Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Preeklampsia di dalam kehidupan awam sehari-hari dikenal sebagai
keracunan dalam kehamilan. Banyak orang yang kurang memahami mengapa
dapat terjadi keracunan saat hamil. Banyaknya jawaban mengenai pertanyaan
ini sebaiknya diluruskan dengan mengetahui pengertian preeklampsia terlebih
dahulu. Preeklampsia sangat erat kaitannya dengan hipertensi dalam
kehamilan. Sebelum membahas tentang preeklampsia, klasifikasi hipertensi
dalam kehamilan juga harus diketahui terlebih dahulu.
Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi empat yaitu hipertensi
kronik, preeklampsia-eklampsia, hipertensi kronik dengan superimposed
preeklampsia, dan hipertensi gestasional. Hipertensi kronik merupakan
hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi
yang didiagnosis pertama kali setelah 20 minggu kehamilan dan menetap
dalam 12 minggu pascapersalinan. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Sedangkan
eklampsia adalah preeklampsia ditambah dengan kejang-kejang dan atau
koma. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia yang bisa
diartikan hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi
kronik disertai dengan proteinuria. Hipertensi gestasional bisa juga disebut
transient hypertension merupakan hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai dengan proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria.
Preeklampsia adalah gangguan multistem yang bersifat spesifik
terhadap kehamilan dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit ini merupakan
penyakit plasenta karena juga terjadi pada kehamilan dimana terdapat
trofoblas tetapi tidak ada jaringan janin (kehamilan mola komplet). Sedangkan
menurut Buku Ilmu Kebidanan karangan Sarwono Prawirohardjo, pada

1
preeklampsia terjadi peningkatan reaktivitas vaskular dimulai umur kehamilan
20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya trimester II. Tekanan darah
yang tinggi pada preeklampsia bersifat labil dan mengikuti irama sirkardian
normal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar preeklamsia ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien preeklamsia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar preeklamsia.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien preeklamsia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Preeklampsia adalah terjadinya peningkatan tekanan darah paling
sedikit 140/90, proteinuria, dan oedema (Rozikan, 2007). Preeklampsia
merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan
postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat (Sarwono, 2008).
Pre eklamsi ialah sekelompok penyulit yang timbul pada masa hamil,
persalinan, nifas, dan ditandai adanya hipertensi, protein uriadan edema
(Arshita Auliana 2007).
Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensia disertai dengan
proteinuria,edema atau kedua- duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah
minggu kedua puluh, atau kadang – kadang timbul lebih awal bila terdapat
perubahan hidatidiformis yang luas pada vilikoralis ( Cunningham, 1995)
2.2 Etiologi
Penyebab pre-eklamsia sampai sekarang belum bisa diketahui. Keaadan
ini merupakan tantangan bagi kita agar kita senantiasa waspada agar dapat
menegakkan diagnosa preeklamsia sedini mungkin .Oleh karena kita harus
selalu waspada bila kita menghadapi ibu hamil yang mengidap faktor berikut
yang dapat mempengaruhi terjadinya pre- eklamsia. Faktor resiko antatara
lain :
a. Primigrafida , terutama primigrafida tua dan primigrafida muda.
b. Kelompok sosial ekonomi rendah.
c. Hipertensi essensial
d. Ginjal kronik
e. Diabetes mellitus
f. Multipara
g. Polihidramnion
h. Obesitas

3
i. Molahidatidosa
j. Riwayat pre-eklamsia pada kehamilan yang lalu atau pada keluarga

(Wiknjosastro, 2010)

2.3 Manifestasi Klinis


Preeklampsia gejalanya terjadi secara bertahap, mula-mula terdapat
kenaikan tekanan darah yang ringan di atas 140/90 mmHg; di bawah 160/110
mmHg); sering disertai bengkak pada muka, kelopak mata, punggung tangan
atau pada kaki. Apabila sudah terjadi keadaan preeklampsia berat (tekanan
darah di atas 160/110 mmHg) ibu bisa merasakan sakit kepala, nyeri ulu hati
atau penglihatan kabur. Itu sebabnya setiap pemeriksaan kehamilan tekanan
darah ibu hamil harus selalu diperiksa dan diulangi apabila ada kecurigaan
terjadinya preeklampsia.
Genetik dapat merupakan faktor imunologi lain. Sibai menemukan
adanya frekuensi preeklampsi dan eklampsi pada anak dan cucu wanita yang
memiliki riwayat eklampsi, yang menunjukkan suatu gen resesif autosom
yang mengatur respons imun maternal. Faktor parental juga sedang diteliti.
a. Pre eklampsi ringan
1. Bila tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan
diastolik 90 mmHg kenaikan 15 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan
yang meninggi ini sekurangnya diukur dua kali dengan jarak 6 jam.
2. Protein urin sebesar 300 mm/dl dalam 24 jam atau > 1 gr/1 secara
rantom dengan memakai contoh urin siang hari yang dikumpulkan pada
2 waktu dengan jarak 6 jam karena kehilangan protein adalah
bervariasi.
3. Edema dependent, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak
terdengar. Edema timbul dengan diketahui penambahan berat badan
yang sebanyak ini disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian
baru edema nampak, edema ini tidak hilang dengan istirahat.
b. Pre eklampsi berat

