Defenisi1
Pada bagian atas dari kanalis ani terdapat bantalan dari jaringan submukosa yang
mengandung jaringan konektif yang terdapat vena dan otot polos. Umumnya hanya
terdapat tiga bantalan, yaitu bagian lateral kiri, anterior kanan, dan posterior kanan.
Susunan anatomi ini berfungsi sebagai pelindung sewaktu dinding anus sewaktu
kontinensia dan berkontribusi dalam penutupan anal. Hemoroid berarti istilah patologi
yang digunakan untuk mendeskripsikan turunnya Anal Cushion (bantalan anus), yang
menyebabkan vena yang dikandung didalamnya mengalami dilatasi.
II. Epidemiologi1,3
Jumlah penderita hemoroid di Amerika mencapai 4.4% dari total populasi. Pasien
yang menderita hemoroid lebih sering ditemukan pada ras kaukasian, dari golongan
sosioekonomi yang tinggi.
Berdasarkan jenis kelamin belum diketahui, walaupun laki-laki lebih umumnya lebih
sering datang berobat. Tapi perlu diketahui, kehamilan dapat menyebabkan perubahan
fisiologis yang menjadi predisposisi gejala hemoroid pada wanita.
Berdasarkan umur hemoroid eksterna lebih sering terjadi pada usia muda dan umur
pertengahan dibandingkan dengan usia lebih lanjut. Prevalensi hemoroid bertambah
seiring bertambahnya umur, dimana puncaknya pada umur 45-65 tahun.
III. Etiologi1,4
IV.1 ANUS
Anus adalah outlet dari saluran gastrointestinal. Dia dapat melebar sesuai dengan
ukuran dan bentuk dari isi kotoran, dan biasanya diameter akan bervariasi 1,2-3,5 cm
setiap kali defekasi. Struktur anus dikelilingi oleh otot subkutaneus dari sphincter
externa. Serat otot ini bergabung dengan otot longitudinal, bagian fibroelastisnya
memanjang dan menembus hingga bagian subpekten bersama kelenjar, kelenjar limfe
dan kaplier. Struktur ini berperan dalam proses supuratif pada anorektal.
Ini adalah zona anastomose dari pleksus hemorrhoid superior dan inferior. Anastomosis
dari pembuluh darah pekten mengalir bebas ke salah satu sistem portal atau kava.
Perubahan dari innervasi dan drainase limfatik juga terjadi pada zona ini. Pekten
menandai area penyempitan terbesar pada area ini.
Gambar 2.
Gambaran struktur anorektal line (Dikutip dari kepustakaan 2)
IV.1.3 Fasia
Bagian anterior dari kanalis anus pada pria berhubungan dengan bagian perineal
dan akumulasi fasia pada bagian ini. Dari atas hingga ke bawah, meliputi lapisan
fasia superficial, profunda, fasia Colle, pada perlekatannya dengan margin superior
dari ligamentum triangularis. Dimana terdapat penyatuan dari muskulus perineal
transversus supervicial dengan bagian bulbus dari urethra, lapisan superficial dan
profunda dari ligamentum triangularis, dan muskulus retrourethralis yang kemudian
semuanya akan membentuk dasar dari ruang prerektum.
Pada wanita kanalis ani terletak pada posterior yang berhubungan dengan
muskulus sfingter vaginae (bulbocavernosis) dan bagian margin posterior dari
ligamentum triangularis, muskulus rektovaginal, yang kemudian membentuk dasar
dari spatium rektovaginal atau spatium prerektal. Bagian lateral,kanalis ani, dilapisi
oleh fasia yang masuk ke dalam yang kemudian berikatan dengan matriks
fibroseluler fossa ischirektal. Pada bagian posterior kanalis ani, berhubungan dengan
anocoxygeal.
