Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS IREPONIBEL

Disusun oleh :

SUGIYARTO
P 2772 0008 108

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN D IV KEPERAWATAN
2008/2009
HERNIA INGUINALIS

A. Pengertian
Hernia Inguinalis adalah Sutu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui
dinding yang dalam keadaannormal tertutup. ( Richard E, 1992 ). Hernia
Inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas
kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang
bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz, 1997)

B. Etiologi
Hernia Inguinalis di sebabkan oleh :
a. Kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital
b. Anomali Kongenital
c. Sebab yang di dapat
d. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
e. Peninggian tekanan di dalam rongga perut
f. Kelemahan dinding perut karena usia
g. Anulus inguinalis yang cukup lama

C. Manifestasi Klinis
1. Menangis terus
2. muntah
3. Distensi Abdoman
4. Feses berdarah
5. Nyeri
6. Benjolan yang hilang timbul di paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin, atau megedan dan menghilang setelah berbaring
7. Gelisah, kadang-kadang perut kembung
8. Konstipasi
9. Tidak ada flatus

D. Patologi dan patogenesis


Selama tahap-tahap akhir perkembangan prosesus vaginalis janin, suatu
penonjolan peritoneum yang berasal dari cincininterna terbentang ke arah
medial serta menuruni setiap kanalis inguinalis. Setelahmeninggalkan kanalis
tersebut pada cincin eksterna, maka prosesus tersebut pada pria akan berbelok
ke bawah memasuki skrotum dan akan membungkus testis yang sedang
berkembang. Lumen biasanya menutup dengan sempurna sebelum lahir
kecuali pada bagian yang membungkus testis. Bagian tersebut akan tetap
tinggal sebagai suatu kantung potensial tunika vaginalis. Pada wanita prosesus
tersebut terbentang mulai dari cincin eksterna hingga ke dalam labia mayora.
Bagian proximal prosesus vaginalis dapat mengalami kegagalan penutupan
sehingga membentuk suatu kentung hernia dimana viskus abdomaen dapat
memasukinya. Bagian yang tetap terbuka itu dapat membantang ke bawah
kadang-kadang hingga ke dalam kantung testis dan dapat menyatu dengan
tunuka vaginalis sehingga bersama-sama membentuk suatu hernia lengkap.
Hernia inguinalis terutama sering di temukan pada bayi prematur. Di
duga karena lebih sedikitnya waktu perkembangna di dalam kandungan serta
lebih sedikitnya waktu bagi penutupan seluruh penutupan seluruh prosesus
tersebut. Jika testis gagal untuk turun ( Kriptorkoid ), maka biasanya terdapat
kantung hernia yang besar karena sesuatu telah menghentikan penurunan testis
maupan penutupan prosesus peritoneum tersebut. Anak-anak dengan anomali
kongnital terutama yang melibatkan daerah abdoman bagian bawah, pelvis
atau perineum seringmempunyai hernia inguinalis sebagai bagian dari
kompleks tersebut.
PATHWAY

Proximal prosesus vaginalis

Gagal menutup

Membentuk kantung hernia

Viskus abdomen masuk

Terbuka pindah lokasi  p’ngkatan tek intra


abdomen&kelemahan
otot dinding trigonum
HasselBach
testis turun keskrotum
Membentang dalam kantung testis menonjol kebelakang
canalis
inguinalis

Turun
keinguinal

H. Medialis

Vasokontriksi
vaskuler

Desakan/teka
nan

Nyeri

Gg.rasa
Gg. rasa
nyaman nyeri
nyaman nyeri
Menyatu dg. Tunika vaginalis tdk menutupnya prosesus vaginalis
Vagianalis peritoneum
Hernia lengkap penonjolan perut di lateral
pembuluh epigastrika inferior

Jepitan cincin hernia fenikulus spermatikus H.lateralis 

Gg.perfusi jaringan
canalis inguinalis

pembesaran inguinal
Heriography

Post Herniography

Dampak anetesi

Gg. fi. Sirkulasi


Hipersalivasi
COP meningkat

TD&HR meningkat

Suplai O2 berkurang

Gg. perfusi jaringan

Penumpukan sekret

Obs. Jln nfs

Bendungan vena
Bersihan jln nfs
Bersihan jln nafas
Udem organ

Jepitan cincin hernia semakin bertambah H.Strangulata

Peredaran darah tergangguisi hernia nekrosis

Kantung transudat

Usus

Perforasi

Abses lokal

Peritonitis
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diameter anulus inguinalis

F. Penatalaksanaan
Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan
kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus.
Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal
pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan.
Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian
dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan
herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi
hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia
langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak
dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan
anastomois “end to end”.

G. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul (3)


1. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi
hernia atau intervensi pembedahan.
Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien
tentang ketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.
Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.
a. Kaji dan catat nyeri
b. Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan
mengangkat benda yang berat.
c. Ajarkan bagaimana bila menggunakan dekker (bila diprogramkan).
d. Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang
sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan
nyeri.
e. Berikan analgesik sesuai program.

2. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan
nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen.
Hasil yang diperkirakan : dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih
tanpa kesulitan. Haluaran urine  100 ml selama setiap berkemih dan
adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.
a. Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat
berkemih.
b. Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100
ml dalam suatu waktu.
c. Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi
normal untuk berkemih rangsang pasien dengan mendengar air
mengalir/tempatkan pada baskom hangat.

3. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan


adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka.
Hasil yang diperkirakan : setelah instruksi, pasien mengungkapkan
pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan menjalankan
tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.
a. Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap,
mual dan muntah, demam dan distensi abdomen, yang dapat
memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.
b. Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker
atau penyokong lainnya dan menghindari mengejan meregang,
konstipasi dan mengangkat benda yang berat.
c. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau
menggunakan suplement diet serat untuk mencegah konstipasi,
anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan
konsistensi feses lunak.
d. Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan
mengangkat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.


2. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
3. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
4. Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin
Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.

Anda mungkin juga menyukai