Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya
luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah
ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis
A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis
D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda
antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip,
yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan
infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV
(Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu
hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat
ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau
B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B
(NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya
ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat
ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PT-
NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically
Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease
Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai
Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell,
1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel
virus yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi
Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa
HBV.

1
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak
hanya di Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki
peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di
Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan
merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga.
Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di
Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini
diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus
ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan
kerugian ekonomi yang besar.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis B
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui anatomi fisiologi hati
b. Mengetahui definisi hepatitis
c. Mengetahui etiologi dan faktor resiko dari hepatitis B
d. Mengetahui cara penularan hepatitis B
e. Mengetahui manifestasi klinis hepatitis
f. Mengetahui komplikasi hepatitis B
g. Mengetahui pathofisiologi hepatitis
h. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada hepatitis
i. Mengetahui penatalaksaan medis hepatitis
j. Mengetahui diet untuk pasien hepatitis
k. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis

2
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Hati

Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg


atau lebih 25% berat badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme
tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang menempati sebagian besar
kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan
interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke
iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah
transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor
terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta
dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik
kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus
oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan
yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan
fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari
vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus
fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit,
kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara mikroskopis didalam hati

3
manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal
yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun radialmengelilingi
vena sentralis.
Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Organ ini
penting untuk sekresi empedu, namun juga memiliki fungi lain antara lain :
1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari
saluran pencernaan.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa
asing lainya.
3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan
darah dan untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.
Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagi lobulus
yaitu susunan heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah vena sentral.
Hati memiliki bagian terkecil yang melakukan tugas diatas disebut sel hati
(hepatosit), sel-sel epithelial sistem empedu dalam jumlah yang bermakna
dan sel-sel parenkimal yang termasuk di dalamnya endotolium, sel kupffer
dan sel stellata yang berbentuk seperti bintang. Tugas aktifitas fagositik
dilakukan oleh makrofag residen yang disebut sel kupffer. Setiap hepatosit
berkontak langsung dengan darah dari dua sumber. Darah vena yang langsung
datang dari saluran pecernaan dan darah arteri yang datang dari aorta. Darah
dari cabang-cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari perifer
lobulus ke dalam ruang kapiler yang melebar disebut sinusoid.
Darah vena memasuki hati melalui hubungan vaskuler yang khas dan
kompleks yang dikenal sebagai sistem porta hati. Vena yang mengalir dari
saluran cerna tidak secara langsung menyatu pada vena cava inferior akan
tetapi vena vena dari lambung dan usus terlebih dahulu memasuki sistem
vena porta. Pada sistem ini produk-produk yang diserap dari saluran cerna

4
untuk diolah, disimpan, dan didetoksifikasi sebelum produk produk tersebut
kembali ke sirkulasi besar.
Hepar merupakan kelenjar terbesar pada tubuh yang berbentuk baji
yang dibungkus oleh jaringan ikat (Glisson’s Capsule), beratnya 1500 gram
(1200-1600 gram dan menerima darah 1500 ml permenit, serta mempunyai
fungsi yang sangat banyak. Fungsi hepar terutama dapat dibagi menjadi tiga
diantara lain dapat memproduksi dan sekresi empedu, berperan dalam
metabolisme karbohidrat, lemak, protein, serta berperan dalam filtrasi darah,
mengeliminasi bakteri dan benda asing yang masuk peredaran darah dari
saluran pencernaan. Hepar merupakan satu-satunya organ yang bisa
meregenerasi sendiri, jika salah satu bagian diangkat maka sisanya dapat
tumbuh kembali ke besar dan bentuk semula.
Lobus - lobus hepar
Lobus-lobus hepar adalah lobus sinistra, kaudatus, kuadratus dan
dekstra. Secara anatomis, pada sisi anterosuperior oleh lig. Falsiformis
dibagi menjadi lobus dekstra dan sinistra. Pada sisi posterior, lobus
kaudatus terletak diantara v . cava inferior dan fissura lig. Venosum .
Lobus ini memiliki prosessus kaudatus ( berupa ismus jaringan hepar )
yang menghubungkannya dengan lobus dekstra. Lobus kuadratus terletak
antara fossa vesika fellea dan fissura lig. Teres.
Secara fungsional, lobus kaudatus dan lobus kuadratus termasuk
lobus sinistra karena pendarahannya berasal dari cabang – cabang a.
hepatika sinistra dan v. porta serta menyalurkan empedu ke duktus
hepatikus sinistra.

