Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1 Analisa Site


Analisa site memiliki peranan yang cukup penting dalam melakukan
perancangan, dengan melihat, mengamati, dan menganalisa kondisi fisik lahan
secara langsung, untuk menentukan zoning, enterance site, arah hadap bangunan
maupun tampilan bangunan.

4.1.1 Analisa Aksesibilitas

Sesuai dengan pemilihan site yang sudah dijabarkan dalam bab 3


sebelumnya, site ditentukan berdasarkan polling. Site berdapat di Jalan Trunojoyo
kecamatan Ponorogo, Jawa Timur merupakan jalan utama pada lokasi. Lokasi Site
cukup mudah di capai dan di temukan karena terletak sekitar 1.5km2 dari alun-alun
kota Ponorogo yang merupakan salah satu landmark kota Ponorogo. berada di
tengah kota yang mengoptimalkan pencapaian warga kota menuju site. Pencapaian
pada lokasi dapat menggunakan kendaran roda 2 maupun roda 4, dengan arus
kendaran yang tidak terlalu ramai.
Jalan Trunojoyo sendiri memiliki 2 jalur sengga lebih memudahkan arus
kendaraan yang lewat dan tidak menimbulkan kemacetan, arus kendaraan datang
dari arah barat menuju timur, sedangkan arus kendaraan kembali ke arah timur ke
barat, lebar jalan 6 meter.

Gambar 4.1 Jl. Trunojoyo


Sumber : Analisa Penulis, 2017

92
Pada peletakan ME dan SE sebaiknya di buat terpisah agar tidak
menimbulkan kepadatan kendaraan baik di dalam maupun di luar tapak, peletakan
ME dibuat di area A karena dapat dengan mudah di lihat oleh pengguna, selain itu
karena sesuai dengan arus kendaraan yang melewati tapak, sedangkan peletakan
Pintu
pintu keluar dibuat pada area B. Lalu terdapat ME Service yang khusus dibuat untuk keluar
kendaraan service pada sisi utara tapak , untuk pencapaian ME service dapat
A B
melalui Jalan tambakbayan yang terletak pada sisi utara tapak.

Main
Main C Entrance
entrance. untuk servis
Akses utama

Gambar 4.2 Analisa Aksesibilitas pada Site


Sumber : Analisa Penulis, 2017

Sesuai gambar diatas, maka akses menuju site bisa dilakukan melalui dua
jalan utama yaitu Jl. Urip Sumoharjo disisi timur site, Jl. Ponorogo-solo di sisi
barat. Pemilihan ME di letakan pada sisi utara site, karena site langsung berbatasan
dengan jalan sekunder

93
4.1.2 Analisa Iklim

Lokasi site berada pada Kabupaten Ponorogo Secara geografis, Kabupaten


Ponorogo terletak secara geografis berada di antara 111° 17’ - 111° 52’ Bujur Timur
dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Ponorogo 2.563 meter
di atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 1.371,78 km².
Pada bagian utara berbatasan dengan sawah, pada sepanjang bagian barat,
selatan, dan timur berbatasan langsung dengan sawah dan rumah penduduk yang
memiliki potensi yang indah.
Kabupaten Ponorogo memiliki iklim tropis seperti kota besar Indonesia
Pada umumnya dimana hanya ada dua musim dalam setahun yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Curah hujan di Kabupaten Ponorogo rata-rata 2854 mm.

4.1.2.1 Orientasi Matahari

Indonesia terletak di daerah garis katulistiwa, yaitu letak matahari relatif


tegak lurus diatas permukaan darat dan air laut. Arah hadap lokasi site Pusat
Kesenian Reog adalah menghadap arah selatan. Arah edar matahari di Kabupaten
Ponorogo sendiri pada bulan Mei hingga agustus lebih condong kearah utara.
Berikut adalah gambar garis edar matahari terhadap site

Gambar 4.3 Garis Edar Matahari Terhadap Site.