4
1. Tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari
110 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam
dengan ibu posisi tirah baring.
2. Proteinuria lebih dari 5 gr dalam urine 24 jam atau kurang lebih 3
pada pemeriksaan dipstik setidaknya pada 2 kali pemeriksaan acak
menggunakan contoh urine yang diperoleh cara bersih dan berjarak
setidaknya 4 jam.
3. Oliguria ≤ 400 ml dalam 24 jam.
4. Gangguan otak atau gangguan penglihatan.
5. Nyeri ulu hati.
6. Edema paru/ sianosis.
c. Eklampsia
1. Kehamilan lebih dari 20 minggu atau persalinan atau nifas.
2. Tanda- tanda pre eklampsia (hipertensi, edema, protein uria)
3. Kejang dan koma
4. Terkadang disertai gangguan fungsi organ.

(Bobak, 2010)

2.4 Patofisiologi
Perubahan patofisiologi terjadi dalam sel endotel pada glomerulus
tapi hanya satu sentuh luka ini pada ginjal merupakan / mempunyai
karakteristik yang unik untuk pre eklampsi terutama pada wanita nulipara
(85 % ), faktor ginetik utama adalah tidak adanya peningkatan darah tapi
bekunya perfusi sekunder disebut sebagai vasospasme, vasospasme arteri
mengurangi diameter pembuluh darah yang mengganggu aliran darah
keseluruhan organ dan peningkatan tekanan darah fungsi tiap-tiap organ
seperti plasenta, ginjal, hati dan otak tertekan sekitar 40% - 60%.
Rusaknya perfusi plasenta diawali dengan cepatnya umur degeneratif
dari plasenta dan kemungkinan IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
pada janin. Hal tersebut penting mengingat rusaknya sintesis prostaglandin

5
mungkin salah satu faktor dalam PIH (Pregnancy Induced Hypertension ).
Aktivitas uterus dan sensitivitas oksitoksin harus dimasukkan dalam
laporan ketika memberikan obat. Hal ini digunakan untuk induksi /
tambahan tenaga.
Berkurangnya perfusi ginjal menurunkan kecepatan filtrasi
glomerulus dan mengakibatkan perubahan degeneratif pada glomerulus,
protein, albumin primer keluar bersama urine. Asam urat murni berkurang
sodium dan air tertahan. Menurunnya tekanan osmotik cairan plasma
disebabkan oleh menurunnya tingkat serum albumin. Volume intravaskuler
berkurang sebab cairan berpindah keluar dari bagian intravaskuler yang
mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi, meningkatnya kekebalan
darah dan edema jaringan. Nilai hematokrit meningkat yang disebabkan
oleh hilangnya cairan dari bagian intravaskuler.
Penurunan perfusi hati menyebabkan rusaknya fungsi hati. Edema
hati dan peredaran pembuluh darah dapat dialami oleh wanita hamil yang
menyebabkan terjadinya nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan
atas salah satu sebagian dari tanda eklampsia yang berat. Vasospasme
arteri dan penurunan aliran darah keretina menyebabkan gejala-gejala pada
penglihatan seperti skotoma (buta) dan kabur. Kondisi pada patologi yang
sama menyebabkan edema serebral dan perdarahan yang tidak teratur.
Ketidakteraturan menyebabkan sakit kepala, hiperrefleksi, adanya klonus
pada mata kaki dan kadang-kadang perubahan tersebut dapat berefek
(perubahan-perubahan emosi, perasaan dan perubahan kesadaran adalah
gejala yang ganjil dari edema serebral).
Edema paru disebabkan oleh preeklampsi adalah kategorikan dengan
edema general yang menyeluruh. Pemberian curah infus lewat intravena
yang atrogenik menyebabkan terjadinya kelebihan cairan. Lemah nadi
cepat, peningkatan laju respirasi, penurunan tekanan darah dan rales pada
paru menunjukkan kerusakan pembuluh darah dan rales pada paru
menunjukkan kerusakan pada sirkulasi darah. Cepatnya digitalisasi dan
pemberian deuresis dengan furosemide mungkin dianjurkan. Edema paru

6
dan gagal jantung kongestive pada hakekatnya hanya diterima sebagai
indikasi untuk pemberian terapi diuretik meningkatkan reduksi aliran darah
intervillous yang akan menyebabkan kesakitan pada janin dan kematian
pada janin yang diakibatkan oleh hipertensi. Resiko paling besar diedema
paru terjadi 15 jam setelah janin lahir.
(Bobak, 2010)
2.5 Pathway

2.6 Komplikasi
1. Perubahan pada plasenta dan uterus. Menurunnya aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak
lama pertumbuhan janin terganggu. Pada hipertensi yang lebih pendek
bisa terjadi gawat janin sampai kematiannya karena kekurangan
oksigenasi.

