Anda di halaman 1dari 7

“MEDICAL ERROR”

Oleh Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

SKEMA PERBEDAAN

DUGAAN MAL
MEDICAL ERROR KECELAKAAN MEDIS
PRAKTEK

KEKELIRUAN CLINICAL ERROR OF


JUDGMENT
DIAGNOSIS/TERAPI

KELALAIAN RINGAN KELALAIAN BERAT


(GROSS NEGLIGENCE)
KURANG TELITI
Medical blunder
(NEGLIGENCE)

DENGAN SENGAJA (OPZET, DOLUS)

MIS: melakukan abortus tanpa indikasi


medis

I. Medical Error dianggap sebagai hasil negatif yang dapat dicegah timbulnya (BrennanT.)
Di dalam artikel oleh Liang, B.A didefinisikan suatu ketidakberhasilan untuk
menyelesaikan suatu tindakan yang terencana atau penggunaan suatu rencana yang
keliru untuk mencapai suatu tujuan, tetapi tidak termasuk tindakan yang dilakukan
dengan sengaja atau tindakan sembarangan sehingga mencelakakan pasien- telah
dianggap sebagai penyebab utama sampai terjadinya kecelakaan pasien.
Medical Error mempunyai 2 komponen :

1. Unsur manusia
2. Sistem.

Penelitian menunjukkan bahwa walaupun medical error mungkin ada terkait unsur manusia
di dalamnya, namun jarang sekali hal ini seluruhnya dapat dipersalahkan kepada pelakuk
manusianya saja. Umumnya terjadinya medical error disebabkan oleh suatu kegagalan pola
sistem yang memberi peluang , sehingga memungkinkan terjadinya suatu error.

Medical Error sebagai suatu kekeliruan suatu peristiwa yang tidak diduga terjadinya,
atau tidak dikehendaki dalam pemberian pelayanana medis yang dapat mengakibatkan atau
tidak sampai mengakibatkan luka terhadap pasien.

Medical error dapat dibedakan sebagai akibat dari tindakan medis yang dilakukan:

1. Ketidakberhasilan /kegagalan terapi sebagai akibat dari:


a. Tindakan operasi:
- Timbul komplikasi
- Kecelakaan (surgical mishap)
- Kecelakaan anestesi (alergi)
- Tindakan operasi yang beresiko
- Keadaan pasien yang penuh resiko
b. Pemberian pengobatan
- Komplikasi dari pengobatan
- Kecelakaan medis
- Kesalahan diagnostik (penegakkan diagnostik yang tidak tepat)
- Kesalahan memilih obat

Masalah yang menyangkut pemberian pengobatan , American Society of Consultant


Pharmacists telah mengadakan perincian sebagai berikut:
1) Kekurangan pengobatan (underuse of medication) yang terdiri atas:
o Indikasi yang tidak tertangani
Pasien mempunyai masalah medis yang membutuhkan pemberian obat,
tetapi ia tidak diberikan obet yang dibutuhkan
o Kekurangan dosis (subtherapeutic dosage)
Pasien mempunyai masalah medis yng sedang ditangani, tetapi obat tepat
itu tidak diberikan dalam dosis yang cukup.
2) Kelebihan pengobatan (Overuse of medications)
 Pemberian obat tanpa indikasi
Pasien minum obat yang tidak tepat untuk penyakitnya
 Kelebihan dosis (overdosage)
Pasien mempunyai masalah medis yang ditangani dengan obat cocok yang
terlampau banyak.
3) Pemberian obat yang tidak cocok (use of inappropriate medications)
 Pemilihan obat yang tidak tepat (Improper drug selection)
Pasien memerlukan obat tetapi minum obat salah atau minum obat yang
bukan paling cocok yang dibutuhkan.
4) Reaksi obat yang tidak diinginkan termasuk interaksi antar obat
 Reaksi obat terbalik (adverse drug reactions)
Pasien mempunyai masalah medis yang diakibatkan oleh reaksi obat atau
adverse effect
 Interaksi antar obat
Pasien mempunyai masalah medis yang diakibatkan oleh antara obat dan
obat, obat dan makanan atau reaksi anatara obat dan tes laboratorium.
5) Tidak dapat obat yang dibutuhkan untuk terapinya (Lack of adherence to drug
therapy (patient noncompliance)
Tidak mendapatkan pengobatan
Pasien mempunyai masalah medis yang disebabkan tidak menerima pengobatan
karena alasan-alasan yang terletak di bidang: ekonomi, psikologis, sosiologis,
atau sebab-sebab pharmaceutical
2. Error of Omission
Yang berbentuk kegagalan, seperti:
- Diagnosis yang keliru
- Diagnosis yang terlambat
- Tidak/kekeliruan memberi obat
3. Error of Commission
Tindakan yang salah, seperti:
- Salah obat, salah dosisnya, salah route pemberian obatnya, salah pasiennya, salah
waktunya)
II. Adverse events/sentinel events