(sumber : Analisa Penulis (2017))

94
Orientasi hadap bangunan yaitu arah utara-selatan sehingga bangunan tidak
mendapatkan pancaran matahari secara berlebihan baik dari sisi timur atau barat.
Meskipun begitu penyelesaian desain dengan penggunaan shading device tetap
diperlukan pada area tertentu agar panas matahari yang masuk kedalam bangunan
tidak mengganggu aktivitas didalamnya. Berikut adalah contoh shading device
yang dapat digunakan pada bangunan.

Gambar 4.4 Respon Desain Terhadap Orientasi Matahari..


(sumber : google image, di akses (2017))

4.1.2.2 Orientasi Angin

Angin merupakan elemen penting dalam penentuan arah atau orienasi


bangunan, main enterance, bentuk bangunan dan bukaan pada kulit bangunan.
fungsinya agar termal pada bangunan bisa terkurangi intensitasnya oleh angin.
Lokasi site memiliki kecepatan angin rata-rata 4,85 km/jam.
Kecenderungan angin dengan intensitas tinggi berhembus dari sisi utara, karena
pada arah utara hanya terdapar lahan kosong luas dan tidak ada bangunan yang
menghalangi pergerakan angin. Sedangkan dari arah timur dan barat, hembusan
angin dengan intensitas seang karena terhalang oleh bangunan dan pada arah selatan
terhalang rumah penduduk.

95
Gambar 4.5 orientasi Angin Terhadap Site.
(sumber : Analisa Penulis (2017))
Maka respon desain yang bisa lakukan adalah dengan pemberian windcatcher
dan pohon pada sisi site yang berbatasan dengan dengan sawah. Fungsi windcatcher
adalah menangkap angin yang melaju dan mengarah dalam site. Pemberian pohon
pada bagian sisi site yang berbatasan langsung dengan sawah juga bertujuan untuk
manyaring udara sejuk dari sawah. Sehingga udara yang masuk ke dalam site tidak
terlalu deras karena telah tersaring oleh pohon. Berikut merupakan gambar
pengaplikasian windcatcher pada bangunan.

Gambar 4.6 Respon Desain Terhadap windcatcher


(sumber : google image, di akses (2017))

96
Windcatcher membelkkan dan mengarahkan angin kedalam site maupun
kedalam bangunan. dengan upaya tersebut bisa menciptakan keseimbangan
temperature dan kelembapan ruang dalam.

4.1.2.3 Orientasi curah Hujan

Wilayah Kabupaten Ponorogo memiliki curah hujan dengan rata-rata 2854


mm/tahun. Wilayah Porogo masih memiliki curah hujan yang normal. Curah hujan
pada site menjadikan pertimbangan untuk menentukan saluran drainase. Saluran
drainase yang telah ada terletak didepan site atau pada sisi utara. Site juga dekat
dengan sungai wonogiri yang terletak 500 meter arah barat dari site.
Selain itu perlu di perhatikan pengolahan ruang tebuka hijau yang baik
dengan tanaman-tanaman sebagai penyerap air, sehingga jika terjadi genangan air
hujan akan cepat terserap kedalam tanah dan tidak menyebabkan banjir

4.1.3 Analisa Lingkungan Sekitar


a. Tampilan Bangunan Sekitar
Lokasi site perancangan berada pada kabupaten Ponorogo lebih tepatnya di
Jalan Trunojoyo kec. Ponorogo. Lingkungan sekitar merupakan hal yang sangat
berpengaruh dalam perancangan sebuah bangunan. pemanfaatan view lahan/site
yang tepat akan memberikan nilai lebih dalam pencitraan banguan dari luar site.
Berikut merupakan view dari site yaitu :

97
Gambar 4.7 lingkungan sekitar site .
(sumber : Analisa Penulis (2017))
b. Analisa Kebisingan
objek rancangan yang memiliki fungsi sebagai tempat pertunjukan dan
pengembangan seni yang perlu memperhatikan kebisingan. Kebisingan pada lokasi
site termasuk tidak terlalu ramai, karena tapak tidak berada langsung pada jalan
raya besar, tingga kebisingan pada tapak bisa di lihat sebagai berikut.