IV.2 Rektum
Rektum dapat digambarkan memanjang dari level setinggi vertebra sakrum ketiga
hingga linea anorektal. Vertebra sakrum ketiga berhubungan dengan ujung pada
mesenterium, ini menandai titik dimana terjadi perubahan suplai vaskuler, yang terletak
dimana tinea dari sigmoid menyebar untuk memperkuat lapisan otot longitudinal. Ini
berkaitan dengan tempat menyempitnya rektum dan kemudian bergabung dengan
sigmoid. Ini ditandai dengan perubahan warna. Rektum dapat dibagi menjadi dua
bagian yakni bagian sfingter dan bagian ampulari. Bagian sfingter ini berhubungan
dengan anulus hemorroidalis, dikelilingi oleh levator ani dan fasia collar dari fasia
supra anal. Bagian ampulari memanjang mulai vertebra sakral ketiga hingga diafragma
dari pelvis pada bagian insersi dari levator ani.
Gambar 3.
Struktur Kolumna Morgagni (Dikutip
dari kepustakaan 2)
Gambar 4.
Lapisan-lapisan dari rektum (Dikutip dari
kepustakaan2)
Gambar 5.
Vaskularisasi Anorektal (Dikutip
dari kepustakaan 2)
V. Persarafan Anorektal
V.1 Persarafan Wilayah Atas Anorektal
Secara umum, pasokan saraf dibagi menjadi dua sistem; sistem somatik atau
serebrospinal.Memasok inervasi saraf ke otot rangka, dan saraf persarafan sensorik ke
sendi, kulit, dan kulit kepala, dan sistem otonom. Sistem otonom ini dibagi menjadi tiga
kelompok; kelompok meduler (kraniobulbar), torakolumbalis, dan kelompok
sakral.Gorsch mengatakan bahwa segment torakolumbal adalah simpatis, sementara
bagian meduler dan subgrup dari sakral adalah parasimpatis.
Inervasi dari kanalis ani dan otot-ototnya berasal dari saraf simpatis dan
parasimpatis dari serebrospinalis.
Cabang perineal dari nervus sakrum ke empat menembus otot koksigeus dan
menginervasi kulit perianal.
Filamen spinal dari koksigeus menjalar kearah anterior dan posterior. Cabang
posterior sepanjang kulit dan dan bergabung dengan cabang dermal dari nervus
sakralis ke empat. Cabang filamen anterior menuju badan dari anokoksigeus dan
kulit.
Inervasi simpatis menuju bagian bawah dan kanalis ani, serta otot-ototnya
berasal dari tiga sumber utama :
3. Serat simpatik, yang juga dibawa oleh nervus hemoroidalis inferior, adalah
simpatis parietal yang muncul dari sakrum dan ganglion koksigeus. Saraf ini
menginervasi glandula dan pembuluh darah dari kulit yang mengelilingi
kanalis ani.
Distribusi terminal dari simpatis untuk rektum terdiri atas dua pleksus
Auerbach dan Meissner. Cabang pleksus dari Auerbach (pleksus intermuskuler)
berjalan diantara otot sirkuler dan berlanjut pada otot longitudinal untuk
mencapai kulit perianal (simpatis).
V. Klasifikasi5
1. Hemoroid interna derajat I: Ini merupakan hemoroid stadium awal. Hemoroid hanya
berupa benjolan kecil di dalam kanalis anal pada saat vena-vena mengalami distensi
ketika defekasi.
2. Hemoroid interna derajat II: Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang tidak
hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah lubang anus. Benjolan
ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk kembali
kedalam kanalis anal bila proses defekasi telah selesai.
3. Hemoroid interna derajat III: Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali secara
spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan tangan ke dalam
anus.
4. Hemoroid interna derajat IV: Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama dengan
bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik
ke dalam kanalis anal.
Tabel 1.
Pembagian derajat hemoroid interna (Dikutip dari kepustakaan 5)
1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir
anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid
trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag itu berupa satu atau lebih lipatan kulit
anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
- Anal tags
Banyak pasien yang salah mengira anal tags . Anal tags merupakan
protruberensia pada batas antara anodermis dan kulit perianal. Asal mulanya
masih belum diketahui, namun dicurigai karena drainase dari limfatik lokal yang
tidak teratur.
Gambar 8.