Kedua istilah ini dapat dikatakan sama artinya: “peristiwa negatif”. Istilah ini menunjukkan terjadinya
peristiwa yang berakibat negatif terhadap pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Atau juga
sehabis dilakukan operasi terhadapya dan sudah pulang, tetapi telah harus kembali lagi. Atau pasien
sesudah kembali ke ruangan tiba-tiba keadaannya mendadak memburuk atau timbul sesuatu yang
bersifat negatif.

Adverse event/sentinel events dapat dibagi dalam 2 kelompok:

1. Tanpa ada kesalahan manusia timbul peristiwa negatif.


Contoh: pasien pasca bedah timbul emboli paru walaupun sudah diberi cukup
“anticoagulation”dan pasien mendadak meninggal.
2. Terdapat kesalahan manusia (human error
Human error mendekati angka 70% dari jumlah AE yang terjadi, antara lain:
a. Kekurangan dalam segi teknis
- Kurang terampil
- Kurang pengalaman/pengetahuan
- Kesalahan dalam menegakkan diagnosa
- Tergesa-gesa
- Kegagalan memutuskan atau bertindak atas dasar informasi yang tersedia
- Kurang pemeriksaan penunjang
-Tidak melakukan pemeriksaan atau mengkonsulkan
-Kurang teliti
-Terlalu yakin terhadap diri sendiri
-Keras kepala tidak mau mendengar pendapat berlainan
-Tidak ada staf senior
-Kurang kerja sama antar teman sejawat
-Kebijakan pelatihan rumah sakit
-Kurang pengawasan (supervisi)
-Kurang hati-hati atau tidak mendatangi
-Kurang perhatian terhadap pasien
-Tidak mengikuti jalannya perkembangan pengobatan
-Tidak mendeteksi timbulnyainfeksi
-Sudah ditelpon, tetapi tidak segera berangkat tetapi masih menunda-nunda
keberangkatannya sehingga pengambilan tindakan menjadi terlambat (obgin)
3. Gabungan human error dan mechanicl errors

Contoh: pemakaian pompa infus tersebut tidak ada menjamin adanya aliran bebas (free
flow) dari cairan intravena/medisasi kepada pasien. Tambahan bisa terjadi pula
kesalahan pemberian konsentrasi obat atau penyetelan infusion pump

Sentinel Events adalah suatu peristiwa tak terduga yang menyangkut kematian, akibat fisik atau
psikologis berat, atau resiko terhadap timbulnya luka serius terutama menyangkut kehilangan
anggota tubuh atau fungsinya. Istilah “atau resiko terhadap timbulnya” termasuk proses variasi
dimana suatu pengulangan tindakan kemungkinan besar akan mengandung resiko terjadinya suatu
hasil negatif.

Dinamakan sentinel karena sudah memberi tanda akan kehaarusan dilakukan penyelidikan atau
respons.