Keterengan :

Bising

Sedang

Tidak bising

Gambar 4.8 Kebisingan pada site


(sumber : Analisa Penulis (2017))

Sesuai dengan analisa kebisingan perlunya menempatkan ruangan menurut


sifat dan fungsinya sesuai dengan tingkat kebisingan pada site, seperti penempatan
bangunan pertunjukan yang membutuhkan ketenangan di letakkan pada area utara,
timur dan barat dimana pada sisi site ini memiliki kebisingan yang sedang hingga
rendah.
Pada area yang memiliki kebisingan tinggi yang berasal dari lingkungan
yaitu pada Jalan Trunojoyo, juga harus diperhatikan untuk kenyamanan dalam site.

98
Solusi pada tingkat kebisingan tinggi pada objek rancangan yaitu dengan
memundurkan objek rancangan sekitar 30meter dari jalan raya. Dengan
memundurkan objek yang cukup jauh dari sumbur kebisingan, diharapkan
gelombang suara yang dihasilkan dari kebisingan jalan raya akan lebih rendah saat
sampai oe objek rancangan. Pada area depan dimaanfaatkan untuk taman yang juga
berfungsi untuk mengurangi kebisingan dan area parkir untuk sosuli kebisingan
pada perancangan.

4.1.4 Analisa Zoning

Pengaturan zoning pada area site dilakukan berdasarkan kebutuhan ruang


maupun sifat ruangnya. Pada lokasi site akan dirancang sebuah Pusat Kesenian
Reog sehingga pengaturan zoning pada lokasi tapak diatur berdasarkan fasilitasnya.

Privat

Semi publik
Semi Privat

Publik

Gambar 4.9 zoning pada site


(sumber : Analisa Penulis (2017))

Penjelasan gambar diatas adalah sebagai berikut :


- Zona private digunakan untuk area wisma Kesenian yang terletak pada area barat
utara. Area ini menghadirkan view terbaik untuk pengunjung yang menginap.

99
- Zona semi public digunakan untuk area amphitheatre, fasilitas penunjang, dan
fasilitas umum lainnya.
- Zona public digunakan pada area parkiran dan terletak pada bagian utara site. Area
ini berbatasan dengan pemukiman penduduk sehingga cukup bising namun jenis
bising putus-putus.
- Zona semi private digunakan pada area pengelola dan servis diletakkan pada
bagian selatan karena pada lokasi ini untuk memudahkan pengunjung mencari
informasi.
Penzoningan pada area site bertujuan pada pengelolan fasad yang berpacu
pada view dari luar bangunan ke area dalam dari site yang tentukan. Dari analisa
penzoningan tersebut menjadi acuan dasar dalam pengelolaan fasad objek
perancangan Pusat Kesenian Reog ini nanti.

4.2 Analisa Ruang

Analisa program ruang dibutuhkan dalam menentukan pengelompokan


ruang-ruang dan juga menentukan hubungan antara ruangan atau sirkulasi antara
ruang yang terjadi secara khusus. Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo ini,
di dasarkan dari studi kasus dan pustaka yang telah di lakukan. Sehingga didapatkan
kebutuhan ruang sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jenis Ruang
Jenis Fasilitas Jenis Ruang Luas m2
Serbaguna 841 m2
Amphiteater 964 m2
Galeri 1.344 m2
Workshop 448 m2
Fasilitas Utama Sanggar Tari 100 m2
Sanggar Musik 100 m2
Wiswa kesenian 260 m2
Ruang Penerima 267.12 m2
Ruang Pengelola 231.4 m2

100
Fasilitas Penunjang Mushollah 64 m2
Parkir 642 m2
Ruang Pompa 80 m2
Fasilitas servis Ruang Genset 80 m2
Sumber : Analisa Penulis, 2017

