Cover + Daftar Isi PENCEMARAN LOGAM BERAT DI TELUK BUYAT
Cover + Daftar Isi PENCEMARAN LOGAM BERAT DI TELUK BUYAT
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SAHID
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
senyawa sianida. Jadi, yang harus diverifikasi atau diuji adalah keterkaitan antara
keluhan-keluhan masyarakat atau penyakit mereka dengan gejala penyakit yang
diakibatkan oleh sejumlah logam berat tersebut.
1.3 TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam pengendalian dan pemantauan
dampak lingkungan adalah melakukan analisis unsur-unsur dalam ikan air tawar,
terutama Pb, Cu, dan Cd. Pencemaran logam-logam tersebut dapat mempengaruhi
dan menyebabkan penyakit pada konsumen, karena di dalam tubuh unsur yang
berlebihan akan mengalami detoksifikasi sehingga membahayakan manusia.
Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup walaupun beberapa
diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara, seperti
udara, makanan, maupun air yang terkontaminasi oleh logam berat, logam
tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan
terakumulasikan. Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat
serius untuk ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum.
Sejak kasus merkuri di Minamata Jepang pada 1953, pencemaran logam berat
semakin sering terjadi dan semakin banyak dilaporkan. Agen Lingkungan
Amerika Serikat (EPA) melaporkan, terdapat 13 elemen logam berat yang
3
diketahui berbahaya bagi lingkungan. Di antaranya arsenik (As), timbal (Pb),
merkuri (Hg), dan kadmium (Cd). Logam berat sendiri sebenarnya merupakan
unsur esensial yang sangat dibutuhkan setiap makhluk hidup, namun beberapa di
antaranya (dalam kadar tertentu) bersifat racun. Logam berat yang masuk ke
sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan dari badan airnya
melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh organisme-
organisme perairan.
Pada saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu perairan maka
akan terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan
konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen meningkat. Logam berat yang masuk
ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan
dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut.
Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena adanya anion karbonat
hidroksil dan klorida. Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan
organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga
kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air.
4
karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton
dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai
tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan
ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan
predator sebagai tropik level tertinggi.Ikan predator dan ikan yang berumur
panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara
seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena
cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan
fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan
terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air.
Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah
logam berat. WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia
dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia
merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang
tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang
mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan
terakumulasi dalam organ tubuh manusia.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
3.2 Tindakan Pencemaran Sudah Termasuk Kategori Tercemar
7
sangat menarik untuk dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki kelebihan
dibandingkan dengan proses kimiawi. Beberapa hasil studi melaporkan,
penggunaan mikroorganisme untuk menangani pencemaran logam berat lebih
efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis dalam kaitannya
dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan
logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation)
kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan
konsentrasi logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan
mikroorganisme relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya
bagi lingkungan.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
10
11