7
2. Perubahan pada ginjal. Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran
darah kedalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi
glumerulus berkurang. Pada penyelidikan biopsi menunjukkan kelainan
pre eklampsi berupa: kelainan glomerulus, hiperplasia sel-sel
jukstaglomerulus, kelainan pada tubulus-tubulus Henle, dan spasmus
pembuluh darah ke glomerulus.
3. Hati. Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan
nekrosis pada tepi lobulus, disertai trombosis pada pembuluh darah kecil,
terutama disekitar vena porta.
4. Otak. Pada pemeriksaan yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri, pada keadaan lanjut dapat ditemukan
perdarahan.
5. Retina. Kelainan yang sering ditemukan pada retina adalah spasmus pada
arteriola-arteriola, terutama pada siklus optikus dan retina.
6. Paru. Yaitu menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi.
7. Jantung. Biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium.
Sering ditemukan degenerasi lemak serta nekrosis dan perdarahan.

2.7 Penatalaksanaan Medis


a. Pre-eklampsia berat pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
b. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan
uji kocok dan rasio L/S, maka penanganan adalah sebagai berikut :
1. Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr IM kemudian
disusul dengan injeksi tambahan 4 gr IM setiap 4 jam (selama tidak
ada kontraindikasi)
2. Jika ada perbaikan jalannya penyaki, pemberian sulfas magnesikus
dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-
eklampsia ringan (kecuali ada kontraindikasi)

8
3. Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor,
serta BB ditimbang seperti pada pre-eklampsia ringan, sambil
mengawasi timbunya lagi gejala.
4. Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung
keadaan.
a. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan
paru janin maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada
kehamilan diatas 37 minggu.
b. Pre-eklampsia berat pada usia kehamilan diatas 37 minggu.
c. Penderita rawat inap
d. Istirahat mutlak dan ditempatkan pada kamar isolasi Berikan diit
rendah garam dan tinggi protein.
e. Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr IM, 4 gr dibokong kanan
dan 4 gr d bokong kiri
f. Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella positif, diuresis
100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 kali permenit, dan harus
tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10 % dalam amp 10
cc
5. Infus dextrosa 5 % dan ringer laktat
a. Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 amp IM dan
selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2
kali ½ tablet sehari
b. Diuretika tidak diberikan kecuali bila terdapat oedema paru dan
kegagalan jantung kongestif. Untuk ini dapat disuntikan 1 amp
IV lasix
c. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan
induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi
dipakai oksitosin ( pitosin atau sintosinon ) 10 satuan dalam
infus tetes.

9
d. Kala II harus dipersingkat dengan VE atau FE, jadi ibu dilarang
mengedan
e. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
pendarahan yang disebabkan atonia uteri
f. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi,
kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam selama 24
jam postpartum
g. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan SC.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Preeklamsia


Pengkajian
a. Identitas umum klien.
b. Data riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
a. Kemungkinan klien menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
b. Kemungkinan klien mempunyai riwayat pre-eklamsia pada
kehamilan terdahulu.
c. Biasanya mudah terjadi pada klien yang obsitas
d. Klien mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
e. Tekanan darah klien sebelum hamil normotensif
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Klien merasa sakit kepala didaerah frontal.
b. Terasa sakit diulu hari/nyeri epigastrium.
c. Gangguan virus : Penglihatan kabur, skotoma, diplopia.
d. Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
e. Gangguan serebral lainnya: oyong, reflek tinggi, tidak tenang.
f. Oedema pada ekstremitas.
g. Tengkuk terasa berat.
h. Kenaikan berat badan 1 kg seminggu.
3. Riwayat kesehatan keluarga

10
Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia dalam
keluarga.
4. Riwayat perkawinan.
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau
di atas 35 tahun
a. Pemeriksaan fisik / biologi
Keadaan umum : lemah
Kepala : sakit kepala. Wajah oedem
Mata : konjungtiva anemis. Oedem pada retina
Leher : kuduk terasa berat
Kardiovaskule : hipertensi, mudah kaget
Pencernaan : nyeri epigastrium,anoreksia, mual dan muntah
Ekstremitas : oedem pada kaki dan tangan serta jari-jari
Sistem kardiovaskular : hiperrefleksi, klonus pada kaki
Urinaria : oligouri, proteinuria
Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin
melemah
b. Pemeriksaan laboraturium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan daeah
1. Penurunan haemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal haemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)
2. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol %)
3. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
b. Urinalisi
Ditemukan protein dalam urin
c. Pemeriksaan fungsi hati
1. Bilirubin meningkat ( N =<1 mg/dl)
2. LDH ( lactic dehydrogenase) meningkat
3. Aspartate Aminotransferase (AST)> 60 u/l
4. Serum Glutamic Pyruvic Transaminate ( SGPT ) meningkat ( N= 15-
45 u/ml)