Peristiwa tersebut harus dilaporkan kepada badan yang khusus diberi wewenang untuk melakukan
penyelidikan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Contoh:

- Kematian sebagai akibat dari kesalahan obat atau kesalahan tindakan lain
- Peristiwa pasien bunuh diri di dalam suatu ruangan yang diawasi terus-menerus
selama 24 jam
- Operasi pasien yang salah atau operasi anggota tubuh yang keliru
- Reaksi tranfusi darah, dll

III. Kelalaian (Negligence) adalah ketentuan legal yang terdiri atas 3 unsur:
1. Terdapat hubungan antara dokter dan pasien
2. Dokter telah melanggar kewajibanya karena tidak memenuhi standar pemberian pelayanan
3. Pelanggaran ini telah menyebabkan pasien menderita kerugian (harm) yang sebenarnya
dapat dibayangkan dan secara wajar dapat dicegah.

Kelalaian dalam melakukan tindakan :

1. Kelalaian tidak merujuk


Apabila keadaaan pasien secara wajar dapat diatasi oleh dokternya, maka ia tidak wajib
untuk merujuk pasien itu kepada dokter spesialis. Oleh karena pasien tidak responsif
terhadap pengobatan yang diberikan, tidaklah langsung bearti bahwa ia wajib merujuknya
kepada dokter spesialis. Tetapi apabila seorang dokter mengetahui atau seharusnya
mengetahui bahwa kondisi atau kasus pasien berada di luar kemampuannya dan merujuk
kepada dokter spesialis akan dapat menolongnya, maka ia wajib melakukannya. Namun
segala sesuatu tergantung dari keadaan finansial pasien, keadaan emosi pasien dan
keberadaan dokter spesialis.

2. Lalai tidak konsultasi dengan dokter terdahulu


Kadang-kadang seorang pasien sudah pernah di bawah pengobatan dari dokter atau
beberapa dokter laian yang sudah memberikanobat-obatan tertentu atau telah melakukan
prosedur pembedahan.
Untuk mencegah adanya resiko di dalam pengetrapan suatu prosedur pengobatan adalah
sangat dianjurkan untuk mengadakan konsultasi kepada dokter-dokter terdahulu yang telah
memberikan pengobatan sebelumnya

3. Lalai tidak merujuk ke rumah sakit dengan peralatan/tenaga yang terlatih


Seorang dokter tidak saja harus sadar akan ilmu pengetahuannya secara pribadi dan
keterbatasannya, tetai juga akan peralatan yang sesuai dalam menangani pasien.
Praktek yang baik menuntut agar dokter itu merujuk pasien ke suatu rumah sakit dimana
tersedia peralatan dan asisten yang terlatih.

4. Tidak mendeteksi adanya infeksi


Kegagalan seorang dokter untuk mendeteksi bahwa pasien menderita semacam infeksi,
tidak selalu bearti kelalaian. Tidak terdeteksi infeksi disebabkan karena keadaan tidak
memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan singkatpun, maka tanpa adanya justifikasi
yang dapat diterima, ia dapat dipersalahkan karena kekurangan ketelitian.

5. Lalai tidak memberikan surat rujukan (tidak bertanya lagi kepada pasien)
Di dalam kasus Coles, seorang pasien dengan ibu jari hancur telah datang meminta
pertolongan di rumah sakit daerah. Perawat yang menerima menganjurkan agar pasien
pergi ke rumah sakit umum untuk memperoleh suntikan tetanus profilaksis. Namun pasien
tersebut justru pergi ke dokter umum. Dokter tersebut menganggap bahwa pasien sudah di
rumah sakit tentunya sudah diberikan tetanus profilaksis, sehingga tidak disuntikkan kepada
pasien.

6. Instruksi per telp


Adalah suatu praktek berbahaya dari dokter untuk memberikan pengobatan atau resep
kepada pasien per telp. Selain bertentangan dengan kode etik, praktek semacam ini
termasuk di bawah standar profesi medis. Demikian pula tidak dianjurkan jika dokter
memberikan intruksi kepadaperawat per telp

7. Tidak bisa dihubungi per telp


8. Lalai karena kurang pengalaman
9. Kelalaian jelas sehingga beralihnya beban pembuktian
: tertukar pasien yang dioperasi, salah amputasi kaki, tertinggal kain kassa atau alat dalam
tubuh pasien, dll.