- Polip fibroepiteliel
- Fissura
Pasien umumnya mengeluhkan adanya tonjolan yang gatal juga sakit. Rasa
nyeri seperti terbakar pada fissura pada saat defekasi dan rasa gatal sangat
berbeda bila dibandingkan dengan gejala dari hemoroid. umumnya rasa nyeri
bermula pada saat 30 menit setelah defekasi dan berlanjut 2 jam kemudian.
Gambar 9.
- Hematoma perianal
Lesi ini sangat nyeri dan munculnya secara tiba-tiba. Bila lesi ini tidak
diinsisi, selalunya akan hilang sendiri (ruptur atau absorpsi). Kantung ini berasal
dari vena yang terdistensi karena pembekuan darah.
Gambar 10.
Prolaps rekti yang masih awal sangat sulit dibedakan dengan hemoroid.
pasien umumnya tidak dapat mendeskripsikan ukuran dari protrusio.
Gambar 11
VIII. KOMPLIKASI5,6
Komplikasi dari hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, trombosis, dan
strangulasi. Hemoroid yang mengalami strangulasi adalah hemoroid yang mengalami
prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. Keadaan trombosis dapat
menyebabkan nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit
yang menutupinya.
Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga terjadi
pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, kolitis ulserosa.
X. TERAPI1,3,4,5,6,7
Pada dasarnya tujuan terapi hemoroid bukan untuk menghilangkan pleksus
hemoroidal tetapi untuk menghilangkan keluhan. Pada prinsipnya terapi hemoroid
terdiri atas 2 macam, yaitu:
1. Non Operatif.
a. Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan
lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makanan. Makanan sebaiknya terdiri
atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun
lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya
dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan
hangat dapat meringankan nyeri.
b. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan
keluhan dan gejala.
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
1. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin
tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai
antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil,
Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan
digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume
tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain ketut dan
kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).
2. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau
kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S
dan Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk
mengurangi radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya
Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
3. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena
hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal
dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding
pembuluh darah.
Gambar 12.
Teknik skleroterapi pada hemoroid (dikutip dari kepustakaan 5)
Gambar 13
Ligasi dengan karet (Dikutip dari kepustakaan 4)
d. Krioterapi
Terapi ini menggunakan nitrogen cair. Nitrogen cair ini diberikan pada kantung
hemoroid selama 3 menit dan kantung ini akan mengalami cold necrosis. Selama
terapi diberikan anastesi lokal bila diperlukan.
e. Terapi Laser
Evaporasi dari laser juga digunakan untuk eksisi dari hemoroid, dengan hasil yang
lebih bagus. Keuntungan menggunakan terapi ini adalah kerusakan yang minimal
pada jaringan residu.
2. Operatif, yaitu8 :
Hemoroidektomi:
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada
penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara
terapi lainya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami
trombisis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Ada 2
prinsip dalam melakukan hemoroidektomi, yaitu:
a). Pengangkatan pleksus dan mukosa.
b). Pengangkatan pleksus tanpa mukosa.
Gambar 14.
Teknik hemoroidektomi (Dikutip dari kepustakaan 7)
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 4 metode:
a. Metode Langen-beck (eksisi + jahitan primer radier) Semua sayatan di
tempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang dari
rektum. Keuntungannya berapa banyak varisespun dapat diangkat. Bila,
sayatan ini kemudian dijahit tidak menimbulkan stenosis. Umumnya
dengan metode ini mukosa turut diangkat bersama varises. Kelihatannya
lebih kasar, tetapi penyembuhannya lebih baik. Waktu untuk
mengerjakan metode ini kira-kira 15 menit.
b. Metode White-head (eksisi + jahitan primer longitudinal).Sayatan
dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol.
Keuntungannya setelah varises diangkat mukosa,dikembalikan ke
tempatnya sehingga hasil operasi kelihatan rapi. Tetapi dengan metode
ini bahaya striktur lebih besar, sehingga sebelum menjadi sempit sekali
harus selalu dilakukan dilatasi dengan “bougie”. Cara lain adalah
hemoroid dilepaskan tetapi mukosa tidak dibuang (eksisi dan ligasi).