4.2.1 Organisasi Ruang


Dalam proyek Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo inimenjalaskan
organisasi ruang dengan urut dan sistematis. Organisasi ruang menggambarkan
pola hubungan ruang antara berbagai fasilitas secara garis besar dalam sebuah
bangunan.
Berdasarkan kebutuhan fasilitas ruang Pusat Kesenian Reog di Kabupaten
Ponorogo maka terdapat pengelompokan tiap ruang supaya mempurmudah
penggunakan ruang sebagai berikut :
Tabel 4.2 pembagian Ruang
Area pengelola
Bangunan Nama Ruang Fasilitas Total Luasan
1. Lobby & reception Lobby/Hall 200 m2
2. Ruang Kepala 20 m2
3. Ruang Wakil Kepala Ruang Pemimpin 16 m2
4. Ruang Sekretaris 12 m2
5. Ruang Rapat Ruang Rapat 24 m2
6. Ruang Arsip Ruang Arsip 16 m2
7. Ruang karyawan Ruang karyawan 10 m2
8. Toilet Toilet 24 m2
Sub Total 322 m2
Sumber : Analisa Penulis, 2017

Area Gedung Serbaguna


Bangunan Nama Ruang Fasilitas Total Luas

101
1. Ruang Audience Ruang Audience 400 m2
2. Panggung Panggung 96 m2
3. Ruang Ganti/Rias Ruang Ganti/Rias 20 m2
4. Ruang persiapan Ruang persiapan 30 m2
5. Ruang penyimpanan alat penyimpanan alat 26 m2
6. Sanggar Tari Sanggar Tari 100 m2
7. Sanggar Musik Sanggar Musik 100 m2
8. Gudang Gudang 21 m2
9. Toilet Toilet 24 m2
10. Toilet Toilet 24 m2
Sub Total 841m2

Area Galeri
Bangunan Nama Ruang Fasilitas Total Luas
1. Hall / Lobby Hall / Lobby 40 m2
2. Ruang Pamer Ruang Pamer 1.280 m2
3. Mini Teater Mini Teater 36 m2
4. Toilet Toilet 24 m2
Sub Total 1.344 m2

Area Amphiteater
Bangunan Nama Ruang Fasilitas Total Luas
1. Ruang audience Ruang audience 800 m2
2. Panggung Panggung pertunjukan 96 m2
pertunjukan
3. Ruang penyimpanan Ruang penyimpanan 12 m2
4. Ruang rias/ ganti Ruang rias/ ganti 12 m2
5. Ruang teknisi Ruang teknisi 12 m2
6. Toilet Toilet 24 m2
Sub Total 964m2

102
Area Workshop
Bangunan Nama Ruang Fasilitas Total Luas
1. Ruang Edukasi Ruang Edukasi 56 m2
membuat reog membuat reog
2. Ruang Edukasi Ruang Edukasi 56 m2
Kerajinan Kerajinan
3. Ruang Edukasi Ruang Edukasi 56 m2
Souvenir Souvenir
4. Ruang Seminar Ruang Seminar 100 m2
5. Ruang Baca Baca buku 180 m2
Sub Total 448 m2

Area Wisma Seniman


Nama Ruang Fasilitas Total Luas
Bangunan
1. Kamar wisma Kamar wisma 80 m2
2. Toilet Toilet 24 m2
Sub Total 144

Area Pusat Kuliner dan Souvenir


Bangunan Nama Ruang Fasilitas Total Luas
1. Ruang Makan Makan 160 m2
2. Ruang dapur Ruang dapur 64 m2
3. Toilet Toilet 24 m2
4. Gudang Gudang 24 m2
5. R. Toko Souvenir R. Toko Souvenir 150 m2
6. Toilet Toilet 24 m2

103
7. Gudang Gudang 24 m2
Sub Total 272 m2

Area servis
Nama Ruang Fasilitas Total Luas
Bangunan
1. Ruang toilet Ruang toilet 24 m2
2. Ruang Genset Ruang Genset 80 m2
3. Ruang Pompa Ruang Pompa 80 m2
4. Ruang Tandon Air Ruang Tandon 56 m2
Air
Sub Total 240m2

