Anda di halaman 1dari 10

TEORI BELAJAR PENGAJARAN

ANALISIS VIDEO

Oleh:
Andina Yuli Amalia 1715143256
Tiara Puspitasari 1715143257
Tifany Siswardini 1715143281

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Ketika membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang


membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta
didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas, proses belajar
mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia
pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di
sekolah. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan
anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik yang
ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.

Sejalan dengan rencana pergantian kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau
scientific aproach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang
menarik perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Yang menjadi latar belakang pentingnya
materi ini karena produk pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan
yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan anak-anak bangsa lain

Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi


siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan
peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan ilmiah. Skenario untuk memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di
Indonesia telah melalui sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini
belum terwujudkan juga. Balitbang Depdiknas sejak tahun 1979 telah merintis
pengembangan program prestisius ini dalam Proyek Supervisi dan CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) di Cianjur, Jawa Barat. Hasil-hasil proyek ini kemudian direplikasi di
sejumlah daerah dan dikembangkan melalui penataran guru ke seluruh Indonesia. Upaya
yang dimulai pada tingkat sekolah dasar ini kemudian mendorong penerapan pendekatan
belajar aktif di tingkat sekolah menengah. Hasil-hasil upaya ini secara bertahap kemudian
diintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Kurikulum Berbasis
Kompetensi tahun 2004, yang dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan
istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.

Dalam perancangan kurikulum baru, Kemendikbud masih menggunakan latar belakang


pemikiran yang menyatakan bahwa secara faktual guru-guru belum melaksanakan cara
belajar siswa aktif. Kondisi ideal yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan
daripada fakta dalam kelas. Produktivitas pembelalaran untuk menghasilkan siswa yang
terampil berpikir pada level tinggi dalam kondisi madek alias kolep. Deskripsi ini merujuk
pada hasil tes anak bangsa kita yang dikompetisikan pada tingkat internasional dinyatakan
tidak berkembang sejak tujuh tahun lalu. Memang, ini kondisi yang sangat
memprihatinkan

II. Konsep Utama


Konstruktivisme adalah perspektif psikologis dan filosofis yang memandang bahwa
masing-masing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang
mereka pelajari dan pahami (Bruning et al., 2004). Pengaruh besar yang mendorong
kemunculan konstruktivisme adalah teori dan penelitian dalam ilmu perkembangan
manusia, terutama teori-teori Piaget dan Vygotsky. Kontruksi berarti bersifat membangun,
dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nya. Adapun langkah-langkah mengaplikasikan
konstruktivisme di kelas adalah:
1. Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah dalam merancang
program, implementasi program dan evaluasi.
2. Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus dikuasai siswa.
3. Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa. Identifikasi pengetahuan awal
siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan peta konsep.
4. Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan awal siswa yang telah
diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut untuk menetapkan mana
diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi ilmiah, mana yang salah dan mana
yang miskonsepsi.
5. Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsep. Program
pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran. Sedangkan strategi
pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk modul.
6. Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsepsi. Tahapan ini
merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini terdiri dari tiga langkah
yaitu : (a) orientasi dan penyajian pengalaman belajar, (b)menggali ide-ide siswa, (c)
restrukturisasi ide-ide.
7. Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program pembelajaran, maka
dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah diterapkan.
8. Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten. Berdasarkan hasil evaluasi
perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi dan analisis terhadap miskonsepsi
siswa, baik yang dapat diubah secara tuntas maupun yang resisten.
9. Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis miskonsepsi yang resisten
digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi strategi pengubahan konsepsi siswa
dalam bentuk modul.

Dan ciri pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:

1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan


dalam dunia sebenar
2. Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai
panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan
murid
4. Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide
5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid
6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru
7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil
pembelajaran
8. Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian dan eksperimen.
III. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pendekatan saintifik di kelas.
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis:
a. Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai
pendekatan saintifik dalam proses belajar mengajar
2. Secara praktis:
a. Makalah ini diharapkan memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai cara
yang tepat untuk melakukan pendekatan saintifik dengan kurikulum 2013 di
sekolah

IV. Sumber Data


Video diperoleh dari youtube dengan link
https://www.youtube.com/watch?v=soyLO4QLJkY&feature=youtu.be yang diupload oleh
Kamtos Sukamto pada tanggal 6 Januari 2014 dengan judul “Pendekatan Saintifik“ dan
durasi waktu 19:34 menit. Kami mengunduh video tersebut pada Senin, 12 Desember
2015.
BAB II

PEMBAHASAN

Objek yang kami amati adalah siswa kelas X MIA 3 SMAN 1 Setu, Kabupaten
Bekasi saat jam pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung. Pengelolaan pembelajaran yang
berlangsung disini adalah secara klasikal yang dilanjutkan secara kelompok. Saat guru
masuk, beliau membuka dengan memberi salam, bertanya tentang kabar siswanya,
memimpin doa, bertanya siapa yang tidak masuk pada hari itu, dan kemudian mendata
kehadiran siswa. Selanjutnya, beliau menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari hari itu.
Saat proses pembelajaran berlangsung, guru menunjuk siswa secara acak dan bergantian
untuk membaca materi tentang struktur teks anekdot yang disajikan melaui power point.
Setelah itu guru memberi kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya. Guru juga memberikan
kesempatan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya sebelum akhirnya dikoreksi,
dilengkapi, dan disimpulkan oleh beliau. Kemudian beliau menyuruh siswa untuk
membentuk kelompok yang berisikan 3-4 orang dalam satu kelompok dan masing-masing
kelompok dibagikan lembar kerja. Selama mengerjakan lembar kerja struktur tes anekdot
tersebut, beliau berjalan menghampiri setiap kelompok dan menanyakan apakah ada kesulitan
atau tidak. Siswa pun aktif bertanya jika ada yang kurang dimengerti. Setelah selesai
mengerjakan, satu persatu perwakilan dari tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
sambil dinilai oleh guru. Kemudian guru menutup proses pembelajaran dengan mereview
kembali materi yang sebelumnya dibahas.

