan fisiologis yang
nyata terjadi selama masa pascapartum ini seiring dengan proses yang terjadi selama masa
kehamilan dikembalikan.
(Reeder, 2011 : 4)
Afterpains
Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus
terlalu teregang. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini
karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa
nifas. Biasanya berlangsung selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian
terbaru mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti
hingga 56 hari setelah bersalin.
Perbedaan masing-masing lochea :
Lochea rubra
Pada hari 1-2 pascapersalinan, berwarna merah mengandung darah dan sisa
selaput ketuban.
Lochea sanguinolenta
Pada hari 3-7 pascapersalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.
Lochea serosa
Pada hari 7-14 pascapersalinan, berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak
serum.
Lochea alba
Pada 2-6 minggu pascapersalinan, berwarna putih kekuningan mengandung
leukosit.
Lochea purulenta
Keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
Lochiostatis
Lochea yang tidak lancar keluarnya.
Perubahan di Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Setelah selesai kala III persalinan, serviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur
yang tipis, kolaps, dan kendur. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama
beberapa hari setelah persalinan, mulut serviks dapat dimasuki 2 jari, pada akhir
minggu pertama menjadi sempit sehingga sulit untuk memasukkan 1 jari. Setelah
minggu pertama, serviks mendapatkan kembali tonusnya pada saat saluran kembali
terbentuk dan tulang internal menutup.
Perubahan pada Vulva, Vagina, dan Perineum
Selama proses persalinan, vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan,
setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor.
Rugae timbul kembali pada minggu ke 3. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan
dalam proses pembentukan. Perubahan pada perineum pascamelahirkan terjadi pada
saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat secara spontan dan atau
dilakukan episiotomi atas indikasi tertentu. Latihan otot perineum dapat
mengembalikan tonus otot.
Perubahan di Peritoneum dan Dinding Abdomen
Ketika miometrium berkontraksi dan beretraksi setelah kelahiran, dan beberapa hari
sesudahnya, peritoneum yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi
lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih
kendor dari pada kondisi tidak hamil, dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk
kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan
tersebut.
2) Perubahan Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos.
Pascamelahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan
perubahan pada sistem pencernaan, antara lain :
Nafsu makan
Pemulihan nafsu makan diperlukan 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Motilitas
Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir.
Pengosongan usus
Ibu sering mengalami konstipasi pascamelahirkan disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum.
3) Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan sebagai
respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema
leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan ototlitik
di dalam uterus.
4) Perubahan Sistem Musculoskeletal / Diastasis Rectie Abdominis
Sistem muskuloskeletal pada ibu selama masa pemulihan atau postpartum termasuk
penyebab relaksasi dan kemudian hipermobilitas sendi serta perubahan pada pusat
gravitasi. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke 6 sampai ke 8 setelah
wanita melahirkan.
5) Perubahan Tanda-Tanda Vital
Suhu Badan
Pascamelahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan
normal. Kurang lebih pada hari ke 4 postpartum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini
diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun
kemungkinan infeksi.
Nadi
Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir.
Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke 8
sampai 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.
Tekanan Darah
Tekanan darah normal adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80
mmHg. Pascamelahirkan, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan
darah menjadi lebih rendah pascamelahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan.
Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpertum karena pre-eklampsia.
Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada
ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau normal.
6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
kembali normal pada hari ke 5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang
sangat besar, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah
tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada
ambulasi dini.
7) Perubahan Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma dari pada
sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah pada waktuplasma dari
pada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan haemoglobin pada hari ketiga sampai
tujuh hari setelah persalinan.
8) Perubahan Sistem Endokrin
Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen dan progesteron yang menurun.
Hormon-hormon Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen dan progesteron
yang menurun. Hormon-hormon pituitary mengakibatkan prolaktin meningkat. FSH
menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai pada hari ke 3 postpartum yang
mempengaruhi hormon prolaktin, oksitosin, reflek let Down dan reflek sucking. Selama
proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-
hormon yang berperan pada proses tersebut : hormon plasenta, hormon pituitary,
hipotalamik pituitary ovarium, hormon oksitosin, hormon estrogen dan progesteron.
(Rukiyah, 2010 : 50)
I. DEFINISI
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus.
(Oxorn, 2010 : 634)
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram.
(Wiknjosastro, 2011 : 133)
Sectio caesarea adalah persalinan janin melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi)
dan dinding uterus (histerektomi).
(Gant, 2011 : 466)
II. INDIKASI
Bagi ibu :
1) Panggul sempit absolut
2) Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3) Stenosis serviks/ vagina
4) Plasenta previa
5) Disproporsi sefalopelvik
6) Ruptura uteri membakat
Bagi janin :
1) Kelainan letak
2) Gawat janin
Pada umumnya sectio caesarea tidak dilakukan pada :
1) Janin mati
2) Syok, anemia berat, sebelum diatasi
3) Kelainan kongenital berat (monster)
(Wiknjosastro, 2011 : 133)