4.2.2 Hubungan Ruang dan Sirkulasi


Dalam sebuah proyek Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo sebuah
hubungan ruang dan untuk menjelaskan kedekatan ruang satu dengan yang lain
sesuai dengan pengguna, karena dapat pempengaruhi perletakan bangunan.
beberapa acuan dalam menata massa-massa bangunan dengan tujuan yang ingin
dicapai yaitu kenikmatan bagi pengunjung yang menggunakan Pusat Kesenian
Reog ini dengan penataan yang tidak monoton maka tananan yang sesuai
a. Hubungan Antar Massa
Merupakan hubungan saling keterkaitan antara massa satu dan massa lainnya
sehingga menciptakan pola sirkulasi grid dalam objek rancangan, yaitu sebagai
berikut

104
Gambar 4.10 Bagan Hubungan Antar Massa
Sumber : Analisa Penulis, 2017

b. Hubungan Antar Ruang


Merupakan hubungan saling keterkaitan antar ruang dalam satu massa
bangunan sehingga menciptakan suatu pola sirkulasi ruang dalam pada suatu massa
rancangan. Yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.11 Bagan Hubungan Antar Ruang Pengelola


Sumber : Analisa Penulis, 2017

105
Gambar 4.12 Bagan Hubungan Antar Ruang, serbaguna
Sumber : Analisa Penulis, 2017

Lantai 2

Lantai 1

Gambar 4.13 Bagan Hubungan Antar Ruang, Workshop


Sumber : Analisa Penulis, 2017

106
Lantai 1 Lantai 2

Gambar 4.14 Bagan Hubungan Antar Ruang, Galeri


Sumber : Analisa Penulis, 2017

Lantai 1

Lantai 2

Gambar 4.15 Bagan Hubungan Antar Ruang, Wisma Seniman


Sumber : Analisa Penulis, 2017

107
Gambar 4.16 Bagan Hubungan Antar Ruang, Servis
Sumber : Analisa Penulis, 2017

4.2.3 Diagram Abstrak


Sirkulasi pada bagian dalam ruang sebagai akses untuk pengguna ruang
yang terletak pada objek perancangan. Sirkulasi dalam ruang dapat dibedakan
menurut pengguna bangunan, sehingga menciptakan aksesibilitas antar ruang yang
sesuai dan membuat pengguna bangunan merasa nyaman

Gambar 4.17 Diagram Abstrak


Sumber : Analisa Penulis, 2017

108
7.3 Analisa Bentuk dan Tampilan
Tema rancangan dapat terbentuk karena adanya dasar – dasar perancangan.
Tema merupakan pijakan bagi sebuah tajuk dimana kehadirannya untuk melakukan
bahasan, ulasan, dan tindakan (intelektual). Tema melandaskan seluruh olahan
dalam berkarya dan tindakan intelektual atau seni. Dalam bidang arsitektur, tema
dapat melandasi tindakan berarsitektur

7.3.1 Analisa Bentuk dan Massa Bangunan


Analisa bentuk bangunan pada objek perancangan Pusat Kesenian Reog ini
menyesuaikan dengan tema yang di angkat. Tema yang di angkat adalah Re-
Inventing Tradition dengan pendekatan tema Re-Inventing Tradition yang artinya
dengan membentuk atau memperbarui tradisi dengan cara mengkombinasikan
tradisi lokal yang ada dengan unsur – unsur dari tradisi lain sehingga terbentuk
tradisi baru yang berbeda, pada perancangan ini tradisi lama yang dipertahankan
adalah arsitektur jawa joglo, sedangkan tradisi barunya adalah desain modern yang
menyesuaikan dengan kebutuhan masa kini.
Dengan tema Re-Inventing Tradition tersebut bisa di dapatkan sebuah
bentuk yang memiliki kemiripan dengan Reog yang ada.

Gambar 4.18 implementasi Bentuk


Sumber : analisa penulis

7.3.2 Analisa Tampilan


Tampilan untuk Pusat Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo ini akan
menggunakan material kayu yang tahan panas dilokasi site. Yang mudah
perawatan. Akan di jelaskan lebih lanjut di bab selanjutnya

109

Anda mungkin juga menyukai