Segmen – Segmen Hepar


Berdasarkan pendarahannya dan drainase empedu, hepar dibagi
lagi menjadi kiri medial, kiri lateral, kanan anterior dan kanan posterior.
Bagian kanan dan kiri dipisahakan oleh v. kava inferior dan fossa vesika
fellea pada facies posterior dan oleh sisi kanan lig. Falsimorfis pada
permukaan anterior.

5
Segmen kiri lateral adalah lobus sinistra dengan segmen kiri
medial adalah lobus kaudatus dan sebagian besar kuadratus dengan fisura
lig. Venosum dan lig. Teres membatasi lobus satu dengan yang lainnya.
Batas kanan anterior dan kanan posterior merupakan garis yang berjalan
oblik dari permukaan anterior lobus dekstra ke sulkus v. kava.
Berdasarkan perdarahan dan drainase empedu, hepar dibagi menjadi kiri
medial, kiri lateral, kanan anterior dan kanan posterior. Bagian kanan dan
kiri dipisahkan lagi oleh v. kava inferior da fossa vesika fellea pada facies
posterior dan oleh sisi kanan lig. Falsiformis pada permukaan anterior.
Segmen kiri lateral adalah lobus sinistra dengan segmen kiri medial adalah
lobus kaudatus dan sebagian besar kuadratus dengan fisura lig. Venosum
dan lig. Teres membatasi lobus satu dengan yang lainnya. Batas kanan
anterior dan kanan posterior merupakan garis yang berjalan oblik dari
permukaan anterior lobus dekstra ke sulkus v. kava.

Perdarahan
Aliran darah dari seluruh traktus gastrointestinal dibawa menuju ke
hepar oleh v. porta hepatis. Cabang dari vena ini berjalan diantara lobulus
dan berakhir di sinusoid. Oksigenasi darah disuplai oleh arteri hepatica.
Darah meninggalkan hepar melalui v. sentralis dari setiap lobulus yang
mengalir melalui v. hepatica.
a. Vena hepatica
Satu dari beberapa vena pendek yang berasal dari lobus hepar sebagai
cabang kecil. Vena ini mengarah langsung menuju v. kava
inferior,mengalirkan darah hepar.
b. Vena cava inferior
Terbentuk dari bersatunya v. iliaka komunis kanan dan kiri,
mengumpulkan darah dari bagian tubuh dibawah diaphragma dan
mengalir menuju atrium kanan jantung.
c. Arteri hepatica
Arteri ini merupakan cabang dari truncus coeliacus (berasal dari aorta
abdminalis) dan mensuplai 20 % darah hepar.

6
d. Vena porta hepatis
Pembuluh darah yang mengalirkan darah yang berasal dari seluruh
traktus gastrointestinal. Pembuluh ini mensuplai 80 % darah hepar.
Hepar menerima darah dari dua sumber : arterial dan vena.
Perdarahan arterial dilakukan oleh a. hepatika yang bercabang menjadi kiri
dan kanan dalam porta hepatis (berbentuk Y). Cabang kanan melintas di
posterior duktus hepatis dan dihepar menjadi segmen anterior dan
posterior. Cabang kiri menjadi medial dan lateral. Kadang-kadang a.
hepatika komunis muncul dari a. mesenterika superior atau a. gastrika
sinistra disebut a. hepatika abberans. Mereka ini dapat menggantikan
cabang-cabang normal atau merupakan tambahan. Yang paling umum
dijumpai adalah a. hepatika sinistra dari a. gastrika sinistra.
Darah vena dibawa ke hepar oleh v. porta yang didalam porta
hepatis terbagi menjadi cabang kanan dan kiri. Vena ini mengandung
darah yang berisi produk-produk digestif dan dimetabolisme oleh sel
hepar. Hepar sebelah kiri dan kanan tidak mempunyai hubungan arterial.
Jika terpaksa dilakukan ligasi pada salah satu cabang a. hepar, maka suplai
darah dialkukan oleh anastomosis afienicus yang cukup memberikan
kolateralisasi. Dari v. porta darah memasuki sinusoid-sinusoid hati lalu
menuju ke lobulus-lobulus hepar untuk mencapai sentralnya. Darah arteri
dan vena bergabung dalam sinusoid dan masuk kedalam vena sentral dan
berakhir pada v. hepatika. Terdapat tiga vena utama yaitu: medial
(terbesar), dekstra dan sinistra.

