Anda di halaman 1dari 5

STUDI KELAYAKAN PROYEK PEMBUKAAN DAN

PENCETAKAN SAWAH DAN INFRASTRUKTUR LAINNYA


(PPSI) PADA LAHAN GAMBUT DI KUALA SATONG
KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

Oleh
Agus Salam Tiara Amran
NIM : 15009064
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil
Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK
Lahan rawa bergambut yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya pertanian
masih banyak ditemukan di daerah pesisir/ muara sungai. Namun, pengalihan fungsi
lahan rawa bergambut menjadi lahan budidaya pertanian memiliki beberapa kendala,
seperti kondisi lahan, air tanah, dan salinitas yang harus dapat diatasi. Hal ini membuat
proyek PPSI yang rencananya akan dibangun di Kuala Satong harus dinilai tingkat
kelayakannya. Aspek penilaian tingkat kelayakan ditinjau dari segi teknis, sosial, dan
ekonomi. Studi kelayakan yang dibuat menggunakan pendekatan secara deskriptif,
analitis, kualitatif, kuantitatif dan komparatif dari data-data yang dikumpulkan (data
sekunder dan data riil). Hasil studi kelayakan proyek PPSI ini menunjukkan secara
global (mayoritas dari berbagai aspek) layak untuk dikerjakan.

Kata kunci : lahan rawa, tanah gambut, kuala satong, PPSI, daerah rawa teknis, studi kelayakan.

1. Pendahuluan mencapai 214,55 ha, yang berhimpit


Indonesia memiliki luas daratan dengan sungai Siduk di bagian
sebesar 1.922.570 km2 yang sebagian utaranya.
besar belum dieksplorasi secara Dalam perencanaan proyek ini,
maksimal. Hal ini dapat dibuktikan dari perlu dilakukan studi kelayakan yang
masih banyak ditemukannya lahan rawa dapat menentukan apakah proyek PPSI
bebas di sepanjang pantai barat layak dilaksanakan atau tidak. Ruang
Kalimantan yang tidak memiliki nilai lingkup dari studi kelayakan PPSI ini
manfaat bagi kehidupan manusia. Lahan terdiri dari bidang teknis (lahan/tanah,
rawa tersebut diperkirakan dapat air tanah, kegaraman, dan sumber air),
menjadi sumber produksi pertanian sosial (kondisi tenaga kerja pertanian)
yang dapat meningkatkan ketahanan dan ekonomi (B/C ratio, NPV, dan
pangan nasional. Proyek PPSI, IRR).
khususnya di Kuala Satong yang
tercetus merupakan langkah awal dalam 2. Daerah Rawa (DR) Teknis
merealisasikan tujuan tersebut. Lahan rawa adalah lahan yang
Lokasi PPSI Kuala Satong ini mempunyai topografi datar, dengan
sendiri berada di dusun Impala, desa kondisi drainase yang buruk dan secara
Kuala Satong, kec. Matan Hilir Utara, alami tergenang air sepanjang tahun.
kab. Ketapang. Luas potensi lahan Lahan rawa yang dijadikan budidaya
masyarakat yang ikut serta proyek PPSI pertanian terdiri dari DR teknis, semi

