Anda di halaman 1dari 2

Kisah ini dimulai ketika saya merasa hampir mati rasa. Pasti kau tahu bagaimana ceritanya, bukan?.

Saya pernah merasa sangat beruntung entah pada tiga setengah tahun atau hanya enam bulan. Saya
akan bercerita padamu sejujurnya. Yang mungkin akan menyakitkan dalam beberapa hal. Tapi ini lebih
baik dari pada anda mengira-ngira.

Untuk masa sekolahku, saya merasa sangat beruntung mungkin. Tapi juga sangat sesak disaat yang
bersamaan. Pernahkah kau bertahan selama itu hanya untuk sebuah ‘pertemanan’. Menunggu
dengan sesuatu yang tidak pasti tapi terkadang meyakinkan. Disetiap berpapasan terkadang kita harus
diam. Dalam beberapa hal kita bercanda seperti orang gila. Dia sepertimu, pintar dalam subyek
tertentu. Saya mengagumi dia sebagai teman dan lebih dari itu. Mungkin dia sama. Saling memendam
rasa yang sama selama itu bukan lah hal yang mudah. Dia pernah berkata pada saya tentang seorang
gadis periang yang dia kagumi dan tentu saja, itu saya. Kita hanya sebatas perpegangan tangan, itupun
saat event sekolah dalam keadaan mati lampu. Anda tahu saya takut gelap bukan?. Kisah lucu sekolah
yang sangat sederhana. Namun ada hal yang sangat saya kagumi terhadap dia. Dia sama sekali tidak
pernah membedakan manusia, selalu membawa energi positif disekitarnya, selalu menjadi pusat
perhatian mungkin karena dia humoris, bertanggung jawab dan selalu menepati janjinya. Dia pernah
memberikan jaketnya, menunggku diluar kamar, atau membuat cheseecake keasinan. Dia banyak
sekali bicara tapi juga terealisasi. Dan yang paling ku kagumi, dia tidak pernah marah, oh mungkin
pernah saat dia marah dia mengganggapku tembus pandang selama tiga hari. Anda tahu, pada hari
yang sama sekolah saya harus mengadakan wisuda dan malam prom. Dia tidak bisa datang saat
wisuda, karna dia harus mengikuti tes untuk masa depannya. Tapi, saat malam prom tepat jam 7 di
datang kerumah, dengan setelan jas abu-abu. Walaupun dia sudah memberi tahu saya, “saya akan
memaksa pulang, dan saya akan datang menjemputmu. Entah tes berakhir jam berapapun”.
Sesederhana itu saya mengagumi seseorang dengan tingkah anehnya, tanpa memikirkan fisik atau
apapun. Yang saya tahu dulu dia orang terbaik yang tidak pernah meninggalkan saya. Entah sebagai
teman atau selebihnya. Dengan keberanian anak 18 tahun, dia mengatakan bahwa dia menyukai saya.
Saya sama sekali tidak kaget karna saya tahu dia akan mengatakannya, mungkin jika dia mengatakan
lebih awal saya akan bersama dia entah sampai kapan. Saya tidak suka menjalani hubungan jarak jauh,
apalagi ibukota masing-masing profinsi. Malam harinya saya menolaknya. Dan memang kita tidak
pernah menjalani status apapun dalam tiga setengah tahun. Hanya teman, iya friendzone. Namun,
saya sadar. Kita menjalani hidup masing-masing. Kita berbeda dan mungkin akan nyaman hanya
dengan sebatas status teman.

Saat saya memasuki halaman baru, lingkungan serta pertemanan baru. Saya, mengenal beberapa
orang dengan latar budaya dan sifat yang berbeda. Ini menantang, dan sampai saat itu saya masih
berhungan dengan ‘cinta sekolah saya’. Dia selalu berkata, “carilah pacar yang fisiknya lebih dari saya”.
Dan saya benar melakukannya, dia tinggi dan lebih kurus dari ‘cinta sekolah saya’. Entah awalnya dari
mana, mungkin karena kita berada dalam satu kelompok ospek yang sama?. Dia mendekati saya, tapi
saya tidak tahu. Dia tipe orang yang cuek, bahkan tidak ada yang tahu kecuali teman-teman terdekat
saya pada awalnya. Disaat saya menemukan sesuatu yang berbeda dari dia, dia malah
mengancurkannya. Ini sebuah rahasia yang saya simpan, saya selalu mengatakan bahwa dia menyakiti
saya dengan pergi bersama perempuan yang tidak saya kenal. Iya memang itu salah satunya, tapi yang
lebih menyakitkan ketika saya mengetahui dia berkata “Saya itu tidak bisa mempunyai status”. Bagi
saya status itu penting, bukan karena saya bocah yang mengemis. Tidak sama sekali, saya tidak
percaya dengan saling menjaga tanpa ikatan. Sesungguhnya saya orang yang realistis. Kau tau
rasanya? Sejujurnya saya tidak pernah dikecewakan. Dan untuk pertama kalinya saya dikecewakan
dengan amat sangat.
Benteng itu terus tumbuh dan tumbuh, dan saya mulai tidak percaya. Banyak yang datang namun saya
menutup pintu dengan rapat.

Anda mungkin juga menyukai