11
5. Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase ( SGOT ) meningkat (N =
<31 u/l)
6. Total protein serum menurun ( N = 6,7 – 8,7 g/dl)
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4 – 2,7 mg/dl)
c. Radiologi
1. Ultrasonografi
a. Ditemukannya retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Pernafasan janin lambat, aktifitas janin lambat, volume cairan ketuban
sedikit
c. Terlihat kehamilan kembar.
2. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah
Diagnosa
1. Nyeri Akut (00132)
2. Kekurangan volume cairan (00027)
3. Gangguan pertukaran gas (00030)
Intervensi

Diagnosa NOC NIC


Nyeri Akut (00132) Kontrol nyeri (1605): Manajemen nyeri (1400):
1. (160502) mengenali 1. Dorong pasien
kapan nyeri terjadi untuk
dari skala 3 (kadang- menggunakan obat-
kadang menunjukkan) obatan penurun
ke skala 2 (jarang nyeri yang edekuat
menunjukkan) 2. Ajarkan prinsip
2. (160509) mengenali manajemen nyeri
apa yang terkait 3. Berikan individu
dengan gejala nyeri penurun nyeri yang
dari skala 3 (kadang- optimal dengan
kadang menunjukkan) peresepan analgesik
ke skala 2 (jarang 4. Kolaborasi dengan
menunjukkan) pasien,orang
3. 160507) melaporkan terdekat dan tim
gejala yang tidak kesehatan untuk
terkontrol pada memilih dan

12
profesional kesehatan mengimplementasi
dari skala 3 (kadang- kan tindakan
kadang menunjukkan) penurun nyeri
ke skala 2 (jarang nonfarmakologi,ses
menunjukkan) uai kebutuhan.
4. (160513) melaporkan
perubahan terhadap
gejala nyeri pada
profesional kesehatan
dari skala 3 (kadang-
kadang menunjukkan)
ke skala 2 (jarang
menunjukkan).
Keseimbangan cairan (0601): Manajemen cairan (4120):
1. (060101) tekanan 1. Monitor tanda-tanda
darah dari skala 1 vital pasien
(sangat terganggu) ke 2. Berikan cairan
skala 4 (sedikit dengan tepat
terganggu) 3. Berikan cairan IV
2. (060107) sesuai suhu kamar
Kekurangan keseimbangan intake 4. Dukung pasien dan
dan output dalam 24 keluarga ubtuk
volume cairan jam dari skala 3 membantu dalam
(00027) (cukup terganggu) ke pemberian makan
skala 4 (sedikit dengan baik
terganggu) 5. Konsultasikan
3. (060116) turgor kulit dengan dokter jika
dari skala 3 (cukup tanda – tanda dan
terganggu) ke skala 4 gejala kelebihan
(sedikit terganggu). volume cairan
menetap atau
meburuk.
Respon ventilasi mekanik Terapi oksigen (3320):
(0411): 1. Monitor aliran
1. (041102) tingkat oksigen
pernapasan dari skala 2. Pertahankan
Gangguan 2 (deviasi yang cukup kepatenan jalan
besar dari kisaran nafas
pertukaran gas
normal) ke skala 4 3. Atur dan ajarkan
(00030) (deviasi ringan dari pasien mengenai
kisaran normal) penggunaan
2. (041103) irama perangkat oksigen
pernapasan dari skala yang memudahkan
1 (deviasi berat dari mobilitas’konsultas
kisaran normal) ke ikan dengan tenaga
skala 4 (deviasi ringan kesehatan lain

13
dari kisaran normal) mengenai
3. (041112) saturasi penggunaan
oksigen dari skala 1 oksigen tambahan
(deviasi berat dari selama kegiatan
kisaran normal) ke dan / atau tidur.
skala 4 (deviasi ringan
dari kisaran normal)

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,
intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat (Sarwono, 2008).
Faktor resiko antatara lain:Hipertensi essensial,Ginjal kronik,Diabetes
mellitus,Multipara,Polihidramnion,Obesitas.(Wiknjosastro, 2010).komplikasi pre-
eklampsia antaranya:Perubahan pada plasenta dan uterus,Perubahan pada ginjal,
Hati,Otak,Retina,Paru,Jantung.

B. Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Bobak.2010.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta : EGC


Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kandungan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Wiknjosastro, Hanifa.2010.Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka

16

Anda mungkin juga menyukai