IV. Medical Judgment kadang juga dipakai istilah medical error. Menurut dojtrin ini seseorang profesi
medis yang telah mengikuti standar profesi yang dipakai secara umum tidak dapat dianggap lalai
atau bertanggungjawab apabila keputusan yang diaambil ternyata telah keliru.

Doktrin error in judgment ini berkaitan dengan pemstian beberapa unsur yang berkaitan dengan
konsep malpraktek:

1. Doktrin menekankan syarat fundamental bahwa sebelum seorang dokter dapat dianggap
bertanggungjawab maka penggugat harus membuktikan bahwa sikap tindak dokter itu lalai.
Bahwa tindakannya tidak sesuai dengan standar profesi yang berlaku.
2. Doktrin ini menekankan kembali bahwa tanpa terdapatnya bukti-bukti kelalaian dokter tidak
dapat dianggap bertanggungjawab semata-mata karena suatu akibat yang tidak
menyenangkan timbul dari terapi yang diberikannya
3. Doktrin ini memastikan adanya ketentuan “respectable minority rule”yang memberi hak dan
melindungi seorang dokter untuk memilih antara beberapa strategi,walaupun kemudian
yang dipilih ituternyata kurang menguntungkan. Ini bukanlah suatu error in judgment.

Kasus yang tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban hukum adalah hanya kasus yang
bersifat “Non negligent error in judgment, bearti tidak semua kasus “error injudgment”dapat
dibebaskan tetapi yang dilakukan tanpa adanya unsur kelalaian atau non negligent.

Tingkatan malpraktek medis:

1. Error of judgment (kesalahan penilaian


2. Slight negligence (kelalaian ringan)
3. Gross negligence (kelalaian berat)
4. Intentional wrongdoing atau criminal intent (tindakan dengan sengaja (kriminal))

V. Medical Blunder

Adalah suatu tindakan medis yang bersifat buruk, bodoh dan dilakukan sembarangan dan
menimbulkan akibat negatif (negative output, adverse event, sentinel event.pada umumnya
kesalahan itu tidak dapat atau sukar diperbaiki pula.

Jika dilihat dari sudut cara dilakukan dan akibatnya, maka medical blunder termasuk kesalah kasar
yang sangat berat.

Kesalahan mengandung 4 unsur:

1) Tindakan bertentangan dengan hukum


2) Akibatnya sebenarnya dapat dibayangkan sebelumnya
3) Akibatnya sebenarnya dapat dicegah atau dihindarkan
4) Timbulnya akibat itu dapat dipersalahkan kepada si pelaku.
Apabila peristiwa tidak mengandung empat unsur tersebut , bukanlah kesalahan tetapi termasuk
dalam kecelakaan

VI. Kecelakaan medis


Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang tidak terduga, tindakan yang tidak disengaja. Kecelakaan
medis Adalah sesuatu yang dapat dimengerti dan dimaafkan, tidak dipersalahkan dan tidak di
hukum.
Contoh kecelakaan medis:
Tertinggalnya benda (gunting, kassa, dll) pada tubuh pasien sesudah operasi adalah suatu kesalahan.
Namun dari kejadian itu tidak langsung dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya unsur kelalaian. Di
dalam suatu operasi yang bersifat “cold operation”(operasi yang dilakukan dalam keadaan biasa dan
tidak tergesa-gesa seperti operasi elektef, yang direncanakan) maka tertinggalnya benda tersebut
merupakan negligence (kelalaian). Tetapi di dalam operasi yang bersifat “hot operation”- dalam arti
harus dilakukan dalam keadaan tergesa-gesa atau karena melihat keadaan pasien harus segera
mengakhiri operasinya sehingga tidak ada waktu lagi untuk mencari-cari atau memeriksa benda yang
masih ada- maka hal ini bisa dianggap termasuk kecelakaan.

Daftar Pustaka:

Guwandi,J. 2005. Medical Error dan Hukum Medis. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai