Anda di halaman 1dari 13

PENCEMARAN LOGAM BERAT DI TELUK BUYAT

DISUSUN OLEH :

DIAN ADZANI SEPTIANINGSIH


2015330068

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SAHID
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MALAH ................................................................................... 2

1.3 TUJUAN ....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3

2.1 Pencemaran Laut Akibat Logam Berat ......................................................... 3

2.2 Proses Pencemaran Air Laut Oleh Logam Berat ........................................... 4

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 6

3.1 Pelaku Dan Jenis Pencemaran Yang Dihasilkan ........................................... 6

3.2 Tindakan Pencemaran Sudah Termasuk Kategori Tercemar ........................ 7

3.3 Upaya Penanganan Pencemaran Logam Berat .............................................. 7

BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 9

4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 9

4.2 Saran .............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah


lokasi pembuangan limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang)
milik PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal
Denver, AS, tersebut membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar
perairan Teluk Buyat setiap harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan
semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir
berwarna kuning keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah
penduduk Buyat, dimana mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis,
pergelangan, pantat dan kepala.

Sejumlah laporan penelitian telah dikeluarkan oleh berbagai pihak sejak


1999 hingga 2004. Penelitian-penelitian ini dilakukan sebagai respon atas
pengaduan masyarakat nelayan setempat yang menyaksikan sejumlah ikan mati
mendadak, menghilangnya nener dan beberapa jenis ikan, serta keluhan kesehatan
pada masyarakat. Dari laporan-laporan penelitian tersebut, ditemukan kesamaan
pola penyebaran logam-logam berat seperti Arsen (As), Antimon (Sb), dan
Merkuri (Hg) dan Mangan (Mn), dimana konsentrasi tertinggi logam berbahaya
tersebut ditemukan di sekitar lokasi pembuangan tailing Newmont. Hal ini
mengindikasikan bahwa pembuangan tailing Newmont di Teluk Buyat merupakan
sumber pencemaran sejumlah logam berbahaya. Namun demikian, sejumlah
Menteri, diantaranya Menteri Lingkungan Hidup, mengeluarkan pernyataan
bahwa Teluk Buyat tidak tercemar. Menteri Kesehatan bahkan mengatakan
seolah-olah penyakit yang diderita oleh masyarakat Teluk Buyat adalah penyakit
kulit dan akibat kekurangan gizi. Padahal penyakit Minamata itu adalah penyakit
akibat kontaminasi merkuri, sedangkan di Teluk Buyat yang terjadi adalah
kontaminasi sejumlah logam berat: arsen, merkuri, antimon, mangan, dan

1
senyawa sianida. Jadi, yang harus diverifikasi atau diuji adalah keterkaitan antara
keluhan-keluhan masyarakat atau penyakit mereka dengan gejala penyakit yang
diakibatkan oleh sejumlah logam berat tersebut.

Dari berbagai laporan penelitian, termasuk yang dilakukan WALHI,


sejumlah konsentrasi logam berat (arsen, merkuri, antimon, mangan) dan senyawa
sianida pada sedimen di Teluk Buyat sudah tinggi. Jika dibandingkan pada
konsentrasi logam berat sebelum pembuangan tailing (data dari studi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan/ AMDAL tahun 1994), konsentrasi arsen di
daerah dekat mulut pipa tailing di Teluk Buyat meningkat hingga 5-70 kali lipat
(data WALHI dan KLH 2004).

1.2 RUMUSAN MALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut:

1. Tindakan pembuangan limbah ke laut dilakukan oleh siapa dan termasuk


jenis limbah apakah yang dibuang ?
2. Apakah tindakan pembuangan limbah tersebut termasuk dalam kategori
tercemar ?

1.3 TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tindakan pembuangan limbah ke laut dilakukan oleh


siapa dan termasuk jenis limbah apakah yang dibuang ?
2. Untuk mengetahui apakah tindakan pembuangan limbah tersebut termasuk
kategori tercemar ?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Laut Akibat Logam Berat

Pencemaran laut terjadi karena laut menerima zat-zat pencemaran baik


yang berupa zat padat maupun cair terutama yang dibawa oleh sungai sebagai
tempat yang paling mudah membuang limbah yang akhirnya bermuara di laut.
Banyaknya zat pencemaran yang masuk ke laut telah malampaui daya dukungnya
sehingga laut menjadi sangat kotor dan tercemar. Di laut hidup sejumlah biota
taut. Jika biota laut ini di makan oleh manusia, bahan cemaran tersebut akan
masuk ke tubuh manusia. Logam berat tidak tedegradasi di alam, Apabila biota
laut sudah tercemar logam berat dan dikonsumsi manusia akan terjadi proses
biomagnifilasi pada tubuh manusia, sebahagian akan dikeluarkan sedang sisanya
akan terakumulasi pada organ tubuh seperti rambut, ginjal, kuku, darah, hati
sehingga organ tersebut dapat dipakai sebagai bioindikator pencemaran.

Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam pengendalian dan pemantauan
dampak lingkungan adalah melakukan analisis unsur-unsur dalam ikan air tawar,
terutama Pb, Cu, dan Cd. Pencemaran logam-logam tersebut dapat mempengaruhi
dan menyebabkan penyakit pada konsumen, karena di dalam tubuh unsur yang
berlebihan akan mengalami detoksifikasi sehingga membahayakan manusia.
Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup walaupun beberapa
diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara, seperti
udara, makanan, maupun air yang terkontaminasi oleh logam berat, logam
tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan
terakumulasikan. Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat
serius untuk ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum.
Sejak kasus merkuri di Minamata Jepang pada 1953, pencemaran logam berat
semakin sering terjadi dan semakin banyak dilaporkan. Agen Lingkungan
Amerika Serikat (EPA) melaporkan, terdapat 13 elemen logam berat yang

3
diketahui berbahaya bagi lingkungan. Di antaranya arsenik (As), timbal (Pb),
merkuri (Hg), dan kadmium (Cd). Logam berat sendiri sebenarnya merupakan
unsur esensial yang sangat dibutuhkan setiap makhluk hidup, namun beberapa di
antaranya (dalam kadar tertentu) bersifat racun. Logam berat yang masuk ke
sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan dari badan airnya
melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh organisme-
organisme perairan.

Pada saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu perairan maka
akan terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan
konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen meningkat. Logam berat yang masuk
ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan
dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut.
Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena adanya anion karbonat
hidroksil dan klorida. Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan
organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga
kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air.

2.2 Proses Pencemaran Air Laut Oleh Logam Berat

Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan


daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air
laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari
atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam
ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam
ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan
tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang,
rumput laut dan lain-lain).

Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh


fitoplankton.Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam
rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi
polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton

4
karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton
dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai
tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan
ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan
predator sebagai tropik level tertinggi.Ikan predator dan ikan yang berumur
panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara
seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena
cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan
fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan
terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air.

Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai


ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada
dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi,
kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan
manusia. Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang
dimakan. Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga
tercemar. Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut
yang tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi.

Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah
logam berat. WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia
dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia
merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang
tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang
mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan
terakumulasi dalam organ tubuh manusia.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pelaku Dan Jenis Pencemaran Yang Dihasilkan

. Pelaku pencemaran di teluk Buyat adalah PT. Newmont Minahasa Raya


(NMR).Jenis bahan tercemar yang terkandungadalah logam-logam berat seperti
Arsen (As), Antimon (Sb), dan Merkuri (Hg) dan Mangan (Mn), dimana
konsentrasi tertinggi logam berbahaya tersebut ditemukan di sekitar lokasi
pembuangan tailing Newmont. Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan

Berdasarkan temuan Tim Teknis Penanganan Pencemaran dan Perusakan


Lingkungan Teluk Buyat Ratatotok Minahasa Selatan yang dibentuk oleh
Pemerintah Indonesia berdasarkan SK Menteri Lingkungan Hidup No. 97 tahun
2004, diperoleh temuan-temuan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil Evaluasi Laporan Pelaksanaan RKL/RPL yang


dilakukan oleh MenLH, kadar logam berat setelah proses detoksifikasi
yang dilakukan oleh PT. NMR masih berada diatas standar yang
ditentukan di dalam surat Menteri LH No. B-1456/BAPEDAL/07/2000.
2. Konsentrasi Arsen, Merkuri, dan Sianida terlarut dalam sedimen teluk
Buyat lebih tinggi bila dibandingkan sedimen teluk Totok dan Titik
Kontrol. Arsen total dan Merkuri total dari semua hasil penelitian
menunjukan trend meningkat bila dibandingkan dengan hasil Amdal 1994.
3. Berdasarkan index keragaman plankton dan bentos ditemukan Indeks
diversitas fitoplankton (I.D Simpson) di daerah penimbunan tailing stasiun
A,B,C, E di Teluk Buyat diperoleh nilai sebesar 0,061 – 0,493, artinya
telah mengalami perturbasi (gangguan). Indeks diversitas pada benthos
(I.D Shannon & Wienner) di daerah penimbunan tailing stasiun A,B,C,D,
E di Teluk Buyat diperoleh nilai sebesar 0.683 – 1.099 yang menyatakan
adanya pencemaran berat.