Strategi pembelajaran yang diterapkan disini adalah pendekatan saintifik, yaitu


pendekatan ilmiah yang digunakan dalam pembelajaran untuk semua mata pelajaran meliputi
menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan kemudian mengolah data atau
informasi dilanjutkan dengan menganalisis, menalar kemudian menyimpulkan dan mencipta.
Di awal, guru secara tidak langsung mengarahkan siswa untuk mengamati materi yang telah
disajikan di power point kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
memberikan kesempatan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya sebelu akhirnya
nanti disimpulkan oleh guru. Selanjutnya siswa dibentuk berkelompok dan diberi lembar
kerja berupa struktur teks anekdot. Disini siswa diarahkan untuk menyusun kerangka dari
anekdot yang telah disediakan. Pada saat proses menyusun struktur tersebut, siswa diarahkan
untuk menganalisis kalimat demi kalimat agar menjadi satu paragraf yang padu. Setelah itu
siswa menyimpulkan struktur dari anekdot yang telah mereka susun. Agar mudah untuk
mengingat langkah-langkah pendekatan tersebut dapat diakronimkan menjadi OQAEN
(Observing, Questioning, Associating, Experimenting, Networking) atau disingkat dengan 5M
(Mengamati, Menanya, Menalar, Mencoba, Mengkomunikasikan).

Berikut deskripsi langkah-langkah pendekatan saintifik :

1 Mengamati: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)


untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui, mengamati dengan indra
(membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan
atau tanpa alat.
2 Menanya: mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati, membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi
tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin
diketahui, atau sebagai klarifikasi.
3 Mencoba/mengumpulkan data (informasi): melakukan eksperimen, membaca
sumber lain dan buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara
dengan narasumber , mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan,
meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku
teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan
memodifikasi/ menambahi/mengembangkan.
4 Mengasosiasikan/mengolah informasi: siswa mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau
pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi,
mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk
membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang
terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
5 Mengkomunikasikan: siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya, menyajikan
laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik, menyusun laporan tertulis, dan
menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

Keunggulan dalam penerapan metode tersebut siswa menjadi lebih aktif bertanya
untuk mencari pembuktian, meningkatkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik,
menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan, membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang
baik dan benar, siswa lebih tertarik terhadap pelajaran dalam menemukan atau melakukan
sesuatu, memberi kesempatan siswa untuk membuktikan kebenaran atas penalarannya, dan
masih banyak lagi. Sedangkan kekurangan dari metode ini ialah memerlukan waktu persiapan
yang lama dan memakan biaya yang tidak sedikit. Selain itu tidak sedikit siswa yang masih
takut untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya.

Kurikulum yang digunakan pada proses pembelajaran ini adalah kurikulum 2013.
Dapat dikatakan bahwa SMAN 1 Setu sudah menerapkan kurikulum 2013. Hal ini dapat
dilihat dari metode pembelajaran yang digunakan, yaitu metode saintifik dimana metode
tersebut merupakan salah satu cirri khas kurikulum 2013. Selain itu guru juga sudah
memainkan perannya sebagai fasilitator dilihat saat guru memberikan materi berupa power
point serta lembar kerja struktur anekdot yang tinggal dikerjakan oleh siswa. Pada daftar
penilaian otentik yang telah dibuat oleh guru, aspek yang dinilai adalah keterampilan, sikap,
dan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan ketentuan kurikulum 2013 bahwa standar penilaian
mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, ketrampilan dan
pengetahuan secara proporsional.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam video tersebut telihat dalam pengajarannya menggunakan perspektif


konstrutivisme. Hal itu dapat dilihat dari metode pembelajaran yang kooperatif antara siswa
satu dengan siswa lainnya dan juga diskusi yang terjadi antara siswa satu kelompok tersebut.
Strategi pembelajaran yang diterapkan disini adalah pendekatan saintifik, yaitu pendekatan
ilmiah yang digunakan dalam pembelajaran untuk semua mata pelajaran meliputi menggali
informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan kemudian mengolah data atau informasi
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar kemudian menyimpulkan dan mencipta. Di awal,
guru secara tidak langsung mengarahkan siswa untuk mengamati materi yang telah disajikan
di power point kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
memberikan kesempatan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya sebelu akhirnya
nanti disimpulkan oleh guru. Selanjutnya siswa dibentuk berkelompok dan diberi lembar
kerja berupa struktur teks anekdot. Disini siswa diarahkan untuk menyusun kerangka dari
anekdot yang telah disediakan. Pada saat proses menyusun struktur tersebut, siswa diarahkan
untuk menganalisis kalimat demi kalimat agar menjadi satu paragraf yang padu. Setelah itu
siswa menyimpulkan struktur dari anekdot yang telah mereka susun.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.salamedukasi.com/2014/06/pengertiandefinisi-pendekatan-saintifik.html

http://perangkatguruindonesia.blogspot.co.id/2013/11/definisi-pendekatan-saintifik-
kurikulum.html

https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2014/04/27/perihal-keunggulan-dan-
kelemahan-kurikulum-2013/

https://dirinyachapunk.wordpress.com/2011/12/22/model-pembelajaran-
konstruktivisme/

https://www.youtube.com/watch?v=soyLO4QLJkY&feature=youtu.be

Anda mungkin juga menyukai