Dengan demikian bahaya striktur dapat dihindari.
c. Metode Morgan-Milligan. Dengan metode ini semua “primary piles”
diangkat, sehingga tidak timbul residif.
d. Teknik Ferguson Berkembang di Amerika Serikat oleh Dr. Ferguson
pada tahun 1952. Ini merupakan modifikasi dari tehnik MilliganMorgan,
dengan jalan insisi tertutup total atau sebagian dengan jahitan running
absorbable.
Penarikan kembali digunakan untuk membuka jaringan hemoroidal, yang mana lebih
dari menghilangkan dengan pembedahan. Jaringan yang tersisa adalah jahitan atau efek
koagulasi dari pembedahan. Caranya benjolan hemoroid ditampakkan melalui anoskopi
kemudian dilakukan eksisi dan ligasi pada posisi anatomik hemoroid tersebut. Metode ini
sering digunakan di Amerika Serikat. Bedah beku Hemoroid dapat pula dibekukan dengan
pendinginan pada suhu yang rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai
secara luas oleh karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Dalam melakukan
operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ani harus benar-benar lumpuh. Pada
orang-orang tua, penderita tuberkulosis dan penyakit saluran pernafasan lainnya, dapat
dipakai anastesi lumbal, dimana orangnya tetap sadar tetapi relaksasi sfingter baik. Hemoroid
derajat I dan II dapat diobati dengan terapi non-operatif, tetapi bila sudah mencapai derajat III
dan IV hemoroid tidak akan sembuh dengan terapi non-operatif. Hal ini dikarenakan
hemoroid yang telah mati tetap bisa keluar akibat adanya terombus di situ. Akibatnya
hemoroid tidak mengalami perubahan apa-apa.
Gambar 15.
Teknik Operasi
Hemoroidektomi
(Dikutip dari kepustakaan 8)
Bila seseorang datang dengan hemoroid derajat IV tidak boleh segera dilakukan
operasi. Harus diusahakan agar menjadi derajat III terlebih dahulu dengan cara: Setiap 2 hari
sekali penderita duduk berendam dalam larutan PK 1/10.000 selama 15 menit. Kemudian
dikompres dengan larutan garam hipertonik sehingga edema akan hilang dan semua kotoran
terserap keluar.
Biasanya setelah 2 minggu benjolan yang keluar itu mengeriput/kempes hingga
dapat dimasukkan/didorong kembali (ini derajat III). Bila telah berada pada derajat
III, baru dilakukan hemoroidektomi. Perlu diperhatikan bahwa pada hemoroidektoni
selalu terjadi infeksi dan edema pada luka bekas sayatan, yang akhirnya
menimbulkan fibrosis. Ini terjadi karena dalam traktus gastrointestinal banyak
kumannya. Tidak dibutuhkan imunisasi tetanus, karena meskipun banyak kuman,
traksus gastrointestinal bukan port d’entre kuman tetanus.
XI. KOMPLIKASI9,10
Dalam tindakan operatif pada kasus hemoroid terdapat beberapa komplikasi yang sering
terjadi :
a. Refleks Vasovagal
b. Perdarahan
c. Infeksi
Sepsis merupakan komplikasi yang tidak umum terjadi. Sepsis umumnya terjadi pada
pasien dengan defisiensi imun.
DAFTAR PUSTAKA
1. Norman S., William. Bailey Surgical Textbook (E-book). Lippincolt : England. 2002
2. Noll, Carlton M[online] 2010. Anatomy Anus and Rectum.[cited March 14th,2010],
Available on URL : http://www.hemorrhoid.net/anatomy.php
4. Peter J., Moris. Oxfrod Textbook of Surgery 2nd Edition Volume 2.Oxford
press:England.2000
10. Scott C Thornton, MD [online 2010]. Hemorrhoids.[Cited March 16th, 2009]. Available
From URL : http://emedicine.medscape.com/article/195401-overview
HEMOROID
Disusun Oleh :
(C1105014)
Pembimbing :
Supervisor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010