Drainase limfatik
Aliran limfatik hepar menuju nodus yang terletak pada porta
hepatis (nodus hepatika). Jumlahnya sebanyak 3-4 buah. Nodi ini juga
menerima aliran limfe dari vesika fellea. Dari nodus hepatika, limpe
dialirkan (sesuai perjalanan arteri) ke nodus retropylorika dan nodus
seliakus. Pada kasus karsinoma pylorus dapat terjadi metastasis retrograd

7
ke nodus hepatika. Area nuda hepar berhubungan dengan nodus limfatius
ekstra peritoneal yang mengalir ke mediastinum.

Struktur
Secara mikroskopis hepar tersusun dari lobulus-lobulus hepar yang
berbentuk heksagonal dengan v. sentral di tengahnya. Dari vena sentral,
sel-sel hepatosit dan sinusoid tersusun radier ke lateralnya. Antara dua
lobulus yang berdekatan terdapat kanalis porta yang berisi a. hepatika, v.
porta dan duktus biliaris. Kedua struktur tersebut membentuk asinus yang
merupakan unit fungsional hepar. Jika terdapat aliran darah maka
perjalannya dari arah kanalis porta hepatis dan akan berakhir pada v.
sentral.Rongga sinusoid dibatasi oleh sel-sel endotelial dengan rongga-
rongga interseluler yang memungkinkan plasma mengalir keluar untuk
nutrisi sel-sel hati. Sel-sel endothelia ini mempunyai kemampuan
fagositik, berisi sel Kupferr sistem retikuloendothelial.
B. Pengertian
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin
seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada
anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (Patofisiologi untuk keperawatan, 2000;145).
Hepatitis virus akut meupakan penyakit infeksi yang penyebarannya
luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati dgn
memberikan gambaran klinis yang mirip yang dapat berfariasi dari keadaan
subklinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang fatal. (Sylvia A. price,
1995; 439).
Hepatitis adalah inflamasi hati. Inflamasi ini bisa disebabkan oleh
virus, bakteri atau substansi toxic. (luckmann dan sorense. 1987; 1353U).
Hepatitis merupakan infeksi yang menyerang bagian hati dengan
menunjukan berbagai perbedaan masa inkubasi tergantung dari unsure virus
hepatitis yang menyerang. (Barbara. C. long. 1996, perawatan medical bedah:
119).

8
C. Etiologi dan Faktor Resiko
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang ditularkan melalui cairan
tubuh seperti darah, cairan semen, dan cairan vagina. Faktor risiko menderita
hepatitis B tinggi pada laki-laki, pengguna kokain, orang dengan pasangan
seksual multipel, dan orang dengan pendidikan rendah.
D. Cara Penularan
Hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan tubuh, misalnya sperma
dan cairan vagina. Beberapa cara penularan umumnya antara lain:
1. Kontak seksual. Misalnya berganti-ganti pasangan dan berhubungan seks
tanpa alat pengaman.
2. Berbagi jarum suntik. Misalnya menggunakan alat suntik yang sudah
terkontaminasi darah penderita hepatitis B.
3. Kontak dengan jarum suntik secara tidak disengaja. Misalnya petugas
kesehatan (paramedis) yang sering berurusan dengan darah manusia.
4. Ibu dan bayi. Ibu yang sedang hamil dapat menularkan penyakit ini pada
bayinya saat persalinan.