1/4
teknis, dan tadah hujan. Penentuan DR
pengairan tersebut akan dilakukan
berdasarkan perencanaan pola tanam.
Reklamasi rawa dilakukan untuk
menyiapkan lahan rawa agar dapat
digunakan sebagai lahan budidaya
pertanian (Daerah Rawa). Jenis-jenis
reklamasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 Pyrite yang terekspos
gambar 1.
2. Parameter Kelayakan
Dalam bidang teknis, parameter
kelayakan yang dinilai diantaranya:
kondisi lahan/tanah dimana lapisan
gambut harus < zona akar (30 cm) agar
akar berada pada lapisan tanah mineral;
kondisi air tanah yang harus memiliki
pH > 6; kualitas air suplesi akibat
pasang surut air laut, dimana toleransi
salinitasnya sebesar 0,5 – 1,0 %0; dan
kondisi sumber pengairan dimana rerata
tahunan hujan efektif dapat memenuhi
kebutuhan air tanaman. Dalam bidang
sosial, parameter kelayakan yang dinilai
adalah perbandingan jumlah
ketersediaan tenaga kerja pertanian
(TKP) dengan jumlah kebutuhan tenaga
kerja pertanian, dimana idealnya TKP
tersedia > kebutuhan TKP. Dalam
Gambar 1 Reklamasi DR bidang ekonomi, parameter kelayakan
yang dinilai adalah IRR yang dijadikan
Tutupan lahan dari DR sendiri acuan dimana harus bernilai > bunga
merupakan tanaman bakau, pakis, bank. Pada laporan ini juga
cangkih, dll yang memberikan sampah diperhitungan kelayakan terpadu yang
membusuk pada lahan sehingga merupakan gabungan dari aspek-aspek
membentuk lapisan kompos yang penilaian diatas, dengan meninjau
disebut gambut. Gambut bersifat asam, kelayakan secara keseluruhan.
dan pada gambut juga ditemukan pyrite Perhitungan kelayakan terpadu
yang berbahaya bagi tanaman pertanian. dilakukan dengan membentuk matriks
Sehingga proses pematangan gambut yang menentukan tingkat kelayakannya.
yang terjadi harus tetap Perhitungan curah hujan sebagai
mempertimbangkan agar pyrite tidak sumber pengairan, pertama kali dengan
naik ke permukaan dan terekspos. Hal melakukan uji distribusi nilai. Jenis
lain yang harus jadi pertimbangan distribusi yang digunakan untuk
dimana pyrite terekspos adalah pada dibandingkan adalah distribusi Log
saat penggalian saluran drainase. Pearson tipe III dengan distribusi
Gumbel. Sedangkan untuk perhitungan
evapotranspirsi, metode yang digunakan

2/4
diantaranya Thorthwaite, Blaney- D0 = ketebalan lapisan tanah dibawah
Criddle, dan Penmann Modified. level drainase (m)
Modul drainase dihitung sebagai P = keliling basah (m)
fungsi dari hujan harian maksimum
periode 5 tahunan. Nilai modul drainase Kebutuhan air tanaman dihitung
didapatkan untuk selanjutnya sebagai nilai kebutuhan air irigasi.
memperhitungkan kapasitas saluran Perhitungan dilakukan dengan
drainase. menggunakan nilai evapotranspirasi dan
hujan efektif harian rata-rata tahunan.

( )
Dengan :
c = koefisien pengaliran (0,8 – 0,9)
R5 = hujan rencana 5 tahun (mm)
t = waktu pengeringan (3 hari) ( )

Setelah modul drainase


didapatkan, drain spacing harus
diperhitungkan agar ketinggian muka
air tanah sesuai dengan perencanaan. Keterangan :
Jarak antar drainase menggunakan ETc = Evapotranspirasi tanaman
rumus perhitungan ERNST untuk tanah P = Perkolasi
homogen. L = Pengolahan lahan
ET0 = Evapotranspirasi Potensial
Lp = Prosentase penggunaan lahan

3. Metodologi
Metodologi pengerjaan laporan
dimulai dengan pengumpulan data-data
: topografi, hidrologi, dan peta wilayah.
Gambar 3 Penampang melintang saluran Selanjutnya, pendekatan pengerjaan
drainase untuk tanah homogen yang dilakukan secara deskriptif,
analitis, kualitatif, kuantitatif, dan
komparatif.

Keterangan :
h = tinggi water table diatas level
drainase pada titik tengah (m)
q = modul drainase (m/hari)
y = kedalaman air dalam saluran (m)
L = jarak antar drainase (drain
spacing) (m)
k = koefisien permeabilitas lapisan
tanah (m/hari)
D = rata-rata ketebalan lapisan tanah
dibawah water table (m)