6
3.2 Tindakan Pencemaran Sudah Termasuk Kategori Tercemar

Pembuangan tailing PT Newmont di Teluk Buyat merupakan sumber


pencemaran sejumlah logam berbahaya. Tindakan yang dilakukan sudah termasuk
kategori pencemar berat, ada pencemaran merkuri dan arsen di Teluk Buyat.
Kesimpulan itu merujuk pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51
tahun 2004 mengenai ambang batas kandungan logam. Temuan tim Labfor
menunjukkan kandungan merkuri di Teluk Buyat mencapai 0,002 PPM.
Sedangkan berdasarkan Kepmen LH, standar baku merkuri yang bisa ditoleransi
sebesar 0,001 PPM. Sedangkan untuk kandungan arsen ditemukan sebesar 0,057
PPM, jauh di atas standar baku sebesar 0,012 PPM. Ini menunjukkan kandungan
logam di perairan Teluk Buyat sudah berada di atas ambang batas standar baku
sesuai keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Dari sampel air yang diambil tim
Labfor, di hulu Sungai Buyat ditemukan kandungan merkuri seberat 0,004 PPM,
sedangkan di hilir 0,0039 PPM. Empat sampel air yang diambil dari Sungai Totok
masing-masing mengandung merkuri sebesar 0,0026 PPM, 0,0024 PPM, 0,0054
PPM dan 0,007 PPM.

3.3 Upaya Penanganan Pencemaran Logam Berat

Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan


dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia
tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion
(exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan
menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun proses ini
relatif mahal dan cenderung menimbulkan permasalahan baru, yaitu akumulasi
senyawa tersebut dalam sedimen dan organisme akuatik (perairan).

Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam


istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi, bioremediasi, atau bioremoval),
menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan
elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut. Metode atau teknologi ini

7
sangat menarik untuk dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki kelebihan
dibandingkan dengan proses kimiawi. Beberapa hasil studi melaporkan,
penggunaan mikroorganisme untuk menangani pencemaran logam berat lebih
efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis dalam kaitannya
dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan
logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation)
kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan
konsentrasi logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan
mikroorganisme relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya
bagi lingkungan.

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pembuangan tailing PT Newmont di Teluk Buyat merupakan sumber


pencemaran sejumlah logam berbahaya. Tindakan yang dilakukan sudah termasuk
kategori pencemar berat, ada pencemaran merkuri dan arsen di Teluk Buyat yang
melebihi ambang batas yang telah ditetapkan dalam peraturan.

Pelanggaran mengenai pencemaran lingkungan hidup yang terjadi di buyat


disebabkan kurangnya ketegasan dari pemerintah.Peraturan – peraturan mengenai
pembuangan tailing perlu segera ditetapkan, mengingat keterbatasan dalam hal
pengawasan oleh pemerintah.

4.2 Saran

1. Perlu dikaji ulang apakah pembuangan tailing ke dasar laut merupakan


satu-satunya cara.
2. Pemantauan lingkungan di daerah penduduk dan sumber makanan (dalam
hal ini perairan laut) mutlak dilakukan selama kegiatan berlangsung.
Apabila terdapat indikasi pencemaran dapat dievaluasi darimana sumber
pencemaran dan dengan segera dapat diperbaiki.
3. Diperlukan ketegasan pemerintah untuk menghentikan kegiatan bila
terdapat indikasi pemrakarsa tidak taat pada peraturan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Pramudiana,2011.Geo Edu.Pencemaran logam berat teluk buyat kabupaten


minahasa. http://hanageoedu.blogspot.com/2011/12/pencemaran-logam-berat-
di-teluk-buyat.html Diakses pada tanggal 20 Juli 2018.

Purnomo Dony,2009.Dony Purnomo Blog.Logam Berat Sebagai Penyumbang


Pencemaran Laut.https://masdony.wordpress.com/2009/04/19/logam-berat-
sebagai-penyumbang-pencemaran-air-laut/ Diakses pada tanggal 20 Juli 2018.

Putra Dwiki.2014.Dwikiputraw.Pencemaran logam berat (HG) di teluk Buyat


Minahasa Sulawesi utara oleh PT.Newmont Minahasa Raya.
https://dwikiputraw.wordpress.com/2014/06/24/pencemaran-logam-berat-hg-
di-teluk-buyat-minahasa-sulawesi-utara-oleh-pt-newmont-minahasa-raya/
Diakses pada tanggal 20 Juli 2018.

Ani.2004.Detiknews.Polri pastikan ada pencemaran logam berat diteluk buyat.


https://news.detik.com/berita/197446/polri-pastikan-ada-pencemaran-logam-
berat-di-teluk-buyat Diakses pada tanggal 20 Juli 2018.

10
11

Anda mungkin juga menyukai