E. Manifestasi Klinis
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama.
Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi
dari masing – masing stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri
diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula
terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan
berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin
berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan
tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih
cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab
yang biasanya berbeda

9
F. Komplikasi
1. Sirosis
Sirosis adalah pembentukan jaringan parut pada hati. Jaringan parut adalah
jaringan yang terbentuk setelah sel-sel hati yang awalnya normal,
mengalami luka atau radang yang berkelanjutan. Gejala sirosis biasanya
tidak terdeteksi dan sering tidak disadari penderitanya sampai terjadi
kerusakan yang parah pada hati. Sirosis yang parah dapat memicu gejala-
gejala seperti turunnya berat badan, mual, gampang lelah, gatal-gatal pada
kulit dan pembengkakan pada perut serta pergelangan kaki.
Perkembangan komplikasi ini dapat dihambat dengan langkah pengobatan
tertentu, misalnya dengan obat antivirus. Tetapi ada sebagian penderita
yang terpaksa menjalani transplantasi hati karena kondisinya sudah sangat
parah.
2. Kanker Hati
Hepatitis B kronis bisa berkembang menjadi kanker hati jika tidak
ditangani dengan baik. Gejala pada komplikasi ini di antaranya adalah
mual, muntah, sakit perut, penurunan berat badan, serta sakit kuning (kulit
dan bagian putih mata yang menguning). Operasi mungkin akan dilakukan
untuk membuang bagian hati yang terserang kanker.
3. Hepatitis B Fulminan
Hepatitis B fulminan terjadi saat sistem kekebalan tubuh menjadi keliru
dan mulai menyerang hati hingga menyebabkan kerusakan yang parah.
Beberapa gejala yang mengindikasikan kondisi tersebut adalah penderita
menjadi linglung atau bingung, perut membengkak, dan sakit kuning.
Penyakit ini bisa menyebabkan hati berhenti berfungsi dan seringkali
berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

4. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan
infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan
degrenerasi dan nekrosis sel perenchym hati.

10
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem
drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi
statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong
empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai
hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler
jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampi dengan timbulnya sakit
dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2
sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian.
Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan
pada fungsi hati. Individu dengan hepatitis kronik akan sebagai karier penyakit
dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.

5. Pemeriksaan Diagnostik
1. anti-HBs: hasil positif mengindikasikan imunitas terhadap hepatitis B dari
vaksinasi atau pulih dari suatu infeksi.
2. HBsAg: Hasil yang negatif mengindikasikan orang tersebut belum pernah
terpapar terhadap virus atau tengah pulih dari infeksi hepatitis akut dan
telah berhasil bebas dari virus (atau jika ada maka itu infeksi yang
tersembunyi). Nilai positif (reaktif) mengindikasikan sebuah infeksi aktif
namun tidak mengindikasikan apakah virus itu bisa ditularkan atau tidak.
3. HBeAg: Hasil positif (reaktif) mengindikasikan adanya virus yang bisa
ditularkan pada orang lain. Hasil negatif berarti virus tidak bisa ditularkan
pada orang lain, kecuali di belahan dunia di mana strain virus tidak
memproduksi protein e-antigen adalah hal yang umum.
4. anti-HBc: Jika ada dengan anti-HBs positif, biasanya menandakan
pemulihan dari suatu infeksi dan orang tersebut bukanlah karier atau
terinfeksi secara kronis. Pada infeksi akut, tipe pertama antibodi HBc yang
pertama muncul adalah suatu antibodi IgM. Menguji antibodi ini dapat
membuktikan apakah seseorang telah baru-baru ini terinfeksi oleh HBV
(di mana anti-HBc, IgM akan positif), atau sudah beberapa lama (di mana
ada amti-HBc, namun IgM akan negatif).

11
5. HBV DNA: Hasil positif atau reaktif mengindikasikan adanya virus yang
mampu menyebar pada orang lain. Hasil negatif menunjukkan biasanya
virus tidak dapat menyebar ke orang lain, terutama jika tes dapat
mengambil sedikitnya 200 virus (cetakan) dalam satu mL darah yang
digunakan.

6. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus. Aktivitas fisik biasanya
perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup
istirahat, hidrasi, dan asupan makanan yang adekuat. Hospitalisasi
diindikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi, faktor pembekuan abnormal,
atau tanda-tanda gagal hati, yang membahayakan (gelisah, perubahan
kepribadian, letargi, penurunan tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV,
studi laboratorium yang berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap
perkembangan penyakit adalah tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit.
1. Berikut ini adalah obat-obat yang dapta digunakan :
Globulin imun (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah
terpajan hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan).
2. HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi
: diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan
per IM ditambah dosis booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam
setelah kelahiran).
3. Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) – digunakan untuk mencegah munculnya
hepatitis B (Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran,
diulangi pada usia 1 dan 6 bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10
tahun. Tiga dosis IM (paha anterolateral / deltoid), dua dosis pertama
diberikan berselang 1 bulan, dan booster diberikan 6 bulan setelah dosis
pertama. Anak-anak yang berusia lebih dari 10 tahun. Diberikan tiga dosis
ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang menjalankan
hemodialisis jangka panjang dan anak dengan sindrom Down harus

12
divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko memperoleh infeksi
Hepatitis B ini.

7. Diet untuk Pasien Hepatitis


Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain :
 Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing
dan babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega/
margarine, minyak serta makanan bersantan seperti gulai, kare, atau
gudeg.
 Makanan kaleng seperti sarden dan korned.
 Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
 Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kool,
sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.
 Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
 Minuman yang mengandung alkohol dan soda.
Sedangkan bahan makanan yang baik dikonsumsi penderita hepatitis :
 Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.
 Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang
hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.
 Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti
gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan, dan madu.

13
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan dignosa medis.
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu,
agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan
terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala,
batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah,
demam, nyeri perut kanan atas.
b. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah
diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk
keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta
perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
d. Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya
kerusakan/gangguan hati.
4. Pola pengkajian Fungsional

14
a. Aktivitas
 Kelemahan
 Kelelahan
 Malaise
b. Sirkulasi
 Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
 Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
 Urine gelap
 Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
 Anoreksia
 Berat badan menurun
 Mual dan muntah
 Peningkatan oedema
 Asites
e. Neurosensori
 Peka terhadap rangsang
 Cenderung tidur
 Letargi
 Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
 Kram abdomen
 Nyeri tekan pada kuadran kanan
 Mialgia
 Atralgia
 Sakit kepala
 Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
 Demam
 Urtikaria
 Lesi makulopopuler

15
 Eritema
 Splenomegali
 Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
 Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam
empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret.
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat
menular dari agent virus

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

16
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nutrisi
pasien terpennuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
Intervensi :
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi
sering dan tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal
dan menurunkan kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan
rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri
pasien berkurang atau teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam
nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi :
1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri

17
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman,
oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui
pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan
nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
 Akui adanya nyeri
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang
nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
3. Berikan informasi akurat dan
 Jelaskan penyebab nyeri
 Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan
nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang
dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
4. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung
efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk
mengurangi nyeri.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu badan
pasien normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
Intervensi :
1. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari
buah 2,5-3 liter/hari.

18
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu
timbulnya dehidrasi
3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam keletihan
pasien berkurang
Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan
Intervensi :
1. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang
2. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
3. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,
kemampuan-kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan
yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk
kegiatan yang kurang penting
4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi
waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan
dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan
yang dapat menimbulkan keletihan

19
5. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif
(bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam
empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi
kerusakan intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Intervensi :
1. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
 Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan
(kadtril, lanolin)
 Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang
ujung syaraf
2. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu
ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan
meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi
3. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih
banyak pruritus
4. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien tidak
mengalami gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat

20
Intervensi :
1. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau
akumulasi cairan dalam abdomen
2. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
3. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada
diafragma dan meminimalkan ukuran sekret
4. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi
infeksi pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat
untuk menangani semua cairan tubuh
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien
atau spesimen
 Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan
tubuh
 Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada
wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi
jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus
hepatitis

21
2. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan
tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan
permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan
materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit
3. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,
keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai
transmisi infeksi
4. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen
kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber
pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi

E. Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya).
3. Tidak terjadi peningkatan suhu.
4. Tidak terjadi keletihan.
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat.
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
menyebakan peradangan pada hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus
disebabkan juga alcohol dan juga obat-obatan dan bahan-bahan kimia.
Hepatitis pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh bahan-bahan kimia
yang terkandung dalam snack. Selain itu juga anak-anak kurang
memperhatikan akan kebersihan sehingga memudahkan virus untuk masuk ke
dalam tubuh.

B. Saran
Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam
pemilihan makanan serta memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan
agar tidak terkena virus yag dapat menyebabkan penyakit hepatitis. Pada bayi
sebaiknya ibu memberikan imunisasi secara tepat waktu untuk mencegah
terjadinya hepatitis.

23
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan
Penyakit, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko
Setiyono, Edisi I, jakarta, Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi
ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.\

24

Anda mungkin juga menyukai