3/4
4. Hasil Analisis dan Simpulan

Gambar 4 Kondisi tanah gambut Untuk modul drainase dan jarak antar
drainase, yaitu :
Tebal gambut di lapangan
berkisar antara 0 – 50 cm. Kondisi
tanah bernilai layak, karena dengan
berjalannya waktu pematangan gambut
akan terjadi dan dapat dilakukan
percepatan dengan pembangunan
saluran drainase.
Untuk kondisi air tanah,
didapatkan keasamannya bernilai pH 4
– 6. Kondisi ini bernilai layak karena
sifat air tidak terlalu asam dan dapat
ditekan keasamannya dengan proses
leaching. Sedangkan untuk kegaraman,
didapatkan kadar garam 15 %0, yang
bernilai tinggi. Salinitas dapat
dikurangi, yaitu dengan mencegah Kelayakan Bidang Sosial :
intake dan kontak saluran drainase  Jumlah penduduk Ketapang =
diminimalisir. 437.613 jiwa.
Untuk sumber pengairan, hujan  Kepadatan Ketapang = + 14 jiwa per
dinilai cukup, dan layak pada proyek km2.
PPSI Kuala Satong ini.  Ketersediaan Tenaga Kerja Pertanian
= 28 TKP / 200 ha.
 Asumsi kebutuhan = 200 TKP / MT.
 Kelayakan secara sosial : tidak layak.
 Kelayakan dapat menjadi layak, jika
pertanian dimekanisasi, yaitu
menggunakan alat mesin pertanian
seperti traktor, mesin pemotong,
mesin penjemur, dll.

Gambar 5 Hujan efektif (Re) Stasiun Ketapang

4/4
Untuk Kelayakan ekonomi :
Blank, L., Tarquin, A., (2005) :
Engineering Economics,
McGraw-Hill, New York, USA.

Direktorat Jendral Pengairan (1986) :


Kriteria Perencanaan (KP) Irigasi,
Puslitbang Pengairan, Indonesia

Indeks Harga Konsumen dan Laju


Inflasi Kota Pontianak 2011-2012,
Badan Pusat Statistik Provinsi
Kalimantan Barat, Pontianak-
Indonesia.

Indeks Harga Konsumen dan Laju


Inflasi Kota Pontianak 2011-2012,
Badan Pusat Statistik Provinsi
Kalimantan Barat, Pontianak-
Indonesia.

Kementrian BUMN (2013) : Laporan


Feasibility Study Proyek PPSI, PT
Hutama Karya Wilayah III,
Indonesia.

No. Skenario Uraian IRR


Kelayakan
Interest bank Tingkatan
Legowo, S., (2011) : Diktat Kuliah
1 I Benefit bruto 10.36% > 10 % Layak Irigasi dan Bangunan Air,
2 II Benefit netto -7.03% <5% Kurang layak
3 III Benefit dipotong -28.74% 0 Tidak layak Bandung-Indonesia.

Dan untuk kelayakan terpadu.


hgfasdjkgjSkor Kelayakan dengan Skor Legowo, S., Wangsadipoera, M., (2012)
Skor
No. dfasdjkfasdjkfasdhf
fajkAspek
Tidak
1
Kurang Sedang
2 3
Layak
4
Maksimal : Diktat Kuliah Rekayasa Rawa
1 Tanah - vv - - vvvv dan Pantai, Penerbit ITB,
2 Air Tanah - vv - - vvvv
3 Air Pasang - - vvv - vvvv Bandung-Indonesia.
4 Sumber air irigasi - - - vvvv vvvv
5 Sosial/ TKP - vv - - vvvv
6 B/C
7 IRR
-
-
vv
-
-
-
-
vvvv
vvvv
vvvv
Statistik Ketenagakerjaan Provinsi
8 EIRR
9 Income Masyarakat
-
-
-
-
vvv
-
-
vvvv
vvvv
vvvv
Kalimantan Barat 2011, Badan
10 Bagi hasil - vv - - vvvv Pusat Statistik Provinsi
10 6 12
Jumlah Skor Terpadu
28
40
Kalimantan Barat, Pontianak-
Rata-rata Skor Terpadu Indonesia.

Referensi
Berita Resmi Statistik BPS KalBar No.
39/07/61/Th. XVI, Badan Pusat
Statistik Provinsi Kalimantan
Barat, Pontianak-Indonesia.

5/4

Anda mungkin juga menyukai